Definisi Operasional Rencana Pengolahan dan Analisis Data Kesimpulan

4. Reflek cahaya pupil 5. Hasil CT Scan Variabel tergantung 1. Barthel Index

3.10. Definisi Operasional

a. Usia kronologis adalah usia yang dihitung diatas 18 tahun sampai dengan saat dilakukan pendataan penelitian. b. Tekanan darah sistolik awal yang dinilai adalah tekanan darah sistolik pada saat masuk ke IGD RSUP H Adam Malik. c. Cedera Kepala sedang bila dijumpai nilai GCS 9-13. d. Cedera Kepala Berat bila dijumpai nilai GCS 3-8. e. Reflek cahaya pupil positif adalah kondisi pupil yang mengalami kontraksi ketika diberi rangsang cahaya f. Reflek cahaya pupil negatif adalah kondisi pupil yang tidak mengalami kontraksi tidak respon ketika diberi rangsang cahaya. g. Hasil CT Scan berupa hasil abnormal berupa cedera akson difus, kondisi sisterna basalis abnormal, midline shift dan kondisi abnormal lainnya. h. Pasien multipel trauma adalah pasien yang menderita lebih dari satu kondisi akibat trauma yang sama Universitas Sumatera Utara i. Interpretasi Activities Daily Living ADL berdasakan skor Barthel Index Skor Activities Daily LivingADL 80 100 Independent 60 79 Needs minimal help with ADL 40 59 Partially dependent 20 39 Very dependent 20 Totally dependent

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program komputer SPSS v.17. Batas kemaknaan P 0,05. Untuk menilai hubungan antara usia, skor awal GCS, reflek cahaya pupil, keadaan hipotensi dan gambaran CT scan pada pemeriksaan awal terhadap skor Barthel Index penderita cedera kepala sedang-berat non operasi dengan uji Chi- Square. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Penelitian dilakukan pada pertengahan Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Dalam kurun waktu ini telah diambil sampel penelitian sebanyak 46 pasien yang memenuhi kriteria. Terhadap semua sampel ini dilakukan pencatatan karakteristik umur, pemeriksaan klinis tekanan darah sistolik awal, kondisi pupil, skala koma Glasgow awal , hasil pemeriksaan radiologis CT Scan Kepala dan pencatatan outcome cedera kepala berdasarkan skor Indeks Barthel.

4.1.1. Distribusi jenis kelamin

Distribusi jenis kelamin pasien pada penelitian ini terdiri dari pria 35 orang 76,09 dan wanita 11 orang 23,91 . 26 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Distribusi Jenis Kelamin

4.1.2. Distribusi umur

Dari penelitian ini didapat jumlah sampel berumur antara 18-49 tahun berjumlah 33 orang 71,7 dan yang berusia diatas 50 tahun berjumlah 13 orang 28,3 . Gambar 4.2. Distribusi Umur Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Distribusi nilai Glasgow coma scale awal

Dari penelitian ini didapat jumlah sampel dengan Glasgow Coma Scale GCS tujuh, delapan dan sembilan berjumlah masing-masing tiga orang 6,5 , GCS 10 dan 13, masing-masing berjumlah sebelas orang 23,9 , GCS sebelas berjumlah lima orang 10,9 dan GCS 12 berjumlah sepuluh orang21,9 . Gambar 4.3. Distribusi Glasgow Coma Scale Universitas Sumatera Utara

4.1.4. Distribusi reflek cahaya pupil

Dari penelitian ini didapatkan pasien dengan kondisi reflek cahaya pupil positif berjumlah 42 orang 91,30 dan pasien dengan kondisi reflek cahaya pupil negatif berjumlah 4 orang 8,70 . Gambar 4.4. Distribusi Reflek Cahaya Pupil

4.1.5. Karakteristik hasil CT Scan kepala

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan pasien dengan hasil CT Scan Abnormal berjumlah 40 orang 86,96 dan pasien dengan hasil CT Scan normal berjumlah 6 orang 13,04 . Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5. Distribusi Hasil CT Scan Kepala

