Sistem Informasi dan Komunikasi Antar Organisasi berbasis Aliansi pada Konsorsium Florikultura Kasus Konsorsium Anggrek

SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI ANTAR
ORGANISASI BERBASIS ALIANSI PADA KONSORSIUM
FLORIKULTURA: Kasus Konsorsium Anggrek

DYAH GANDASARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

ii

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Sistem Informasi
dan Komunikasi Antar Organisasi Berbasis Aliansi pada Konsorsium

Florikultura: Kasus Konsorsium Anggrek adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014
Dyah Gandasari
NIM I362100081

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

iv

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

RINGKASAN

DYAH GANDASARI. Sistem Informasi dan Komunikasi Antar Organisasi
Berbasis Aliansi pada Konsorsium Florikultura: Kasus Konsorsium Anggrek.
Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO, BASITA GINTING dan
DJOKO SUSANTO.
Kelembagaan usaha tanaman anggrek belum terlihat eksistensinya dalam
pengembangan usaha anggrek. Kelembagaan yang ada seperti Perhimpunan
Anggrek Indonesia (PAI) masih bersifat wadah untuk para penggemar dan
pencinta anggrek dan belum diarahkan sepenuhnya untuk bisnis dan asosiasiasosiasi yang tumbuh di beberapa daerah seperti Asosiasi Petani Anggrek
Indonesia (APAI), Orchids Society dan lain-lain masih belum bersinergi dan
belum mempunyai kesamaan visi dan misi untuk membangun agribisnis
anggrek nasional, padahal kelembagaan sangat penting untuk diprioritaskan,
karena dukungan kelembagaan yang kuat dan efektif akan dapat memacu
pertumbuhan dan daya saing agribisnis anggrek.
Pada tahun 2010 organisasi birokrasi yang menangani pengembangan
florikultura Indonesia mengembangkan aktivasi jejaring kerja (networking)
sebagai wadah koordinasi yaitu konsorsium anggrek. Konsep konsorsium
anggrek merupakan suatu sistem kerjasama yang baru dikembangkan di
Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai upaya mensinergikan berbagai
komponen penggerak pembangunan florikultura anggrek. Komponen dalam
konsorsium anggrek terdiri dari lembaga-lembaga bersinergi secara nyata

mencapai tujuan bersama untuk pengembangan florikultura anggrek di
Indonesia.
Permasalahan tentang sulitnya koordinasi antar organisasi pada beberapa
penelitian menggambarkan komunikasi yang kurang memadai. Kelembagaan
yang kuat dan efektif tidak akan tercapai jika komunikasi antar organisasi tidak
efektif. Hal ini menunjukkan pentingnya penelitian yang mengangkat tentang
aplikasi komunikasi antar organisasi yang dapat menghasilkan saran
peningkatan komunikasi antar organisasi. Penelitian aplikasi tentang
komunikasi antar organisasi berbasis aliansi dalam rangka koordinasi dan
kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam pembangunan florikultura
anggrek penting untuk menghasilkan model komunikasi antar organisasi yang
berguna dalam meningkatkan efektivitas komunikasi antar organisasi
florikultura anggrek, sehingga “tercipta agribisnis florikultura anggrek nasional
yang berdaya saing melalui komunikasi aliansi yang efektif.
Rumusan umum masalah penelitian adalah sejauh mana konsorsium
anggrek efektif sebagai wadah koordinasi? Rumusan khusus masalah penelitian
adalah: (1) Apakah proses interaksi komunikasi konsorsium anggrek
menunjang efektivitas komunikasi? (2) Apakah struktur komunikasi
konsorsium anggrek menunjang efektivitas komunikasi? (3) Bagaimana
tindakan kolektif dibangun agar komunikasi aliansi pada konsorsium anggrek

berlangsung secara efektif?
Tujuan penelitian adalah: (1) Menganalisis proses interaksi komunikasi
konsorsium anggrek. (2) Menganalisis struktur komunikasi konsorsium

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

anggrek. (3) Menganalisis peubah-peubah yang berhubungan dengan efektivitas
komunikasi aliansi pada konsorsium anggrek.
Penelitian dilaksanakan pada Konsorsium Anggrek yang dikelola
Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, cq. Direktorat
Budidaya dan Pasca Panen Florikultura. Responden pada penelitian adalah
individu wakil aliansi yang berasal dari DKI Jakarta, Kota Bandung,
Kabupaten Cianjur, DI Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten
Malang, dan Kota Batu. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
analisis isi terhadap jaringan komunikasi dan komunikasi yang terjadi di
mailing list konsorsium anggrek. Analisis data menggunakan Statistik korelasi
rank Spearman, analisis isi dengan Nvivo 2.0, dan analisis jaringan dengan
Ucinet 6.
Hasil penelitian proses interaksi komunikasi melalui analisis isi pesan
komunikasi dalam mailing list konsorsium anggrek berdasarkan kategorisasi

Tema Diskusi Berg dan peran anggota yang berorientasi kelompok Benne dan
Sheats dan Proses Analisis Interaksi Bales serta Teori akomodasi Giles
menunjukkan bahwa tema teknis dan organisasi paling banyak dibahas dalam
mailing list anggrek dan perilaku dari pesan yang dikirimkan ditujukan untuk
menjelaskan usulan dan memberikan informasi serta mengungkapan rasa setuju
terhadap pernyataan yang dibuat oleh anggota lain. Pada tahap awal ada
kecenderungan kelompok yang berinteraksi berusaha untuk mencari ide-ide dan
arah maupun usaha menghindari terganggunya ketenangan iklim dalam
kelompok. Pada tahap selanjutnya kelompok yang berinteraksi sudah mulai
berusaha memecahkan masalah-masalah melalui cara-cara di mana beberapa
alternatif pemecahan dievaluasi. Jika mengacu kepada pengkategorian Bales
maka kelompok mailing list anggrek sudah berada dalam fase evaluasi. Perilaku
dari pesan yang diberikan menunjukkan upaya untuk saling berbagi pendapat,
saling bertanya dan memberikan saran, mencapai kesepakatan, pengurangan
ketegangan dan berperilaku ramah dan bersahabat mengarah kepada penajaman
kesamaan dan penyatuan (convergence).
Hasil penelitian struktur komunikasi melalui analisis jaringan komunikasi
konsorsium anggrek menunjukkan bahwa sumber informasi yaitu individu dari
lembaga litbang dan pendidikan (bidang klonal anggrek), individu dari lembaga
pelayanan (bidang SOP budidaya anggrek), individu dari lembaga agribisnis

