Eugene A. Nida dan Charles R. Taber J.C. Catford P. Nemark Prosedur Literatur

Takrif di atas mengandung beberapa kata kunci yang perlu dijelaskan lebih lanjut. Kata mengungkapkan merupakan padanan untuk at-tabir yang asal katanya abara, yaitu melewati atau melintas misalnya abaras sabil berarti melintas jalan. Karena itu air mata yang melintas di pipi disebut abarah. Nasihat yang diperoleh dari peristiwa disebut ibrah. 12 Selain pengertian di atas, juga terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahasa tentang pengertian tarjamah secara terminologi istilah. Yaitu:

1. Eugene A. Nida dan Charles R. Taber

Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of Translation, memberikan definisi tarjamah sebagai berikut: “Translating consist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language messege, first in term of meaning and secondly in term of style”. Yang berarti: “Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima barang secara dekat, sewajarnya, sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama menyangkut makna dan kedua menyangkut gayanya”. 13 Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didifinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima 12 Syihabuddin, op cit, h. 9 13 A. Widyamartaya, op.cit, h.11 sasaran dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.

2. J.C. Catford

Sedangkan menurut J.C Catford dalam bukunya yang berjudul a linguistic theory of translation mengartikan terjemah sebagai “the replacement the textual in one language by equivalent textual as follow”. Yang artinya, terjemahan merupakan penggantian naskah berbahasa sumber dengan berbahasa sasaran secara sesuai. 14

3. P. Nemark

Definisi tarjamah menurut P. Nemark hampir sama dengan apa yang diungkapkan oleh J.C. Catford. Menurut Nemark dalam artikelnya yang berjudul “Further preposition on translation” mendefinisikan tarjamahan sebagai berikut: “ Translation is an exercise which consist in the attempt to replace a written message in one language’. Artinya, tarjemah merupakan latihan dalam upaya menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu dengan pesan yang sama dengan bahasa lainnya. 15 14 J.C. Catford, A Linguistic Theory of Translation, London, Oxford University Press, 1965, h. 20 15 Rochayah Machali. Op.cit. h. 5

4. Jacobson dalam Gentzler, 1993: 1

Menurut Jacobson, pengertian translasi mencakup tiga kelompok, yaitu intralingual translation, interlingual translation, intersemiotic translation. Istilah pertama menunjuk pada usaha untuk menyatakan suatu ide atau pikiran dalam bahasa yang sama. Istilah kedua istilah yangs sering dipahami sebagai menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan yang ketiga usaha menerjemahkan sebuah pikiran dari bahasa verbal ke bahasa nonverbal. 16 Berdasarkan beberapa pengertian tarjamah menurut para ahli bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa tarjamah adalah interpretasi makna suatu teks dalam suatu bahasa teks sumber dan penghasilan teks yang merupakan padanan dalam bahasa lain teks sasaran atau terjemahan yang mengkomunikasikan pesan serupa. Tarjmah harus mempertimbangkan beberapa batasan, termasuk konteks, aturan tata bahasa, konvensi penulisan, idiom, serta hal lain antar kedua bahasa. Orang yang melakukan terjemahan disebut sebagai penerjemah. 17

B. ASUMSI DALAM PENERJEMAHAN

Dalam bidang ilmu dikenal asumsi-asumsi yang dijadikan pedoman dan arah oleh orang-orang yang melakukan aneka kegiatan ilmiah pada bidang tersebut. Dalam bidang penerjemahanpun dikenal asumsi yang merupakan cara kerja, pengalaman, keyakinan dan pendekatan yang dianut oleh para peneliti, 16 Muh Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris, Yogyakarta, Hanggar Kreatif, 2006, h. 9 17 httpwww.wikipedi.co.id praktisi dan pengajar dalam melakukan berbagai kegiatannya. Diantara asumsi yang berlaku dalam penerjemahan antara lain: 18 1. Penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya bidang ini menuntut keahlian penerjemah yang bersifat multidisipliner, yaitu kemampuan dalam bidang teori menerjemah, penerimaan bahasa sumber dari bahasa penerima berikut kebudayaannya secara sempurna. 2. Budaya suatu n bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, maka bahasa suatu bangsa berbeda dengan bahasa bangsa lain, karena itu pencarian ekuivalensi antara keduanya merupakan kegiatan utama yang dilakukan seorang penerjemah. 3. Penerjemah komunitator antara pengarang dan pembaca. 4. Terjemahan bersifat otonom. Artinya, terjemahan hendaknya dapat menggantikan nas sumber atau nas terjemahan itu memberikan pengaruh yang sama pada pembaca seperti pengaruh yang ditimbulkan nas sumber. 5. Pengajaran menerjemah dituntut untuk mengikuti landasan teoritis penerjemahan dan kritik terjemah.