4.1.6. Distribusi skor indeks Barthel

Dari penelitian ini didapat jumlah sampel dengan Barthel Score 60-79 Needs minimal help with ADL berjumlah 16 orang 34,8 , Barthel Score 40- 59 Partially dependent berjumlah 15 orang 32,6 , Barthel Score 20-39 Very dependent berjumlah 10 orang 21,7 , dan Barthel Score dibawah 20 Totally dependent berjumlah 5 orang 10,9 . Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6. Distribusi Barthel Score

4.1.7. Karakteristik sampel

Dari 46 sampel penelitian didapatkan karakteristik sampel yang terdiri dari karakteristik umur pasien terdiri dari umur paling muda adalah 18 tahun dan umur paling tua adalah 65 tahun dengan umur rata-rata 35 tahun SD 15,72. Dari karakteristik nilai GCS awal pasien didapati nilai GCS terendah yang ada adalah GCS 7 dan nilai GCS tertinggi adalah GCS 13, dengan nilai rata-rata adalah GCS 11 SD 18,33. Dari karakteristik nilai tekanan darah sistolik awal didapati tekanan darah sistolik terendah adalah 70 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 170 mmHg, tekanan darah sistolik rata-rata 118 mmHg SD 18,05. Universitas Sumatera Utara Dari karakteristik Barthel Score didapati skor paling rendah adalah sepuluh dan skor paling tinggi adalah 75 dengan nilai Barthel Score rata-rata adalah 45 SD 19,06. Gambar 4.6. Karakteristik Sampel Universitas Sumatera Utara

4.2. Analisis Data

4.2.1. Hubungan antara umur penderita dengan skor indeks Barthel

Tabel.4.1. Tabulasi Silang Karakteristik Umur dengan Skor Indeks Barthel Umur Penderita Barthel Score Crosstabulation Count Barthel Score Total Needs minimal help with ADL 60-79 Partially dependent 40-59 Very dependent 20-39 Totally dependent 20 Umur Penderita 18 - 49 14 11 8 33 50 2 4 2 5 13 Total 16 15 10 5 46 Tabel.4.2. Tes Chi-Square Karakteristik Umur dengan Skor Indeks Barthel Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 15.008 a 3 .002 Likelihood Ratio 15.315 3 .002 Linear-by-Linear Association 8.315 1 .004 N of Valid Cases 46 a. 5 cells 62,5 have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41. Universitas Sumatera Utara Uji Hipotesis : a. H0 : Tidak ada hubungan antara umur penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita H1 : Ada hubungan antara umur penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita b.  = 0,05 c. H0 ditolak jika nilai Asymp. Sig.  0,05 d. Statistik Uji Dari Tabel Statistik di atas didapat nilai Asymp. Sig. = 0,002 e. Kesimpulan Karena Asymp. Sig.  0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ternyata didapati + , - h u . u n n antara usia penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Hubungan antara GCS awal penderita dengan skor Indeks Barthel

Tabel.4.3. Tabulasi Silang Karakteristik GCS Awal dengan Skor Indeks Barthel GCS Awal Barthel Score Crosstabulation Count Barthel Score Total Needs minimal help with ADL 60-79 Partially dependent 40-59 Very dependent 20-39 Totally dependent 20 GCS Awal Sedang 9-13 15 14 7 4 40 Berat 3-8 1 1 3 1 6 Total 16 15 10 5 46 Tabel.4.4. Tes Chi-Square Karakteristik GCS Awal dengan Skor Indeks Barthel Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 3.937 a 3 .268 Likelihood Ratio 3.573 3 .311 Linear-by-Linear Association 2.286 1 .131 N of Valid Cases 46 a. 5 cells 62,5 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65. Universitas Sumatera Utara Uji Hipotesis : a. H0 : Tidak ada hubungan antara GCS awal penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita H1 : Ada hubungan antara GCS awal penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita b.  = 0,05 c. H0 ditolak jika nilai Asymp. Sig.  0,05 d. Statistik Uji Dari Tabel Statistik di atas didapat nilai Asymp. Sig. = 0,268 e. Kesimpulan Karena Asymp. Sig. 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ternyata didapati tid 01 02 03 4 0 h u 5 u n 6 0 n antara GCS awal penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel Universitas Sumatera Utara

