Pembaruan Tata Pemerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kemitraan

-------

Pembaruan Tala Pemcrintah,.n Desa Berbasis

lッォ。ャゥエセ@

dan Kemitraan
Mセ

PENGANTAR DARI KEMITRAAN
Desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan
di Indonesia, bahkan sebelum bangsa ini menampakkan be'ntuknya. Nilai
historis ini perlu menjadi pertimbangan penting dalam menata kembali
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, sehingga kita dapat .m engambil
berba:ngsa dan bernegara yang
hikmah dan pembelajaran men).lju ォ・ィゥセオー。ョ@
lebih baik.
Dengan populasi rakyat yang jumlahnya s'u dah melebihi 220 juta ini, lebih dari
80% dianlaranya masyarakat pedesaan' yang tersebar kurang lebih di 73.000
des a, praktis tidak didukung' dengan regul(lsi yang merriadai. Sejarah mencatat
kasak-kusuknF pemerintah untuk menegasikan peran penting des a baik secara

p 0litik, ekonomi maupun sosial budtlya. :Jpaya-upaya pengkerdilan peran dt'sa
tersebut tercermin dalam UU No.5 tahun 1974 Tentang Pemerintahan Dael'ah
dan UU No. 5 tahun 1979 ten tang Pemerintahan Desa. Kedua UU tersebut
menempatkan des a sebagai suatu subsistem wilayah administrasi pemerintahan.
Eksistensi. Desa telah terbirokratisasi ke dalam satu garis komando yang
sentralistik, des a kemudian menjadi unit pemerintahan terendah sli bawah
Camat.
Angin segar berhembus dengal1 terbitnya UU No. 22 tahun 1999, yang
memberi ruane kepada masyarakat desa untuk membentuk, menghapus,
menggabungkan, serta menentukan hak dan kewenangannya berdasar pada asal
usul dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Kebijakan tersebllt
menempatkan Pemerintahan Desa pada posisi png strategis, sf>bagai unit
penyeknggara ?dministrasi pemerintahan yang mandiri dalam mengatur rumah
tangganya, sekaligus sebat;ai representasl politik rakyat dalam kerangka self-

governing l'ommur.iry.
Namun yang dibutuhkan masyarakat des a adalah terwujudnya tata
pemerihtahan desa yang mandiri dan otonom. Semc.ntara hingga saat iill
regulasi yang ada di UU No 32/7.004, yang kemuclian diuraikan secar? lebih luas
_ dalam PP No 72/2005, masih menyisakan Cua permasalahan mendasar dalam

pembaruan desa menuju otonomi desa. Pertama, Tata pemerintahan des a
liserahkan pengaturar.nya kepada pemerintahan kabupate:1. Hal ini r.1emiliki
dua dampak berlawanan, positif karena sangat responsif terhadap
keanckaragaman karakteristik sosial budaya masyarakat, namun beresiko dan
rentan terhadap pellyalahgunaan oleh pemerintahan kabupa:ten untuk
memanfaatkan desa dan masY'1rakat.

11l

'.

.

'.,'

Pembaruan'Tata Pemerintahan Desa b・イ「。セゥウ@

Lokalitas di'.n Kemitraan

セ、オ。L@k

regulasi エセイウ・「オ@
hanya ュ セ ョァ。エオイ@
desentralisasi, tapi tidak memberi
ruang untuk otoqomi. Desentralisasi hanyalah merupakan pertanda pengakuan
atau penyerahan G セ・ョ。ァ@
bleh badan-badan umum yang lebih tinggi kepada
badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan
pertimbangan kepentingan sendiri mengambiI keputusan pengaturan dan
pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi (Sarundajang, 2001).

Semen tara otonomi mencakup aspek yang lebih kas dari sekedar desentalisasi.
Otonomi berasa! dari kata Yuna:1i autos dan nomos. Otonomi bermakna
Bュ・セウョ、ゥイN@
Dalam wacana administrasi p'Jblik, daerah otonom
sering disebut sebagai /0,"(1/ se(f government. Daerah otonom praktis berbeda
dengan "daerah h . saja yang merupakan penerapan dari kebijakan yang dalam
wacana admIDlstrasi publik disebut 5ebagai /ofa/ state government. Ada pun tugas
uaerah itu dalam . istilahnya kewenangan implisit yang di dalamnya meliputi
kekuasaan ("lacht): hak Hュィセ@
atau kewajiban' HpOゥヲィセ@

yang diberikan kepada
daerah dalam menjalankan tugasnya. Mestinya kewena:1gan itil tertu:is dalam
peratl,lran p・イオョ、。ァMセN@