C. PETUNJUK PENERJEMAHAN

Dalam buku H.G de Maar, English Passages for Translation, jilid II halaman 176, dapat ditemukan petunjuk penerjemahan, antara lain: 19 1. Berlakulah setia pada aslinya dan berikan kebenaran. Tidak boleh ada ide penting muncul dalam terjemahan kalau ide itu tidak ada dalam karangan 18 Syihabuddin, op. cit, h. 16-17 19 A. Widyamartaya, loc.cit, h. 12-13 aslinya. Tidak boleh ada hal kecil tetapi penting dihilangkan dari terjemahan kalau hal itu terdapat dalam karangan aslinya. 2. Perhatikanlah secara seksama dalam semangat atau suasana apa karangan asli ditulis. Kalau gayanya ramah, ramahlah dalam terjemahan yang dilakukan penerjemah, kalau luhur berikanlah pada penerjemahan suatu nada yang luhur pula. 3. Sebuah terjemahan harus tidak terbaca sebagai suatu terjemahan. Terjemahan harus tidak mengingatkan pada karangan aslinya, tetapi harus terbaca wajar seolah-olah muncul langsung dari pikiran si pelajar. Harus terbaca seperti sebuah karangan asli, terjemahan harus mengungkapkan segenap arti dari karangan aslinya, tetapi tanpa mengorbankan tuntutan akan ungkapan yang baik dan idiomatis.

D. SYARAT-SYARAT PENERJEMAH

Hasil terjemahan akan dianggap baik atau buruk, jelas atau tidak sangat bergantung pada siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu adalah sebagai pencipta, tetapi ia tidak mempunyai kebebasan seluas kebebasan yang dimiliki penulis aslinya, karena seorang penerjemah pada dasarnya hanya mengungkapkan apa yang dikarang oleh penulis aslinya. Untuk menjadi seorang penerjemah yang baik serta menghasilkan terjemahan yang berkualitas, seorang penerjemah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Seorang penrjemah harus menguasai dua bahasa, bahasa sumber dan bahasa sasaran 2. Seorang penerjemaha harus memahami secara benar gaya dan karakteristik bahasa-bahasa yang diterjemahkan 3. Penerjemahan harus memiliki ciri khas bahasa sumber dan bahasa sasaran 4. Seorang penerjemah harus menguasai kosa kata pada kedua bahasa tersebut 20