4.2.3. Hubungan antara reflek cahaya pupil penderita dengan skor Indeks Barthel

Tabel.4.5. Tabulasi Silang Karakteristik Reflek Cahaya Pupil dengan Skor Indeks Barthel Reflek Cahaya Barthel Score Crosstabulation Count Barthel Score Total Needs minimal help with ADL 60-79 Partially dependent 40-59 Very dependent 20-39 Totally dependent 20 Reflek Cahaya Positif 15 15 10 2 42 Negatif 1 3 4 Total 16 15 10 5 46 Tabel.4.6. Tes Chi-Square Karakteristik Reaksi Cahaya Pupil dengan Skor Indeks Barthel Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 19.078 a 3 .000 Likelihood Ratio 12.969 3 .005 Linear-by-Linear Association 5.841 1 .016 N of Valid Cases 46 a. 5 cells 62,5 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,43. Universitas Sumatera Utara Uji Hipotesis : a. H0 : Tidak ada hubungan antara kondisi pupil penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita H1 : Ada hubungan antara kondisi pupil awal penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita b.  = 0,05 c. H0 ditolak jika nilai Asymp. Sig.  0,05 d. Statistik Uji Dari Tabel Statistik di atas didapat nilai Asymp. Sig. = 0,000 e. Kesimpulan Karena Asymp. Sig. 0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ternyata didapati 78 79 :7 h u ; u n 79 antara reflek cahaya pupil penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel Universitas Sumatera Utara

4.2.4. Hubungan antara tekanan darah sistolik awal penderita dengan skor Barthel

Tabel.4.7. Tabulasi Silang Karakteristik Tekanan Darah Sistolik Awal dengan Skor Indeks Barthel TD Sistolik Awal Barthel Score Crosstabulation Count Barthel Score Total Needs minimal help with ADL 60-79 Partially dependent 40-59 Very dependent 20-39 Totally dependent 20 TD Sistolik Awal 90 4 4 90 16 15 10 1 42 Total 16 15 10 5 46 Tabel.4.8. Tes Chi-Square Karakteristik Tekanan Darah Awal dengan Skor Indeks Barthel Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square 35.924 a 3 .000 Likelihood Ratio 22.176 3 .000 Linear-by-Linear Association 15.804 1 .000 N of Valid Cases 46 a. 5 cells 62,5 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,43. Universitas Sumatera Utara Uji Hipotesis : a. H0 : Tidak ada hubungan antara tekanan darah sistolik awal penderita dengan hasil akhir skor Indek Barthel penderita H1 : Ada hubungan antara tekanan darah sistolik awal penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita b.  = 0,05 c. H0 ditolak jika nilai Asymp. Sig.  0,05 d. Statistik Uji Dari Tabel Statistik di atas didapat nilai Asymp. Sig. = 0,000 e. Kesimpulan Karena Asymp. Sig.  0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ternyata didapati = =? = h u A u n B = n antara tekanan darah sistolik awal penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel Universitas Sumatera Utara