rセァオ「ウゥ@
'des a ケセョァ
M セ、。@
hanya mengatur desentraJisasi kelembagaankabupaten
kepada kelembagaan . des a, yang penuh dengan nuansa kooptasi dan penetrasi
kepentingan pemerintah pusat dan kabupaten, baik ekonomi, so sial politik,
maupun ィオ、セケ。N@
Beberapa pasal-pasal pokok jelas-jdas menyebutkan betapa
pemer.intahan desa merupakan subordinasi pemerin tahan kabupaten.
Seyogyanya regl,llasi ten tang desa mengatur pengelolaan komunitas d{.sa dalam
manajemen rumah tangganya secara mandiri.
Dalam konteks itulah KEMITRAAN (Partnership Govcmam'c ReJom) menfasilitasi
Studi-aksi Partnership-Based Rur:zi Governance Reform yang dilakukan
oleh Tim Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-Institut
Pertanian Bogor (pSP3-IPB) , untuk memberikan '\varna" ten tang kajian
desentralisasi dan OTDA di tingkat de5a. Kegiatan ini telah memberikan

capaian manfaat, yairu:
.
1.

Sebagai acaciemif exercise, aktivitas ini berguna unruk memperkaya khasanah
keilmuan studi-studi tentang desentralisasi dan otonomi daerah di
Indonesia '

2.

Sebagai sebuah aksi implemcntatif, kegiatan ini memiliki manfaat yang
sangat besar terhadap pengembangan tata pemerintah di tingkat desa yang
berkaitat:, dengan upaya untuk memperbaiki siste'TI kelembagaan dan agensi
pembanguhan agar'selaras dengan tuntutan Otonomi Daerah (OTDA) agar
sesuai oeogau uu No. 32 tahun 2004.

Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan selama tujuh bulan kalender dengan
beberapa tahapanyang melibatkan expertist serta mengambil beberapa perspektif
pemikiran. Beberapa isu. khusus yang menjadi perhatian tim studi an tara lain
IV


It

'It

Pembaruan Tata Pemerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kemitraan



apresiasi terhadap pola-pola pengelolaan sumber-sumber agraria,penghargaan
ter;1adap eksistensi sis tem pemerintahan kelembagaan adat/lokal" apresiasi
ekonomi lokal, gender dan komunikasi f-embangunan. Isu
terhadap ーセエ・ョウゥ@
tersebut dikemf.\s untuk menjelaskan bagaimana si-srem pemerintahan desa Jan
politik 、・ウ」ョエイ。ャゥセ@
desa bekerja selam;] lnl.
Pendekatan kU,tllitatif
partisipatoris yar.g digunakan tim PSP3 IPB menambah point ters,endi.ri dalam
studi desentralis;]si dan otonomi pedesaan.
Buku Pembaharuan Tata Kelola Pemerintahan Desa Berbasis Lokalitas

dan Kemitraan ditulis berdasarkan temuan empirik dan pengalaman dari hasil
penelitian temabk. Dengan mengambil sampel di lima propinsi setidaknya dapat
memberikan gambaran proses otonorr.is:1si desa di beberapa wilayah serra
kritikal issu dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan otSnomi
terse but. Pemilihan lokasi p ng m emiliki ke-'khas'-an dapat
menjadi
pembanding bagi kita dalam melihat beberapa aspek, misalnya sistem tatapemerintahan desa formal vs desa adat maupun politik desentralisasi · yang
ュ・ゥャセ@
kekhasan sosio-budaya dan polit.Jk lobi.
Buku ini juga memberikan beberapa pelaJaran lapang yang dapat dipetik'dari sisi
kelembagaan, dimana peran kemitraan sangat renting di dalam tata
pemerintahan des a dan pemberdayaan komunitas pedesaan -tentunya dengan
memperhatikan konteks lokal-. Maralmya issu gende.: akhir-akhir ini dikupas
pula melalui pengembangan komunikasi adrrunistrasi yang memiliki wawasan
gender. Sedangkan proses-proses pengembangan kebijakan tata-pemerintahan
yang s2suai tuntlitan otonomi de"sa memberikan gambaran bahwa nampaknya
pencapaian tata-kelola pemerintahan desa berbasis kemitraan dan 19kalitas di
masing-masing lokasi kajian masih perlu diperjunngkan dan masih ー・イセオョケ。@
kemitraan dengan multisrakeholder.


I

\

\

\

I\
I

terhadap pengdolaan
Tata kelola pemerintahan desa tidak dapat 、ゥーセ。ィ[GZャ@
sumbelembagaan pemerintahan ciesa melalui ー・ョセ。エ@
struktur dan ,.gensi pemerintahan sehingga mampu menjadi penggerak
perubahan desa.