E. METODE PENERJEMAHAN

Terjemahan yang ideal harus memenuhi paling tidak tiga komponen utama. Pertama adalah bahwa seorang penerjemah harus mampu menghasilkan makna dalam bahasa sumber BSU seakurat mungkin ke dalam bahasa asli BSA. Kedua, bahasa yang digunakan dalam produk terjemahan haruslah sealami mungkin dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam BSA. Dan ketiga bahwa produk terjemahan tersebut haruslah komunikatif dalam artian semua aspek makna dalam BSU harus diungkapkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. 21 Istilah metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris. Dalam Macquire Dictionary 1982, a method is a way of doing something, especially in accordance with a definite plan yaitu, cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu. 22 Dari definisi tersebut kita dapat menarik 2 hal penting. Pertama, metode adalah cara melakukan sesuatu yaitu cara dalam 20 Solihin Bunyamin, Panduan Belajar Menerjemahkan Al-Qur’an metode Granada Sistem Delapan Jam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003, h. 26 21 httpopen-university.co.ccdownloadbingbing3115-m3.pdf 22 Rochayah, Mochali, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000, h. 48 melakukan penerjemahan. Kedua, metode berkenaan dengan rencana tertentu, yaitu rencana dalam pelaksanaan penerjemahan. Sedangkan menurut Machali metode penerjemahan adalah cara melakukan penerjemahan dan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan. 23 Adapun mengenai fungsi mtode dan prosedur penerjemahan, Newmark mengemukakan bahwa teori terjemahan memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah-masalah penerjemahan, tidak ada masalah berarti tidak ada teori dan terjemah. 2. Menunjukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memecahkan masalah penerjemahan. 3. Menyelaraskan prosedur-prosedur penerjemahan yang dapat digunakan. 4. Menyarankan pemakaian beberapa prosedur penerjemahan yang sesuai untuk memecahkan masalah penerjemahan. 24 Metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Nemark mencakup metode penerjemahan yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber dan metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran. Dalam metode jenis yang pertama, penerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna kontekstual Tsu, meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantis pada Tsa yaitu hambatan bentuk dan makna. Dalam metode kedua, penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi BSu. Perbedaan mendasar pada kedua metode 23 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, Bandung: Humaniora, 2005, h. 68 24 Loc. cit tersebut terletak pada penekanannya saja, dan di luar itu keduanya saling berbagi permasalahan. Berikut metode penerjemahan yang berorientasi pada bahas sumber: 1. Penerjemahan Kata Demi Kata Dalam metode ini biasanya Tsa langsung diletakan di bawah versi Tsu. Kata-kata dalam Tsu diterjemahkan di luar konteks dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini digunakan sebagai tahapan penerjemahan pada terjemahan teks yang sangat sukar atau untuk memahami mekanisme BSu. 2. Penerjemahan Harfiah Penerjemahan dilakukan dengan mengkonversi konstruksi gramatikal bahasa sumber ke dalam konstruksi bahasa penerima yang paling dekat. Namun kata-kata tetap diterjemahkan satu demi satu tanpa mempertimbangkan konteks pemakainya. 3. Penerjemahan Setia Metode ini untuk mereproduksi makna kontekstual bahasa sumber ke dalam struktur bahasa penerima secar tepat. Karena itu, kosa kata kebudayaan ditransfer dan urutan gramatikalnya dipertahankan dalam penerjemahan. Metode ini berupaya setia sepenuhnya pada tujuan penulis. 4. Penerjemahan Semantis Dalam metode semantis, nilai estetika dan nas bahasa sumber dipertimbangkan, makna diselaraskan guna meraih asonasi dan dilakukan pula permainan kata serta pengulangan. Metode ini bersifat fleksibel dan memberi keluwesan kepada penerjemah untuk berkreatifitas dan untuk menggunakan intuisinya. 25 Adapun cara penerjemahan yang menekankan bahasa sasaran melahirkan jenis-jenis metode sebagai berikut: 1. Adaptasi Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan BSa. Istilah saduran dapat dimasukan di sini asalkan penyadurnya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu, misalnya tema, karakter atau alur. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi. 2. Penerjemahan Bebas Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuks teks BSu. Biasanya metode ini berbentuk parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. 3. Penerjemahan Idiomatik Metode ini bertujuan untuk mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian banyak terjadi distorsi makna. 4. Penerjemahan Komunikatif Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat 25 Syihabuddin, op. cit, h, 71-72 dimengerti oleh pembaca. Sesuai dengan namanya metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khlayak pembaca dan tujuan penerjemahan. 26 Dalam penerjemahan Bahasa Arab, metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh penerjemaha dalam mengungkapjkan makna nas sumber secara keseluruhan di dalam bahasa penerima. Dalam khazanah penerjemahan Arab tersebut, metode terjemahan terbagi 2 jenis, antara lain: 1. Metode Harfiah Yakni cara menerjemahkan yang memperhatikan peniruan terhadap susunan dan urutan nas sumber. Cara penerjemahan yang juga disebut dengan metode laf-zhiyah . metode ini dipraktekan dengan pertama-tama seorang penerjemah memahami nas, lalu menggantinya dengan bahasa lain pada posisi dan tempat bahasa sumber. Metode ini memiliki kelemahan karena 2 alasan, pertama, tidak seluruh kosa kata Arab berpaduan dengan bahasa lain sehingga banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua, struktur dan hubungan antar unit linguistik dalam suatu bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain. 2. Metode Tafsiriah Yakni suatu cara penerjemahan yang tidak memperhatikan peniruan dan urutan nas sumber. Yang dipentingkan dalam metode ini adalah penggambaran makna dan maksud bahasa sumber yang baik dan utuh. Sementara itu Ahmad Hasan AZ-Zayat tokoh penerjemah modern, menegaskan bahwa metode penerjemahan yang diikutinya ialah yang memadukan kebaikan metode harfian dan tafsiriah. Langkah yang dilaluinya sebagai berikut. 26 Rochayah, Machali, op. cit, h. 53-54 Pertama, menerjemahkan nas sumbe secar harfiah dengan mengikuti struktur dan urutan nas sumber. Kedua, mengalihkan terjemahan harfiah ke dalam struktur bahas penerima yang pokok. Disini terjadi proses transposisi tanpa menambah atau mengurangi. Ketiga, mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami perasaan dan spirit penulis melalui penggunaan metafora yang relevan. 27

