Dimana: Y = Minat Beli
α = Intercept konstanta b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi
X1 = Produk X2 = Harga
X3 = Tempat X4 = Promosi
e = Epsilon Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diuji dengan
tingkat kepercayaan 90 atau α=10. Tahapan analisis hipotesis dilakukan
sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis secara serempak
Ho : b1,b2,b3,b4=0; produk, harga, distribusi, dan promosi tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap minat beli konsumen
mie instan merek Sedaap. H1 :
b1,b2,b3,b4≠0; produk, harga, distribusi, dan promosi berpengaruh
secara bersama-sama terhadap minat beli konsumen mie instan
merek Sedaap. Alat uji yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah
dengan uji statistik F, dengan ketentuan apabila hasil maka Ho
ditolak dan diterima demikian sebaliknya apabila hasil
≤ , maka Ho
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ditolak dan diterima demikian sebaliknya apabila hasil
≤ , maka Ho
diterima dan ditolak
2. Pengujian hipotesis parsial
a. Ho :
= 0; produk, harga, distribusi, dan promosi tidak berpengaruh secara parsial terhadap minat konsumen membeli mie instan
merek sedaap di kota Medan. b.
: ≠0; produk, harga, distribusi, dan promosi berpengaruh secara
parsial terhadap minat konsumen membeli mie instan merek Sedaap di kota Medan
Alat uji yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah dengan uji statistik t dua arah, dengan ketentuan apabila hasil
maka Ho ditolak dan
diterima, sebaliknya Ho diterima dan ditolak apabila
– t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
3.8.2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang diajukan adalah: minat beli konsumen memiliki hubungan dengan keputusan pembelian mie instan merek ”Sedaap”. Untuk
menguji hubungan minat beli dengan keputusan pembelian mi instan merek Sedaap di kota Medan digunakan uji
Spearman’s Rank Correlation Test a.
Rumus Spearman’s Rank Correlation Test tanpa ties nilai yang seri,
adalah sebagai berikut:
NN2 – 1
Dimana: rs=1-6
rs=1-6
Σ
di
2d
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rs = koefisien spearman di
= beda urutan dalam satu pasangan data N
= banyaknya pasangan data Kriteria Pengujian:
Ho : rs =0 artinya, tidak ada hubungan antara minat beli konsumen dengan keputusan pembelian mi instan merek Sedaap di kota
Medan :
rs ≠0 artinya, ada hubungan antara minat beli konsumen dengan keputusan pembelian mi instan merek Sedaap di kota Medan.
Nilai koefisien Spearman rs perlu diuji untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan cara membandingkan nilai statistik kritis spearman to
dengan nilai tabel kritis spearman ps. Adapun aturan pengambilan keputusan uji statistik ini adalah: tolak Ho apabila nilai statistik kritis spearman to lebih besar
dangan nilai tabel kritis spearman ps. Nilai statistik kritis Spearman to dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
to=rs
√
b. Rumus Spearman Rank Correlation Test dengan ties Nilai yang seri adalah
sebagai berikut:
Dimana:
N - 2 1
–
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rs = Kofisien Korelasi Dari Spearman ti = Ties Dari Variabel Y
1
tj = Ties dari Variabel Y2 di = Difference Selisih rank dua variabel
n = Besar Sampel
3.9. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan untuk memastikan bahwa alat uji statistik regresi linier berganda dapat digunakan atau tidak.
3.9.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel bebas dan variabel terikat memiliki data yang berdistribusi normal atau
tidak. Menurut Sugiono 2005, bahwa ”model yang paling baik adalah apabila datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan
atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.9.2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain
dalam satu model yang dapat menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara variabel independen tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Deteksi multikolonieritas pada suatu model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation factor, yaitu: jika variance inflation factor VIF tidak lebih
dari 5 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolonieritas sedangkan jika variance inflation factor VIF lebih besar dari lima maka diduga mempunyai
persoalan multikolonieritas”.
3.9.3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan variasi residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang
lain atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan standardized Delete Residual
nilai tersebut. ” Heterokedastisitas dapat diuji dengan menggunakan uji metode grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
yang tergambar pada grafik. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka
telah terjadi heterokedastitas pada model regresi. Sebaliknya jika tidak terbentuk pola yang jelas dimana titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 nol pada
sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan besar yang bermarkas di kota Surabaya ini, pada awalnya hanyalah merupakan usaha kecil yang memproduksi sabun colek berskala home
industry, yang diberi nama Fa Wings. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 1984 oleh Ferdinand bersama kerabatnya, yakni Harjo Sutanto. Sejak 1971
sebenarnya Wings telah mengembangkan diri dengan membangun beberapa perusahaan sabun dan deterjen. Namun hingga akhir tahun 1980an, namanya tetap
belum banyak dikenal. Pada bulan Januari 1991, ketika Fa Wings berganti nama menjadi PT.
Wings Surya, Wings pun mulai melakukan ekspansi bisnis hingga ke berbagai sektor. Hingga saat ini Wings telah membuktikan kehebatannya dengan memiliki
sekitar 70 buah perusahaan yang bergerak dari hulu ke hilir di banyak industri Mulai dari industri household, toiletries, personal care, kimia dasar, makanan dan
minuman, perdagangan, properti hingga perbankan dan keuangan. Awal arah pengembangan produk Group Wings mengikuti Unilever.