Untuk menjawab permasalahan エ。Mーセュ・イゥョィ@
desa di atas, Pusat Studi
Pembangunan Pertanian dan Peocsaan Institut Pertanian Bogor yang didukung

fndoneJia dan European Union
oleh Partnmhip for Governance rセOッイュ@
mengembangkan studi-aksi dengan tema "Partnership-based Rural Governance
Reform" yang tujuannya dirumuskzn sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi peta permasalahan can tzpologi sistem iata-pemenntahan desa
(termasuk eksistensi dan konstelasi keKuasaan dan kewenangannya vis a vis
Vll

.PernbaI"lan Tata Pernerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kernitraan

2.

3.

kelembagaan pemerintahan adat) di beberapa kawasan terpilih, yaitu di
Provinsi N::.nggroe Aceh d。イオ
ウセャ。ュL@
Sumatera Barat, ]awa Barat, Bali dan
Papua.
Mtngembangkan sistem lata-pemerililahan deJa yang mandiri sesuai dengan

lobi dengan
cita-cita OIDA namun juga sesua i dengan setting ウッ ゥ ッM「オ、。ェGセ@
tujuan-akhir memberdayakan dan memandiribn masyarakat (warga desa)
secar;\ sosial-ekonomi dan politik b(!rbasiskan prinsip kemitraan.
Mengembangkan mekanisme pembaharuan tata-pemerintahan Fedesaan di
diseminasi temU?n · akademik dan pengembangan
Indonesia, セ・ャ。オゥ@
wacana ilmiah dalam kerangka goverr.ant:e studies:

Buku ini 、ゥエオセウ@
berdasarbn hasil kegiatan studi-aksi yang dilaksanakan di lima
provinsi terpilih deng:m pertimbangan kekhasan yang dimilikinya, yaitu:
Nanggroe Aceh ryarussalam (mewakili prov insi yang mengalami konflik sosiaJ
cukup lama), Sumatera Barat (me\vakili ォ。キセョ@
dengan pengaturan adat
ala Ja.va), Bali
" Nagari" yang kuat dan teqJelihar:1), ]awa Barat (me·wakili 、・セ。@
(mewakili kawasan dengan tata-pengaturan komunitas Jobl berbasis イ・ャゥァセウエ。@
yang kuat), dan Papua (mewakili kawasan Timur Indunesia dengan sistem
ondoafi yang masih dominan). Pada setiap provinsi kasus, dipilih Satu kabupaten

yang dijadikan lokasi penelitian, 、ゥュ。iセ@
di setiap kabupaten tersebut ditentukan
dua desa sebagai lokasi penelitian dan aksi.
Buku disusun oleh beberapa penulis/ peneliti yang terlibat langsung dalam
Setiap disiplin terintegrasi
studi-aksi partnership-baJed rural gOllerna!lce イセHッュN@
dengan disiplin lainnya, sehingga kajian bersifat interdisipliner.
Setiap
penulis / peneliti menurunkan tulisannya berGasarkan disiplin iimu yang
dirnilikinya dmgan memberikanfokus perhatian pada topik-topik khl1sUS dalam
studi-aksi ini. 'Secara rinci peneliti sosiologi pedesazn memfokuskall pada kajian
. kelembagaan dan kepemimpinan lokal. Peneliti kajian pengembangan wilayah
pedesaan memfokuskan pada kemungkinan-keml.lngkinan penljembangan
struktur pernerintahan des a yang mampu merespons kebl.ltuhan otoi1omisasides a sesuai . prinsip OIDA. Peneliti ilmu administrasi-pembangunan,
memfokuskan airinya pada. kajian proses-proses perumusan ォ・「ゥェ。セウョ@
&
berbagai aras pengambilan keputusan, semen tara ーセョ・ャゥエ@
kaji;.n· politikdesea.:ralisasi, melil1at lebih dalam proses-proses poli rik yang berlangsung dalam
menegal:kan otonomi des a sesuai Undang-Undang no. 32/2004, Peneliti iimu
komunikasi dan gender, mengkaji komunikasi administracif dan peranan wanita.
Peneliti ilmu ekonomi, memp erhatikan perbedaan derajat kesejahteraan
ekonomi rumahtangga dan kaitannya Jengan kesiapan kawasan tersebut un'tuk
melaimkan perhitungan
menjalankan oton·omi desa. Peneliti ilmu セォッョュゥMi。ャ@
ekonomi dan mengerr:bangkan pola pendekatan
atas L ー・ャオ。ョァWセL@
penguatan sistem ekonoih.i lokal. Peneliti sosiologi agraria, mengkaji persoalan
pengelolaan sUq1ber-swnber agrana dan konflik-konflik agrarla yang
menyertainya. ·Peneliti manaJemen sumberdaya alam, melihat eksis tensi
Vlll



I

'i

I
i



PembJ.ruan Tata Pemelintahan Dl!sa Berbasis Lokalitas dan Kemitraan
.

kelembagaan pengaturan
pemerintahan desa.

sumberdaya

alam

lokal

dalam

.