F. PROSES DAN TAHAP-TAHAP PENERJEMAHAN

Tahap penerjemahan adalah suatu model yang dimaksudkan untuk menuangkan proses pikir yang dilakukan manusia pada saat melakukan penerjemahan. Larson 1989:3 mengemukakan tahap-tahap penerjemahan sebagai berikut : 1 mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2 menganalisa teks bahasa sumberuntuk menemukan maknanya; dan 3 mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan mengunakan leksikon yang sesuai dengan bahasa sasaran dan konteks budayanya. Jika dilihat dari prosesnya, penerjemahan yang baik harus mengikuti suatu proses yang bertahap, seperti yang dikemukakan oleh Nida dan Taber 1969 : 33, yaitu melalui tiga tahap, antara lain: 28 1. Tahap Analisa Dalam tahap ini struktur lahir atau kalimat yang ada dianalisa menurut hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual dan makna kontekstual. Pada tahap ini penerjemah mempelajari teks bahasa 27 Syihabuddin, op. cit. h. 70 28 Frans, Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2008, h. 20 sumber baik dari bentuk maupun isinya. Penerjemahan harus pula melihat bangunan makna antar kata dan gabungan kata. Tujuan analisa adalah agar penerjemah memahami benar-benar pesan yang terkandung dalam teks bahasa sumber serta cara pengungkapannya secara kebahasaan. 2. Tahap Transfer Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisa dan dipahami maknanya tadi diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dan dialihkan dari BSU ke dalam BSA. Pada tahap ini, mulailah penerjemahan melakukan alih bahasa setelah melakukan analisa lengkap yang mencakup aspek gramatikal dan simantis. Proses ini masih terjadi dalam pikiran penerjemah. 3. Tahap Restrukturisasi penyerasaian Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan kata, ungkapan dan struktur kalimat yang tepat dalam BSA sehingga isi, makna dan pesan yang ada dalam teks BSU tadi disampaikan sepenuhnya ke dalam BSA. Dalam tahap ini, penerjemah menyusun kembali teks dengan ragam yang sesuai dengan gaya bahasa yang wajar dalam bahasa target. Yang penting untuk diingat oleh seorang penerjemah adalah bahwa pada tahap penyerasian ini penerjemah ini sudah tidak lagi kembali ke tahap sebelumnya analisa dan pengalihan. Tahap penyerasian adalah tahap akhir, dan ini berarti bahwa tahap sebelumnya sudah diselesaikan dengan baik Machali, 2000:38. Dapat disimpulkan bahwa, dalam proses penerjemahan yang perlu diperhatikan adalah analisa teks asli dan pemahaman makna atau pesan teks asli yang diungkapkan kembali ke dalam BSA dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang diterima.