(bidang pemasaran anggrek), individu dari lembaga pelayanan (bidang
kebijakan pengembangan kawasan anggrek) dan individu dari lembaga
agribisnis dan asosiasi (bidang manajemen mutu anggrek); individu yang
mudah dihubungi yaitu individu 1,14 dan 15; indeks sentralitas antara yaitu
0.39 - 23.09%; indeks densitas sebesar 7.36 - 11,84%.
Hasil penelitian terhadap peubah-peubah melalui analisis hubungan
menunjukkan: (1) terdapat hubungan nyata antara karakteristik barang konektif
dan komunal dengan efektivitas komunikasi aliansi, (2) terdapat hubungan
nyata antara karakteristik individu wakil aliansi dengan efektivitas komunikasi
aliansi dan (3) terdapat hubungan nyata antara proses jaringan aksi kolektif
dengan efektivitas komunikasi aliansi. Dengan demikian hipotesis 1, 2 dan 3
dapat diterima.
Kata kunci: proses interaksi, struktur komunikasi, tindakan kolektif

vi

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

SUMMARY
DYAH GANDASARI. System of Interorganizational Information and

Communication Based on Alliance in Floriculture Consortium: Orchid
Consortium Case. Guided by SARWITITI SARWOPRASODJO, BASITA
GINTING, and DJOKO SUSANTO.
Orchid business institutions have not been able to have contribution in
orchid business development. The existing institution, the Indonesian Orchid
Association (PAI), has not yet fully geared to business but hobbies only.
Moreover, orchid associations that grow in some areas such as the Indonesian
Orchid Growers Association (APAI), Orchid Society and others have not
synergized, and they have different vision and mission in establishing national
orchid agribusiness. In fact, it is very important to priotize institutions because
its strong and effective support could accelerate the growth and competitiveness
of orchid agribusiness.
In 2010, the authority organization that manages the development of
Indonesia floriculture activated a networking forum to conduct coordination,
i.e. the orchid consortium. Orchid consortium is a new collaboration system
developed by Directorate General of Horticulture. The role of consortium was
to integrate all of stakeholders on orchid floriculture to achieve common goals
for the orchid floriculture development in Indonesia.
It was found in several studies that the major problem of lack of
coordination was a poor communication among organizations. Strong and

effective institution will not be achieved if there is no effective communication
among them. This shows how importance to elevate research on interorganizational communication applications that can generate suggestion,
improved communication among organizations. Research on the application of
inter-organizational communication theory is important to generate model of
communication among organizations that are useful to improve the
effectiveness of communication among orchid floriculture institutions,
therefore, national orchid floriculture agribusiness competitiveness through
effective communication alliance could be created.
The general research problem is : how effective can the orchid consortium
be considered as a forum of coordination? The specific research problems are:
(1) Does the communication interaction process of the orchid consortium
support the communication effectiveness? (2) Does the communication
structure within the orchid consortium members support the communication
effectiveness (3) How can collective action be built in order to promote
alliances communication in the orchid consortium effectively?
The research objectives were : (1) to analyze communication interaction
process of the current performance of the orchid consortium. (2) to analyze
communication structure of the current performance of the orchid consortium.
(3) to analyze the variables related to the effectiveness of alliance
communication in the orchid consortium.

The research was conducted at Orchid Consortium managed by
Directorate General of Horticulture Department of Agriculture, cq. Directorate
of Floriculture Cultivation and Post Harvest. The respondents were the orchid

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

consortium participants from Jakarta, Bandung, Cianjur Regency, Yogyakarta,
Surabaya, Malang, Malang Regency and Batu. The data were collected by using
questionnaire and content analysis of the network communication and the
communication that occured in the orchids consortium mailing list. The data
analysis used Spearman rank correlation statistics, content analysis with NVivo
2.0, and network analysis with Ucinet 6.
The results of the study of interaction process communication through
message content analysis of communication within the orchid consortium
mailing list were categorized into Berg discussion theme, the member role of
Benne and Sheat oriented group, the process of Bales Interaction analysis, and
Giles Communication Accommodation Theory indicated that the technical and
organizational themes were the most widely discussed in the mailing list of
orchids; and behavior of the message transmitted intended to explain the
proposals and provide information and express sense of agreement with the

statements made by the other members. In the early stage, there was a tendency
to agree in many topics of discussion reflecting a temporary endeavor to look
for ideas and direction as well as efforts to avoid disruption of the peace of the
climate in the group. In the next phase of the interacting groups had started
trying to solve the problems through the ways in which several alternative
solutions were evaluated. Group members were already in the evaluation phase.
The tendency to share opinions, ask questions and give advice to each other, to
reach an agreement, the reduction of tension and welcoming and friendly
behavior led to a sharpening of the similarities and unification (convergence).
The results through the analysis of the structure of the communication
network of the consortium orchid showed that stars were from research and
education institutions (clonnal propagation), services institutions (cultivation
SOP), agribusiness institutions (domestic markets), service institutions (regional
development policy) and agribusiness institutions and association (quality
management); agents that were reachable were 1,14 and 15; centrality index
between 0.39 to 23.09%; density index from 7.36 to 11.84%
The results of the variable study through the relationship analysis showed
that there were : (1) significant relationship between the characteristics of the
connective and communal goods with alliance communication effectiveness, (2)
significant relationship between the alliance participant characteristics with

alliance communication effectiveness, and (3) significant relationship between
the process of collective action network with alliance communication
effectiveness. Thus the first, second and third hypotheses were accepted.
Key words : interaction process, communication structure, collective action

viii

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

x

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI ANTAR
ORGANISASI BERBASIS ALIANSI PADA KONSORSIUM
FLORIKULTURA: Kasus Konsorsium Anggrek