Kemanapun ”raksasa global” itu bergerak Wings selalu membayangi, hal ini dikarenakan dalam setiap kegiatan usahanya, Wings memang tidak pernah
menempatkan produknya sebagai pemimpin pasar ia hanya mengikuti dan memproduksi produk yang sudah ada di pasar, namun dijual dengan harga yang
lebih murah. Seperti yang dikatakan Jonathan CEO ”Brandmaker”. Tidak ada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85 satupun produk yang menunjukkan diri sebagai produk perintis”. Sehingga tidak
heran jika pada akhirnya Wings dipersepsikan sebagai produk ”me too”. Pada bulan April 2003 melalui PT. Karunia Alam Segar, grup Wings
mulai meluncurkan mi instan, yang diberi nama Mi Sedaap, dimana produk tersebut telah berhasil mengambil 12 pangsa pasar Indofood. Hal tersebut tentu
saja tidak mudah dilakukan da n membutuhkan usaha ”ekstra” mengingat,
Indofood sendiri merupakan pemain lama, yang memiliki citra produk yang sangat baik dimata masyarakat. Untuk memperoleh hasil yang maksimal itulah
maka grup Wings membutuhkan waktu lebih dari dua tahun mulai dari melakukan riset hingga menemukan rasa formula yang pas dan berbeda dari yang pernah ada
sebelumnya. Seperti informasi yang dikutip dari website: Proses peniruan yang dilakukanWings tergolong hebat, yakni melalui
proses scanning. Biasanya seluruh produk yang ada dipasar sudah di scan. Bahkan untuk produk-produk baru yang masih terdaftar di Deperindag pun Wings
sudah punya bahan dan formulanya. Dari hasil scanning itu, Wings mempersiapkan formula tambahan yang digunakan untuk daya saing
membedakan. Selain itu dengan didukung oleh adanya karakter iklan yang cenderung lugas dan komunikatif maka tidaklah mengherankan jika sampai saat
ini produk-produk yang diluncurkan oleh grup Wings pada umumnya selalu memperoleh respon positif di pasar. Apalagi untuk memproduksikan produknya
Wings rela menghabiskan dana yang cukup besar yakni diatas 14 miliar untuk setiap produk, seperti yang dicatat oleh Nielsen Media Research sepanjang tahun
2003 . bahkan untk memenuhi permintaan dari konsumen, grup Wings sendiri telah menambah mesin, sekaligus menambah kapasitas produksi pada kedua
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86 pabriknya yang berada di Gresik Surabaya dan Seroja Bekasi. Hingga tahun
2008, mi Sedaap telah mengeluarkan tujuh varian rasa yakni; rasa ayam bawang, rasa soto, rasa kaldu ayam, rasa sambal goreng, mi goreng dan rasa kare ayamdan,
rasa kare kental Sumber:www.swa.co.id Tongak-tonggak bersejarah grup Wings :
1. Tahun 1984 Ferdinand Kastuari dan Harjo Sutanto mendirikan Fa Wings dan memproduksi sabun colek skala home industry
2. Tahun 1950 sabun mandi Wings mulai dipasarkan 3. Tahun 1970 meluncurkan deterjen krim merek Ekonomi
4. Tahun 1980 melebarkan bisnis sabun deterjen krim dengan merek Wings Biru dan Dangdut
5. Tahun 1983 bersama sejumlah investor termasuk grup Salim mendirikan PT. Unggul Indah Cahaya, satu-satunya produsen alkylbenzene bahan
baku dasar produk-produk deterjen di Indonesia. 6. Tahun 1984 kembali investasi di bisnis hulu melalui PT. Petocentral
7. Tahun 1989 masuk dibisnis keramik merek Milan dan Hercules 8. Tahun 1990 memasarkan deterjen batangan extra aktif dan deterjen
bubuk merek So Klin 9. Tahun 1995 membeli lahan Plantation PT. Damit Mitra Sekawan dan PT.
Gaw Makmur Kalimantan 10. Tahun 1995 berpatungan dengan Siam Cement memasuki bisnis gypsum
dan semen feber 11.
Tahun 1997 meluncurkan deterjen merek ”Daia”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87 12. Tahun 1998 periode ekstensi dimulai dengan Softener So klin dan So
Klin Pewangi 13. Tahun 2000 membeli saham Ecogreen melalui konsorsium dengan
kepemilikan mayoritas 47,7 14. Tahun 2001 mendirikan perusahaan sekuritas, Ekocapital securitas
15. Tahun 2002 membangun Pulau Gadung Trade centre bersama Jarum 16. Tahun 2003 penetrasi dunia bisnis mi instan melalui Mi Sedaap.
4.1.2. Karakterstik Responden 4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Pria 41
41.0 Wanita
59 59.0
Total 100
100.0
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Dari Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa usia responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 41 orang 41 dan yang berjenis kelamin wanita
berjumlah 59 orang 59. Hal ini menunjukkan bahwa pengkonsumsi terbesar
dari makanan adalah wanita.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Karakteristik responden berdasarkan status dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Status
Frequency Percent
Valid Menikah 57
57.0 Belum Menikah
43 43.0
Total 100
100.0
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Dari Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa status responden yang telah menikah berjumlah 57 orang 57 dan yang berstatus belum menikah berjumlah
43 orang 43.Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan status konsumen yang banyak mengkonsumsi makanan cepat saji adalah yang menikah. Karena
pasangan yang menikah yang memiliki keluarga atau anak lebih sering mengkonsumsi makanan cepat saji.
4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Frequency Percent
Valid PelajarMahasiswa 26
26.0 Karyawan
29 29.0
Wiraswasta 24
24.0 Lain-Lain
21 21.0
Total 100
100.0
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89 Dari Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan responden menyebar
merata pada setiap bidang. Responden dengan pekerjaan sebagai karyawan berjumlah 29 orang 29, sebagai pelajarmahasiswa berjumlah 26 orang 26,
sebagai wiraswasta berjumlah 24 orang 24, dan responden dengan kriteria pekerjaan lain-lain berjumlah 21 orang 21. Dengan aktivitas yang padat dari
karyawan dan pelajarmahasiswa memungkinkan untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yang lebih menghemat waktu.
