Model Sistem Penunjang Keputusan Dalam Rangka Mendukung Program Iptekda

MODEL SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DALAM
FUNGKA MENDUKUNG PROGRAM IPTEIDA

OLEH :
ABDUL HAKIM

PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRACT
ABDUL HAKIM. Model of Decision Support Svstem in Order to Support the
iptekda Progmm. Under the direction o f Marinzin, M Zein Nasutiorz, and Yandra
Arkeman.
The development of an iptekda program which relates to agroindustry is
complex and involves various factors. Therefore, this research which focus on
strategic decision making for Ipfekdaprogram used systenz approach.
Mode! of Decision Suppor: System in Order to Support the Iptekda Progranz
that consists of the Decision Support System and Artlficiul Neural A'etworks is
impienzented with Visual Basic 6.0 and Mathlab 5.3 and nalned DSS-SZAGA. The

DSS SZAGA consists o f mode! based management system, datdknowledge based
nzanagenzenr system, and dialog managemenl system. The nzodel based management
system consists of several models: 1) technology selection model,' 2) commodity
selection model, 3) technology weighting model, 4) forecasting model, 5) technology
added value model, 6)financial model, 7) andfeasibility prediction model.
DSS-SIAGA was constructed as a tool to formulate policy for Iptekda
program through several methods of analysis. Decision techniques analysis used in
the program were Exponential Comparative Method and Analytical Hierarchy
Process to chose commodity priority, and Semi Numeric Fuzzy Preference method
and Ordered Weighted Average to decide weight of criteria on group decision
making (expert) evaluation, and Artificial Neural Networkfor agroindustry feasibility
prediction.
DSS-SZAGA veriJication in Bogor district showed that' the suggested
commodity were nutmeg, coconut, coffee, and rubber with product diversifications
were nata de coco, myristica fragrant, instant cofSee, and shoes; the most feasible
industry was nata de coco, the suggested product technology was nata de coco
packaging process wit11feasibility prediction value was 0.7508 at interval most
feasibility, therefore nata de coco industry was the most feasible to be developed in
Bogor district.
This research recomnzends that DSS-SZAGA can be applied by districts

governnzent for commodity, product and technology selection and for agroindustry
feasibility analysis in inzproving their people income.

MODEL SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DALAM
RANGKA MENDUKUNG PROGRAM IPTEKDA

ABDUL HAKIM

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis


: Model Sistem Penunjang Keputusa~lDala~nRangka Mendukung

Program Iptekda
Nama Mahasiswa : Abdul Haltim
: 98376
NRP
Program Studi
: Telcnologi Industri Pertanian

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Marimin, MSc
Ketua

Ir. M. Zein Nasution, MAppSc
Anggota

Dr. Ir. Yandra Arkeman, MSc
Anggota


Mengetahui,

2. Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

,"'Dr. Irawadi Jamaran

Tanggal Lulus:

23 Desember

2002

RIWAYAT HIDUP
Penulis di!ahirl:an

di Jakala pada tanggal 18 Cktober 1964 sebagai anak

kelima dari pasangan H. Addas Kadir (Alm) dan H. Sally (Alm). Pendidikan sarjana

ditempuh di Jurusan Statisrika Terapan, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan
Alzm, Universitas Terbuka (UT) Jakarta; lulus pada tahun 1990. Pada tahun !99S,
penulis diterima di Program Studi Teknologi Industri Pertanian pada Program
Pascasarjana IPB dan menamatkan pada tahun 2003. Beasiswa pendidikan
pascasarjana diperoleh dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Penulis bekerja sebagai staf Biro Perencanaan sejak tahun 1990 dan
Perencana Muda dalam Jabatan Fungsional Perencana pada tahun 2002. Bidang
penelitian yang menjadi tanggung jawab penulis ialah perencanaan dan penyusunan
program dalam rangka menyusun kebijakan yang bersifat mikro maupun makro.