k01".i:eks

tata-

Sesuai dengan pengelompokan disiplin ilmu yang dimiliki oleh masing-mAsing
penulis/peneliti, buku ini disusun menjadi tiga bagian, yaitu Bagian I (Satu)
membahas persoalan-persoalan "Tata Pemerintahan Desa cian P6litik
Desentralisasi". Bagian II (Dua) membahas persoalan-persoalan "Tata
Alam cialam Pemerintahan Desa". Bagian III (Tiga)
Pemerintahan セャュ「・イ、。ケ@
membahas secara khusus "Penguatan Ekonomi Lokal dalam Tata
Pemerintahan Desa Berbasiskan Kemitraan". Bagian IV (Empat) adalah
penutup buku ':>erisi sintesis dari kegiatan studi-aksi secara keseluruhau.
Disamping dibagi ke dalam beberapa bagian, struktur buku tersusun menjadi
bcberapa bab yang diurutkan per topik sebagai berikut. Bab 1 -Pendahuluan
- yang mengawali isi buku dan mengantarkan kerangka berpikir pembaca kearah
otonomi desa da!1 pemb.lruan tata-pemc:rintahan desa. Pada Bab 1, juga
reon yang digunakan untuk menjelaskan proses
dijelaskan ォ・イ。セQァ@
Olonomisasi desa yang berlangsung di beberapa kawasan dan permasalahankritikal yang dihadapi dalam pelaksanaan otonomi tersebut. Bab 2 berjudul
Reformasi Tata-Kelola Pemerintahan Desa: Investigasi Teoretik dan
Empirik yang ditulis oleh AI.ya Hadi Dharmawan. Pada bab ini dijelaskan
pembandingan sistem tata-pemerintahan desa (lokalitas) formal dan adat serta
Bab 3 dengan judul
benturan kekuasaaan dan otoritas yang iQャ・ョケイエ。ゥセN@
Descntralisasi Pemerintahan Desa: Menakar Idealitas dan r・セャゥエ。ウ@
Politik Lokal oleh Dodik Ridho Nutrochmat, mem'bahas politik
desentralisasi di berbagai provinsi yang mecniliki kekhasan sosio-budaya dan
politik lobI. Bab 4 berjudul Kemitraan dalant Tata Pemerintahan Desa
dan
Pembe:dayaan
Komunitas
Perdesaan
dalam
Perspektif
Kdembagaan oleh Fredian Tonny Nasdian membahas lesson-learned ta,akelembagaan pemerintahan desa dan proposal menganai tata-pemcrintahan
desa berbasiskan kemitraan yang sesuai dengan konteks lokal di lima provinsi
セ ャヲァォ。ョ@
Kumunikasi Administrasi
studi-aksi. Bab 5 dengan judul m・ョァュ「
Efektif dalam Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Tanggap Gender
oleh Siti Amanah membahas dinamika komunikasi administrasi dan
pentingnya wawasan gender dalam analisis. Bab 6 berjudul IProses-Proses
Pengembangan Kebijakan Tata-Kelola Pemerintahan Desa Berbasis
Lokal oleh Lala M. Kolopaking mcmbahas pola pengembangan .atapemerintahan yangsesuai tuntutan oronomi desa meiaiui proses-komunikasi
partisipatif refleksif dan kontemplatif.
Bab 7 derlgan judul Mekanisme Kon tro l Tata Kelola Sumbt.:r-Sumber
Agraria: Membangun Kelembagaan Kolcktif Lokal yang Demokratis oleh
Satyawan Sunito dan Heru Purwandari membahas tata-pengatunin sumbersumber agraria dan konflik agraria eli tingkat lokalitas. Bab 8 berjudul
Pe:lgelolaan 'Sumberdaya Alam Berbasis Kemitraan untuk Pembaruan
IX

