OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
2.5.1.1. Peran insulin dan OHO sehubungan dengan DOK
Kontrol diabetes intensif meliputi penggunaan OHO dan insulin. Saat ini tersedia 4 jenis OHO, yakni : insulin sekretagog, biguanid, glukosidase
inhibitor dan tiazolidinedion. Masing-masing dengan mekanisme kerja yang berbeda, yang dapat digunakan baik sebagai monoterapi, kombinasi antar
OHO maupun kombinasi dengan insulin. Kebanyakan dari OHO tersebut dapat menurunkan nilai HbA
1C
sebesar 1-2.
1,51
Hanya ada beberapa penelitian yang membahas keunggulan insulin dibanding OHO sehubungan dengan komplikasi jangka panjang diabetes.
Insulin merupakan obat hipoglikemik yang paling tua. Insulin umumnya digunakan jika dengan cara pengobatan dengan OHO gagal mencapai kadar
glukosa darah normal atau mendekati normal. Insulin sendiri berpotensi menurunkan kadar HbA
1C
sebesar 2. Ternyata bila dibandingkan dengan diet dan OHO, insulin mempunyai potensi yang lebih besar dalam
menurunkan kadar glukosa darah dan kadar HbA
1C
. Hal ini dibuktikan oleh Turner dkk pada penelitian prospektif selama 9 tahun pada kelompok yang
diterapi dengan insulin, OHO dan diet saja. Didapatkan penurunan kadar glukosa darah puasa 140 mg pada kelompok yang diterapi dengan insulin
sebesar 42, OHO 24 dan diet 8. Demikian juga nilai HbA
1C
7 sebesar 28 vs 24 vs 9 pada masing-masing kelompok insulin, OHO dan diet.
51
Hasil yang hampir sama dalam hal keunggulan insulin dibanding OHO dan diet juga diperoleh De Grauw dan kawan-kawan pada tahun 2003.
52
Efek nyata pemberian insulin pada semua penelitian adalah terjadinya penurunan
nilai HbA
1C.
Efek ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan pemberian OHO,
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
oleh karena disamping menurunkan kadar glukosa darah insulin juga mampu menyelamatkan fungsi sel beta dan memperlambat komplikasi mikro maupun
makroangiopati dengan efek antiinflamasi yang dihasilkannya.
17,18
Ilkova H dan kawan-kawan melaporkan bahwa pemberian insulin jangka pendek pada
pasien DM tipe-2 yang baru terdiagnosis dan gagal dengan diet ternyata mampu mempertahankan fungsi sel beta lebih baik dibandingkan dengan
kontrol.
53
Garvey dan kawan-kawan juga melaporkan adanya perbaikan fungsi sel beta pada pasien-pasien DM tipe-2 yang mendapat insulin infus
subkutan secara kontinyu.
54
Lebih lanjut Alvarsson M dan kawan-kawan melakukan penelitian yang membandingkan pemberian insulin dini dengan
sulfonilurea glibenklamid pada pasien DM tipe-2 yang baru terdiagnosis. Hasilnya adalah pada mereka yang mendapat insulin terjadi perbaikan sel
beta yang nyata dibandingkan dengan pasien-pasien DM tipe-2 yang mendapat glibenklamid.
18
Penelitian-penelitian di atas seiring pula dengan hasil yang didapat oleh United Kingdom Prospective Diabetes Study UKPDS
yang melibatkan ribuan orang dan diikuti selama 20 tahun.
17
Seperti disebutkan sebelumnya, selain hiperglikemia kronik, patogenesis terjadinya neuropati diabetik adalah juga karena defisiensi faktor
pertumbuhan neurohumoral. Faktor pertumbuhan neurohumoral berasal dari insulin. Defisiensi insulin akan menimbulkan disfungsi pada mitokondria sel
saraf yang akan berdampak pada gagalnya transduksi sinyal intraseluler.
55
Demikian juga peranan insulin dari segi pencegahan lipolisis. Suatu penelitian di Italia mendapatkan bahwa defisiensi insulin relatif merangsang
proses lipolisis yang berdampak pada kenaikan kadar asam lemak bebas. Asam lemak bebas sendiri akan memperkuat tonus simpatetik jantung
OK. Yolizal : Denervasi Otonomik Kardiak Pada Penderita Dm Tipe-2 : Perbandingan Antara Yang Mendapat Terapi Insulin Dengan Obat Hipoglikemik Oral, 2007
USU Repository © 2009
sehingga menghasilkan imbalans otonom jantung.
56
Oleh karena itu keunggulan insulin dalam beberapa hal ini tentunya tidak dimiliki oleh OHO
baik sebagai monoterapi maupun kombinasi. Dulunya dianggap denervasi otonomik kardiak hanya terjadi pada
mereka yang menderita DM tipe-1 sehubungan dengan defisiensi insulin, tetapi dari banyak penelitian ternyata menunjukkan bahwa penderita DM tipe-
2 lebih sering mengalaminya dibanding DM tipe 1.
11
Pada DM tipe-2 kejadian denervasi otonomik kardiak berkaitan dengan adanya resistensi insulin,
hiperinsulinemia dan obesitas.
57-59
Keadaan ini tentunya menjadi bahan pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya patogenesis denervasi otonomik
kardiak pada DM tipe 2, apakah oleh karena resistensi insulin atau karena disfungsi sel beta semata yang berujung juga pada hiperglikemia kronik.
2.5.2. Penatalaksanaan khusus