PRAKATA
Fuji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak Januari 2001 ini ialah Model Sistern Penunjang
Keputusan Dalam Rangka Mendukung Program Iptekda.
Tesis ini berisi berisi tentang model DSS-SIAGA (Model Sistem Penunjang
Keputusan Dalam Rangka Mendukung Program Iptekda) yang dirancang untuk
membantu para pengambil keputusan terutama oleh Pengelola Program Iptekda
dalam ha1 perencansan kegiatan pada lingkup program Iptekda.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Marimin, MSc selaku

Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Ir. M. Zein Nasution, MAppc, Bapak Dr. Ir
Yandra Arkeman, MEng masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing dan
ibu Dr. Ani Suryani, DEA sebagai Dosen Penguji Luar. Disamping itu penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Teguh Rahardjo sebagai atasan penulis, Kepala
Bagian Program, Biro Perencanaan, BPPT dan seluruh Staf Bagian Program yang
memberikan banyak kesempatan dalam menyelesaikan tugas ini serta rekan-rekan
sesama mahasiswa Studi Teknologi Industri Pertanian'(TiP) Program Pascasarjana
IPB. Penulis memanjaikan do'a kepada kedua Orang Tua saya H. Addas Kadir (Alm)
dan H. Sally (Alm) semoga Allah SWT menerima amal ibadahqja, mengampuni
segala dosanya dan mengasihinya. Dan ungkapan rasa bersyukur dan terima kasih
disampaikan kepada istri dan kedua anak saya yang tercinta: Novita, Dhyanda

Fatikrani (Yanda). Muhammad AlGhifari Raihm (Alghi) atas segala doa dan kasih
sayang.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalarn karya
ilmiall ini, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya
mem'cangun agar karya ilmiah ini menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat juga bagi pihak-pihak yang memerl~kan.

Bogor,


Desember 2002

Abdul Hakim

ABDUL HAKIM. Model Sistem Penunjang Keputusan Dalam Rangka Mendukung
Program Ipt2kda. Dibalvah bimbingan Marimin, M. Zein Nasution, dan Yandra
Arkeman.

RINGKASAN
Program Iptekda ada!ah suatu kcbijaltan yang menerapkan dan memanfaatan
teknologi proven, tepat guna dan sederhana pada suatu lcomoditi di daerah. Program
ini bertujuan membantu pemecahan permasalahan pembangunan di daerah dan
meningkatkan kemampuan teknologi pada Usaha Kecil Menengah, Koperasi dan
Industri Kecil (UKMK & IK) serta kelompok-kelompok pelaku ekonomi lain melalui
penerapan teknologi. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah terlaksananya
penyebarluasan, penerapan dan pemanfaatan hasil-hasil iptek di daerah yang dapat
dirasakan secara langsung oleh UKMK & IK sehingga tercipta kegiatan ekonomi
masyarakat yang mampu menghasilkan produkljasa yang bemilai tambah dan
berdaya saing tinggi.

Selain itu program Iptekda diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi pada pengembangan agroindustri, yaitu: kegiatan produksi masih bersifat

resource base daripada iechnological base atau capital base, kurangnya manajemen
teknologi, dan kerjasama antara lembaga litbang, pemerintah pusat dan daerah serta
dunia usaha.
Namum sebagian besar program ini belum secara maksimal sesuai dengan
yang diharapkan, oleh karena itu, diperlukan adanya dukungan dalam rangka
pengembangan program Iptekda, antara lain: identifikasi kebutuhan dan kesediaan

tzknologi, kesesuaian teknologi, pemilihan komoditas unggulan daerah, pri~ritas
teknologi yang akan diterapkan, sistem pemasaran, analisa nilai tambah teknologi,
dan acalisa pendanaan (finansial) sehingga program ini mampu menghasilkan nilai
tambah produkljasa dan berdaya saing tinggi pada UKMK & IK.
Model Sistem Penunjang Keputusan Dalam Rangka Mendultung Program
Iptekcia dirancang dalam bentuk Model Sistem Penunjang Keputusanmenggunakan
perarigkat lunak Visual Basic 6.0 dan Matlab versi 5.3 dengm nama DSS-SIAGA.
Model DSS-SIAGA terdiri dari Sistem Manajemen Basis Model, Sistem Manajemen
Basis DataRengetahuan dan Sistem Manajemen Dialog.
Model DSS-SIAGA dalam implementasi program dibagi dalam beberapa