4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia
Frequency Percent
Valid 16 – 25
31 31.0
26 – 35
37 37.0
36 – 45
17 17.0
46 – 55
12 12.0
56 – 65
2 2.0
66 -75 1
1.0
Total 100
100.0
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Dari tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa usia responden yang paling dominan adalah yang berusia 26 tahun sampai dengan 35 tahun yang berjumlah
37 orang 37. Responden yang berusia 16 tahun sampai dengan 25 tahun berjumlah 31 orang 31, yang berusia 36 tahun sampai dengan 45 tahun
berjumlah 17 orang 17, yang berusia 46 tahun sampai dengan 55 tahun berjumlah 12 orang 12, yang berusia 56 tahun sampai dengan 65 tahun
berjumlah 2 orang 2, dan responden yang berusia 66 tahun sampai dengan 75 tahun hanya berjumlah 1 orang 1. Berdasarkan usia responden tersebut diatas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90 memberikan gambaran bahwa pangsa pasar mi instan merek “Sedaap” di kota
Medan berusia antara 26-35 tahun, karena konsumen pada usia tersebut merupakan konsumen yang melakukan banyak aktivitas dan cenderung tidak
punya banyak waktu sehingga mereka lebih suka makanan cepat saji.
4.1.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Produk
Penjelasan responden atas pengenalan mi instan merek ”Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 75 orang 75 persen menyatakan bahwa
respond en mengenal mi instan merek ”Sedaap”. Sekitar 25 orang 25 persen
menyatakan sangat mengenal sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden mengenal mi instan merek ”Sedaap”. Hal ini dikarenakan
penyampaian informasi dari mi instan merek ”Sedaap” bisa sampai ke masyarakat ditengah-tengah pasar yang ramai, dan juga penyampaian pesannya yang kreatif
yang mampu menarik perhatian dan mempengaruhi konsumen untuk membeli membeli mi instan merek ”Sedaap”.
Penjelasan responden atas daya tarik dari kemasan mi instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 83 orang 83 persen
menyatakan bahwa responden tertarik dari kemasan mi instan merek “Sedaap”.
Sekitar 9 orang 9 persen menyatakan sangat menarik dan 8 orang 8 persen menyatakan sangat menarik sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
responden tertarik dari kemasan mi instan merek “Sedaap”. Hal ini dikarenakan
kemasan mi instan merek ”Sedaap” begitu menarik dan mampu menggugah selera seperti warna dari kemasan, background kemasan yang menggugah selera,
tulisan-tulisan yang membangkitkan selera seperti; asli kriuk-kriuk bawang goreng, jelas terasa sedaapnya, diperkaya tujuh vitamin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91 Penjelasan responden atas kekhasan aroma dari mi instan merek “Sedaap”
menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 64 orang 64 persen menyatakan bahwa
mi instan merek “Sedaap” mempunyai aroma yang khas. Sekitar 19 orang 19 persen menyatakan sangat khas, 15 orang 15 persen menyatakan sangat
khas sekali dan 2 orang 2 persen menyatakan tidak memiliki aroma yang khas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa mi
instan merek “Sedaap” mempunyai aroma yang khas. Hal ini dikarenakan aroma mi instan merek ”Sedaap” berbeda dari yang lain, dengan aroma bumbu jeruk
nipis yang sangat khas, aroma soto yang tajam, dan aroma kare yang tajam, sedangkan minoritas responden menyatakan bahwa
mi instan merek “Sedaap” tidak memiliki aroma yang khas dikarenakan konsumen ini sering mengkonsumi
berbagai jenis dan rasa mi instan sehingga tidak terlalu mementingkan aroma dari mi instan, dan menganggap aroma dari mi instan merek ”Sedaap” tidak jauh
berbeda dengan aroma mi instan lainnya. Penjelasan responden atas variasi yang ditawarkan mi instan merek
”Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 68 orang 68 persen menyatakan bahwa mi instan merek ”Sedaap” yang ditawarkan bervariasi. Sekitar
32 orang 32 persen menyatakan sangat bervariasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa mi inst
an merek ”Sedaap” yang ditawarkan bervariasi. Hal ini dikarenakan variasi yang ditawarkan mi sedaap
memenuhi selera setiap konsumen, dengan tujuh variasi yang ada yaitu: rasa sambal goreng, mi goreng, rasa soto, rasa kari ayam, kaldu ayam, ayam bawang,
dan rasa kare kental.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92 Pejelasan responden atas kualitas dari mi instan merek “Sedaap”
menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 93 orang 93 persen menyatakan bahwa mi instan merek ”Sedaap” berkualitas. Sekitar 7 orang 7 persen
menyatakan sangat berkualitas sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa mi instan merek ”Sedaap” berkualitas.
Hal ini dikarenakan baiknya kualitas dari mi instan merek ”Sedaap” yakni tidak mudah mengembang.
Penjelasan responden atas bobotukuran d ari mi instan merek “Sedaap”
menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 52 orang 52 persen menyatakan bahwa bobotukuran dari mi instan merek “Sedaap” adalah besar. Sekitar 40 orang
40 persen menyatakan tidak besar dan 8 orang 8 persen menyatakan sangat besar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
bahwa bobotukuran dari mi instan merek “Sedaap” adalah besar. Hal ini dikarenakan konsumen ini merasa bobotukuran mi instan merek ”Sedaap” lebih
besar dan padat isinya, sedangkan minoritas responden yang menyatakan bobotukuran dari mi instan merek “sedaap” tidak besar dikarenakan konsumen
ini merasa bobotukuran mi ”Sedaap” tidak besar atau relatif sama besarnya dibandingkan mi instan merek lain.