DYAH GANDASARI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Anas D Susila, MS
(Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian IPB)
Dr Nia Sarinastiti, MA
(Dosen Fakultas Ilmu Administrasi, Bisnis dan
Komunikasi Universitas Atmajaya)

Penguji pada Ujian Terbuka: Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
(Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan)
Dr Ani Andayani, MS
(Direktur Budidaya dan Pasca Panen Florikultura
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian
Pertanian)

xii

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

Judul Disertasi : Sistem Informasi dan Komunikasi Antar Organisasi berbasis
Aliansi pada Konsorsium Florikultura: Kasus Konsorsium
Anggrek
Nama

: Dyah Gandasari

NIM

: I362100081

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Ketua

Dr Ir Basita Ginting, MA
Anggota

Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Djuara P. Lubis, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 18 Juli 2014

Tanggal Lulus:

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

xiv

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini adalah
aliansi dengan judul Sistem Informasi dan Komunikasi antar Organisasi Berbasis
Aliansi pada Konsorsium Florikultura: Kasus Konsorsium Anggrek.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS,
Dr Ir Basita Ginting, MA dan Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM selaku
pembimbing, serta Dr Ir Djuara P. Lubis, MS yang telah banyak memberikan
saran. Penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada Dr Ani Andayani, MS
beserta jajarannya dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura,
Untung Santoso beserta semua anggota Konsorsium Anggrek yang telah
membantu selama pengumpulan data, kawan-kawan Kementan dan KMP: Paris
Hutapea, Widi, Nurhayati, Aziz, Pinondang, Erna, Harnie, Okta, Sekar, Rita,
Riko, Edi, Joko, Iwan, Serly, Zul, Uqi, Yoga dan Lia atas kebersamaan dan
dukugan yang diberikan, Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami
Trisna Jauhary, ananda Minerva Cessilia dan Arief Ilham, kakak Diena Tjiptadi,
serta seluruh keluarga, atas segala doa, cinta dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Dyah Gandasari

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

xvi

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xix

DAFTAR GAMBAR

xx

1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Novelty

1
1
2
4
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Komunikasi Organisasi
Teori Komunikasi Organisasi
Efektivitas Komunikasi Organisasi
Komunikasi Antar Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
Definisi Aliansi
Media Komunikasi
Penelitian Terdahulu dan State of The Art

7
7
8
12
13
15
16
18

3 GAMBARAN UMUM KONSORSIUM ANGGREK DI INDONESIA
Pendahuluan
Metodologi
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

21
21
22
22
32

4 PROSES INTERAKSI
ANGGREK
Pendahuluan
Metodologi
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

33
34
35
37
45

KOMUNIKASI

PADA

KONSORSIUM

5 JARINGAN KOMUNIKASI KONSORSIUM ANGGREK
Pendahuluan
Metodologi
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

47
48
49
50
61

6 SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI ANTAR ORGANISASI
BERBASIS ALIANSI PADA KONSORSIUM ANGGREK
Pendahuluan
Metodologi
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

63
64
65
72
77

7 PEMBAHASAN UMUM
79
Model Sistem Informasi dan Komunikasi Antar Organisasi berbasis
Aliansi pada Konsorsium Anggrek
79
Implikasi Teoritis
82

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

85
85
86

DAFTAR PUSTAKA

89

xviii

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

DAFTAR TABEL
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Kualitas fungsional potensial media hibrida dalam perbandingan
dengan yang ada di media massa dan bentuk-bentuk komunikasi
interpersonal dari perspektif intervensi komunikasi
Ulasan Salem tentang perubahan komunikasi organisasi dalam kurun
waktu 1975-1994
Ketersediaan benih anggrek dalam negeri dan impor benih tanaman
anggrek (batang)
Volume ekspor dan impor benih tanaman anggrek (batang)
Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman anggrek Tahun 20062010
Perkembangan volume ekspor anggrek tahun 2007-2011
Perkembangan volume impor anggrek tahun 2007-2011
Distribusi anggota konsorsium anggrek
Distribusi anggota mailing list konsorsium anggrek
Matriks persentase jumlah tema dalam pesan berdasarkan bidang
dalam mailing list konsorsium anggrek
Matriks persentase jumlah tema dalam pesan berdasarkan kategori
dalam mailing list konsorsium anggrek
Matriks persentase jumlah tema dalam pesan berdasarkan agen yang
aktif dalam percakapan dalam mailing list konsorsium anggrek
Indeks sentralitas lokal jaringan komunikasi konsorsium anggrek
Individu dengan indeks tertinggi dan koefisien variasi sentralitas lokal
jaringan komunikasi konsorsium anggrek
Individu dengan jarak terpendek pada sentralitas global jaringan
komunikasi konsorsium anggrek
Individu yang berperan sebagai mediator dan indeks sentralitas antara
jaringan komunikasi konsorsium anggrek
Indeks densitas, indeks densitas ego dan broker dalam jaringan
komunikasi aliansi
Hasil uji validitas instrumen
Hasil uji reliabilitas instrumen
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
karakteristik barang konektif dan komunal
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
karakteristik individu wakil aliansi
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
proses aksi kolektif dan jaringan sosial
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran
efektivitas komunikasi aliansi
Nilai hubungan karakteristik barang konektif dan komunal dengan
efektivitas komunikasi aliansi
Hubungan karakteristik individu wakil aliansi dengan efektivitas
komunikasi aliansi
Hubungan proses jaringan aksi sosial dan aksi kolektif dengan
efektivitas komunikasi aliansi

17
19
23
24
24
26
26
31
32
37
38
39
51
52
58
59
60
67
67
68
69
70
71
72
74
75

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Pohon masalah menjalin koordinasi/kerjasama antar organisasi
Model integrasi keuntungan dari fungsi produksi
Kategori dan pengelompokkan jenis-jenis pesan Bales (Goldberg &
Larson 2006)
Pemetaan state of the art komunikasi organisasi (Salem 1996)
Pengkategorian tema berdasarkan Berg, Sheats dan Benne
Kerangka pemikiran konvergensi komunikasi
Persentase jumlah pesan dalam mailing list anggrek berdasarkan tema
Kerangka pemikiran jaringan komunikasi
Jaringan komunikasi perbanyakan klonal anggrek
Jaringan komunikasi SOP budidaya anggrek
Jaringan komunikasi pemasaran anggrek dalam negeri
Jaringan komunikasi kebijakan pengembangan kawasan anggrek
Jaringan komunikasi manajemen mutu anggrek
Hubungan antara peubah penelitian yang diuji
Model sistem informasi dan komunikasi antar organisasi berbasis
aliansi pada konsorsium anggrek