- - - -Pembaru.ln Tata Pemerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kemitraan
Tata-kelola Pemeriptahan Desa yang d!tulisoleh Leti Sundawati dan Soni
Trison membahas ' poia keiembagaan pengat'Jran pengelolaan sumberdaya
alam.
Bab 9 berjudul Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis
Keberlanjutan ケ。セァ@
ditulis oleh Suharno ' me:1gajukan pola pengtmbangan
ekonomi lokal untuk ュ・ーセイォオ。エ@
keberdayaan dan kemandirian ekonomi .dan
kemampuan fin an sial pernerintahan desa. BaG 10 berjudul Pengembangan
Wilayah dan Des'e ntralisasi Desa: Pendekatan dan Aplikasinya oleh Eka
Intan Kumala . Putri dan Arya Hadi Dharmawan menjelaskan arah
penguatau sistem-administrasi pemerintahan atau keiembagaan dar agensipengclola pemerintahan sebagai prasyarat berjalannya perkembang-an desa yang
Tingkat Kesejahteraan
progresif sesuai . OTDA. Bab 11 berjudul
Masyarakat: Tinjauan Sosial Ekonomi Rumahtangga Lokal oleh Yoyoh
Indaryanti mengkaji disparitas kesejahteraan sosial-ekononti sebagai persoillan
ウ@ oleh pembaru,1l1 tata-pemerintahan desa.
.
krusial yang harus 、ゥ セ 。、ゥヲ
Buku ini ditutup oleh Sintesis atau Bab 12 berjudul Pembaruan Tatap・ュイゥョセ。@
De.sa: , Transformasi Struktur dan Agensi Kelembagaan
Pemerintahan Desa Berbasiskan Kemitraan yang ditulis oleh Arya Hadi
Dharmawan.1)ada intinya, proses pembaru,lll tata-pemerintahan des a harus
ュ」ー・イィゥエオョァォ。セ@
potensi kelembaga,ul yang mengatur segala kebutuhan
pokok-kehidupar masyarakat desa/lokal.itas (as pek struktur) sertil potensi
su mberdaya manusia sebgai pelaku tata-pemeril 1 tahan des a (aspel: agensi).
Kedua aspek harus disentuh secara simultan agar proses pembaruan tatapemerintahan desa berjalan dengan baik mengikuti tulltutan cita-ci.ta OTDA.
Dalam kesempatan ini tim studi-aksi "Partnership-Based lVira/ Governam'e Reform"
(selanjutnya disebut stucL-aksi) dari pオウ
セエ@
Studi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan Institut Pertanian Bogor (PSP3IPB) mengucap!':an syukur tak
terhingga kchaoo'at Illahi ROQbi aras selesainya seluruh rangkaian kegiatan
lapan ga n di lima provInsi studi-aksi cJengan berbagai hasilnya serta
terselesaikannya buku ini. Harapan tetap ditengadahkan kepadaNya , agar apaapa yang sudah dirintis oleh studi-aksi ini insya Allah dapat terus be::langsung
berkelanjutan dan memberikan makna yang berguna bagi cita-cita otonomi desa
dan kesejahteraan masyarakat desa di seluruh Indonesia.
,Rasa terinla kasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada pihak Partnership for
Gover:nam-e rセヲッゥGュ@
Indonesia dan European Union yang mcndanai semua kegiatan
studi-aksi ini'. Ucapan terim? kasih ya ng sebes'l.r ·besarnya juga disampaikan .
kepada para Gubernur dan Bupati dimana lokasi studi-aksi dilakukan beserta
jajarannya. Ucapan terima kasih tak terhingga juga disampaikan kepada para
sesepuh adat dan
Kepala Desa beserta aparat desa dan Pemimpin Adat 「・ウセイエ。@
ュ。セケイォエ@
di sepuluh desa lokasi studi-aksi yang telah bersusah-payah
dalam ritme yang
mengikuti rangkaian kegiatan yang sangat padat dan 「・セ。ャョ@
sangat cepat. Kepada ternan-ternan pendamping/ aktivi3 dari Lembaga Swadaya

x

._-

Pembaruan Tata Pemerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kemitraan

-------



I

Masyarakat (LSM) dan peneliti universitas lokal yang ikut menopang kes\.lksesan
kegi.a tan studi-aksi yang nam,lnya tidak bisa disebutkan satu- p'ers:ltu, kami
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga.
,
Akhirnya, kami berharap semoga Sl.mua leJJotlJ learnt yang terkandung dalarn
buku ini dan apa-apa yang dianggap baik Jari semua ;xoses studi-abi dapat
ber:l1anfaat bagi pembaca dan dunia praxis sena akademik. Tiada gading yang
tak retak, kami mohon maaf apabtla ada hal-hal yang belum sempurna disajikan
dalam ruang sesempit buku ini.
01 Oktober 2006
Atas Nama para Penulis/Peneliti
Arya Ham Dharmawan
Ketua tim Studi Aksi

, (

Xl :

