Peranan Subsektor Perkebunan Perkembangan Perkebunan Lada

55 Keterangan : TBM : Tanaman Belum Menghasilkan TM : Tanaman Menghasilkan TRTT : Tanaman Rusak Tanaman Tua Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa lada merupakan komoditas perkebunan dengan luas areal tanam paling luas yaitu 7.423,74. Karet dengan luas areal 2.508,52 menempati urutan ketiga. Komoditas karet sudah mulai diminati dalam beberapa tahun terakhir mengingat pola budidaya yang relatif mudah dengan harga jual yang dinilai cukup ekonomis. Sementara untuk komoditas perkebunan lain seperti Aren, Jambu Mete dan Cengkeh dianggap kurang dominan dan hanya berada pada lokasi-lokasi tertentu dengan luasan areal tanam yang semakin berkurang. Dari beberapa komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Belitung, lada dan karet merupakan komoditas unggulan daerah. Berdasarkan Tabel 10, jumlah produksi lada pada tahun 2011 sekitar 5.765,88 ton dari 2882,94 ha tanaman menghasilkan atau produktifitasnya 2 tonha. Angka ini sudah cukup baik dimana 1 pohon lada dianggap menghasilkan 0,8-1 Kg lada kering. Namun dengan perawatan dan budidaya yang tepat, produktifitas lada bukan tidak mungkin naik ke angka yang lebih baik lagi.

4.4.2 Peranan Subsektor Perkebunan

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Belitung diketahui bahwa sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Belitung dengan nilai share sebesar 23,25. Subsektor perikanan menjadi penyumbang terbesar di sektor pertanian, kemudian disusul subsektor perkebunan dan subsektor tanaman bahan makanan. Subsektor perikanan dalam periode 2005- 2011 memberikan share rata-rata sebesar 70,60. Subsektor perkebunan pada periode 2005-2011 memberikan share rata-rata 16,83, sementara subsektor tanaman bahan makanan memberikan share rata-rata sebesar 7,86. Dengan luasan lahan kering yang dominan dibandingkan lahan basah, maka subsektor perkebunan sangat berpotensi untuk terus dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Belitung. Beberapa 56 keuntungan yang dirasakan masyarakat dalam membudidayakan tanaman perkebunan adalah modal awal hanya dikeluarkan pada awal penanaman yang selanjutnya tanaman akan bertahan selama beberapa tahun kedepan dengan hasil yang dapat dipetik selama beberapa tahun juga. Potensi sumberdaya alam, budaya turun temurun dalam mengusahakan perkebunan lada serta kemudahan dalam pemasaran lada ini, maka pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung berpotensi untuk direalisasikan disamping komoditas perkebunan ini sudah dikenal di pasar internasional dengan sebutan Muntok White Pepper.

4.4.3 Perkembangan Perkebunan Lada

Tanaman lada di Kabupaten Belitung merupakan komoditas perkebunan yang sudah diusahakan secara turun temurun. Dalam perjalanannya, usaha perkebunan lada mengalami pasang surut yang terlihat dari luas areal tanam lada yang bervariasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi luas areal tanam salah satunya dipengaruhi oleh harga lada di tingkat petani. Meskipun demikian, usaha perkebunan lada tetap eksis sampai saat ini, bahkan di beberapa tahun terakhir menunjukkan pola peningkatan usaha perkebunan ini sebagaimana tertera pada Tabel 11. Tabel.11. Luas areal perkebunan lada tiap kecamatan di Kabupaten Belitung tahun 2008-2011 No Kecamatan Luas Areal ha 2008 2009 2010 2011 1 Membalong 5400,50 5.580,50 5796,00 6.333,00 2 Tanjungpandan 173,10 178,30 123,20 135,40 3 Sijuk 447,70 466,20 318,30 476,00 4 Badau 432,05 453,05 306,20 389,10 4 Selat Nasik 93,74 118,24 54,84 90,24 Jumlah 6547,09 6.796,29 6.598,54 7.423,74 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung 2012 Perubahan luas areal tanam lada di Kabupaten Belitung khususnya dan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya tidak terlepas dari pengaruh dan kondisi pasar internasional. Kondisi tanam dan panen lada yang berubah-ubah 57 juga mempengaruhi kondisi ekspor lada Indonesia di tingkat dunia. Berdasarkan data dari International Pepper Community 2012, diperoleh nilai ekspor lada dari beberapa negara produsen lada seperti Tabel 12. Tabel 12. Nilai ekspor lada dari beberapa negara produsen lada dalam satuan ton No Negara Produsen Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Brazil 3.500 3.800 3.000 2.500 2.500 2.000 2 India 1.269 1.531 1.460 1.396 1.509 1.250 3 Indonesia 16.227 15.045 15.544 16.038 11.465 13.453 4 Malaysia 2.861 5.469 3.884 3.090 2.642 2.887 5 Sri Lanka - - - 5 8 - 6 Vietnam 11.350 17.872 11.062 9.976 22.532 20.000 7 China 2.530 10.185 4.801 6.620 2.100 2.400 8 Thailand - - - - - - 9 Madagaskar - - - - - - 10 Lainnya - - - - - - Sumber : International Pepper Community 2012 Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa Indonesia merupakan negara eksportir lada terbesar kedua setelah Vietnam. Data tahun 2010 menunjukkan jumlah ekspor lada Indonesia mencapai 13.453 ton, sementara Vietnam di tahun 2010 mampu mengekspor lada sebanyak 20.000 ton. Dari angka tersebut, Indonesia berkontribusi sekitar 32 dari jumlah ekspor lada dunia yang mencapai 41.990 ton International Pepper Community,2012. Berdasarkan Tabel 12, nilai ekspor lada Indonesia meningkat dibandingkan tahun 2009, sementara luas areal perkebunan lada di Belitung menurun di tahun 2010. Hal ini terjadi karena di tahun 2010 sebagian masyarakat tertarik ke penambangan timah inkonvensional. Namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi angka ekspor lada tahun 2010 karena tanaman produktif yang siap panen tetap dirawat dan dipelihara intensif sehingga angka produksi panenpun meningkat. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Sentra Perkebunan Lada