BEM FISIP Gelar Diskusi Politik

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

BEM FISIP Gelar Diskusi Politik
Tanggal: 2011-05-13
Pakar komunikasi politik Effendi Ghazali menyoroti komunikasi politik politisi muda.

Apatisme kaum muda pada dunia politik bisa jadi disebabkan kejengkelannya pada
perilaku politisi yang tak memberi teladan. Padahal dari dunia politik pulalah sebenarnya
anak muda bisa merubah bangsa ini. Kegelisahan itu coba dijawab oleh Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam diskusi politik
yang menghadirkan politisi muda Bima Arya dan pakar komunikasi politik Effendi Ghazali,
serta dosen FISIP UMM, Asep Nurjaman, Kamis (12/05).
Ketua BEM FISIP Fredi, berharap generasi muda lebih peduli pada dunia politik. Namun
kepedulian itu harus diwujudkan dengan perilaku berpolitik yang sehat. “Itulah sebabnya
tema diskusi ini adalah ‘bagaimana seharusnya kaum muda berpolitik’,” kata Fredi yang
juga merangkai acara dengan Musyawarah Daerah Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Indonesia (Ilmisi).
Bima mengajak kaum muda mewaspadai tiga jebakan dalam politik, yakni jargon,
patronase dan pragmatism. Dengan jargon politisi muda biasanya suka berkoar-koar

tanpa isi yang jelas dan sulit mengimplementasinya. Demikian pula patronase sering
menjadikan politisi tak bisa keluar dari kungkungan senior yang didewa-dewakan. “Yang
berbahaya lagi adalah pragmatisme. Semua butuh uang, tetapi uang bukan
segala-galanya. Makanya berpolitik sebaiknya dalam kondisi perut kenyang sehingga
tidak terjebak politik untuk mencari uang,” kritik politisi muda PAN ini.
Di sisi lain, Ghazali menyoroti komunikasi politik politisi muda yang disebut sebagai
3 C, yakni consumersism, celebrity dan cynicism. Ketiganya merupakan unsur pencitraan,
tetapi sangat rawan dalam manipulasi. Politisi maupun calon politisi muda harus lebih
berkualitas, tak hanya focus pada pencitraan.
Dari tiga hal itu, dosen Komunikasi UI itu mengajak politisi muda berbicara
berdasarkan data yang akurat, menghindari kekerasan simbolik, yang hanya ada pada
jargon-jargon. “Kaum muda lebih lincah. Oleh karenanya harus lebih baik dalam
membangun jaringan nasional dan internasional,” kata Ghazali.
Seminar juga diisi oleh sambutan dari Staf Khusus Kementrian Pemuda dan
Olahraga Fahruddin serta testimony mahasiswa tentang politik kaum muda. Testimoni
dilakukan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UMM, Nashruddin Qawiyurrizal. (bib/nas)

page 1 / 1