Digestibility on Nutrient of Complete Feed with the Sweet Corn Husks and Sweet Potato Vines as a Substitution of Napier Grass Leaves in the Local Buck

PENGARUH SUBSTITUSI DAUN RUMPUT GAJAH DENGAN
KELOBOT JAGUNG DAN LIMBAH TANAMAN UBI JALAR
TERHADAP KECERNAAN RANSUM KOMPLIT
PADA KELINCI LOKAL JANTAN

SKRIPSI
ADYA RAHMI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN
ADYA RAHMI. D24080157. 2012. Pengaruh Substitusi Daun Rumput Gajah
dengan Kelobot Jagung dan Limbah Tanaman Ubi Jalar terhadap Kecernaan
Ransum Komplit pada Kelinci Lokal Jantan. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor.
Dosen Pembimbing Utama : Ir. Lidy Herawati, M. S
Dosen Pembimbing Anggota : Ir. Lilis Khotijah, M. Si
Limbah pertanian merupakan salah satu sumber hijauan yang potensial untuk

pakan kelinci sebagai pengganti rumput yang biasa dikonsumsi kelinci. Kelobot atau
kulit jagung adalah limbah pertanian yang memiliki nilai kecernaan yang cukup
tinggi, namun belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber serat bagi kelinci.
Kelobot memiliki kandungan protein kasar dalam bahan kering sebesar 6,21% dan
serat kasar sebesar 47,32%. Limbah pertanian lain yang telah umum digunakan untuk
pakan kelinci adalah limbah tanaman ubi jalar. Limbah tamanan ubi jalar yang
digunakan meliputi batang, tangkai daun, dan daun ubi jalar. Limbah tanaman ubi
jalar memiliki kandungan protein kasar sebesar 18,75% dan serat kasar sebesar
37,66%.
Ternak yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 16 ekor kelinci lokal
jantan berumur 4 bulan dengan rataan bobot badan 1.111 ± 50 g. Kelinci diberikan
pellet komplit dengan sumber hijauan kelobot jagung (KJ) dan limbah tanaman ubi
jalar (LUJ) sebagai substitusi daun rumput gajah (DRG). Komposisi pellet pada
masing-masing perlakuan adalah sebanyak 82% konsentrat dan 18% hijauan.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan
dan empat ulangan. Perlakuan yang diberikan merupakan kombinasi dari hijauan
antara lain R0 (18% daun rumput gajah), R1 (12% daun rumput gajah, 3% kelobot
jagung, dan 3% limbah tanaman ubi jalar), R2 (6% daun rumput gajah, 6% kelobot
jagung dan 6% limbah tanaman ubi jalar), R3 (9% kelobot jagung dan 9% limbah
tanaman ubi jalar). Data yang diperoleh diuji dengan analisis sidik ragam (ANOVA),

dan jika berbeda nyata dilakukan uji jarak Duncan. Peubah yang diamati adalah
kecernaan nutrien yang terdiri dari kecernaan bahan kering, bahan organik, protein
kasar, serat kasar, neutral detergent fiber (NDF) dan acid detergent fiber (ADF).
Hasil pengukuran kecernaan menunjukkan bahwa perlakuan memberikan
pengaruh yang nyata (P0,05) terhadap koefisien cerna
bahan kering, bahan organik, serat kasar dan NDF. Nilai selang koefisien cerna
protein kasar dan ADF berturut-turut adalah 71,15% - 83,79% dan 8,96% - 80,04%
sedangkan selang koefisien cerna bahan kering, bahan organik, serat kasar dan NDF
berturut-turut adalah 58,19% - 71,37%, 60,06% - 72,70%, 13,13% - 36,51%, dan
39,99% - 74,13%.
Kata-kata kunci: kecernaan zat makanan, kelobot jagung, limbah tanaman ubi jalar.

ABSTRACT
Digestibility on Nutrient of Complete Feed with the Sweet Corn Husks
and Sweet Potato Vines as a Substitution of Napier Grass Leaves
in the Local Buck
A. Rahmi, L. Herawati and L. Khotijah
Rabbit is very potential animal as a meat source for small scale farming systems.
Rabbit also can use the agriculture by-product for the fiber need. Agriculture byproducts such as sweet corn husk (SCH) and sweet potato vines (SPV) can replace
grass that usually used for the fiber source. This experiment was to measure

digestibility on nutrient of complete feed with the sweet corn husk (SCH) and sweet
potato vines (SPV) as a substitution of Napier Grass (Pennisetum purpureum) leaves
(NPL) in the local bucks. The experiment using 16 local bucks live weight 1,111 ±
50 grams, were completly random design with four treatments and four replications.
The complete pellet consists of 82% concentrate per treatment and combination of
18% forage in the control of the treatment (R0); 18% NPL, the first treatment (R1);
12% NPL, each 3% SCH and SPV, the second treatment (R2); each 6% NPL, SCH
and SPV, the third treatment (R3); each 9% SCH and SPV. The data were analyzed
with ANOVA (analysis of variance) and Duncan test. The experiment variables
measured were nutrient digestibilities made up dry matter, organic matter, crude
protein, crude fiber, neutral detergent fiber (NDF), and acid detergent fiber (ADF).
The results of digestibilities test indicated that the treatments had gave significant
effect (P0,05) terhadap konsumsi bahan kering. Substitusi daun rumput
gajah dengan kelobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar menunjukkan nilai
konsumsi yang sama. Semakin banyak persentase kelobot jagung dan limbah
tanaman ubi jalar dalam ransum dimungkinkan menunjukkan peningkatan
palatabilitas ransum, hal ini sesuai dengan pernyataan Aregheore (2005) bahwa
limbah tanaman ubi jalar sebagai sumber hijauan, mampu meningkatkan asupan
pakan dan bobot badan, selain itu limbah ubi jalar dikaitkan dengan produktivitas,
palatabilitas dan protein kasar serta kadar air yang tinggi.