. PemDaruan 1 ata
イエAュセuャl、Nョ@

uエZセ、@

1.It:1VCI.:U;) L.VAa.ULCI.;:) U.a.H J:"-';::.l.llH.lAU,1.l

DAFTAR lSI
Pengantar Dari Kemitraan

. r engan tar Editor

111

vu

Daftar lsi
XU
Daftar Tabel
X111
Daftar Gambar
XlV
1
Pendahulllan
2
Reforma3i Tata-Kelola Pemerintahan Desa: Investigasi
23
T eoretik pan Empirik
3
Desentralisasi Pemerintahan Desa: Menakar Ido:alitas Dan
46
Realitas Politik LobI
4
KemitraanDalam Tata Pemerintahan Desa Dan
67
p・ュ「イ、。ケ
セ 。ョ@
Komunitas Perdesaan Dalam Perspektif
Kelembagaa'n
5
MengembangkanKomunikasi AdlTljnis trasi Efektif Dalam
111
Tata Kel0la Pemerintahan d・ウセ@
Yang Tanggap Gender
6
Proses-Proses Pengembangan Kebijakan Tata-Kelola153
PemErintahan Desa Berbasis Lobi
7
Mekanisme 'K6ntrol Tata Kelola Sumber-Sumber Agraria: 175
Membarigun Kelembagaan Kolektif Lokal Yang Demokratis:
Pengdolaan SumberdayaAlam Berbasis Kemitraan Untuk
213
8
Pemharuan Tata-Kelola Pemerintaha':l Desa
9
Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berba5is
226
Keberlanjutan'
10 Pengeinbangan Wilayah Dan Desentralisasi pes a: Pendekatan 241
Dan Ap!ikisinya
11 Tingkat !Zescjahteraan Masyarakat: Tinjauan S03ial Ekonomi
261
Rumahtangga Lokal
12 Pembaruail Tata Pemenntahan Desa: Tramformasi Struktur
2'13
Dan

ゥ^ァセ

ョウゥ@

Kemitraan '

xu

Kelemoagaan Pemcrintahan Des;) Berbasisbn



Pembaruan Tata Pemerintahan Desa Berbasis Lok"litas dan Kemitraan

---

DAFTAR TABEL
Nomor
1
2

3
4
5
6
7
8
9

Teks
Komparasi sオ「ウセ。ョゥ@
UU 5/1979,UU
22/1999, danUU 32/2004
Perbedaan Bentuk. Pemerintahan "Desa" di
Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Jawa Barat, Bali dan Papua
Pendekatan dlln Saluran Komunikasi
セ・ッイ。ー@
Aspek yang Perlu dikembangkan
untuk Penerapan PUG
Persentase Penggu.1aan Lahan d.i Kecamatan
Marga tahun 2001-2004
Persentase Periggunanaan Lahan di
Kecamatan Ker?.mbitan tahun 2001-2094
Jenis Sumberdaya Alam Lokal Tablasupa

Komparasi Kelembagaan yang Mengatur
Sumber-sumber Agraria Lokal
Uraian Jenis dan Bentuk w.:odal Masyarakat

h。iュセョ@

-.'.

52
57

115
146
196
196
198
207
230

.,

X 111

セ@

Pembaruan Tata Pemerintahan Desa flerbasis LokaJitas dan Kemitraan

..

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1
2

3
4

5

6
7

8

9
10
11
Qセ@

13

14
15

16
17
' 113

19

'Halaman
Teks
. Empat Tipe Sis tern Tata Pengaturan Pemerintahan
9 .
Desa (dimoclifikasi dari Fukuyama, 2004)
セ エ ・イ@
Pemerintah Desa d;:n'
18
Perbanclingan k。イA
oイッゥエ。セ@
Kelembagaan Adat
20
Relasi Kekuasaan dalam Pemerintahan di Kawasan
Lokalitas
43
Gambaran Ringkas Permasa lahan Tata Pemerintahan
I
Lokalitas (Desa)
120
Anatonu Urusan Pemerin tahan (S'.lwandi, 2006)
141
Keterkaitan an tar Lembaga dan Masyarakat dengan
p 'e merimah Desa
158
Proses-proses Kebijakan Saling Pengaruh antar Pihak
Pengembangan Tata Kelola PemerintahMl Desa
161
tゥョァォセエ。@
Partisipatif
161
Peraricangan Pengelolaan Kolaboratif
165
Penilaian Masyarakat eli Desa-desa Kajian 。エセ@
Mutu
Pelay:man Publik, Tahun 2006
169
Tingkatan Tata Kelola Pemcrintahan Desa Menurut
D aerah
,
171
セ・ウ@
D ialog untuk Petnbaharuan Tata
Langkah dan pエッ
Kelola Pemerintahan Desa Berbasis KemiLraan'dan
Loklllitas
176
I.ingkup Hubungan -l11..lbungan Agraria
AIUl;' Hasil dan Penggunaan dari Setiap }\ktivitas
185
pertanian R..esponden
StnikturLembaga Adat M ukirn
204
Intetaksi Struktu.: dan Agensi Tata Pemerintahan
276
d・セ。@
.
277
Kinerja Struktur Organisasi dan Agensi Pemerintahan
Desa
Konflik, ,dan Kerjasama dalam Tata-Pengaturan
281
sャュ「・イMオセ@
Agraria
286
Struktur Kelembagaan dalam Partnership-Based

Rural Governance System di Papua
20

Stmktur Kelembagaan dalam Partnership-Based Rura:
Govefnant'e System di Minangkabau - Sumat\!ra Barat

287

XIV

I

,

'
:' .