4.1.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Harga
Penjelasan responden atas harga yang ditawarkan mi instan merek “ Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 88 orang 88 persen
menyatakan bahwa harga yang ditawarkan mi instan merek “ Sedaap” murah. Sekitar 12 orang 12 persen menyatakan tidak murah. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa harga yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93 ditawarkan mi instan merek “ Sedaap” murah. Hal ini dikarenakan konsumen
merasa bahwa harga yang ditawarkan mi instan merek ”Sedaap” sudah sesuai dan terjangkau masyarakat, sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa
harga yang ditawarkan mi instan merek “ Sedaap” tidak murah dikarenakan masih ada harga mi instan lain yang lebih murah dibandingkan mi instan merek
”Sedaap”. Penjelasan responden atas harga yang ditawarkan mi instan merek
“Sedaap” dibandingkan dengan mi instan merek lain menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 73 orang 73 persen menyatakan bahwa harga yang
ditawarkan mi instan merek “Sedaap” dibandingkan dengan mi instan merek lain murah. Sekitar 27 orang 27 persen menyatakan tidak murah. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa harga yang ditawarkan mi instan merek “Sedaap” dibandingkan dengan mi instan merek lain
murah. Hal ini dikarenakan konsumen m erasa mi instan merek ”Sedaap” lebih
murah dibandingkan mi instan lain karena ukurannya pun lebih besar dibandingkan merek lain, sedangkan minoritas responden yang menyatakan
bahwa harga yang ditawarkan mi instan merek “Sedaap” tidak murah dibandingkan dengan mi instan merek lain, dikarenakan konsumen ini merasa
masih ada mi instan merek lain yang harganya lebih murah. Penjelasan responden atas kesesuaian harga yang ditawarkan mi instan
merek “Sedaap” dengan kualitas menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 91 orang 91 persen menyatakan bahwa telah sesuai harga yang ditawarkan mi
instan merek “Sedaap” dengan kualitasnya. Sekitar 7 orang 7 persen menyatakan sangat sesuai sekali dan 2 orang 2 persen menyatakan tidak sesuai. Hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94 tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa telah
sesuai harga yang ditawarkan mi instan merek “Sedaap” dengan kualitasnya. Hal ini dikarenakan konsumen merasa dengan harga yang ditawarkan mi instan merek
”Sedaap” sudah sesuai dengan kualitasnya yang tidak cepat mengembang, sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa tidak sesuai harga yang
ditawarkan mi instan merek “Sedaap” dengan kualitasnya dikarenakan konsumen ini merasa harga yang ditawarkan mi instan merek ”Sedaap” mahal dibandingkan
kualitas d ari mi instan merek lain”.
4.1.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Saluran Distribusi
Penjelasan responden atas kemudahan untuk memperoleh mi instan merek “sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 75 orang 75 persen
menyatakan bahwa mudah unt uk memperoleh mi instan merek “Sedaap”. Sekitar
17 orang 17 persen menyatakan sangat mudah sekali dan 8 orang 8 persen menyatakan sangat mudah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan bahwa mudah untuk memperoleh mi instan merek “Sedaap”. Hal ini dikarenakan mi instan merek ”Sedaap” yang merupakan anak
perusahaan distributor Wingsfod lebih mudah untuk menjangkau konsumen karena distributor Wings Food tersebar di setiap titik-titik penjualan, yang
memudahkan konsumen untuk mempero leh mi instan merek ”Sedaap”.
Penjelasan responden atas ketersediaan dari mi instan merek “Sedaap” di setiap titik-titik penjualan menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 77
orang 77 persen menyatakan bahwa mi instan merek “Sedaap” di setiap titik- titik penjualan tersedia. Sekitar 15 orang 15 persen menyatakan sangat tersedia
sekali dan 8 orang 8 persen menyatakan sangat tersedia. Hasil tersebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95 menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa mi instan merek
“Sedaap” tersedia di setiap titik-titik penjualan. Hal ini dikarenakan mi instan merek ”Sedaap” berada dibawah distributor Wings Food yang lebih mudah dalam
memasarkan produknya dan juga cakupan Wings Food yang tersedia disetiap titik –titik penjualan yang mampu menjangkau sampai ke pelosok terpencil.
Penjelasan responden atas kelengkapan jenisrasa mi instan merek “sedaap” di setiap titik penjualan menunjukkan bahwa responden yang berjumlah
36 orang 36 persen menyatakan bahwa tidak lengkap jenisrasa mi instan merek “Sedaap” di setiap titik penjualan. Sekitar 37 orang 37 persen menyatakan
lengkap dan 7 orang 7 persen menyatakan sangat lengkap sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa tidak lengkap
jenisrasa mi instan merek “Sedaap” di setiap titik penjualan. Hal ini dikarenakan konsumen cenderung menyukai beberapa rasa saja dari mi instan merek ”Sedaap”,
seperti rasa soto, dan mi gorengnya. Hal ini membuat penjual mi instan merek ”Sedaap” cenderung hanya memesan rasa tertentu saja. sedangkan minoritas
responden yang menyatakan bahwa lengkap jenisrasa mi instan merek “sedaap” di setiap titik penjualan dikarenakan konsumen merasa tempat-tempat penjualan
mi instan merek ”sedaap” sudah menawarkan rasa yang lengkap.
