PENGARUH PENGGUNAAN Phanerocaeta crysoporium DAN Culombian Unidentijliid Lignophilic Hymenomyceies

PENGARUH PENGGUNAAN Phanerocaeta crysoporium DAN
Culombian UnidentijliidLignophilic Hymenomyceies (CULH)

DALAM MENDEGRADASI LIGNOSELULOSA SEBAGAI

-

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN NILAI NUTRISI
PAKAN SERAT

Oleh
SITTI SABARIYAH DONGGENG

PROGRAM PASCASARJANA
LNSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
SITTI SABARIYAH D. Pengaruh Penggunaan Phmrerocaeta crysossporium dan
Colombian Unidentrfied Lignophilic Hymenomycetes (CULH) dalam Mendegradasi
Lignoselulosa sebagai Upaya untuk Meningkatkan Nilai Nutrisi Pakan Serat.

Dibimbing oleh SURYAHADI dan NUR AENI SIGIT.

Penggunaan limbah pertanian dan limbah industri mempakan salah satu
alternatif dalam mengatasi masalah keterbatasan penyediaan hijauan makanan ternak.
Rendahnya kecernaan adalah W o r pembatas dalam penggunaanya, sebagai akibat
tingginya kadar lignin didalam bahan pakan tersebut.
Penelitian ini menggunakan dua jenis jamur yaitu Phanerocaeta crysossporium
(PC)dan Colombian Unidntijied Lignophilic Hymenomycetes (Ch) dan dua jenis
bahan pakan yaitu jerami padi dan serabut sawit. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial
3 x 2, dengan kombinasi perlakuan jerami padi JpK (tanpa inokulasi), JpPc, JpCh,
Ss K (tanpa inokulasi), SsPc, SsCh dengan lima ulangan. Peubah yang diamati
adalah kadar ADF, Selulosa, Lignin. Teknik In suacco digunakan dengan
meggunakan rumen kerbau berfistula untuk mengukur kecetnaan bahan kering
(KCBK), kecernaan bahan organik (KCBO), potensi degradasi bahan kering dan
potensi degradasi bahan organik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan jamur PC pada jerami
padi memberikan kadar ADF, selulosa dan lignin yang rendah (47,112%; 24,726%;
8,786%), sedangkan pada serabut sawit menghasilkan kadar ADF yang tinggi
(52,668% ), selulosa (25,3 16%) clan lignin yang rendah (21,672) dibanding tanpa

inokulasi. Penggunaan Jamur Ch menghasilkan pada jerami padi memberikan kadar
ADF yang tinggi (58,812%), kadar selulosa dan lignin yang rendah masing-masing
3 1,396%; 8,892%. Pada serabut sawit penggunaan jamur Ch menghasilkan kadar
ADF yang tinggi(63.128 %), kadar selulosa yang tinggi (32.438 %) dan kadar lignin
yang rendah (22,474%). Penggunaan jamw PC dan Ch memberikan tingkat
kecernaan yang tinggi dibanding kontrol. Penggunaan kedua jamur memberikan
tingkat potensi degradasi efektif yang tinggi pada jerami padi, tetapi pada serabut
sawit terjadi penurunan tingkat degradasi efektif. Hal ini menggambarkan bahwa
potensi degradasi efektif dengan penggunaan jamur pendegradasi lignoselulosa
ditentukan oleh jenis substrat yang digunakan.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PENGARUH PENGGUNAAN Phanerocaeta aysosporium DAN Coltmbian

Unidentifud Lignophilic Hymenanycetes (CULH) DALAM MENDEGRADASI
LIGNOSELULOSA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKA'I'KAN NILAI
NUTRISI PAKAN SERAT
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya

Bogor, September 2001

Sitti Sabariyah Donggeng
W.97082

PENGARUH PENGGUNAAN fianerocaeta ciysosporium DAN Colombian

UnidentifiedLignophilic Hymenomycetes (CULH) DALAM MENDEGRADASI
LIGNOSELULOSA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN NILAI

NUTRISI PAKAN SERAT

Sitti Sabariyah Donggeng

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Ternak


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis :

PENGARLJH PENGGUNAAN Phanerocaeta crysosporium DAN
Colombian Unidentijed Lignophilic Hymenomycetes (CULH)

DALAM MENDEGRADASI LIGNOSELULOSA SEBAGAI
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN NlLAI NUTRISI
PAKAN SERAT

Nama Mahasiswa

: Sitti Sabariyah D.

Nomor Pokok


: 97082

Program Studi

: Ilmu Ternak

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr. Suryahadi. DEA
Ketua

*Dr.Ir.Nur Aeni Sipit, MS.
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Ilrnu Ternak

Tanggal Lulus : 26 Maret 2002


3. Direktur Program

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Nopember 1965, sebagai anak kesembilan
dari dua belas bersaudara pasangan H.Donggeng Dg. Tiro dan H.Tati Dg. Taco, di
Makassar, Sulawesi Selatan.
Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah I1 Makassar
tahun 1973 sampai 1979, Sekolah Menengah Pertama Negeri I M a k tahun
~
1979
sampai 1982, dan Sekolah Menengah Atas Negeri I Makassar tahun 1982 sampai
1985. Pada tahun 1986 penulis melanjutkan kuliah di Universitas Tadulako di
Fakultas Pertanian jurusan Peternakan dan dinyatakan lulus pada tahun 1991 dan
pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Alkhairaat Palu sebagai tenaga
pengajar hingga saat ini.
Penulis diterirna sebagai mahasiswa Pascasarjana Program Magiter Sain (S2)
pada Program Studi Ilmu Ternak, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
pada tahun 1997.