4.2.5. Hubungan antara hasil CT Scan kepala penderita dengan skor Indeks Barthel

Tabel.4.9. Tabulasi Silang Karakteristik Hasil CT Scan Kepala dengan Skor Indeks Barthel Hasil CT Scan Kepala Barthel Score Crosstabulation Count Barthel Score Total Needs minimal help with ADL 60-79 Partially dependent 40-59 Very dependent 20-39 Totally dependent 20 CT Scan Kepala Abnormal 11 15 9 5 40 Normal 5 1 6 Total 16 15 10 5 46 Tabel.4.10. Tes Chi-Square Karakteristik Hasil CT Scan Kepala dengan Skor Indeks Barthel Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi- Square 7.758 a 3 .051 Likelihood Ratio 9.247 3 .026 N of Valid Cases 46 a. 5 cells 62,5 have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65. Uji Hipotesis : a. H0 : Tidak ada hubungan antara hasil CT Scan kepala penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita Universitas Sumatera Utara H1 : Ada hubungan antara hasil CT Scan kepala penderita dengan hasil akhir skor Indeks Barthel penderita b.  = 0,05 c. H0 ditolak jika nilai Asymp. Sig.  0,05 d. Statistik Uji Dari Tabel Statistik di atas didapat nilai Asymp. Sig. = 0,051 e. Kesimpulan Karena Asymp. Sig. 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ternyata didapati tid CD CE CF GC h u H u n I CF antara hasil CT Scan kepala penderita dengan hasil akhir skor Barthel

4.2. Pembahasan

Dari penelitian yang dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara kelima variabel independen umur, GCS awal, tekanan darah sistolik awal, reflek cahaya pupil dan hasil CT Scan kepala terhadap variabel dependen skor Indeks Barthel, didapat 46 sampel yang telah memenuhi kriteria untuk kemudian dianalisa secara statistik dengan menggunakan tabulasi silang Chi-Square menggunakan program komputer SPSS versi 17. Universitas Sumatera Utara

4.2.1. Jenis kelamin

Dari penelitian ini didapati perbandingan pria dan wanita 3,18:1 pria 35 orang dan wanita 11 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bruns J 2003, perbandingan ini hampir sama dengan perbandingan yang dijumpai di Australia 2,7:1. Hasil ini masih di bawah perbandingan gender yang dijumpai di Afrika Selatan 4:1.

4.2.2. Umur

Penelitian ini mengambil sampel dewasa dengan batasan usia diatas 18 tahun, sesuai dengan batasan umur anak yang ditentukan World Health Organization 1999 dan sesuai dengan UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anonim, 1989; Anonim,1999; Anonim, 2002 Dari seluruh sampel, peneliti membagi ke dalam dua kelompok umur yaitu umur 18-49 tahun dan umur diatas 50 tahun. Pengelompokan ini berdasar dari pengelompokan umur berdasarkan kategori dewasa muda dan dewasa tua. Sesuai batasan umur tua menurut WHO adalah 50 tahun. Dari pengelompokan ini dijumpai insiden tertinggi kejadian cedera kepala sedang-berat pada kelompok usia dewasa muda 33 orang dari keseluruhan 46 sampel. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahloul dkk 2009, yang merupakan penelitian Universitas Sumatera Utara prospektif yang diambil datanya dari Traumatic Coma Data Bank TCDB memperlihatkan kecelakaan kenderaan bermotor, 55 terjadi pada usia 15-25 tahun usia muda lebih banyak dari usia dewasa tua. Dari karakteristik umur ini didapati adanya hubungan dengan skor Indeks Barthel sebagai salah satu dari sekian banyak faktor prediktor outcome dari pasien cedera kepala dengan hasil analisa uji statistik Chi-Square, yang didapati hasil Asymp. Sig = 0,002 p0,05. Hasil ini sesuai dengan dengan pernyataan bahwa usia adalah faktor yang kuat dalam mempengaruhi prognosis pada umumnya disepakati bahwa usia muda bernasib lebih baik daripada orang orang tua berusia lanjut. Pengaruh yang bermakna dari usia bukan karena adanya komplikasi sistemik atau hematoma intraserebral sesuai dengan pertambahan usia. Meningkatnya usia adalah faktor independen di dalam prognosis, terjadi peningkatan outcome buruk yang bermakna pada usia 60 tahun Letarte, 2008; Sastrodiningrat,2006.