4.1.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Promosi
Penjelasan responden atas daya tarik media iklan yang digunakan mi instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 60 orang
60 persen menyatakan bahwa daya tarik media iklan yang digunakan mi instan merek “sedaap” menarik. Sekitar 24 orang 24 persen menyatakan sangat
menarik dan 16 orang 16 persen menyatakan sangat menarik sekali. Hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
96 tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa daya tarik
media iklan yang digunakan mi instan merek “Sedaap” menarik. Hal ini dikarenakan mi instan merek ”Sedaap” menggunakan media iklan yang menarik,
seperti media cetak dan media elektronik, dan juga bilboard dengan ukuran yang sangat besar dipasang di lokasi-lokasi keramaian.
Penjelasan responden atas daya tarik isi pesan dari iklan mi instan merek “sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 68 orang 68 persen
menyatakan bahwa daya tarik isi pesan dari iklan mi instan merek “Sedaap” menarik. Sekitar 32 orang 32 persen menyatakan sangat menarik. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa daya tarik isi pesan dari iklan mi instan merek “Sedaap” menarik. Hal ini dikarenakan iklan dari mi
instan merek ”Sedaap” menggunakan celebrity endorser untuk mengiklankan produknya, dan juga jingle endorser. Isi pesan dari iklan mi instan merek
”Sedaap” mampu menarik dan mempengaruhi konsumennya dengan pengucapan kata seperti ”Sedaap”, soal kata lidah bisa bohong tapi soal rasa” yang mampu
membangkitkan selera makan konsumen. Penjelasan responden atas daya tarik souvenir hadiah yang ditawarkan mi
instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 34 orang 34 persen menyatakan bahwa daya tarik souvenir hadiah yang ditawarkan mi
instan merek “sedaap” menarik. Sekitar 25 orang 25 persen menyatakan tidak menarik dan tidak menarik sama sekali dan 16 orang 16 persen menyatakan
sangat menarik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa daya tarik souvenir hadiah yang ditawarkan mi instan merek
“Sedaap” menarik. Hal ini dikarenakan dengan adanya souvenir dari mi instan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
97 merek ”Sedaap” mampu mempengaruhi pikiran konsumen untuk membeli mi
instan merek”Sedaap” dibanding merek lain, sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa daya tarik souvenir hadiah yang ditawarkan mi instan merek
“Sedaap” tidak menarik sama sekali dikarenakan konsumen sering mendapati hadiah souvenir yang ditawarkan itu tidak dalam keadaan utuh didapat di setiap
titik-titik penjualan, dan juga hadiahnya terlalu sederhana seperti; piring, mangkuk, dan lain-lain.
Penjelasan responden atas manfaat souvenir hadiah yang diberikan mi instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 34 orang
34 persen menyatakan bahwa manfaat souvenir hadiah yang diberikan mi instan merek “Sedaap” bermanfaat. Sekitar 33 orang 33 persen menyatakan tidak
bermanfaat, 17 orang 17 persen menyatakan tidak bermanfaat sama sekali dan 8 orang 8 persen menyatakan sangat bermanfaat dan sangat bermanfaat sekali.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa manfaat souvenir hadiah yang diberikan mi instan merek “Sedaap” bermanfaat.
Hal ini dikarenakan karena souvenir hadiah yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan rumah tangga, sedangkan minoritas responden yang menyatakan
b ahwa manfaat souvenir hadiah yang diberikan mi instan merek “Sedaap” tidak
bermanfaat dikarenakan konsumen merasa hadiah souvenir yang ditawarkan mi instan merek ” Sedaap” terlalu sedehana dan kurang bermanfaat.
Penjelasan responden atas daya tarik dari demonstrasi yang dilakukan mi instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 51 orang
51 persen menyatakan bahwa daya tarik dari demonstrasi yang dilakukan mi instan merek “sedaap” menarik. Sekitar 17 orang 17 persen menyatakan tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
98 menarik, 16 orang 16 persen menyatakan sangat menarik dan 8 orang 8 persen
menyatakan sangat menarik sekali dan tidak menarik sama sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa daya tarik dari
demonstrasi yang dilakuka n mi instan merek “Sedaap” menarik. Hal ini
dikarenakan mi instan merek ”Sedaap” sering melakukan demonstrasi, seperti; demo memasak bersama, lomba kreasi memasak. Jadi dengan acara-acara seperti
ini mampu menarik dan mempengaruhi konsumen untuk membeli mi instan merek ”Sedaap”, sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa daya
tarik dari demonstrasi yang dilakukan mi instan merek “Sedaap” tidak menarik dikarenakan konsumen ini merasa tidak ada perbedaan antara demonstrasi yang
dilakukan mi instan me rek ”Sedaap” dengan mi instan merek lain.