3
10
11
19
36
36
44
49
53
54
55
56
57
65
79

xx

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

1

1

PENDAHULUAN
Latar belakang

Sektor agribisnis mempunyai kontribusi sangat besar dalam penyediaan
lapangan kerja di Indonesia. Sekitar 80 persen dari jumlah penduduk Indonesia
menggantungkan kehidupan ekonominya pada sektor agribisnis (Saragih 2001,
2010; Darsono 2009). Peran sektor agribisnis dalam ekspor nasional juga cukup
besar sekitar 30 persen ekspor non migas Indonesia berasal dari ekspor produkproduk agribisnis (BPS 2014).
Sektor agribisnis Indonesia masih memiliki ruang gerak yang cukup luas
dan dukungan pasar yang cukup potensial. Prospek ekonomi pengembangan
sektor agribisnis di Indonesia (Saragih 2001, 2010) di antaranya adalah sumber
daya dasar agribisnis seperti iklim tropis, keanekaragaman hayati, sumberdaya
manusia dan lembaga penelitian dan pengembangan yang besar.
Permasalahan pada sektor agribisnis nasional hampir pada semua
komoditas adalah struktur sektor agribisnis yang masih tersekat-sekat dan
struktur organisasi pelayanan yang juga terkotak-kotak (Saragih 2001). Tidak ada
kerjasama tim yang harmonis antara sektor-sektor agribisnis nasional dan tidak
terdapat sinergi antara sektor pertanian (on farm) dan sektor sektor lain di luar
sektor pertanian (off farm). Sehingga pertumbuhan sektor agribisnis berjalan
lambat (Saragih 2001). Struktur agribisnis yang seperti ini tidak kondusif untuk
meningkatkan daya saing agribisnis justru memperlemah daya saing agribisnis.
Peningkatan daya saing agribisnis dan karakteristik khusus pada sektor
agribisnis seperti ketergantungan (interdependen) yang kuat antara sub sektor dan
karakteristik produk yang merupakan produk biologis, menuntut kerjasama tim
agribisnis (Saragih 2001). Hal ini sejalan dengan pemikiran van den Ban (1997)
yang menyatakan bahwa dalam pemecahan permasalahan petani perlu dengan
pengambilan keputusan secara kolektif dari keseluruhan orang-orang, institusiinstitusi, kekuatan-kekuatan, proses-proses dan situasi-situasi, yang semuanya
terkait dengan banyak struktur dan proses yang kompleks lainnya (Rogers 1976).
Pengambilan keputusan secara kolektif diperlukan karena kebanyakan inovasi
yang diperlukan pertanian saat ini memiliki dimensi kolektif seperti isu-isu
pengelolaan sumber daya alam kolektif, rantai manajemen, pasokan input dan
pemasaran kolektif, pembangunan organisasi, pertanian multi-fungsi dan
berspekulasi ke dalam pasar-pasar baru yang secara khas menuntut bentuk-bentuk
baru tindakan yang dikoordinasikan dan kerjasama di antara para petani, dan di
antara para petani dan pemangku kepentingan lainnya Leeuwis (2009). Kerjasama
tim melalui dukungan lembaga-lembaga yang kuat dan efektif akan dapat memacu
pertumbuhan dan daya saing sistem dan usaha agribisnis (Saragih 2010).
Sektor agribisnis florikultura dapat berkontribusi dalam perekonomian
nasional karena memiliki potensi di antaranya mempunyai nilai jual yang tinggi,
keragaman jenis yang banyak, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi serta
potensi serapan pasar yang terus meningkat (DBPF 2012a). Anggrek sebagai salah
satu komoditas agribisnis florikultura dapat memberikan kontribusi dalam
perekonomian nasional karena memiliki potensi di antaranya memberikan
kontribusi produksi nomor empat terbesar terhadap total produksi tanaman hias di

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

2

Indonesia; banyak tumbuh di Indonesia; keragaman genetik anggrek sangat luas
yaitu dari 110 ribu hibrida baru yang resmi tercatat di Royal Horticultural Society
tesebut, sebanyak 4.5% spesies anggrek tumbuh di Indonesia dengan rincian
sebanyak 1.2% spesies anggrek tumbuh di pulau Jawa dan selebihnya tumbuh di
pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan pulau lainnya (DBTH
2005).
Untuk meningkatkan kontribusi agribisnis anggrek dalam perekonomian
nasional selain perbaikan teknik budidaya melalui penerapan teknologi inovatif
dibutuhkan pula penguatan kelembagaan. Dalam rangka penguatan kelembagaan
diperlukan perubahan sistem pengelolaan usaha ke arah pengembangan industri
dengan memanfaatkan potensi nasional dan dukungan lembaga-lembaga terkait
baik pemerintah maupun swasta dalam rangka membangun industri tanaman
anggrek yang berdaya saing (DBPF 2011a).
Dalam rangka penguatan kelembagaan maka pada tahun 2010 organisasi
birokrasi yang menangani pengembangan florikultura Indonesia mengembangkan
kerjasama antar organisasi sebagai wadah koordinasi berupa aliansi atau
konsorsium. Konsep korsorsium anggrek merupakan suatu sistem kerjasama yang
baru dikembangkan di Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai upaya
mensinergikan berbagai komponen penggerak pembangunan florikultura anggrek.
Komponen dalam konsorsium anggrek terdiri dari lembaga-lembaga yang
bersinergi secara nyata mencapai tujuan bersama untuk pengembangan
florikultura anggrek di Indonesia.
Dalam upaya mewujudkan implementasi kerjasama dan koordinasi pada
konsorsium anggrek yang berhasil perlu dukungan sistem informasi dan
komunikasi antar organisasi yang efektif berupa model sistem informasi dan
komunikasi antar organisasi berbasis aliansi sehingga pembangunan agribisnis
florikultura anggrek pada khususnya dan pembangunan agribisnis nasional pada
umumnya dapat terlaksana dengan baik.