G. PROSEDUR PENERJEMAHAN

Istilah prosedur dibedakan dari metode. Konsep yang pertama merujuk pada proses penerjemahan kalimat dan unit-unit terjemah yang lebih kecil, sedangkan konsep kedua, seperti telah dikemukakan di atas, mengacu pada proses penerjemahan nas secara keseluruhan. Perbedaan anatra metode dan prosedur terletak pada objeknya. Objek metode adalah nas secara keseluruhan, sedangkan objek prosedur berupa kalimat sebagai unit penerjemahan terkecil, dan kalimat ini merupakan bagian dari nas. Persamaan antara metode dan prosedur ialah bahwa keduanya merupakan cara yang digunakan oleh penerjemah dalam memecahkan masalah penerjemahan. Selanjutnya, secara konseptual metode digunakan sebagi prinsip umum atau pendekatan dalam menangani sebuah teks, sedangkan prosedur memperlihatkan adanya tahapan penanganan masalah. Menurut The Macquarie Dictionary, “a procedure is the act or manner of proceeding in any action or process” ’prosedur adalah perbuatan atau cara kerja dalam segala tindakan atau proses’. 29 Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada satuan penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks, sedangakan prosedur 29 Syihabuddin, op. cit. h. 73 penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frase, kata, dan lain sebagainya. Di antara prosedur penerjemahan yang pokok ialah yang dikemukakan oleh Newmark 1988:81-93 berikut ini. 30

1. Prosedur Literatur

Prosedur ini tidak dapat dihindari pemakaiannya selama dapat menjamin ekuivalensi pragmatis dan referensial dengan bahasa sumber. Maksudnya, prosedur ini digunakan jika makna bahasa sumber berkorespondensi dengan makna bahasa penerima atau mendekatinya, dan kata itu hanya mengacu pada benda yang sama, bahkan memiliki asosiasi yang sama pula. Objek prosedur ini merentang mulai dari penerjemahan kata demi kata, frase demi frase, kolokasi demi kolokasi, hingga kalimat demi kalimat. Namun semakin panjang unit terjemahan, semakin sulit prosedur literal diterapkan. Prosedur penerjemahan literal tampak pada contoh berikut ini. ﻘﻟا نأ ﺎ آو إ ﺔ ﺎ ﺎ ﻟا ةﺮهﺎﻇ ﻰ ﻟا ةﺮ نﻮ ﺎﻬ ﺎ ﺎ ﻌﻟا ةﺮ ﻘﻟا ﻰﻟ و رﺎ د ا ﺪ دﺎ ﻟا ﺳﺮ و ﻟا إ ﻜﻣأ اذ ﺎﻬ ﻜﻟ ﺎ ﺣ ﺎﻬ نأ إ ﺔﻟزﺎ آو ﻟا ﻰﻟ ﺬ آ ﺮ ﻣ دﺎﻘ ادﺮ ﻣ ﻚﻟ إ ﺔ ﺎ ﺎ ﻟا ﺮ آ ﻰﻟ ﺔ ﺎ ﺎ رﺪﻘﻟا ﺎ نﺎ ﻟا دﺮ ﻣ إ ﻜﻟا ﻰﻟ ﻟا ةﺪهﺎ ﻟاو ﻟا رﻮ قاﺮ إو ﺣﺎ ا و رﺪ ﻟا ح اﺮ ﺎ . 30 Ibid Artinya: Sebagaimana kulit terbawah itu tampak manfaatnya dengan dikaitkan kepada kulit teratas, maka ia menjaga isi dan memeliharanya dari kerusakan ketika disimpan. Apabila dipisahkan, niscaya mungkin dimanfaatkan untuk kayu api. Akan tetapi, turun kadarnya dengan dikaitkan kepada isi. Begitu juga, semata-mata I;tiqad, tanpa tersingkat banyaknya manfaat, dengan dikaitkan kepada semata-mata penuturan lisan itu kureang kadarnya, dengan dikaitkan kepada tersingkap dan penyaksian yang berhasil dengan terbukanya dada dan kelapangannya, serta tersinarnya nur kebenaran.

2. Prosedur Transfer dan Naturalisasi