Penjelasan responden atas daya tarik dari mi instan merek “Sedaap” sebagai sponsor berbagai acara menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 68
orang 68 persen menyatakan bahwa daya tarik dari mi instan merek “Sedaap” sebagai sponsor berbagai acara menarik. Sekitar 16 orang 16 persen menyatakan
sangat menarik dan 8 orang 8 persen menyatakan sangat menarik sekali dan tidak menarik sama sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan ba hwa daya tarik dari mi instan merek “Sedaap” sebagai
sponsor berbagai acara menarik. Hal ini dikarenakan mi instan merek ”Sedaap” yang sering menjadi sponsor berbagai acara event, seperti sponsor untuk acara
olah raga, acara kesenian dan lain-lain, sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa daya tarik dari mi instan merek “Sedaap” sebagai sponsor
berbagai acara tidak menarik sama sekali dikarenakan konsumen ini merasa mi instan merek ”Sedaap” jarang menjadi sponsor berbagai acara, dan hanya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
99 melakukan acara-acara tertentu saja yang tidak berebeda dengan sponsor yang
dilakukan mi instan merek lain. Penjelasan responden atas daya tarik dari informasi yang diberikan
mengenai mi instan merek ”Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 50 orang 50 persen menyatakan bahwa daya tarik dari informasi yang
diberikan mengenai mi instan ”Sedaap” menarik. Sekitar 18 orang 18 persen menyatakan tidak menarik, 16 orang 16 persen menyatakan sangat menarik dan
8 orang 8 persen menyatakan sangat menarik sekali dan tidak menarik sama sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan
bahwa daya tarik dari informasi yang diberikan mengenai mi instan merek ”Sedaap” menarik. Hal ini dikarenakan mi instan merek ”Sedaap” sudah
memberikan informasi yang lengkap seperti: diperkaya tujuh vitamin, saran penyajian, komposisi, informasi nilai gizi, izin dari LPPOM, MUI, tanggal
kadaluarsa, dan nama perusahaan yang memproduksi dan cara penyampaiannya yang menarik, sedangkan minoritas responden yang menyatakan bahwa daya tarik
dari informasi yang diberikan mengenai mi instan merek ”Sedaap” tidak menarik dikarenakan infomasi yang diberikan mi instan merek ”Sedaap” tidak berbeda
dengan mi instan merek lain.
4.1.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Minat Beli
Penjelasan responden atas minat yang ditimbulkan dari mi instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 68 orang 68 persen
menyatakan berminat untuk membeli mi instan merek“sedaap”. Sekitar 17 orang 17 persen menyatakan tidak berminat, 8 orang 8 persen menyatakan sangat
berminat dan 7 orang 7 persen menyatakan sangat berminat sekali. Hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
100 tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan berminat untuk
membeli mi instan merek “Sedaap”. Hal ini dikarenakan produk, harga, promosi dan kemudahan untuk memperoleh mi instan merek ”Sedaap” mampu menarik
minat konsumen dan sudah sesuai dengan yang dipersepsikan oleh konsumen, sedangkan minoritas responden yang menyatakan tidak berminat untuk membeli
mi instan merek“Sedaap” dikarenakan konsumen merasa harga yang ditawarkan mi instan merek ”Sedaap” lebih mahal dibandingkan dengan bobotnya,
kelengkapan rasa yang tidak tersedia di setiap titik penjualan, hadiah souvenir yang kurang menarik, dan kualitasnya yang tidak jauh berbeda dengan mi instan
merek lain Penjelasan responden atas minat yang ditimbukan dari kemasan mi instan
merek ”Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 85 orang 85 persen menyatakan berminat untuk membeli mi instan merek“sedaap” yang
ditimbukan dari kemasannya. Sekitar 8 orang 8 persen menyatakan sangat berminat dan 7 orang 7 persen menyatakan tidak berminat. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan berminat untuk membeli mi instan merek“sedaap” yang ditimbukan dari kemasannya. Hal ini dikarenakan
kemasan dari mi instan merek ”Sedaap” yang begitu menarik seperti; perpaduan warnanya, bentuk tulisan, gambar background, sedangkan minoritas responden
yang menyatakan tidak berminat untuk membeli mi instan merek“sedaap” yang ditimbukan dari kemasannya dikarenakan kemasannya tidak menarik minat
konsumen baik dari sisi perpaduan warnanya, bentuk tulisannya, gambar background tidak jauh berbeda dengan mi instan merek lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
101 Penjelasan responden atas minat yang ditimbukan dari aroma mi instan
merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 64 orang 64 persen menyatakan berminat untuk membeli mi instan merek “Sedaap” yang
ditimbukan dari aromanya. Sekitar 17 orang 17 persen menyatakan sangat berminat sekali, 10 orang 10 persen menyatakan sangat berminat dan 9 orang 9
persen menyatakan tidak berminat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan berminat untuk membeli mi instan merek“Sedaap” yang
ditimbukan dari aromanya. Hal ini dikarenakan aroma dari bumbu setiap rasa varians mi instan merek ”Sedaap” begitu khas sehingga mampu menarik minat
konsumen, sedangkan minoritas responden yang menyatakan tidak berminat untuk membeli mi instan merek “Sedaap” yang ditimbukan dari aromanya
dikarenakan ar oma dari mi instan merek ”Sedaap” kekhasannya tidak jauh
berbeda dengan merek lain. Penjelasan responden atas minat yang ditimbulkan dari rasavarians yang
ditawarkan mi instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 54 orang 54 persen menyatakan berminat untuk membeli mi instan
merek“Sedaap” yang ditimbukan dari rasavariansnya. Sekitar 16 orang 16 persen menyatakan sangat berminat dan 15 orang 15 persen menyatakan tidak
berminat dan sangat berminat sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan berminat untuk membeli mi instan
merek“Sedaap” yang ditimbukan dari rasavariansnya. Hal ini dikarenakan rasa varians yang ditawarkan mi instan merek ”Sedaap” sudah begitu bervariasi dan
sesuai dengan selera konsumen secara umum, sedangkan minoritas responden yang menyatakan tidak berminat untuk membeli mi instan merek “Sedaap” yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
102 ditimbukan dari rasavariansnya dikarenakan rasa varians yang ditawarkan mi
instan merek ”Sedaap” kurang bervariasi dibandingkan merek lain, dan juga tidak menyesuaikan dengan selera konsumen dari berbagai daerah.