Perumusan Masalah

Sejauh mana sebuah organisasi mencapai tujuannya adalah sejauh mana
organisasi tersebut mencapai efektivitas organisasi. Komunikasi dipakai sebagai
dasar dalam pertukaran informasi antar sistem yang berbeda dalam organisasi.
Sehingga untuk mencapai efektivitas komunikasi organisasi, fungsi koordinasi
penting dalam mencapai tujuan-tujuan individu dan organisasi. Koordinasi yang
berfungsi dengan baik akan meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi dan
pada akhirnya tujuan-tujuan individu dan organisasi akan tercapai. Sebaliknya
komunikasi organisasi tidak efektif ketika koordinasi tidak berjalan lancar.
Dalam beberapa penelitian komunikasi organisasi (Browning et al. 1995;
Shrestha et al. 2008; Alwi 2007; Marigun 2008), ditemukan kendala tertentu yang
cenderung menghambat kelancaran dari koordinasi tersebut. Hal-hal yang terkait
dengan kendala koordinasi yang menjadi akar masalah dari tidak mudahnya
koordinasi dilaksanakan dan dampak negatif jika koordinasi tidak dapat berjalan
dengan baik akibat dari adanya kendala tersebut, dapat dilihat pada analisis pohon
masalah pada Gambar 1.

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

3

Dampak

Masalah Inti
Penyebab
Langsung

Penyebab
Tidak
Langsung

Gambar 1

Program Pembangunan Berjalan Tidak Sinergis

Sulitnya menjalin koordinasi/kerjasama antar organisasi
Komunikasi antar
institusi/organisasi yang
buruk

Komitmen antar
institusi kurang
memadai

Visi/Misi/Tujuan
berbeda

-Rasa tidak percaya
-Rasa tidak puas
-Kurang memahami arti
penting kerjasama
-Kurangnya sarana dan
prasarana komunikasi
-Responsibilitas
terhadap tujuan
bersama kurang

-Merasa dapat bekerja
dan menjalankan
program sendiri
- Keterkaitan
penyusunan program
tidak ada
-Kurang pemahaman
akan arti

-Tujuan
Pembentukan
organisasi berbeda
-Visi Pimpinan tidak
sama
-Tingkatan
organisasi berbeda
-Prioritas program
berbeda

-Karakteristik Individu
rendah
-Karakteristik Grup
rendah
-Ketersediaan media
informasi kurang
memadai
-Karakteristik proses
kurang memadai
(Browning et al. 1995;
Shrestha et al. 2008;
Alwi 2007; Marigun
2008)

-Nilai kebersamaan
kurang (Marigun
2008; Alwi 2006)

-Budaya tidak
mendukung
(Browning et al.
1995; Marigun
2008; Alwi 2006)

Pohon masalah menjalin koordinasi/kerjasama antar organisasi

Akar masalah sebagai kendala koordinasi yang ditemukan di beberapa
penelitian di Indonesia dan di luar Indonesia di antaranya adalah karakteristik
individu rendah, karakteristik grup rendah, ketersediaan media informasi kurang
memadai dan karakteristik proses kurang memadai (Browning et al. 1995;
Shrestha et al. 2008; Alwi 2007; Marigun 2008). Dampak yang dapat terjadi
adalah program pembangunan berjalan tidak sinergis. Dampak negatif bagi
kelompok tani florikultura adalah para petani tetap miskin dan tidak sejahtera.
Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu dalam bidang komunikasi
organisasi terkait dalam komunikasi eksternal untuk kerjasama ditemukan hal-hal
sebagai berikut: faktor-faktor dalam pengembangan kerjasama (Browning et al.
1995; Handoko 2008; Lee et al. 2014; Misener & Doherty 2013 dan Ucakturk et
al. 2012), faktor-faktor ketidakberhasilan kerjasama (Browning et al. 1995;
Shrestha et al. 2008; Alwi 2007 dan Marigun 2008), model organisasi kolaborasi
(Sarinastiti 2004), pola kemitraan (Amrantasi 2008), dan teknologi kolaborasi
(Gallupe et al. 1992 dan Sarinastiti 2004).
Namun demikian dari penelitian tersebut obyek kajian lebih pada kajian
kerjasama antar pemerintah (Alwi 2007; Marigun 2008), pemerintah-perusahaan
(Browning et al. 1995; Shrestha et al. 2008), antar perusahaan (Handoko 2008)

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

4

dan pemerintah-perusahaan-akademisi (Amrantasi 2008) di luar sektor pertanian
(Browning et al. 1995; Shrestha et al. 2008; Handoko 2008; Amrantasi 2008; Lee
et al. 2014; Misener & Doherty 2013). Selain itu dari aspek teoritis penelitianpenelitian di atas belum mengembangkan penelitian komunikasi organisasi
dengan menggunakan teori yang bervariasi (Gallupe et al. 1992; Browning et al.
1995; Sarinastiti 2004; Alwi 2007; Handoko 2008; Amrantasi 2008). Dari segi
metodologi penelitian-penelitian di atas belum mengembangkan penelitian
komunikasi organisasi dalam aplikasi teori khususnya komunikasi eksternal
dengan menggunakan metode penelitian yang lebih bervariasi (Salem 1996). Oleh
karena itu, menjadi penting bagi ilmu komunikasi untuk ikut memberikan
kontribusi pada kajian komunikasi organisasi dalam hal ini komunikasi eksternal
yang mendukung pembangunan pertanian dengan menggunakan teori dan metode
penelitian yang lebih bervariasi.
Dari permasalahan yang teridentifikasi di atas, pertanyaan umum penelitian
adalah sejauh mana konsorsium anggrek efektif sebagai wadah koordinasi?
Pertanyaan penelitian khusus dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah proses interaksi yang terjadi menunjang efektivitas komunikasi?
2. Apakah struktur komunikasi yang ada menunjang efektivitas komunikasi?
3. Bagaimana tindakan kolektif dibangun agar komunikasi aliansi pada
konsorsium anggrek berlangsung secara efektif?