Perlakuan memberikan pengaruh nyata (P0,05) terhadap nilai koefisien cerna bahan kering, hal ini
menunjukkan bahwa koefisien cerna bahan kering ransum pada R0 sama besarnya
dengan koefisien cerna R1, R2, dan R3. Hasil ini menunjukkan daun rumput gajah
dapat disubstitusi dengan kelobot jagung dan limbah tanaman ubi jalar sebagai
sumber serat bagi kelinci. Daun rumput gajah, kelobot jagung dan limbah tanaman
ubi jalar memiliki kualitas hijauan yang sama sebagai sumber serat. Nilai kecernaan
pada kelobot jagung (secara in vitro) dan limbah tanaman ubi jalar masing-masing
sebesar 68% (Tangendjaja dan Wina, 2008) dan sebesar 62% (Aregheore, 2005).
Nilai kecernaan bahan kering kelinci yang diberi ransum berbentuk pellet yaitu
sebesar 47% (Chekee, 1987). Tabel 10 menunjukkan konsumsi bahan organik, bahan
organik feses dan koefisien cerna bahan organik.

18

Tabel 10. Nilai Konsumsi Bahan Organik, Bahan Organik Feses dan Koefisien Cerna
Bahan Organik
Peubah

Perlakuan

R0

R1

R2

R3

Konsumsi BO (g/e/h)

78,53±14,77

76,41±12,20

80,80±7,08

82,97±2,80

BO Feses (g/e/h)


23,73±3,47ab

22,14±2,63a

25,65±2,56ab

29,10±4,41b

69,49±2,65

70,84±1,86

68,28±0,98

64,97±4,91

KCBO (%)

Keterangan: R0; 18% daun rumput gajah, R1; 12% daun rumput gajah, 3% kelobot jagung,
dan 3% limbah tanaman ubi jalar, R2; 6% daun rumput gajah, 6% kelobot

jagung, dan 6% limbah tanaman ubi jalar, R3; 9% kelobot jagung dan 9%
limbah tanaman ubi jalar. Superskrip berbeda pada baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P< 0,05).

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak menunjukkan
pengaruh nyata terhadap konsumsi bahan organik. Konsumsi bahan organik
(g/e/hari) menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan konsumsi bahan
kering. Perlakuan menunjukkan pengaruh nyata (P0,05) terhadap nilai koefisien cerna bahan organik. Koefisien
cerna R0 sama dengan R1, R2 dan R3, hal ini seiring dengan nilai koefisien cerna
bahan kering yang menunjukkan nilai koefiesien cerna yang sama. Menurut Sutardi
(1980), nilai kecernaan bahan organik suatu pakan dapat menentukan kualitas pakan
tersebut. Hasil ini menunjukkan daun rumput gajah, kelobot jagung dan limbah
tanaman ubi jalar memiliki kualitas pakan sumber hijauan yang sama, hal ini
menunjukkan bahwa kecernaan bahan organik ransum lebih dipengaruhi oleh jumlah
zat makanan yang dicerna dibandingkan jumlah yang terdapat dalam feses.

19

Kecernaan Protein Kasar
Nilai konsumsi protein kasar, protein kasar feses, dan kecernaan protein kasar

pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Konsumsi Protein Kasar, Protein Kasar Feses dan Koefisien Cerna
Protein Kasar
Peubah

Perlakuan
R0

R1

R2

R3

Konsumsi PK (g/e/h)

17,91±3,37

17,55±2,80


18,75±1,64

19,01±0,64

PK Feses (g/e/hari)

4,43±0,84bc

3,21±0,48a

3,64±0,30ab

4,58±0,51bc

KCPK (%)

74,98±4,41b

81,57±2,71a


80,57±0,85a

75,89±0,89b

Keterangan: R0; 18% daun rumput gajah, R1; 12% daun rumput gajah, 3% kelobot jagung,
dan 3% limbah tanaman ubi jalar, R2; 6% daun rumput gajah, 6% kelobot
jagung, dan 6% limbah tanaman ubi jalar, R3; 9% kelobot jagung dan 9%
limbah tanaman ubi jalar. Superskrip berbeda pada baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P< 0,05).

Konsumsi protein kasar (g/e/hari) pada penelitian ini berdasarkan hasil sidik
ragam menunjukkan pengaruh tidak nyata (P>0,05). Konsumsi protein akan
meningkat dengan peningkatan konsumsi bahan kering dan bahan organik. Jumlah
protein kasar pada feses berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan memberikan pengaruh nyata (P