Penjelasan responden atas keutamaan pilihan dari mi instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 76 orang 76 persen
menyatakan terpilih untuk membeli mi in stan merek “Sedaap” atas keutamaan
pilihannya. Sekitar 9 orang 9 persen menyatakan tidak terpilih, 8 orang 8 persen menyatakan sangat terpilih dan 7 orang 7 persen menyatakan sangat
terpilih sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan terpilih untuk membeli mi instan merek “Sedaap” atas keutamaan
pilihannya. Hal ini dikarenakan konsumen sudah tertarik dengan penawaran yang dilakukan mi instan merek ”Sedaap” baik dari sisi produk, harga, promosi, dan
distribusi, sedangkan minoritas responden yang menyatakan tidak terpilih untuk membeli mi instan merek “Sedaap” atas keutamaan pilihannya dikarenakan
konsumen tidak tertarik terhadap penawaran yang dilakukan mi instan merek ”Sedaap” seperti harganya yang mahal, tidak tersedianya berbagai rasa di setiap
titik penjualan, demonstrasi yang kurang menarik, kualitas yang biasa saja, dan aromanya yang tidak begitu khas.
Penjelasan responden atas anjuran pada orang lain untuk membeli mi instan merk “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 50 orang
50 persen menyatakan tidak menganjurkan pada orang lain untuk membeli mi instan merk “Sedaap”. Sekitar 43 orang 43 persen menyatakan menganjurkan, 7
orang 7 persen menyatakan sangat menganjurkan sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa separuh responden menyatakan tidak menganjurkan pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
103 orang lain untuk membeli mi instan merk “Sedaap”. Hal ini dikarenakan mi instan
menjadi makanan pengganti nasi di kalangan masyarakat. Sehingga konsumen cenderung untuk mencicipi semua merek dari mi instan, dan juga harga dari mi
instan yang terjangkau membuat masyarakat bebas untuk memilih, dan juga rasa dari semua mi instan tidak jauh berbeda, dan separuh responden lagi menyatakan
menganjurkan pada orang lain untuk membeli mi instan merk “Sedaap” dikarenakan konsumen ini merasa puas dengan penawaran mi instan merek
”Sedaap” sehingga menganjurkan kepada orang lain untuk membeli mi instan merek ”Sedaap” ini.
4.1.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Keputusan Membeli
Penjelasan responden atas ing atan merek mi “Sedaap” menunjukkan
bahwa responden yang berjumlah 67 orang 67 persen menyatakan ingat atas merek mi “Sedaap” dalam mengambil keputusan untuk membeli. Sekitar 17 orang
17 persen menyatakan sangat ingat dan 8 orang 8 persen menyatakan sangat ingat sekali dan tidak ingat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
responden menyatakan ingat atas merek mi “sedaap” dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hal ini dikarenakan bentuk penawaran dari mi instan merek
”Sedaap” mampu menarik minat konsumen sehingga pada saat akan membeli mereka akan teringat mi instan merek ”Sedaap”, sedangkan minoritas responden
yang menyatakan tidak ingat atas merek mi “Sedaap” dalam mengambil keputusan untuk membeli dikarenakan mereka tidak begitu tertarik dengan
penawaran mi instan merek ”Sedaap” karena tidak jauh berbeda dari mi instan lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
104 Penjelasan responden atas keputusan dalam pemilihan mi instan merek
“Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 59 orang 59 persen menyatakan tepat dalam mengambil keputusan dalam pemilihan mi instan merek
“Sedaap”. Sekitar 17 orang 17 persen menyatakan sangat tepat, 16 orang 16 persen menyatakan tidak tepat dan 8 orang 8 persen menyatakan sangat tepat
sekali. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan tepat dalam mengambil keputusan dalam pemilihan mi instan merek “Sedaap”. Hal ini
dikarenakan konsumen sudah puas dengan harga yang ditawarkan mi instan merek sedaap, kemudahaan dalam memperoleh mi instan merek ”Sedaap”.
Penjelasan responden atas kepuasan yang diperoleh setelah membeli mi instan merek “Sedaap” menunjukkan bahwa responden yang berjumlah 59 orang
59 persen menyatakan puas setelah membeli mi instan merek “Sedaap”. Sekitar 25 orang 25 persen menyatakan sangat puas dan 8 orang 8 persen
menyatakan sangat puas sekali dan tidak puas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan puas setelah membeli mi instan merek
“Sedaap”. Hal ini dikarenakan konsumen merasa penawaran dari mi instan merek ”Sedaap” sebanding dengan kenyataanya setelah mengkonsumsi mi instan merek
”Sedaap”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
105
4.2. Pembahasan 4.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama
4.2.1.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dari penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi
berganda dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, maka alat uji statistik regresi linier berganda dapat dipergunakan.