Tujuan Penelitian

Untuk menjawab permasalahan penelitian di atas penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis proses interaksi pada konsorsium anggrek.
2. Menganalisis struktur komunikasi pada konsorsium anggrek.
3. Menganalisis peubah-peubah yang berhubungan dengan efektivitas
komunikasi aliansi pada konsorsium anggrek.

Manfaat Penelitian

1. Dalam aspek praktis menghasilkan suatu masukan bagi pengambil kebijakan
dalam peningkatan sistem informasi dan komunikasi pada konsorsium
anggrek agar koordinasi dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan serta
meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemangku kepentingan dalam
konsorsium anggrek.
2. Secara akademis bermanfaat memberikan kontribusi pendekatan aplikasi
komunikasi organisasi multi teori dan multi analisis serta pendekatan domain
komunikasi antar organisasi florikultura anggrek yang belum ada
sebelumnya.

Novelty

Penelitian komunikasi organisasi dengan obyek kajian lintas lembaga dalam
bidang pertanian dengan pendekatan multi teori dan multi analisis belum banyak

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

5

dilakukan. Penelitian komunikasi organisasi lebih banyak mengkaji obyek di luar
sektor pertanian dengan menggunakan teori dan analisis yang belum bervariasi.
Penelitian tentang sistem informasi dan komunikasi antar organisasi pada
konsorsium anggrek ini dilakukan dengan harapan menghasilkan novelty dari hasil
penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Mengangkat obyek kajian komunikasi organisasi dalam bidang pertanian
florikultura anggrek melalui aplikasi sistem informasi dan komunikasi antar
organisasi berbasis aliansi dalam pembangunan pertanian florikultura anggrek
yang berguna dalam meningkatkan efektivitas komunikasi antar organisasi
florikultura anggrek sehingga tercipta agribisnis florikultura anggrek nasional
yang berdaya saing dan berkelanjutan.
2. Melakukan kajian komunikasi organisasi dari aspek teoritis dan metodologis
dengan menggunakan multi teori dan multi analisis untuk lebih memperkaya
kajian komunikasi organisasi dalam hal ini komunikasi eksternal.

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

6

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

7

2

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Komunikasi Organisasi

Dalam perspektif komunikasi, organisasi menyiratkan sebuah jaringan dari
hubungan-hubungan yang melibatkan aktor-aktor manusia, serta alat-alat, tugas
dan obyek yang menjadi perhatian mereka. Organisasi juga menyiratkan sebuah
asosiasi aktor manusia, semuanya tetap memfokuskan perhatian mereka pada
obyek yang sama: itu adalah sine qua non dari semua kolaborasi terorganisir.
Menurut Taylor dan van Every (2011) hubungan dan kolaborasi dalam organisasi
menyiratkan Thirdness yaitu orang-orang secara sosial menghasilkan ide-ide, atau
secara singkat disebut Organization as Thirdness.
Komunikasi organisasi menurut Wiio (1988) adalah pertukaran informasi
antar sistem di mana terdapat situasi antar muka sistem organisasi yang berbeda
sehingga perlu adanya fungsi koordinasi untuk mencapai tujuan-tujuan individu
dan organisasi. Lebih lanjut Wiio (1988) mengemukakan bahwa komunikasi
organisasi adalah alat utama dalam peubah antar muka yang membuat segala
sesuatu menjadi mungkin dalam organisasi. Tanpa komunikasi, maka mungkin
tidak ada organisasi, tidak ada manajemen, tidak ada kerjasama, tidak ada
motivasi, tidak ada penjualan, tidak ada permintaan-penawaran, tidak ada
pemasaran dan tidak ada koordinasi dalam proses kerja (Wiio 1988).
Definisi komunikasi organisasi menurut Goldhaber (1996) adalah alur
pesan-pesan di dalam jaringan dari hubungan-hubungan interdependen yang
mengandung empat konsep yaitu:
1. Pesan. Terdapat empat perilaku pesan organisasi yaitu; modalitas pesan (verbal,
nonverbal), penerima (orang-orang di dalam dan di luar organisasi), metode
difusi (keluasan penyebaran pesan) dan tujuan alur pesan (tugas, pemeliharaan
dan kemanusiaan).
2. Jaringan. role relationship (formal dan informal), direction of the message flow
(atas, bawah, silang, diagonal), serial nature of message flow (detail pesan
dikurangi, ditambah, ditampilkan, atau dimodifikasi), content of the message
(verbal, nonverbal, tugas, pemeliharaan atau kemanusiaan).
3. Interdependen. Organisasi merupakan sistem terbuka di mana semua bagian
dalam sistem saling berhubungan termasuk dengan lingkungannya dan secara
alami hubungan ini bersifat interdependen karena semua bagian dalam sistem
saling memberikan efek atau saling mempengaruhi.
4. Hubungan. Hubungan merupakan hal penting dalam organisasi karena
organisasi terbuka, sistem kehidupan sosial dimana merupakan fungsi
hubungan antar bagian yang digerakkan oleh manusia. Dengan kata lain,
jaringan berisikan pesan yang dihubungkan oleh manusia.
Dari perspektif teori organisasi, menurut Leeuwis (2009) bertahannya
organisasi tergantung pada apakah mereka dapat beradaptasi terhadap perubahan.
Untuk melakukan perubahan membutuhkan proses inovatif organisasi, di mana
komunikasi dipakai sebagai dasar untuk memfasilitasi pembangunan jaringan,
pembelajaran sosial dan negosiasi (Leeuwis 2009). Beberapa hambatan yang
dapat terjadi dalam proses perubahan (Leeuwis 2009) di antaranya adalah:
perbedaan kepentingaan, tidak adanya rasa saling ketergantungan,

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

8

ketidakmampuan berkomunikasi dan kurangnya ruang kelembagaan untuk
menggunakan hasil negosiasi yang inovatif.