PRAKATA

Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi atas segala nikmat dan karunia-Nya yang
telah dilimpakan kepada penulis sehingga penelitian dan penulisan tesis ini dapat
terselesaikan degan baik
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada bapak
Dr. Ir. Suryahadi, DEA dan ibu Dr. Ir. Nur Aeni Sigit, Ms. atas segala bimbingan,
nasehat, petunjuk dan dukungan kepada penulis sejak awal penelitian hingga
selesainya penyusunan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin pula menyarnpailcan terima kasih yang tak
terhingga kepada bapak ketua program studi ilmu ternak beserta staf dosen dan
karyawan, atas segala bantuan dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.
Kepada rekan-rekan seperjuangan penulis ucapkan terima kasih atas segala
bantuan dan dorongannya selama dalam pendidikan, juga penulis ucapkan terima
kasih kepada staf laboratorium Biokimia, Mikrobiologi dan Fisiologi Nutrisi, staf
Laboratorium Ternak Perah, staf laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak atas
segala bantuannya
Kepada bapak Dr. Andi Djayanegara beserta stafhya di Balai Penelitian
Peternakan Bogor, penulis tak lupa pula megucapkan terima kasih atas segala bantuan

dan fasilitasnya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan tesis ini kepada
suami tercinta Drs. Muhammad Jufii dan ketiga ananda tercinta Sayyida Luthfiyah,
Muhammad Aiman dan Muhammad Aushaf. Penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga atas perhatian, dorongan dan pengertiannya selama penulis
menempuh pendidikan.
Penulis juga talc lupa mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dm
saudara-saudara yang begitu banyak memberikan dorongan moril sehingga penulis
dapat melalui pendidikan ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulis belum dapat memberikan apa-apa kepada
semua pihak yang telah membantu, kecuali ucapan terima kasih yang tulus mudahmudahan bantuan yang diberikan mendapat pahala dan berkah dari Allah Subhanahu
Wataala
Arnin.

Bogor, September 200 1

Penulis

DAFTAR IS1

Halaman

.
............................................ VIII
DAFTAR TABEL ........................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................

IX

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... X
PENDAHULUAN .........................................................................

1

Latar Belakang ......................................................................

1

Tujuan Penelitian .................................
.................................


3

Manfaat Penelitian .................................................................

3

Hipotesis ............................................................................. 3
TINAJAUAN PUSTAKA ...............................................................
Potensi Jetami Padi dan Serabut Sawit sebagai Pakan Ternak ...............

4
4

Selulosa ................................................................................ 8
Hemiselulosa ........................................................................... 9
Lignin ................................................................................... 10
Penggunaan Jamur dalam Biofermentasi .......................................... 12
Teknik In sacco ........................................................................


15

Pengukuran Potensi Degradasi ..................................................... 16
MATERI DAN METODE ...............................................................

18

Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 18
Materi Penelitian .................................................................... 18
Metode Penelitian .................................................................... 19

Pertumbuhan Jamur pada Media ............................................... 19
Pertumbuhan Jamur pada Jerami Padi dan Serabut Sawit .................. 19
Penyiapan Inokulan ............................................................ 20
Inokulasi pada Jerami padi dan Serabut sawit ............................... 20
Pengukuran Degradasi Bahan Kering dan Bahan Organik ............... 22
Rancangan Percobaan dan Peubah yam Diamati

......................... 23

Analisis Data ...................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................24
Pengaruh Jenis Jamur dan Bahan
terhadap Kadar ADF ................................................................. 24
Pengaruh Jenis Jamur dan Bahan
terhadap Kadar Selulosa ............................................................ 26
Pengaruh Jenis Jamur dan Bahan
terhadap Kadar Lignin .............................................................. 28
Penganrh Jenis jamur dan Bahan terhadap Kecernaan Bahan Kering
dan Kecernaan Bahan Organik .....................................................

30

Pengaruh Jenis Jamur dan Bahan
terhadap Potensi Degaradasi ........................................................ 34

Kesimpulan ........................................................................... 37
Saran ...................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 39
LAMPIRAN ................................................................................ 43

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Produksi Padi di Indonesia .............................................................. 4

2. Komponen dan Komposisi Tandan Buah Sawit
dan Estimasi Produksi ................................................................. 7
3. Nilai Rataan Pengaruh Jenis Jamur dan Jenis Bahan
terhadap Kadar ADF ....................................................................24

4. Nilai Rataan Pengaruh Jenis Jamur dan Bahan
terhadap Kadar Selulosa ................................................................ 26
5. Nilai Rataan Pengaruh Jenis Jarnur dan Bahan
terhadap Kadar Lignin ................................................................

28

6. Nilai Potensi Degradasi Bahan Kering ............................................. 34

7. Nilai Potensi Degradasi Bahan Organik ............................................ 35

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 . S t r u b Kimia Lignin .................................................................

11

2. Skema Percobaan Jamur pada Substrat ............................................. 21
3 . Skema Pelaksanaan Teknik In Sacco ............................................... 22

4. Gambar Kadar ADF ....................................................................

25

5. Gambar Kadar Selulosa .............................................................. 27
6 . Gambar Kadar Lignin .................................................................

29

7 . Gambar KCBK Jerami Padi ..........................................................31
8 . Gambar KCBO Jerami Padi ........................................................... 31

9 . Gambar KCBK Serabut Sawit ....................................................... 32
10. Garnbar KCBO Serabut Sawit ....................................................... 33

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 . Nilai Rataan Kadar ADF .............................................................

43

2. Analisis Ragam Kadar ADF .........................................................

43

3 . Nilai Rataan Kadar Selulosa .......................................................... 44

4 . Analisis Ragam Kadar Selulosa ......................................................

44

5. Nilai Rataan Kadw Lignin ............................................................. 45
6. Analisis Ragam Kadar Lignin ......................................................... 45
7. Nilai Rataan KCBK .................................................................... 46

8 . Nilai Rataan KCBO .....................................................................

47

9. Analisis Ragam KCBK ................................................................ 48

10. Analisis Ragam KCBO ............................................................. 48

1 1 . Hasil Perhitungan Nilai a.b.

dan r dari BK ...................................... 49

12. ~ a s i~erhitun~an
l
~ i l aa.i b R
' dan r dari BO ...................................... 49

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi bukan hanya menyebabkan
perluasan areal pemukiman, tetapi juga menyebabkan berkurangnya areal pertanian.
Pertambahan penduduk juga menyebabkan peningkatan kebutuhan akan pangan,
terrnasuk produk peternakan yang

ditunjang oleh peningkatan daya beli dan

kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi bagi
kesehatan. Kondisi ini perlu didukung oleh peningkatan populasi dan produksi hasil
tern& terutama ternak ruminansia sebagai penghasil protein hewani.
Masalah pengembangan ternak ruminansia saat ini adalah penyediaan hijauan
makanan ternak yang semakin terbatas karena berkurangnya lahan tersebut.
Sedangkan hijauan merupakan pakan dasar untuk ruminansia yang merupakan
bagian terbesar dari ransum.

Kurangnya informasi dan pengetahuan tentang

bagaimana memanfaatkan limbah yang ada disekitarnya yang dapat membantu
dalam penyediaan pakan pengganti hijauan, dan harga pakan konsentrat yang
semakin mahal menyebabkan banyak petani peternak tidak dapat mengembangkan
peternakannya.
Perkembangan peternakan menuntut adanya pakan yang murah, berkualitas

dan tersedia dalam jumlah yang banyak serta tidak bersaing dengan manusia.
Berbagai limbah pertanian dan industri seperti jerami padi, serbuk gergaji, sekam
padi, bagas tebu, pod coklat d m serat sabut kelapa sawit mempunyai potensi sebagai

pakan ternak alternatif untuk menggantikan hijauan yang ketersediaannya semakin
berkurang. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis limbah tersebut
masih mempunyai nutrisi yang dibutuhkan ternak.
Limbah pertanian tersedia dalam jumlah
pemanfaatannya sebagai

yang cukup besar tetapi

pakan ternak masih w g 8 t terbatas. Hal ini disebabkan

oleh kadar lignin yang tinggi sehingga sulit dicerna. Oleh karena itu perlu ada upaya
untuk mereduksi dan bila mungkin menghllangkan kadar lignin tersebut, dengan cara
atau teknologi yang dapat meningkatkan nilai manfaat limbah tersebut.
Upaya tersebut antara lain dengan melakukan pengolahan pendahuluan sebelum
diberikan kepada t e d . Beberapa cara pengolahan limbah sudah dikenal antara lain
pengolahan fisik, kimia dan biologi, dan masing-masing cara ini mempunyai
kekurangan dan kelebihan. Pengolahan pendahuluan ini diharapkan akan memecah
ikatan lignoselulosa menjadi gula sederhana

yang dapat dimanfaatkan oleh

mikroorganisme rumen.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengolahan biobgi
yaitu biofermentasi dengan menggunakan jamur. Menurut Erikson dan Kirck (1985)
proses degradasi lignin dapat dilakukan secara biologis yaitu dengan menggunakan
jamur putih

pelapuk kayu (white rot firnp).

Jamur yang

termasuk kelas

Basidiomycetes ini dikenal mempunyai kemampuan mendegradasi iignin.

Biofermentasi mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan cara
pengolahan cara fisik dan kimia. Biofermentasi kecuali lebih aman dan sederhana,

juga memunglunkan terjadinya perbaikadpeningkatan nilai nutrisi pada limbah
pertanian dan industri tersebut.
Berbagai jenis jamur yang dapat diperoleh baik melalui cara isolasi maupun
yang sudah diperdagangkan, sifat dan mekanismenya dalam mendegradasi
lignoselulosa tidak sarna.

Penggunaan jamur Fhanerocaeta crysosporium dan

Colombian Unidentified Lignophilic Hymenomycetes (CULH) dalam penelitian ini
diharapkan dapat rnendegradasi lignoselulosa pada jerami padi, dan serabut sawit
secara optimum.
Tujuan Penelitian

Penelitian

Phanerocaeta

ini

bertujuan

crysosporiurn

dan

untuk

mengetahui

Colombian

Unidentiped

kemampuan

Lignophilic

Hymenomycetes (CULH) dalam mendegradasi lignoselulosa dan meningkatkan daya
cerna in vitro jerami padi dan serabut sawit.
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mernberikan inforrnasi tentang
penggunaan jamur Phanerocaeta crysossporium dan Colombian Unidentified

Lignophilic Hymenomycetes (CULH)untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan serat.
Hipotesis

Penggunaan jamur Phanerocaeta crysosp~riumdan Colombian Unidentiped

Licnophilic Hymenomycetes (CULH) akan menurunkan kadar lignoselulosa dan
meningkatkan kecernaan jerami padi dan serabut sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Jerami Padi dan Serabut Sawit sebagai Pakan Ternak
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang berlimpah dan selalu
tersedia. Jerami padi merupakan bagian vegetatif dari tanaman yang sudah
mengalami pernanenan dan diambil bulirnya (Doyle et al., 1986).
Produksi padi di Indonesia mencapai 49,97 juta per tahun (1995- 1999) dengan
luas panen rata-rata 11.546,64 ha dan produksi rata-rata 43,29 tonha seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Padi di Indonesia
Tahun

I

Luap Panen (Ha)

I

Ton/Ha

I

Produksi (TodHa)

1996

'1 1.569.729

44.17

51.101.506

1997

11.140.594

44.32

49.377.054

1998

11.730.325

41.97

49.236.692

1999

11.853.729

42.52

50.401.783

I

Sumber : Biro Pusat Statistik Jakarta ( 1 994 - 1999)
Dari hasil tersebut 43 % adalah merupakan limbah, dan baru dimanfaatkan
sebesar 7,8 % untuk ternak , 7-16% digunakan untuk keperluan industri dan sisanya
umumnya dihakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk (Komar, 1984).
Menurut Doyle dan Egan (1994), bahwa jerarni padi adalah limbah pertanian
yang sangat potensial sebagai pakan tern& dengan pertimbangan produksinya yang
cukup besar dan mudah diperoleh, disamping itu juga cukup mengandung selulosa
sehingga cukup baik sebagai pakan ternak ruminansia.

Selain karena jumlahnya yang melimpah untuk dijadikan makanan ternak,
jerami padi juga masih mengandung zat rnakanan (Jackson, 1978; Doyle dan Egan,
1994 ). Selanjutnya Jackson (1978) mengemukakan, bahwa kadar protein kasar
jerami padi 3 3 % dari bahan kering. Roxas et al(1975); Satoto (1983) menyatakan
bahwa 80% adalah karbohidrat berupa serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) ) sebagai eaksi dinding sel dari jerami padi yang

merupakan bahan

potensial yang dapat dicerna.
Rendahnya kadar zat-zat makanan adalah sebagai faktor penghambat utama.
Hal ini berkaitan dengan rendahnya kecernaan karbohidrat berstruktur yang
disebabkan oleh adanya ikatan kimia antara polimer komplek lignoselulosa dengan
ikatan intermolekul, sehingga terjadi kristalisasi lignin dengan silika (Fries, 1982).
Fraksi dinding sel jerami padi meliputi 80% dari berat kering yang merupakan bahan
potensial untuk dicerna sebagai energi yang berasal dari karbohidrat.
Menurut Laconi (1992), jerami padi mengandung bahan lignoselulosa yang
tinggi sehingga sulit dicerna. Dinding sel jerami padi sebagian besar tersusun dari
lignin, selulosa dan hemiselulosa. Selulosa dan hemiselulosa pada dasarnya mudah
dicerna mikroba rumen akan tetapi komponen tersebut berada dalam ikatan komplek
lignoselulosa dan lignohemisefulosa.
Serat kasar jerami padi terdiri dari selulosa 3 1,8%, hemiselulosa 17,19%, lignin
6,89%, dan BETN 38,3%, sedangkan penggunaannya masih dibatasi oleh rendahnya
kecernaan (4045%). Hal serupa juga dikemukakan oleh Doyle dan Egan (1994)
bahwa pemanfaatan jerami padi yang terbatas dihadapkan pada kenyataan daya
cernanya yang rendah, kadar nutrisi yang rendah dan kurang disukai serta bersifat

amba.

Kondisi ini mengakibatkan rendahnya tingkat konsumsi sebagai akibat

lambatnya bahan tersebut difermentasikan didalam rumen dan laju pengosongan
yang rendah.
Selain limbah tersebut diatas, limbah kelapa sawit juga mempunyai potensi
yang besar untuk d i n a k a n sebagai pakan ternak. Jumlah tanamn kelapa sawit
setiap tahunnya terus meningkat dengan rata-rata peningkatan 11,3% per tahun Pada
tahun 1997 luas areal yang ditanami mencapai 2.516.079 ha, kemudian meningkat
menjadi 2.779.882 ha pada tahun 1998. Pada tahun 1999 mencapai 2.957.676 ha
(Ditjen Perkebunan 1997).
Peningkatan luas areal penanaman ini mempengaruhi produksi, yang pada
akhirnya juga akan mempengaruhi jumlah limbah sebagai akibat pengolahan itu
sendiri (Ditjen Perkebunan, 1997). Menurut Aritonang (1986) 12 % dari produksi
kelapa sawit merupakan limbah, sehingga akan diperoleh 2,4 juta tonltahun serat
sabut kelapa sawit, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Dilihat dari produksi dan limbah yang dihasilkan dapat dikatakan bahwa
potensi serabut sawit adalah besar. Akan tetapi potensi ini tidak dilengkapi dengan
kualitasnya dalam arti bahwa nilai nutrisinya sangat rendah. Menurut Aritonang
(1986) ada beberapa faktor penghambat daIam serabut sawit tersebut antara lain

adanya kadar lignin, dan kadar mineral yang tidak seimbang, serta kecernaannya
rendah.

Tabel 2. Komponen dan Komposisi Tandan Buah Sawit dan Estimasi Produksi.
Komposisi Tadan

Komposisi

Estimasi
Sawit Muda
12.60

(%)

Tandan buah segar

100.00

I

Produksi (%)
Sawit Dewasa
27.00

Ampas tandan
Berondolan buah

I

Serat perasan buah
Minyak sawit

1

I Lurnpur minyak sawit 1
I Minyak sawit murni 1
I ~ n tsawit
i
1

I

1

Minyak inti sawit

25.00
5,OO
20.00

5.00
2.20

1

1
1
1
1

4.00

Kotoran dan cairan

3.10
0,60
2.50
0.60
0.30
0.40

1

1
1
1
1

6.90
1.40
5.50
1.40
0.60

1

1
1
1
I

1.OO

Sumber : Aritonang (1986)
Menurut Aritonang (1986) serat kelapa sawit merupakan limbah hasil
pengolahan kelapa sawit setelah minyak dan biji diambil dalam proses pemerasan.
Penggunaan serabut sawit ini hanya cocok untuk ternak ruminansia, ha1 ini
disebabkan karena kandungan serat kasarnya yang tinggi. Adapun komposisi dari
serat sabut sawit tersebut terdiri dari; abu 6,46%, protein kasar 5,93%, lernak kasar
5,19%, serat kasar

40,80%, BETN 41,62%, Ca 0,53%, P 0,13 %, ADF 58,61%,

NDF 78.33%, selulosa 38,60%, dan lignin 19,91%.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa serabut sawit dapat digunakan
sebagai pakan ternak ruminansia. Seperti yang dilaporkan Aritonang (1986) bahwa
penggunaan serabut sawit 25-30%. Menurut Agustin (1991)

serabut sawit dapat

digunakan sebagai pengganti rumput. Selain itu Devendra juga melaporkan bahwa

penggunaan serabut sawit sampai 40% dan penggunaan yang lebih tinggi akan
mengakibatkan penurunan kecernaan protein dan serat kasar.
Selulosa
Lebih kurang 60 - 70 % ransum yang biasa dimakan rurninansia terdiri dari
karboidrat.

Sebagian besar terdapat sebagai selulosa, hemiselulosa dan lignin.

Selulosa merupakan polimer glukosa dan membentuk ikatan P 1-4 (Sutardi, 1977).
Hal ini sejalan dengan pendapat beberapa ahli tentang selulosa.
Menurut Piliang (1991); Mayes et al. (1995), selulosa adalah unsur utama yang
membungkus kerangka tumbuhan. Bentuk ini tidak larut dalam pelarut biasa dan
terdiri dari sejumlah unit f3 - D glukopiranosa yang dihubungkan lewat ikatan P 1-4
untuk membentuk rantai lurus dan panjang yang dikuatkan oleh ikatan hidrogen
berikatan silang.
Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman selain
hemiselulosa dan lignin. Komponen-komponen itu dihasilkan dari proses fotosintesa
tumbuh-tumbuhan (Harjo et al., 1989).
Selulosa merupakan bagian terbesar dari komponen lignoselulosa tanaman yang
dapat dicirikan sebagai polimer linier yang mempunyai berat rnolekul tinggi dari unit

P-Dglukosa. Sifat fisika dan kimia selulosa menyebabkan berfbngsinya sebagai
komponen struktural utama dinding sel tanaman.
Selulosa penting sebagai sumber serat dalam susunan makanan yang
menyebabkan makanan bersifat remah. Serat makanan penting untuk kelancaran

jalannya makanan dalam saluran pencernaan dan periodik pengosongan rongga
lambung (Garnan dan Sherrington, 1982).
Mayes et al. (1995), menyatakan bahwa pada hewan pemamahbiak dan hewan
herbivora terdapat mikroorganisme yang dapat menyerang ikatan

P sehingga selulosa

dapat digunakan sebagai sumber penghasil kalori yang penting.
Selulosa dicerna secara mantap didalam rumen dan retikulurn ternak menjadi
selobiosa dan selanjutnya oleh enzim selobiose diubah menjadi glukosa. Hasil akhir
pencernaan oleh jazad renik adalah asam lemak terbang yang terdiri dari asam asetat,
asam propionat dan asam butirat dengan hasil sampingan berupa gas C02dan metana
(Tilman et al., 1991)
Hemiseluiosa

Hemiselulosa adalah bagian dinding sel yang lebih mudah didegradasi
dibandingkan dengan selulosa dan lignin. Hemiselulosa tidak hanya terdiri dari
homopolisakarida tetapi juga terdiri dari xylose, mannose, galaktose, arabinose dan
glukose (Puls dan Pountanen, 1989).
Hemiselulosa berbeda dengan selulosa dalam hubungannya dengan keterikatan
dengan lignin. Hemiselulosa terikat lebih erat dengan lignin dibandingkan dengan
selulosa.

Kondisi inilah yang menyebabkan selulosa lebih mudah dicema

dibandingkan hemiselulosa.

Juga dilaporkan bahwa kecernaan selulosa dan

hemiselulosa diakibatkan oleh kandungan lignin yang berubah-ubah. Kandungan
lignin pada rumput lebih tinggi dari leguminosa (Doyle dan Egan, 1994).

Lignin
Lignin merupakan intracelluler cement yang meyebabkan tanaman jadi keras.
Lignin sebenarnya bukan karbohidrat tetapi sering tidak terpisahkan dari karboidrat
(Sutardi, 1977). Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyu (1995), bahwa lignin
merupakan lapisan protektif pada s t r u h r selulosa-hemiselulosa dan jaringan
tanaman selama pertumbuhannya untuk mencegah serangan bakteri. Dari segi nutrisi
selalu dihubungkan dengan selulosa dan hemiselulosa.

Jumlah lignin

dan

penempatannya tidak bermanfaat sebagai zat makanan bahkan mempunyai efek yang
merugikan terutama dalam ha1 ketersediaan zat makanan untuk diabsorbsi
Lignin merupakan bentuk polimer dari senyawa aromatik yang berfbngsi
memberi kekuatan dan kekakuan pada struktur tanaman. Karena adanya hubungan
kedua fbngsi ini maka lignin bertindak sebagai penghalang fisik dan penghalang
pemecahan oleh mikroba dari senyawa-senyawa polisakarida tersebut (Jackson,
1989). Pendapat ini didukung oleh Liyama (2000) yang menyatakan bahwa lignin
merupakan biopolymer aromatic yang sangat berbeda dari bioplymer yang lain
seperti polisakarida dan protein.
Selain itu l i p i n beriiatan dengan selulosa dm hemiselulosa dalam jaringan
tanaman, dan lignin tidak pernah ditemui dalam bentuk sederhana diantara
polisakarida-polisakarida dinding sel tetapi selalu berikatan dengan polisakarida

lainnya ( Fagel dan Wagener, 1984).
Menurut Liyama (2000) bahwa selama masa pemasakan tanaman Iignin akan
bertambah secara berangsur-angsur dan kecernaa dinding sel secara cepat akan
menurun. Penurunan kecernaan dinding sel ini ditentukan oleh deposisi lignin

Lignin memiliki kandungan energi yang potensial, tetapi tidak dapat digunakan
sebagai sumber energi oleh mikroorganisme rumen terutama pada cincin
aromatiknya. Cincin aromatik hanya dapat dipecah pada keadaan aerob, sedangkan
rumen dalam keadaan yang anaerob (Orpin, 1984).
Lignin dijumpai pada dinding sel tanaman yang berikatan dengan selulosa dan
hemiselulosa. Lignin disusun dari unit-unit fenilpropen yaitu koniferil alkohol,
sinapil alkohol dan parakumaril alkohol melalui proses polimerisasi dehidrogenasi,
seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini (Nolan et al., 1989).

Parakumaril alkohol

Coniferyl alkohol

Sinapyl alkohol

Houghton et al., (1987) menyataacan bahwa perombakan lignin oleh
mikroorganisme melibatkan enzim lignolitik yang akan menguraikan lignin menjadi
karbondioksida yaitu peroksidase, mangan peroksidase, lakase dan oksidase. Laju
perombakan lignin akan meningkat seiring dengan meningkatnya hidrogen peroksida
yang berhngsi sebagai oksidan ekstraseluler dan perangsang aktivitas lignilisis

(Kennedy et al., 1987). Hal serupa juga dikemukakan oleh Leisola dan Garsia (1989)
bahwa degradasi lignin masih mungkin terjadi akibat proses oleh jamur.
Penggunaan Jamur dalam Biofermentasi

Dalam upaya memperbaiki mutu pakan dapat dilakukan dengan bantuan
mikroba dalam suatu proses fermentasi. Keberhasilan ini ditentukan oleh jenis
mikroba yang digunakan dan metode fermentasinya. Umumnya jenis mikroba yang
digunakan adalah yang mempunyai aktifitas selulotik yang tinggi serta mampu
meningkatkan kadar protein bahan.

Sedangkan proses fermentasi yang banyak

digunakan adalah fermentasi padat atau semi padat.
Suryahadi dan Piliang (1994) menyatakan bahwa fermentasi selain dapat
meningkatkan kecemaan bahan, sering pula terjadi kehilangan bahan organik. Hal ini
disebabkan bahan tersebut dimanfaatkan oleh mikroba rumen seperti Pleurotus
ostreatus.
Berdasarkan kondisi ini oleh Suryahadi dan Piliang (1994) merumuskan kriteria
mikroba yang ideal yang dapat digunakan untuk mengolah limbah untuk pakan
ruminansia, yaitu (1) mampu tumbuh cepat pada substrat limbah lignoselulosa,
(2) mampu memecah ikatan lignoselulosa dan tidak merombak terlalu banyak Eraksi
bahan organik yang sebenarnya dapat dimanfaatkan/diiombak oleh mikroba rumen
(3) tidak parasit bagi lingkungan dan tidak beracun bagi ternak, (4) Tumbuh baik

dalam kondisi aerobik sehingga memudahkan proses fermentasi, (5) Sebaiknya dari
kelompok hngi karena mudah dipersiapkan sebagai inokulan. Dan yang memberi
harapan dalam fermentasi pakan adalah kapang tanah.

Fermentasi diartikan sebagai proses perubahan kimia pada suatu substrat
sebagai hasil kerja enzim yang dihasilkan mikroorganisme dengan menghasilkan
produk tertentu . Selama fermentasi berlangsung banyak yang dapat terjadi antara
lain pembahan terhadap asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, pH,
kelembaban dan aroma (Winarno, 1980). Selanjutnya dikatakan pula bahwa bahan
yang mengalami fermentasi memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari pada bahan
asalnya. Hal ini disebabkan sifat katabolik dan anabolik mikroorganisme sehingga
mampu memecah komponen yang komplek menjadi mudah dicerna dan mensintesa
faktor-faktor pertumbuhan lainnya seperti vitamin.
Banyak jamur yang merupakan hasil isolasi dari tanah seperti Panerochaeta
crysoprium,Pleuratus q.,Trichoderme virihe dan Fusarium. Diantara jamur
tersebut ada yang dapat mendegradasi sellulosa dan lignin yang berasal dati alam
(Malekzadeh et al., 1993).

Jamur putih pembusuk (P.crysosporium, Coriolus

versicolor, dan Phlebia rediata) yang diisolasi dari jerami padi menghasilkan ekstrak
selluler enzim lignolitik. Enzim mengandung lignin peroksidase, peroksidase Mn
bebas dan beberapa tipe lakase (Golovleva et al., 1992).
Erickson dan Vallender, (1980) menyatakan bahwa P.crysosporium juga
memiliki kemampuan yang kuat untuk merombak lignin dan pelapukan kayu secara
mikrobial.

Jamur tersebut diketahui lebih mampu mencerna lignin dibandingkan

species jamur yang lain. Jamur ini sering dipakai sebagai pencerna kayu pada
pembuatan "pulp" pada industri kertas. Erikson dan Kirk, (1985) menyatakan bahwa
proses degradasi lignin dapat dilakukan secara biologis, yaitu dengan jamur putih
pembusuk.

Jamur klass Basidiomycetes dikenal mempunyai kemampuan

13

mendegradasi lignin karena aktivitas enzim fen01 peroksidase yang dilepas selama
proses pertumbuhan jamur. Pestumbuhan jamur pada proses degradasi kayu sangat
tergantung pada substrat, yaitu kandungan lignin, karbohidrat , nitrogen dan unsur
hara. Sedangkan aktivitas enzim itu sendiri dipengaruhi oleh senyawa H202yang
m u n d selama proses degradasi dan ion logam M . 8
Jenis jamur lain yang belum banyak dikenal orang adalah Colombian

UnidentlJiedLicnophilic Hymenomycetes (CULH). Jenis jamur ini juga digunakan
pada pembuatan "pulp" atau dikenal dengan narna biopulp. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hendriutomo (1995) diperoleh bahwa penggunaan jamur ini
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa perlakuan .
Disimpulkan bahwa terjadi penurunan lignin, dengan meningkatnya aktivitas
ligninase dan lakase.
Jamur CULH merupakan salah satu jamur pendegradasi lignin yang digunakan
dalam biopulp. Jamur ini merupakan jamur sapropit, hidup pada batang kayu yang
diperoleh dari areal hutan hujan tropik di Colombia, Amerika Selatan dengan
kelembaban 90 - 100%. Jamur ini mempunyai kemampuan memproduksi enzim
ekstraselluler yang dapat mendegradasi lignin dan selulosa serbuk gergaji, jerami
maupun sekam (Knapp ,1985)
Untuk melihat hasil degradasi lignin oleh mikroba adalah dengan cara
memberikan kepada ternak pakan yang sudah diberi perlakuan atau dikenal dengan
cara in vivo. Akan tetapi bila ha1 tersebut tidak dapat dilaksanakan maka dapat
dilakukan dengan cara in vitro. Reiser et al. (1989), bahwa kandungan lignin bahan

yang telah berhasil dipecah atau didegradasi , secara in vitro akan menunjukkan
hasil yang sama baiknya bila dicobakan ke ternak secara in vivo.
Teknik In Sacco.

Teknik In Sacco merupakan cara yang digunakan untuk mengestimasi
degradasi bahan makanan dalam rumen yang merupakan salah satu alternatif dari
pengukuran In Yiw. Menurut Michalet-Doreau dm Ould-Bah (1992) bahwa teknik
In Sacco digunakan untuk memperkirakan kehilangan sampel yang berada di dalam

kantong nilon setelah diinkubasikan kedalam rumen tern& pada periode waktu
tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil estimasi pada penggunaan teknik
ini yaitu : Porositas kantong d m ukuran sampel, jumlah sampel dan letak kantong
dalam rumen dan pencucian kantong.
Michalet-Doreau dan Ould-Bah (1992) menyatakan bahwa porositas kantong
mempengaruhi secara langsung jumlah dan jenis mikroorganisme rumen yang
memegang peranan penting dalam proses pencemaan didalam kantong serta jumlah
sampel yang keluar dari kantong dan tidak dicerna mikroorganisme rumen. Penetrasi
mikroorganisme rumen ke dalam kantong akan sangat lambat apabila porositas
kantong sebesar 3 milimikron atau lebih kecil dari 3 milimikron.
Selanjutnya dikatakan bahwa makin kecil porositas kantong makin sedikit
mikroorganisme diddam kantong.
sampel.

Porositas berhubungan erat dengan ukuran

Jumlah sarnpel yang keluar dari kantong d m tidak dicerna oleh

mikroorganisme rumen dapat terjadi selama masa inkubasi. Meningkatnya jumlah
sampel yang keluar karena semakin besarnya porositas kantong (Michalet-Doreau

dan Ould-Bah, 1992) dan makin kecilnya ukuran partikel sampel

.

Semakin banyak

jumlah sampel maka akan semakin menurun jumlah kehilangan sampel yang tidak
dicerna oleh mikroorganisme rumen karena menurunnya pergerakan sampel di dalam
kantong.
Letak kantong diupayakan sebaik mungkin, bebas bergerak dan terjadi
pertukaran cairan dari dan ke dalam kantong. Pencucian setelah inkubasi dilakukan
untuk menghentikan aktivitas mikroorganisme rumen dan menghilangkan
kontaminasi dari material rumen. Pencucian dilakukan pada air yang mengalir
(Linberg, 1985).
Pengukuran Potensi Degradasi

Pengukuran potensi degradasi bahan kering dan bahan organik didasarkan pada
teknik evaluasi degradasi protein pakan yang diuji selama inkubasi di dalam rumen
menurut petunjuk Orskov dan Mc Donald (1979). Untuk mengukur degradasi bahan
kering dan bahan organik, maka kandungan bahan kering awal dan bahan organik
perlu diketahui untuk membandingkan bahan kering dan bahan organik hasil inkubasi
menurut waktu yang digunakan dibandingkan mengikuti rumus :

Degradasi bahan kering (BK)

Pk =

Jurnlah BK awal - Jumlah BK inkubasi x 100 %
Jumlah BK awal

Degradasi bahan organik (BO)

Po

=

Jumlah BO awal - Jumlah BO inkubasi x 100 %
Jumlah BO awal

Bila dihubungkan dengan waktu maka tingkat degradasi akan mengikuti persarnaan

Untuk mengukur potensi degradasi (P) bahan kering dan bahan organik di
dalam rumen maka perlu pula diketahui kelarutan awal bahan (a), dan degradasi
selama inkubasi (b). Nilai a, b dan c diperoleh dengan analisa regresi dengan rumus
P = a + b (1 - e "). Selanjutnya untuk membandingkan potensi degradasi bahan

didalam rumen maka digunakan luas daerah dibawah kurva yang merupakan integral
dari P terhadap waktu atau P dt yang dimmuskan sebagai berikut :

Nilai k adalah konstanta

0,060 ( Orskov dan Mc Donald, 1979) yang

merupakan nilai laju pengukuran pakan dalam rumen, pada pakan utama jerami padi
dan serabut sawit.
Degradasi efektif suatu pakan adalah P efektif = a

+

bc

---------c + k

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 1999 - Pebruari 2001 di Laboratorium
Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, di Laboratorium dan Kandang Nutrisi
Ternak Perah dan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi yang diperoleh
dari kebun percobaan Institut Pertanian Bogor dan serabut sawit diperoleh dari pabrik
kelapa sawit Kebun Brahrang PTPN II kecamatan Selesai Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara.
lignoselulosa

Sedangkan jamur yang digunakan sebagai pendegradasi

adalah Phanerocaeta crysospsrium dan Colombian Unidntified

Lignophlic Hymenomycetes (CULH) yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi

Institut Teknologi Bandung,

PDA (potato dextro agar) sebagai bahan media

pertumbuhan jamur, dedak padi, aquades, larutan mineral ,alkohol70% ,KN03 .
Adapun a a t yang digunakan adalah autoclave, laminar, cawan petri, tabung
reaksi, gelas ukur, pengaduk, edenmeyer, timbangan, spoit, lampu spirtus, ose,
plastik tahan panas, kelereng, karet gelang, kantong nilon, tali plastik dan kerbau
.berfistula.

Metode penelitian
Pertumbuhan Jamur pada Media
Mula-mula dilakukan pengambilan inokulan jamur dari isolat m n i . Sebelum
hifa diambil dari isolat, ose yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan
mencelupkan kedalam alkohol kemudian dibakar (teknik aseptik). Kemudian hifa
jamur diambil dan digoreskan pada media PDA (Potato Dextro Agar) cawan petri
dan diinkubasikan selama 2 x 24 jam.
Pertumbuhan Jamur pada Jerami Padi dan Serabut Sawit
Pertumbuhan jamur diawali dengan penanaman jamur Phanerocaeta
crysosporium dan CULH pada subtrat. Substrat yang digunakan adalah jerami padi

dan serabut sawit yang sudah diperkaya dengan menambah sumber N 2,33 gil dalam
bentuk K
N
a dan 1 % dedak padi yang ditempatkan dalam cawan petri dengan
kelembaban 80 - 90 %. Setiap sepuluh gram bahan digunakan sepuluh ml larutan
KN03, inkubasi dilakukan selama sepuluh hari. Adapun jamw yang digunakan
adalah jamur yang sudah tumbuh pada media PDA, sebagai inokulan.
Selanjutnya biakan dalam jerami padi dan serabut sawit tersebut diarnbil lalu
diinokulasikan pada jerami padi dan serabut sawit steril ymg lain yang sudah
disiapkan pada cawan petri.

Setelah satu minggu diamati pertumbuhan jamur

tersebut. Cara ini dilakukan berulang-ulang sampai terlihat bahwa jamur tumbuh
pada substrat jerami padi dan serabut sawit.

Penyiapan Inokulan
Pembuatan media miring dari PDA sebanyak lima gram ditambah dengan
aquades steril sebanyak 100 ml kemudian

dilatutkan hingga menjadi homogen,

setelah itu dipanaskan hingga larutan benvarna bening dan kemerahan. Larutan
tersebut selanjutnya dituang kedalam cawan petri sebanyak 15 ml dan tiga ml pada
tabung reaksi

kemudian diautoclave pada suhu 121°C selama 15 menit, lalu

didinginkan.
Isolat PC dan CULH ditumbuhkan pada PDA di atas pada cawan petri dan
diinkubasikan pada suhu kamar selama 2 x 24 jam. Selama inkubasi akan terjadi
pertumbuhan miselia.
Inokulasi pada Jerami Padi dan Serabut Sawit
Sebelum diinokulasi jerami padi dan serabut sawit ditambah larutan KNO3
(2,33 gram Nll),

1% dedak, dan larutan mineral dengan komposisi : N m O 3

kemudian diautoclave. Adapun jumfah mineral yang diberikan adalah sepuluh ml
untuk setiap sepuluh gram bahan (jerami padi dan serabut sawit). Kemudian dibuat
dalam bentuk larutan suspensi.
Inokulasi dilakukan dengan menyemprotkan inokulan ke sepuluh gram substrat
lalu diinkubasikan selama sepuluh hari pada suhu kamar, kemudian dilakukan
pengamatan pertumbuhan jamur. Selanjutya substrat dikeringkan pada oven dengan
suhu 40 O C kemudian digiling d m siap dianalisa lebih lanjut berupa analisa kimia
dan pengukuran degradasi

Inokulasi Isolat murni

Inokulasi substrat
Jerami padilserabut sawit
Inkubasi 10 hari

I Uji pertumbuhan
Uji kemurnian

I

+

-

Perbanyakan

Reinokulasi pada PDA

b
I

Jerami padidserabut sawit
Inkubasi 10 hari

L
Produk fermentasi

I

Uji mutu rmtrisi

I

ADF, SeluIosa, Lignin
Gambar 3. Skema Percobaan Jamur pada Substrat

Pengukuran Degradasi Bahan Kering dan Bahan Organik
SampeI baik yang diinokulasi dengan jamur maupun kontrol ditimbang
sebanyak dua gram dan dimasukkan kedalam kantong nilon yang berukuran 6 x 9 cm
yang telah diberi kelereng sebagai pemberat kemudian diikat dan diinkubasikan
selama 0, 12, 24, 36, 48 jam dalam rumen kerbau berfistula . Setelah diinkubasi,
kantong nilon yang berisi sisa sampel dicuci dengan air yang mengalir, dimasukkan
ke oven suhu 60°C selama 24 jam, sampel kering tersebut dianalisa bahan kering dan
bahan organik. Kecernaan bahan kering (BK) clan bahan organik (BO) pada waktu t
dirumuskan sebagai berikut :
KC BK
KC BO

=

=

BK awal - BK akhir X 100 %
BK awal
BO awal - BO akhir X 100 %
BO awal

Inkubasi
0, 12,24,36,48 jam

k&
Oven 60 "C

Gambar 4. Skema Pelaksanaan Teknik In sacco

1

Rancangan Percobaan dan Peubah yang Diamati
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

acak lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 2 yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertarna
adalah jenis jamur

yaitu

tanpa inokulasintontrol

(K), inokulasi dengan

Phanerochaeta crysosporium (PC) dan inokulasi dengan Colombian Unidentified
Lignophzlic Hymenomycetes (Ch) . Sedangkan faktor kedua adalah dua jenis bahan
pakan terdiri dari jerami padi dan serabut sawit dengan masing-masing lima ulangan.
Kombinasi perlakuan yaitu Jp kontrol, JpPc, JpCh, Ss kontrol, SsPc, SsCh.
Adapun peubah yang diamati &lam penelitian ini adalah : kadar ADF, kadar
selulosa, kadar lignin . Pengukuran kecernan bahan kering dan bahan organik,
potensi degraclasi bahan kering dan bahan organik dilalcukan sdelah inkubasi didalam
rumen.

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis varian dan bila terdapat pengamh perlakuan akan
dilakukan dengan uji BNT (beda nyata terkecil).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Jamur dan Bahan terhadap Kadar ADF
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan jamur dan jenis bahan terhadap kadar
ADF dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan hzlsil analisis ragam kadar ADF diperoleh bahwa interaksi antara
jamur dan bahan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar

ADF.

Sedangkan jenis bahan memberikan pengaruh yang nyata, demikian pula

jenis jamur memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar ADF.

Tabel 3. Nilai Rataan Pengaruh Jenis Jamur dan Bahan terhadap Kadar ADF
Bahan

-----------I-I-C-------------------------d--------------

Kontr~l
59.190"

Jerami padi

PC

Ch

47.112~

58.812"

52.66gb

63.128"

C

I

Serabut sawit
I

58.046"~

1

I

Keterangan : Nilai bersuperskrip sama pada baris yang sama tidak berbeda
nyata (p