4.2.3. Glasgow Coma Scale awal

Variabel berikutnya dalam penelitian ini adalah nilai Glasgow coma scale awal pasien. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan yang menyatakan bahwa Glasgow coma scale juga merupakan faktor prediksi yang kuat dalam menentukan prognosis, suatu skor GCS yang rendah pada awal cedera berhubungan dengan prognosis yang buruk Davis dan Cunningham, 1984. Universitas Sumatera Utara Nilai GCS ini dianalisa secara uji statistik yang kemudian didapati hasil bahwa nilai GCS awal ini tidak memiliki hubungan atau peranan terhadap prognosis outcome dari penderita cedera kepala Asymp. Sig. = 0,268; p0,05. Menurut Udekwu dkk 2004, nilai GCS sebelum resusitasi berhubungan dengan angka kematian dan outcome fungsional pada pasien cedera kepala, tapi keterbatasan karakteristik yang melekat padanya harus disesuaikan dengan kondisi prognosis klinis di setiap pasien dengan prediksi outcome di berbagai group populasi. Dalam penelitiannya di katakan bahwa terdapat banyak sekali faktor-faktor yang mengakibatkan adanya hubungan antara GCS dengan outcome fungsional populasi yang diteliti. Faktor-faktor tersebut antara lain meliputi perbedaan kaliberasi pengolahan data, bias waktu penanganan, kesalahan pengambilan data, dan banyaknya variabel yang diteliti. Udekwu juga mengatakan bahwa skor GCS sebagai indikator spesifik pada cedera kepala sering dikaburkan oleh beragam hal seperti kesenjangan suplai dan kebutuhan oksigen seperti disebabkan oleh keadaan anemia, hipotensi, atau hipoksia. Juga diakibatkan efek depresi susunan saraf pusat akibat obat-obatan. Faktor pengambilan data GCS pada penelitian ini, yang dilakukan dirumah sakit juga dianggap berperan terhadap perbedaan hasil parameter ini dibandingkan penelitian sebelumnya. Data GCS awal kejadian sebelum penderita mendapatkan penanganan awal dan waktu penanganan awal terhadap pasien sejak masa kejadian kecelakaan dianggap berperan terhadap hasil penelitian ini. Dimana pada penelitian sebelumnya, data GCS diambil sebelum pasien mendapatkan Universitas Sumatera Utara penanganan awal dan bahkan dilakukan pengambilan data dilokasi kejadian oleh para tenaga pre hospital team management Davis dan Cunningham, 1984. Berdasarkan keterangan diatas peneliti berasusmsi bahwa hal-hal tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam kesimpulan akhir tentang hubungan nilai GCS dengan hasil outcome yang didapat pada penelitian ini.

4.2.4. Tekanan darah sistolik awal

Nilai tekanan darah sistolik awal pada pasien cedera kepala, menurut berbagai karya tulis dianggap sebagai faktor prediktor kuat terhadap prognosis outcome cedera kepala. Terdapatnya cedera sistemik ganda terutama yang berhubungan dengan hipoksia sistemik dan hipotensi tekanan sistolik 90 mmHg, memperburuk prognosis penyembuhan Bowers,1980. Hipotensi yang ditemukan mulai dari awal cedera sampai selama perawatan penderita merupakan faktor utama yang menentukan outcome penderita penderita cedera kepala berat oleh karenanya koreksi terhadap hipotensi terbukti akan menurunkan morbiditas dan mortalitas Rovlias,2004; Sastrodiningrat,2006. Pernyataan ini sesuai dengan hasil yang di dapat dari penelitian ini bahwa dijumpai adanya hubungan antara nilai tekanan darah dengan skor Indeks Barthel Asymp.Sig. = 0,000; p0,05.