Teori Komunikasi Organisasi
Teori Jaringan Rogers dan Kincaid
Jaringan adalah struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi
diantara sejumlah individu dan kelompok (Rogers & Kincaid 1981; Monge &
Contractor 2003; Stohl 2001). Jaringan penting di dalam mengamati perilaku
manusia melalui struktur komunikasi dalam suatu sistem (Rogers & Kincaid
1981). Perilaku manusia berpengaruh terhadap keseluruhan hubungan antar
manusia. Ketika orang berkomunikasi dengan orang lain, maka tercipta hubungan
yang merupakan garis-garis komunikasi dalam organisasi baik jaringan formal
maupun informal (Littlejohn & Foss 2009; Morisan 2009).
Unit organisasi paling dasar adalah hubungan di antara dua orang (Monge
& Contractor 2003). Hubungan merupakan sebuah jalur atau saluran yang
menghubungkan antara satu orang (titik) dengan orang-orang lain dimana melalui
jalur atau saluran tersebut mengalir barang, jasa atau informasi (Agusyanto 2007;
Harris & Nelson 2008).
Hubungan dapat menentukan suatu peran dalam jaringan, derajat
hubungan dan kualitas hubungan (Rogers & Kincaid 1981).
1. Peran dalam jaringan. Peran dalam jaringan terdiri atas peran sebagai sumber
informasi (star), jembatan (bridge), penghubung (liason) dan pemisah (isolate).
2. Derajat hubungan. Derajat hubungan diantara pada anggota organisasi terdiri
atas derajat ke dalam (in degree) dan derajat keluar (out degree).
3. Kualitas hubungan. Kualitas hubungan diantara orang-orang dalam organisasi
bersifat hubungan langsung dan hubungan tidak langsung.
Teori Sosial tentang Jaringan Komunikasi Monge dan Contractor
Teori sosial yang membahas tentang mekanisme jaringan komunikasi
tentang aksi kolektif adalah teori Collective Interest (teori aksi kolektif). Fokus
utama Teori Collective Interest adalah pada "kepentingan bersama dan manfaat
dari tindakan terkoordinasi" bukan pada kepentingan individu. Salah satu teori
aksi kolektif yang menjadi fokus dalam jaringan komunikasi adalah teori barang
publik (Monge & Contractor 2003).
Barang publik atau barang kolektif, apakah itu dalam sektor publik ataukah
sektor swasta, adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan yang mengandung dua karakteristik yaitu 1) bersifat umum/tidak
eksklusif, dalam artian bahwa setiap anggota dari aksi kolektif tidak dapat
dilarang menggunakan barang walaupun anggota tersebut tidak memberikan
kontribusi. 2) suplai bersama mengandung pengertian bahwa ketika seseorang
menggunakan barang tidak akan mengurangi tingkat keberadaan barang tersebut
untuk pengguna lain (Monge et al. 1998).
Dari perspektif evolusi menurut Monge et al. (1998), terdapat dua tahapan
pengembangan barang publik yaitu:
1. Produksi atau kreasi barang publik. Contohnya pembangunan taman dan
perpustakaan umum atau kebijakan dalam mengurangi polusi pantai publik.

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

9

2. Distribusi atau pemeliharaan barang publik. Contohnya distribusi keuntungan
kepada anggota aliansi dalam aktivitas ekonomi, dan distribusi informasi dan
pemeliharaan database secara kolektif oleh anggota aliansi.
Berdasarkan teori barang publik Marwell dan Oliver (1993) ada empat
faktor kunci yang mempengaruhi tindakan kolektif yaitu:
1. Fitur barang publik. Barang publik bervariasi pada sejumlah dimensi. Beberapa
barang dibagi terus menerus dan dapat dihasilkan melalui akumulasi bagian,
seperti ringkasan laporan, sementara yang lain tidak berharga kecuali jika
mereka diproduksi secara keseluruhan. Barang publik terdiri dari konektivitas
dan komunalitas yaitu seperti tersebut di bawah ini.
Konektivitas adalah kemampuan untuk mencapai anggota lain dari kelompok
interorganisasi melalui sistem informasi dan komunikasi. Sebuah sistem
sepenuhnya terikat/terhubungkan jika setiap anggota dapat berkomunikasi
langsung dengan setiap anggota lainnya. Konektivitas memiliki dua komponen:
fisik dan sosial. konektivitas fisik antara titik (node) dicapai oleh infrastruktur
yang mendukung komunikasi langsung. Ini meliputi jaringan area lokal,
internet, intranet, dan perangkat keras lainnya dan software yang membuat
langsung keterkaitan teknis. Konektivitas sosial adalah penggunaan aktual dari
koneksi fisik oleh anggota aliansi. Sosial konektivitas gagal, misalnya ketika
orang tidak membaca surat elektronik mereka. Fisik konektivitas adalah suatu
kondisi yang cukup penting, namun bukan untuk sosial konektivitas.
Komunalitas. Komunalitas sebagai barang publik berasal dari informasi yang
secara kolektif disimpan dan dibagikan. Komunalitas terbangun ketika terjadi
pertukaran informasi melalui penggunaan database secara bersama. Sistem
memberikan peluang untuk komunalitas dapat berfungsi sebagai informasi
pasar, membantu peserta yang berbeda untuk berkomunikasi dengan satu sama
lain melalui kontribusi informasi secara umum. Berbagi informasi melalui cara
ini dapat menghasilkan nilai tambah. Informasi dapat dirakit, reorganisasi, dan
dianalisis untuk membuat informasi baru dan tambahan yang lebih berharga
daripada secara terpisah.
2. Karakteristik peserta (partisipan). Dalam kasus aliansi, peserta dapat termasuk
organisasi mitra yang aktual dan potensial serta orang-orang individu yang
mewakili organisasi-organisasi ini. Karakteristik peserta termasuk kepentingan
yang mereka emban dalam menghasilkan barang publik, sumber daya yang
mereka miliki agar dapat berkontribusi untuk mencapai tujuan termaksud,
biaya yang berkaitan dengan kontribusi, dan manfaat tambahan yang didapat
dari tersedianya barang publik.
3. Kelompok kolektif peserta. Dua karakteristik kelompok yaitu ukuran dan
heterogenitas. Heterogenitas mengacu pada variasi kepentingan dan sumber
daya di seluruh peserta dalam kelompok, seperti kekayaan atau keahlian.
4. Proses Aksi. Proses tindakan yang memproduksi/menghasilkan (atau gagal
untuk menghasilkan) barang, khususnya tingkat saling ketergantungan yang
terjadi antara peserta. Salah satu bentuk saling ketergantungan adalah derajat
dan jenis informasi, dimana peserta memutuskan tentang kontribusi yang akan
diberikan untuk menghasilkan sekumpulan informasi. Bentuk lain adalah
karakter dari jejaring sosial yang menghubungkan peserta.
Sistem Informasi dan Komunikasi antar organisasi yang menghasilkan
barang publik (Monge et al. 1998) dibangun berdasarkan teori Marwell dan Oliver

