Pati Ubi Kayu Standar Farmakope Indonesia

15

2.5 Pati Ubi Kayu Standar Farmakope Indonesia

Menurut Farmakope Indonesia edisi kelima, pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima Pohl Familia Euphorbiaceae. Syarat mutu pati sesuai dengan standar Farmakope Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Syarat Mutu Pati Sesuai Standar Farmakope Indonesia Edisi V Kriteria Uji Satuan Persyaratan Pemerian - Serbuk sangat halus; putih Mikroskopik - Butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak; butir kecil diameter 5-10 µm, butir besar bergaris tengah 20-35 µm; hilus ditengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga; lamela tidak jelas, konsentris; butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya. Kelarutan a. dalam air dingin b.dalam etanol - a. Praktis tidak larut b. Praktis tidak larut Identifikasi a. dididihkan dalam air b. penambahan iodum 0,05 M - - a. terbentuk larutan kanji encer b.terbentuk warna biru tua yang hilang pada pemansan dan timbul kembali pada pendinginan Keasaman mL NaOH 0,1 N Maksimal 2,0 Susut pengeringan bb Maksimal 15,0 Sisa pemijaran bb Maksimal 1,0 Angka Lempeng Total kolonig 1000 Batas Mikroba - Tidak boleh mengandung Escherichia coli Sumber : Kemenkes, RI., 2013 Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam, salah satu hasilnya adalah umbi-umbian seperti ubi kayu atau ketela pohon. Ubi kayu adalah salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan, hal ini disebabkan karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Tanaman ini dikonsumsi sebagai makanan pokok oleh kira-kira 400 juta orang di daerah-daerah tropik yang lembab Damardjati,1990. Pemanfaatan ubi kayu Manihot utilissima Pohl di Indonesia telah dikenal secara luas baik sebagai bahan pangan yang dikonsumsi melalui pengolahan industri juga digunakan untuk pakan dan industri non-pangan. Dewasa ini sebagian besar hasil ubi kayu dalam negeri dimanfaatkan untuk pangan yakni sekitar 75, selebihnya untuk pakan 2, industri non pangan 14, dan hilang tercecer sebesar 9 Hafsah, 2003. Upaya peningkatan produksi ubi kayu tanpa disertai peningkatan pengolahan tidak akan banyak gunanya, bahkan panen yang melimpah dengan produksi rata-rata 30 ton per hektar melebihi permintaan sehingga menurunkan harga jualnya dan merugikan petani. Peningkatan produksi ubi kayu dari tahun ke tahun menyebabkan ubi kayu terbuang percuma karena kurangnya pengetahuan dibidang pengolahannya atau diversifikasi ubi kayu Biro Pusat Statistik, 2003. Menurut Biro Pusat Statistik Universitas Sumatera Utara