a. Uji Normalitas
Uji untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau mendekati normal dilakukan dengan Regression Standarized Residual. Hasil pengujian dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106 Berdasarkan pada Gambar 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa penyebaran data
berada pada sekitar garis diagonal dan mengikuti garis arah diagonal, maka nilai residual terstandarisasi. Dengan demikian maka model regresi hipotesis pertama
tersebut memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolonieritas
Uji untuk menginformasikan terjadinya hubungan antara variabel-variabel bebas dan hubungan yang terjadi cukup besar, hasil pengujian dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolineritas Hipotesis Pertama
Model Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
Produk .339
2.951 Harga
.725 1.380
Saluran_Distribusi .442
2.263 Promosi
.416 2.406
a Dependent Variable: Minat_beli Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Berdasarkan pada Tabel 4.5 di atas diketahui bahwa nilai VIF untuk
variabel bebas yang terdiri atas produk, harga, saluran distribusi dan promosi lebih kecil dari 5 VIF 5. Dengan demikian persamaan regresi hipotesis pertama
terbebas dari asumsi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, hasil pengujian
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
107
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Gambar 4.2. Hasil Uji Heterokedastisitas Hipotesis Pertama
Berdasarkan pada Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa persamaan
regresi hipotesis
pertama terbebas
dari asumsi
heteroskedastisitas
4.2.1.2. Hasil Uji Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk X
1
, harga X
2
, saluran distribusi X
3
, dan promosi X
4
berpengaruh terhadap minat konsumen membeli Y mie instan merek Sedaap. Dalam hal ini pihak manajemen mie instan merek ”Sedaap” telah berhasil dalam
meningkatkan minat konsumen untuk memb eli mie instan merek ”Sedaap”
dengan melakukan pendekatan terhadap produk, harga, saluran distribusi dan promosi. Berdasarkan pada Tabel 4.6
dibawah ini, maka persamaan regresi linier berganda dalam penelitian adalah :
Y = 3.534 + 0. 222X
1
+ 0.559X
2
+ 0.806X
3
+ 0.252X
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
108 Atau, Minat beli = 3.534 + 0.222 produk + 0.559 harga
+ 0.806 saluran distribusi + 0.252 promosi
Tabel 4.6. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Pertama
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients B
Std. Error Beta
1 Constant
3.534 1.956
Produk .222
.089 .170
Harga .559
.258 .101
Distribusi .806
.108 .447
Promosi .252
.044 .350
a Dependent Variable: Minat_beli Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa strategi stimulus pemasaran yang terdiri dari produk X
1
, harga X
2
, distribusi X
3
, dan promosi X
4
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi minat konsumen membeli Y mie instan merek ”Sedaap”. Strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk X
1
, harga X
2
, saluran distribusi X
3
, dan promosi X
4
mempunyai koefisien regresi positif yang membuktikan kontibusinya terhadap minat konsumen membeli Y
mie instan merek ”Sedaap”.
Tabel 4.7. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Pertama
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .922a
.850 .844
1.48257
a Predictors: Constant, Promosi, Harga, Saluran_Distribusi, Produk b Dependent Variable: Minat_beli
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Berdasarkan table 4.7 di atas diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi R
2
dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk X
1
, harga X
2
, saluran distribusi X
3
, dan promosi X
4
terhadap minat konsumen membeli Y mie instan merek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
109 Sedaap. Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.850.
Hal ini menunjukan bahwa 85 variabel bebas strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk X
1
, harga X
2
, saluran distribusi X
3
, dan promosi X
4
mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 0,850 atau 85 terhadap variabel minat konsumen membeli mie instan merek Sedaap Y, sedangkan 15 merupakan
pengaruh dari variabel bebas lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
4.2.1.3. Uji Serempak Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama secara serempak dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berirkut:
Tabel 4.8 Hasil Uji F Hipotesis Pertama
Model Sum of
Squares Df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
1186.180 4
296.545 134.916 .000a
Residual 208.810
95 2.198
Total 1394.990
99
a Predictors: Constant, Promosi, Harga, Saluran_Distribusi, Produk b Dependent Variable: Minat_beli
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas diperoleh bahwa nilai F
hitung
134.916 lebih besar dibandingkan dengan nilai F
tabel
2.000, dan sig. α 0.000
a
lebih kecil dari alpha 10 0.10. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil penelitian menolak H
dan menerima H
1
. Dengan demikian secara serempak produk, harga, saluran distribusi, dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen membeli mie
instan merek ”Sedaap”, dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan. Dalam hal ini, berarti pihak manajemen mie instan merek ”Sedaap” telah berhasil dalam
menerapkan produk, harga, saluran distribusi, dan promosi pada para konsumen sehingga para konsumen mendapatkan minat untuk membeli mie instan merek”
Sedaap”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
110
4.2.1.4 Uji Parsial Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9. Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama Model
t Sig.
1 Constant
1.807 .074
Produk 2.491
.014 Harga
2.169 .033
Saluran_Distribusi 7.486
.000 Promosi
5.683 .000
a Dependent Variable: Minat_beli Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah
Berdasarkan Tabel IV.9 di atas diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pengaruh Produk X
1
terhadap minat beli Y
Dari Nilai t hitung variabel produk X
1
sebesar 2,491, dan nilai signifikansi sebesar 0.014 sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 0.95 adalah 1.29, oleh karena t
hitung
lebih besar dari t
tabel
atau nilai sig t untuk variabel produk 0.014 lebih kecil dari alpha 0.05 maka H
o
ditolak dan sebaliknya H
1
diterima. Hal ini
berarti variabel produk berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen atas mi instan merek “Sedaap” di kota Medan .
2. Pengaruh Harga X2 Terhadap Minat Beli Y
Dari Nilai t hitung variabel produk X
1
sebesar 2.169, dan nilai signifikansi sebesar 0.033 sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 0.95 adalah 1.29, oleh karena t
hitung
lebih besar dari t
tabel
atau nilai sig t untuk variabel produk 0.033 lebih kecil dari alpha 0.05 maka H
o
ditolak dan sebaliknya H
1
diterima. Hal ini
berarti variabel produk berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen atas mi instan merek “Sedaap” di kota Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
111
3. Pengaruh Saluran Distribusi X3 Terhadap Minat Beli Y
Dari Nilai t hitung variabel produk X
1
sebesar 7.486, dan nilai signifikansi sebesar 0.000 sedangkan t
tabel
pada tingkat kepercayaan 0.95 adalah 1.29, oleh karena t
hitung
lebih besar dari t
tabel
atau nilai sig t untuk variabel produk 0.000 lebih kecil dari alpha 0.05 maka H
o
ditolak dan sebaliknya H
1
diterima. Hal ini
berarti variabel produk berpengaruh sangat signifikan terhadap minat beli konsumen atas mi instan merek “Sedaap” di kota Medan .
4. Pengaruh Promosi X4 Terhadap Minat Beli Y