4.2.5. Reflek cahaya pupil

Abnormalitas fungsi pupil, gangguan gerakan ekstraokular, pola-pola respons motorik yang abnormal seperti postur fleksor dan postur ekstensor, Universitas Sumatera Utara semuanya memprediksikan outcome yang buruk setelah cedera kepala berat Andrews,1989; Rovlias,2004. Diantara penderita dengan anisokor pada waktu masuk dirawat dengan batang otak yang tidak cedera, 27 mencapai penyembuhan yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menjumpai adanya hubungan yang signifikan antara reflek cahaya pupil dengan skor Barthel sebagai prediktor outcome cedera kepala Asymp.Sig. = 0,268; p0,05.

4.2.6. CT Scan kepala

Variabel terakhir yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil CT Scan kepala yang dilihat peranannya dengan prediktor outcome cedera kepala. Penemuan awal pada CT Scan penting dalam memperkirakan prognosis cedera kepala berat. Suatu CT scan yang normal pada waktu masuk dirawat pada penderita-penderita cedera kepala berat berhubungan dengan mortalitas yang lebih rendah dan penyembuhan fungsional yang lebih baik bila dibandingkan dengan penderita-penderita yang mempunyai CT Scan abnormal, walaupun pada penderita-penderita dengan GCS awal 3 atau 4 Ono J dkk,2001; Davis,1984. Havil dkk 2001 menyebutkan bahwa pada tahun 1991, klasifikasi baru dari cedera kepala dibuat berdasarkan hasil CT Scan. Para peneliti memperhatikan gambaran sisterna, derajat midline shift dan ada tidaknya gambaran massa pada gambaran awal CT Scan. Gambaran CT Scan tersebut telah di deskripsikan oleh Marshal dan kawan-kawan seperti yang peneliti sebutkan pada tinjauan pustaka Universitas Sumatera Utara penelitian ini. Dalam tulisannya tersebut di dapat sebuah tabel yang memperlihatkan hampir tidak dijumpai perbedaan dalam kesalahan dalam pembacaan hasil CT Scan, yang pada penelitian tersebut dibandingkan hasil bacaan CT Scan yang dilakukan oleh dua orang radiologis. Tabel 4.11 memperlihatkan perbedaan tersebut. Tabel.4.11. Inter-observer error between two radiologist while grading CT Scan. Non-evacuated mass categories Number of Assessments Percentage Same grading 78 39 pairs 53 Different grading 70 45 pairs 47 Total 148 74 airs 100 Where at least one radiologist scored a non-evacuated lesion Where only one radiologist scored a non-evacuated mass, the alternative scores included: Diffuse Injury II, Diffuse Injury III, Diffuse Injury IV Dari penelitian ini di dapat hasil yang tidak signifikan dalam hal hubungannya dengan prediktor outcome cedera kepala Asymp. Sig. = 0,051; p0,05. Berdasarkan yang dibuat oleh Havill dkk 2001 diatas, peneliti berkesimpulan bahwa penentuanpembatasan personil yang membaca hasil bacaan CT Scan sangat menentukan dalam pengambilan keputusan hasil bacaan yang nantinya akan dijadikan data pada variabel ini. Perbedaan mesin CT Scan juga dianggap berperan terhadap akurasi hasil yang diinterpretasikan oleh pembaca hasil CT Scan. Mesin Xvision-GX dengan Universitas Sumatera Utara konfigurasi single slice helical disertai kemampuan cetak 16 slice tentunya memberikan hasil yang berbeda dibandingkan mesin CT Scan berkemampuan cetak 64 slice atau bahkan diluar negeri sudah dipakai CT Scan 128 slice dengan konfigurasi tiga dimensi. Berdasarkan keadaan ini peneliti berasumsi bahwa hal tersebutlah yang menjadikan adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara JKJ 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Didapati adanya pengaruh usia, reaksi pupil terhadap cahaya dan tekanan darah sistolik awal penderita terhadap prognosis outcome pasien cedera kepala yang di lihat dari skor Indeks Barthel 2. Tidak didapati adanya pengaruh status GCS awal dan hasil CT Scan kepala terhadap prognosis outcome pasien cedera kepala yang di lihat dari skor Indeks Barthel

5.2. Saran