Pembahasan Karakteristik Pasien Retinoblastoma Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2011

5.1.2.6. Asal Daerah

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Asal Daerah Asal Daerah Jumlah Orang Persentase Sumatera Utara 26 70,3 Aceh 10 27,0 Riau 1 2,7 Total 37 100 Dari Tabel 5.8. dapat diketahui bahwa sejumlah 26 orang 70,3 pasien berasal dari Sumatera Utara, kemudian 10 orang 27 pasien berasal dari Aceh dan urutan terakhir berasal dari Riau sejumlah 1 orang 2,7 pasien.

5.2. Pembahasan

Pada penelitian yang dilakukan di instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan data pasien retinoblastoma periode tahun 2008 sampai 2011 sebanyak 40 pasien baik itu yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan. Dari jumlah tersebut terdapat 3 pasien yang tidak memiliki kelengkapan data. Maka jumlah pasien yang diikutkan dalam penelitian ini sebanyak 37 orang. Pada tabel 5.1. didapati penderita retinoblastoma lebih banyak diderita oleh jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 20 orang 54,1 dibandingkan dengan perempuan yang berjumlah 17 orang 45,9. Hal ini juga didapati pada penelitian Nafianti 2006 dimana angka kejadian retinoblastoma lebih banyak pada laki-laki yaitu sejumlah 22 orang 68,7 dibandingkan dengan perempuan yang berjumlah 10 orang 31,3. Penelitian Paduppai 2010 juga menunjukkan bahwa angka kejadian retinoblastoma pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan yakni laki-laki sebanyak 38 orang 56,7 dan perempuan 29 orang Universitas Sumatera Utara 43,3. Namun menurut AAO 2007, tidak ada kecenderungan jenis kelamin tertentu untuk menderita penyakit retinoblastoma. Dari tabel 5.2. diketahui bahwa penderita retinoblastoma lebih banyak terjadi pada usia 0-5 tahun dengan jumlah pasien sebanyak 34 orang 91,9, diikuti usia 6-10 tahun dengan jumlah pasien sebanyak 2 orang 5,4 dan terakhir di usia 10 tahun sebanyak 1 orang 2,7. Pada penelitian Nafianti 2006 juga didapati bahwa usia terbanyak penderita retinoblastoma yaitu 0-5 tahun dengan jumlah pasien sebanyak 28 orang 87,5, diikuti usia 6-10 tahun sebanyak 3 orang 9,4 dan terakhir di usia 10 tahun sebanyak 1 orang 3,1. Sebagaimana yang dituliskan dalam literatur, Shetlar 2010 menyebutkan bahwa dua per tiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga. Dari tabel 5.3. dapat dilihat proporsi retinoblastoma unilateral lebih banyak dibandingkan retinoblastoma bilateral dimana pasien retinoblastoma unilateral berjumlah 33 orang 89,2 dan pasien retinoblastoma bilateral berjumlah 4 orang 10,8. Pada penelitian Rosdiana 2011 juga didapati hal serupa dimana proporsi pasien retinoblastoma unilateral lebih banyak dibandingkan pasien retinoblastoma bilateral dengan jumlah pasien retinoblastoma unilateral sebanyak 53 orang 86,89 dan pasien retinoblastoma bilateral sebanyak 8 orang 13,11. Namun hal berbeda ditemukan dalam penelitian Nafianti 2006 dimana proporsi pasien retinoblastoma unilateral lebih sedikit dibandingkan pasien retinoblastoma bilateral dengan jumlah pasien retinoblastoma unilateral sebanyak 15 orang 46,9 dan pasien retinoblastoma bilateral sebanyak 17 orang 53,1. Pada tabel 5.4 didapati sebanyak 19 orang 57,6 pasien laki-laki dan 14 orang 42,4 pasien perempuan mengalami retinoblastoma unilateral, sedangkan 1 orang 25 pasien laki-laki dan 3 orang 75 pasien perempuan mengalami retinoblastoma bilateral. Hal yang hampir serupa juga disampaikan Rosdiana 2011 dalam penelitiannya, pasien retinoblastoma unilateral pada jenis kelamin laki-laki berjumlah 28 orang 52,83 dan pada jenis kelamin wanita 25 orang 47,17, sedangkan pasien retinoblastoma bilateral pada pasien laki-laki berjumlah 3 37,5 orang dan pada pasien perempuan berjumlah 5 orang 62,5. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada usia 0-5 tahun ditemukan sebanyak 30 orang 90,9 pasien retinoblastoma unilateral dan 4 orang 100 pasien retinoblastoma bilateral. Pada usia 6-10 tahun ditemukan sebanyak 2 orang 6,1 pasien retinoblastoma unilateral dan tidak ditemukan pasien retinoblastoma bilateral. Pada usia 10 tahun didapati sebanyak 1 orang 3 pasien retinoblastoma unilateral dan tidak ditemukan pasien retinoblastoma bilateral. Herzog 2004 menyebutkan bahwa sekitar 60 kasus bersifat unilateral dan non- herediter, dan 25 bilateral dan herediter. AAO 2007 juga menyebutkan 60-70 pasien retinoblastoma unilateral didiagnosis pada usia rata-rata 24 bulan, sedangkan 30-40 pasien retinoblastoma bilateral terdiagnosa pada usia rata-rata 12 bulan. Pada penelitian Nafianti 2006 didapati pasien retinoblastoma unilateral berjumlah 13 orang 40,6 dan pasien retinoblastoma bilateral 5 orang 46,9 pada kelompok usia 0-5 tahun, diikuti 2 orang 6,3 pasien retinoblastoma unilateral dan 1 orang 3,1 pasien retinoblastoma bilateral pada kelompok usia 6-10 tahun dan pada kelompok usia 10 tahun tidak ditemukan pasien retinoblastoma unilateral dan hanya ditemukan 1 orang 3,1 pasien retinoblastoma bilateral. Dari tabel 5.6. diketahui bahwa keluhan utama terbanyak pada pasien retinoblastoma adalah proptosis yang dialami oleh 24 orang 64,9 pasien, diikuti oleh leukokoria yang dialami 11 orang 29,7 pasien, kemudian gangguan penglihatan yang dialami 2 orang 5,4 pasien. Rosdiana 2011 dalam penelitiannya menemukan bahwa keluhan utama terbanyak yang dialami pasien adalah proptosis dengan jumlah pasien sebanyak 40 orang 65,57 diikuti oleh leukokoria sebanyak 13 orang 21,31, hal ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan tabel 5.6. mengenai keluhan utama terbanyak khususnya urutan dua teratas. Keterlambatan deteksi dini pasien retinoblastoma menjadi alasan utama yang menunjukkan proporsi keluhan utama berupa proptosis cukup tinggi. Sulivan 2010 dalam tulisannya menyebutkan bahwa terjadinya proptosis merupakan akibat dari penambahan isi orbita yang dapat berupa massa neoplastik dan menyebabkan terdorongnya organ mata ke arah depan. Hal ini berarti bahwa Universitas Sumatera Utara pasien retinoblastoma dengan keluhan proptosis sudah memiliki massa tumor yang cukup besar di rongga orbita, sehingga sering kali penanganannya terlambat. Pada tabel 5.7. menunjukkan bahwa jenis terapi terbanyak pada pasien retinoblastoma adalah kemoterapi saja dengan jumlah 18 orang 48,6 pasien, diikuti oleh terapi konservatif saja sebanyak 10 orang 27,0 pasien, kemudian gabungan antara kemoterapi dan konservatif sebanyak 8 orang 21,6 pasien dan terakhir pembedahan sebanyak 1 orang 2,7 pasien. Sebagaimana yang dituliskan Shetlar 2010, kemotrapi dapat digunakan untuk memperkecil ukuran tumor besar sebelum dilakukan terapi jenis lain dan terkadang sebagai terapi tunggal. Kim dkk 2003 juga menyebutkan retinoblastoma telah menjadi terapi lini pertama terhadap retinoblastoma oleh beberapa ahli onkologi mata. Pada tabel 5.8. menunjukkan bahwa pasien retinoblastoma terbanyak berasal dari Sumatera Utara dengan jumlah 26 orang 70,3, namun jumlah pasien dari luar Sumatera Utara yang terbanyak berasal dari Aceh dengan jumlah 10 orang 27,0, dan diikuti oleh Riau sebanyak 1 orang 2,7. Dalam penelitian Hidayat 2010, diperoleh informasi bahwa penderita retinoblastoma didominasi oleh suku Aceh dengan jumlah 15 orang 83,33, diikuti suku melayu dengan jumlah 2 orang 11,11 dan terakhir adalah suku padang dengan jumlah 1 orang 5,56. Menurut AAO 2007, tidak ada predileksi ras pada penyakit retinoblastoma. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan