Dari Yogya Untuk Indonesia

KOLOM

Dari Yogya Untuk Indonesia
CHAIRIL ANWAR
Ketua Majelis Diktibang Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2010

pd

fsp

litm
erg
er.
co
m)

meneruskan perjuangan dan sekaligus mengembangkan ide Kiai
Dahlan. Ide pembaruan/pencerahan anti kejumudan dengan
simbolisasi anti TBC (takhayul bidah khurafat) telah berhasil
mendapat tempat di hati masyarakat. Seperti dalam hukum besi
sejarah, ide atau organisasi yang dibutuhkan dan mendapat tempat

di hati masyarakat akan terus hidup,berlanjut-berkembang,
sementara yang tidak diterima masyarakat akan hilang ditelan
zaman. Muhammadiyah termasuk yang pertama, terbukti dapat
melintasi zaman dan masih akan terus berkembang yang
sekarang memasuki abad kedua perjalanannya.
Ketiga, kebersamaan dan kemandirian yang berhasil dijalin
dalam penyelenggaraan Tiga Muktamar (Muhammadiyah,
Aisyiyah dan IPM), kaum priya, perempuan dan remaja
merupakan gambaran kebersamaan dan kesinambungan
generasi. Kebersamaan juga dijalin antara Muhammadiyah
dengan pemerintah dan masyarakat. Di kampung di mana para
tamu Muktamar tinggal, masyarakat setempat memberikan makan
gratis kepada para tamu. Sejak Muktamar 45 di Malang yang
dipusatkan di kampus UM Malang dan Muktamar 46 yang
berpusat di kampus UMY sebenarnya merupakan cermin
kemandirian. Biaya Muktamar yang lebih dari 20 milyar rupiah
sebagian besar ditanggung oleh Muhammadiyah. Karenanya ada
optimisme bahwa Muhammadiyah merupakan salah satu unsur
penting dalam pembentukan masyarakat madani di Indonesia.
Keempat, Muhammadiyah adalah organisasi yang tumbuh

berkembang bersama bangsa. Karena itu antara Muhammadiyah
dengan pemerintah memiliki visi yang sama yaitu mencitakan
terbentuknya negara Indonesia yang adil makmur, aman sejahtera
dalam lindungan Allah SwT. Bila pada Muktamar 43 di Banda
Aceh Presiden Indonesia kedua Soeharto, dengan lepas
menyatakan sebagai bibit Muhammadiyah karena pernah
mengenyam pendidikan di SMP Muhammadiyah Wonogiri. Hal
yang sama juga disampaikan oleh Wapres Boediono yang
menyampaikan secara terbuka bahwa beliau pernah belajar di
SD Muhammadiyah Blitar, dan merasa senang menjadi bagian
dari keluarga besar Muhammadiyah. Karena itu lembaga
pendidikan Muhammadiyah dan amal usaha lainnya memang
diperuntukkan dari Muhammadiyah untuk umat dan bangsa.
Kelima, Yogya adalah tempat subur untuk bersemainya ideide besar. Tidak berlebihan kalau Gubernur DIY Sri Sultan HB X
dalam sambutan penutupan muktamar menyebut empat pilar yang
membentuk Yogya yaitu Kraton, Muhammadiyah, Tamansiswa
dan UGM. Keempat entitas tersebut seakan identik dengan Yogya.
Maka cukup alasan bila dalam lagu tema Muktamar 46 ada
ungkapan “ke Yogya kita kembali, bergandengan tangan, abad
kedua kita mulai, hadapi segala tantangan, tekad membaja di hati,

walau jalan mendaki”.
Demikianlah pasca Muktamar 46, Muhammadiyah kembali
bergerak dari Yogya untuk Indonesia.•

De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w

w.

P


erhelatan akbar Muktamar Muhammadiyah ke 46 Seabad
telah usai. Para muktamirin dan penggembira telah kembali
ke tempat asal masing-masing. Pemerintah DIY, Pemkot,
Pemkab, pejabat polri dan militer serta masyarakat Yogya merasa
puas, lega dan gembira karena telah berhasil menjadi tuan rumah
yang ramah dan baik. Acara besar itu telah berlangsung dengan
aman, lancar dan sukses.
Walikota dan Wawali Yogya terlibat langsung dalam
kepanitiaan. Bahkan menyediakan anggaran dari APBD lebih dari
1 milyar rupiah untuk acara pembukaan dan penutupan muktamar.
Sebagai mantan pengusaha, Walikota sangat paham bahwa
kehadiran ratusan ribu tamu di Yogya akan memutar roda
ekonomi. Andai jumlah tamu yang hadir ke Yogya 250 ribu dan
mereka membelanjakan untuk penginapan, makan,transportasi
per hari Rp 250 ribu maka uang yang beredar per hari sekitar
62,5 milyar rupiah dan selama 6 hari 375 milyar rupiah. Suatu
jumlah yang tidak sedikit untuk memutar roda ekonomi Yogya.
Berikut catatan yang dapat dikemukakan dari muktamar yang
bertemakan ‘’Gerak Melintasi Zaman dan Tajdid Menuju
Peradaban Utama’’.

Pertama, Muhammadiyah tetap merupakan gerakan keagamaan. Melalui amal usaha Muhammadiyah (AUM) masyarakat
seakan mengidentikkan Muhammadiyah dengan lembaga
pendidikan (TK hingga PT), rumah sakit, rumah panti sosial dan
kegiatan ekonomi. Sejatinya Muhammadiyah adalah gerakan Islam.
Hal itu secara jelas tertera dalam Anggaran Dasar pasal 4 ayat 1 yang
menyatakan : Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar
Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber dari Al Quran dan AsSunnah. Dalam struktur organisasinya Muhammadiyah senantiasa
memberikan tempat khas terhadap Majelis Tarjih dan Majelis Tabligh.
Mengawali abad kedua ini rupanya peserta muktamar menginginkan
agar pemimpin mereka berasal dari ulama/agamawan. Sepuluh dari
13 orang yang mendapat mandat Muktamar 46 berlatar belakang
pendidikan UIN/IAIN dan pendidikan tinggi agama. Perlu disampaikan
bahwa garis gerakan Muhammadiyah adalah Islam moderat yang
inklusif yaitu Islam yang menjadi rakhmat bagi semuanya. Dalam
sejarahnya guru sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagian berasal
dari Belanda, dan saat sekarang beberapa sekolah dan perguruan
tinggi seperti yang ada di Papua dan NTT 70% siswa dan
mahasiswanya dari kalangan non muslim.
Kedua, sebuah ide pembaruan yang dikumandangkan dari
sebuah kampung kecil Kauman Yogya oleh Kiai Dahlan ternyata

melahirkan peradaban besar yang dapat dicatat dalam sejarah
perjalanan bangsa Indonesia dan umat Islam. Berawal dari suatu
organisasi lokal Yogya seperti izin yang diberikan oleh penjajah
saat itu, Muhammadiyah kemudian mekar mengindonesia,
bahkan menyentuh negara-negara tetangga. Kesungguhan hati
dan pantang menyerah dari Sang Kiai ternyata mendapat
penghargaan dari masyarakat yang kemudian bersama-sama

46

20 SYAKBAN - 5 RAMADLAN 1431 H