PENDAHULUAN
OIeh: Arya Hadi Dharmawan

Kebijakan "Otonomi Daerah" (OTDA)3ebagaimana gagasanr.ya tertuang pada
Undang Undang (UU) no. 22/1999 dan revisinya pada UU po. 32/2004 tentang
"Pemerintahan Daerah" menjaeli salah satu landasan perubahan sistt;m tatapengaturan atau tata-pemerintahan (gov.:rna1(ce system) yang penting dalam sejarah
pembangunan politik dan pengelolaan administrasi pemerintahan secara nasional.
UU tersebut merupakan keputusan yang pantas disambut baik oleh semua pihak,
namun sekaligus juga perlu eliamati perkcmbangannya secara seksama, elievaluasi
dan selalu elikritisi secara terus-menerus agar implementasinya tidak menyimpan£
dari "ruh" atau idedlogi (kesetaraan para pihak pemangku kekuasaan, keP1andirian,
kesejahteraan sosial, demokratisme, partisipasi, keberdayaan masyarakat, tata-keiola '
pemerintahan yang baik) yang ciiperjuang-kannya:
Dalam konsepnya, OIDA (sesuai OU no. 22/1999 dan peuyempur-naannya pada
UU no. 32/2004) secara eksplisit atautJun implisit hendak mengedepankean cita-cita
penegakan
prinslp-prinsip
demokratisme (kesetaraan,
kesejajaran,
etikaegalitarianisme), ke:mgguian iokai, kumitrnen pada mie of thegam(, JLng telah
elisepakati, apresiasi terhadap keberagaman, prinsip bottom-up, desentraiisme administratif
yang elegan dan berwibawa eli tingkat lokal serta セ・イォュ。ーオョ@
mengatasi persoalan
riil cll. lapangan, penghargaan pada prakarsa serta hak-hak pclitik masyarakat lokal,
kemandll:ian dan kedauhtan sistem sosial-ekonomi lokal serta pembebasan dari
segala bentuk 'ketergantungan sosial-rohtik pada semua pihak. Salah satu' aspei<
penting dari good-governam'e pn'naple, yaitu centrol oj pOlller yang eliwujudkan secara
operasional dalam prinsip transparansi ketc.ta-pemerintahan dan akuntabiiiias (jengelolaan
keuangan) pubiik juga menjaeli salah satu ciri-utama UU tersebut. Dalam konteks
efektivitas capaian atau kinerja UU terhadap pencapaian cita-cita desentraiisme,
persoalan yang segera muncul adalah: apakah keseluruhan isi UU dapat segera
mampu mewujudkan cita-cita tersebut pada aras 10kai (desa)? ApaJ;:ah
sesungguhnya UU no. 32/2004 memberi!. (kemandirian dalam pfngambilan keputusan,
pendanaan, pel1gelolaan lokalitas)? Dapatkah semua pras yarat pembangunan di
ranah administrasi publik desa tersebut dijalankan dengan baik sesuai eita-eita
otol1omi lokalitas (desa)? Benarkah organisasj pemerintahan desa yang posisisosiologisnya "berada dalam perangkap 「ゥイッォ。セ@
pemerintahan pJsat dan
kabupaten" mampu membeba skan dirinya dan mewujudkan ウ・ァセLャ。
Z@ eita-eita
keberdayaan dan kedaulatan lokalitas / desa secara kons truktif? Adakah potfnsi
konflik yang muncll akibat bekerjany;, "jebakan -jebakan 「ゥッォイ。セB@
via aturan-aturan
3

Pembaruan Tata Pernerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kernitraan

.'

....>

.,

,

yang sangat mengikat ,serta sec::Ira nj,id ditentukan oleh pemerintah "atas desa"?
Strategt apakah yang harus disusun untuk memberdayakan dan meneguhkan
otonomi lokalitas (desa) sesur.i cita-cita dan selaras dengan UU 32/ 2004?

Otonomi Lokalitas (Desa) dan Jeba!orations. area·wide regional or functional authorities,
'or non·govemmental private or vuluntary organizations": .Ada tiga bentuk desfmtraJisasi-administratif yang dikenal
dan penting untuk diketahui yaitu: (1) dekol1sentrasi, yang r,lenunjuk ;lada transfer ォ・キョセァ。@
da;; jenjang hierarkhi
adminstrasi tertentu ke bawah; namun masih tetap dalam satu jurisdictional authority pada ーセュ・イゥョエ。ィ@
pusat; (2)
deJegasi, yang ュ」ョオセェォ@
pada transfer of government decision-making and administrative authority untuk sebuah
tugas tertentu kepada suatu organi5asi tertentu yang sifatnya ,bisa tidak·secilra-Iangsung ataupun independen dan
kontrol pemerintah; HセI@ devolusi, yang menunjuk pada tr'lnsfer セ・キョ。ァ@
dan pemerintah (central government)
kepada local-level govem,mental units yang mengemban status sebagai holding institution yang disahkan oleh
peraturan hukum Hi・ァゥウャ。セッョI@
(lihat Cohen and Peter.;on, 1999), :v1enurut Work (2001), devolusi dapat dikategorikan
juga ウ・「。セゥ@
、・ウョエイセャゥ。@
"politik" jika pengertiannya mencaklJp "adanya transfer tanggungjawab atau kekuasaan
pengatur?nlreguJasi secara penuh dalam decision-making, penggunaan resources, dan penciptaan pendapatan, dari