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

10

yang terdiri dari: 1) Karakteriktik barang konektivitas dan komunalitas; 2)
Karakteristik peserta; 3) Karakteristik grup; 4) Proses jaringan aksi sosial dan aksi
kolektif (Gambar 2).
Dispersion/tersebar
Resource
Heterogenity/
heterogenitas
sumber

Interdependence/interdependen

Interest
heterogeneity/
heterogenitas
kepentingan

Noticeability/
tercatat

Density/
Centrality/
kerapatan terpusat

PROVISION/PROVISI

(RESOURCES/
SUMBER)

Connectivity/konektivitas
Communality/komunalitas

VALUE/NILAI

Group Size/
ukuran grup

Organizational
Effectiveness/efektivitas
organisasi
-Information
quality/kualitas informasi
-Amount of information/
jumlah informasi
-Satisfaction/kepuasan

Interest/ke
tertarikan

GAIN/HASIL
RESOURCES
CONTRIBUTED/ KONTRIBUSI
SUMBER
Trust/
percaya

COST/
BIAYA
-Start-up /awal
-Recuring/pemeliharaan

External Confidence/ Key Collaborator/
kepercayaan
kolaborator kunci
terhadap media

Keterangan
: Collective level / tingkat kolektif
: Individual level/ tingkat individu
: Cross level/tingkat yang menjembatani

Gambar 2

Model integrasi keuntungan dari fungsi produksi
(Sumber: Monge et al. 1998)

Teori Analisis Proses Interaksi Robert Bales
Bales menyusun teori mengenai komunikasi kelompok untuk menjelaskan
mengenai jenis-jenis pesan yang saling dipertukarkan dalam kelompok,
bagaimana pesan-pesan tersebut mempengaruhi karakter atau sifat kelompok
secara keseluruhan (Littlejohn & Foss 2009). Analisis proses interaksi Bales
(Gambar 3) terdiri dari 12 jenis kategori yang diorganisir ke dalam 6 bidang
umum sebagai berikut:
1. Masalah Komunikasi. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling
berbagi informasi, maka kelompok akan mengalami “masalah komunikasi”.
2. Masalah Evaluasi. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling berbagi
pendapat, maka kelompok akan mengalami “masalah evaluasi”.

Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

11

3. Masalah Pengendalian. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling
bertanya dan memberikan saran, maka kelompok akan mengalami “masalah
pengendalian”.
4. Masalah Keputusan. Jika masing-masing anggota kelompok tidak bisa
mencapai kesepakatan, maka kelompok akan mengalami “masalah
keputusan”
5. Masalah Pengurangan Ketegangan. Jika tidak terdapat cukup ‘dramatisasi’
dalam kelompok, maka akan muncul “masalah ketegangan”.
6. Jika anggota kelompok berperilaku tidak ramah atau bersahabat maka akan
terdapat “masalah reintegrasi” yang artinya kelompok tidak akan mampu
membangun kesatuan dalam kelompok.
1.

A

2.
3.
4.

B

5.
6.
7.
8.
9.
10.

C

11.
12.

Memperlihatkan solidaritas, mengangkat status orang lain, memberi
bantuan, memberi imbalan
Memperlihatkan pengurangan ketegangan, membuat lelucon,
tertawa, memperlihatkan kepuasan
Memperlihatkan persetujuan, memperlihatkan penerimaan yang
pasif, pengertian, setuju, patuh
Memberi saran, memberi pengarahan, menanamkan otonom kepada
orang lain
Memberi pendapat, penilaian, analisis, pernyataan perasaan, harapan
Memberi informasi, menyarankan, ,mengulangi, menjelaskan,
menegaskan

a

b

c

d

e

f

Meminta informasi, pemasaran, pengulangan, penegasan
Meminta pendapat, evaluasi, analisis, pengungkapan perasaan
Meminta saran, meminta pengarahan, kemungkinan cara bertindak
Memperlihatkan tidak setuju, memperlihatkan penolakan yang pasif,
bersikap formal, enggan membantu
Memperlihatkan ketegangan, meminta bantuan, menyimpang dari
masalah
Memperlihatkan pertentangan, menjatuhkan status orang lain,
membela atau mengangkat diri sendiri
A.
B.
C.

Gambar 3

Sosioemosional positif/tindakan positif
Bidang tugas netral/upaya jawaban
pertanyaan
Sosioemosional negatif/tindakan negatif

dan

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Masalah-masalah komunikasi
Masalah-masalah evaluasi
Masalah-masalah pengendalian
Masalah-masalah keputusan
Masalah-masalah pengurangan ketegangan
Masalah-masalah integrasi kembali

Kategori dan pengelompokkan jenis-jenis pesan Bales (Goldberg &
Larson 2006)

Teori Akomodasi Komunikasi Howard Giles
Teori akomodasi berpijak pada premis bahwa ketika pembicara
berinteraksi, mereka menyesuaikan pembicaraan, pola vokal, dan/atau tindak
tanduk mereka untuk mengakomodasi orang lain (Giles 1980 dalam West &
Turner 2010). Pembicara memiliki berbagai alasan untuk mengakomodasi orang
lain, beberapa berharap untuk memancing persetujuan dari pendengarnya,
beberapa ingin mencapai efisiensi komunikasi dan yang lainnya ingin
mempertahankan identitas sosial yang positif (Giles et al. 1987 dalam West &
Turner 2010). Salah satu asumsi teori akomodasi komunisasi yaitu terdapat
persamaan dan perbedaan di antara para komunikator dalam sebuah percakapan
(Gil