6



N M

N セ

N M

N M

N M

N M

N M

N M

N MN

N M

N M

N M

N M

N M

N M

N M

N M

N M

N M

- '- '- '- '- '- -- '- '- '- ' - ' - ' -"

. _ . _ . _ . _ . _ . _ .

Pembaharuan Tata Pemerintahan Desa Berbasis Lokalitas dan Kemitraan

lokalitas (desa) yang elitawarkan oleh negara melalui plaifonn UU ,no. , 32/2004,
otoritas adat seringkali' b'erbenruran secara kelembagaan dengan otontas formal
(pemerintah desa) yang legitimate menurut hukum positif kenegaraan.
Sesuai dengan prinsip-prinsip desentralisme menurut UU no. 32/2004,maka
"perubahan nasib" sebuah komunita s lokal (desa) hanya bisa direalisasikan bila
komunitas lokal tersbut mengambil prakar:a penuh, keJlJenangan -dan tanll',ung jawab
yang subtansial pada praktek ;?emerintahan dari kelembagaan pemerintahan pada
hie"arkhi kewenangan juriseliksional eli atasny'l. Prinsip iill tercermin pada pasal 212
dan 213 bahkan paS'll 214 (ten tang kerjasama desa) UU no. 32/2004 yang
memberikan keleluasaan penuh bagi pemerintah desauntuk menghimpun sumbersumber pendai1aan bagi kesejahtenlan masyarakat desa. i セ・キョ。
ョァ。@
tersebut
dilimpahkan "ke bawah" dan diman (aatka,l sebagai "modal" bagi penyelenggaraan
tata-pemerintahan desa.
.
Persoalannya kemuelian: (1) apakah setiap desa mampu _- untuk menjalankan
otonomisasi des a dengan pendekatan yang seragam sesuai UU no. 32/2004
(padahal jelas dimaklumi 「。ィ
キセL@
setiap desa menghadapi kendala-kenclala yang
khas, elimana derajat persoalannya pun berbeda セャョエ。イ@
satu dan lain desa)? (2)
Melihat aspeknya yang begitu ' kompleks G.ihadapi oleh sistem tata-kelola
pemerintahan desa, maka rr.uncul pertanyaan: sejauhmana kebijakan desentralisasidesa bisa eliterima dan operafional sesuai d cngan keragaman struktur sosial
masyarakat desa eli Indonesia? Jika devolusi-kekuasaan adalah cita-cita desentraLsasi
yang elipilih untuk memberdayabn desa, maka muncul pertanY9.an: bagaimanakah
pcntahapan penataan_ tata-pemerintahan desa seyogianya elilakukan agar cita-cita
"kedaulatan desa" (keberdayaan desa) dan. kes ejahteraan desa エ・セェオ、_@

Konseptualisa.si Otonomi Lokalitas (Desa)
"Devolusi kekuasaan" jelas sulit direspons secara sena-merta oleh setiap lokalitas
(desa). Hal ini elisebabkan olch ban yak fakror, eliantaran ya tidak , semilll lokalitas
(uesa) memiliki derajat perkembangan kemajuan seperti yang terjadi di kebanY1kan
desa eli Pulau .J awa . Ada ker.agnman yang sangat tinggi yang menyebabkan
otonomisas i desa harus mengambil strategi berbeda-beda.
lokalitas (desa) eli berb.lgai kawasan Indonesia seperti
Sistem ー・ュイゥョエ。ィセ@
Nanggro'e Aceh Darussalam, ranah Minangkabau, Ball, dan Papua, teiah 'mengenal
tata-pengaturin scsial-kemasyarakatan asli yang berbasis pada ikatan-ik:ptan セイ。、ゥウ@
keturunan sedarah (genealogiSj, da;} ikatan religiositas. Tata-pengaturan ,adat I tersebut
telah ada bahkan sebelurri Nega;a Kesatuan F_e publik Indonesia dilahirkan (lihat
Syafa'at, 2002). ' Dengan kata lain, devolusi kekuasaan , dan ォセキ
L ・ョ。ァ@
otoritas tunggal-negara kepada otoritas publik (masyarakat sipil, nega'a dan swasta) yang otonom di tingkat lokal dan
bekerja secara independent legal entit