model, yaitu: 1) Model Kesesuaian Teknologi (Modsutek) dianalisa dengan
menggunakan identifikasi dan kesesuaian kebutuhan dengan kesediaan teknologi, 2)
Model Pemilihan Komoditas (Modmikom) dianalisa dengan metode Perbandingan
Eksponensial (MPE), sedangkan bobot criteria, yaitu: luas areal (ha); jumlah produksi
(ton), banyak kepemilikan (kk); jumlah tenaga kerja yang diserap (org), harga bahan
baku (Rpikg), pangsa pasar (ton) pangsa pasar (US$) menggunakan metode
Komparasi Berpasangan. 3) Model Pembobotan Teknologi (Modbotek) dianalisa
dengan inetode Semi Numerik Preferensi Fuzzy (SNPF) untuk menentukan
nilaitbobot teknologi produk dengan kriteria-kriteria: kemudahan, sumberdaya
manusia (SDM), fleksibilitas, pengembangan, dan biaya. 4) Model Peramalan Produk
Agroindustri (Modper) dengan menggunakan model peramalan rata-rata linear
bergerak atau pemulusan eksponensial tergantung pola datanya, 5) Model Nilai
Tambah Teknologi (Modnitamtek) menggunakan analisa nilai tambah. 6) Model

Finansial (Modfin) mengtinakan analisa finansial, dan 7) Model Prediksi Kelayakan
Usaha (Modpielaus) dianalisis dengan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk
menentukan piedikat kelayakan usaha.
Hasil verifikasi Model DSS-SIAGA di Kabupaten Bogor dan analisis
menunjukkan bahwa:
a) Komoditas unggulan di Kabupaten Bogor adalah: kelapa, melinjo, pala, teh, karet,

cengkeh, kopi. dan kencur dengan diveisifikasi produk adalah nata de coco,
emping melinjo, manisan pala, teh hijaulteh hitam, sepatu sandal, bunga cengkeh
kering, kopi olahan (bubuk), dan.obat-obatan.
b) Komoditaslproduk unggulan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan lebih
lanjut adalah: kelapa (nata de coco), pala (manisan pala), karet (sepatu sandal),
dan kopi (kopi olahanlbubuk).
c) Hasil analisis SNPF dari keempat komoditas unggulan menghasilkan satu

nilailbobot teknologi yang tertinggi adalah: teknologi proses produksi dan
pengemasan nata de coco.
d) Hasil analisis JST terhadap pengembangan

agroindustri nata de coco

menghasilkan nilai predikat kelayakan adalah 0.7508 berada pada selang sangat
layak, sehingga usaha produk nata de coco layak dikembangkan di Kabupaten
Bogor.
Untuk penyempurnaan program DSS-SIAGA di Kabupaten Bogor disarankan
sebagai berikut:


a) Per!u adanya ve~ifikasidata hasil kegiatan program Iptekda yang dilaksanakan
pada daerah kabupaten Bogor, sehingga hasil verifikasi tersebut dapat dijadikan
bahan referensi dalam mengevaluasi kegiatan program Iptekda.
b) Perlu adanya tamballan krireria dalam model pernilillan komoditas unggulan
sehingga hasilnya dapat secara nyata mencerminkan potensi daerah setempal.
c) Perlu adaya model kajiai:

komoditas.

dampak sosial dan ekonomi serta perwilayahail

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

...

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xXini
I.

PENDAHULUAN .............................................................................

1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

..

1.2. Tujuan Penelltian ............................................................................ 4
1.3. Keluaran dan Kegunaan Penelitian .................................................

..

I1.

5

1.4. Ruang Lingkup Penelltian .............................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

7

2.1. Program Iptekda ..............................................................................

7

2.2. Dukungan Program Iptekda .............................................

10

2.3. Pengambilan Keputusan Kelompok ................................................

11

2.4. Metode Proses Hierarki Analitik .....................................................

12

2.5. Metode Perbandingan Eksponensial ..........................................

13

2.6 Logika dan Bilangan Fuzzy ............................................................

14

2.7. Metode Semi Numerik Preferensi Fuzzy .....................................

18

2.8. Sistem Intelijen Pendukung Keputusan .........................................

20

2.9. Kecerdasan Buatan (ArtiJicial Intelligence) .................................... 22
2.10. Jaringan syaraf ~ i r u a n(Artificial Neural Network) ......................

23

2.1 1. Sistem Inferensia Berbasis Fuzzy-Neura
2.11.1. Model Inferensia Fuzzy Sugeno .........................................
2.1 1.2. Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik .............................
2.12. Komoditas Agroindutri ..................................................
2.13. Kelayakan Usaha Agroindustri .....................................................
2.13.1. Aspek Pasar dan Pemasaran ..............................................
2.13.2. Aspek Teknologis ...............................................................
2.12.3. Aspek Finansial ...................................................................
111.

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................

..

3.1. Kerangka Pem~klran.........................................................................
3.2. Tahapan Penelitian

.........................................................

3.3. Pendekatan Sistem ............................................................................
3.3.1. Analisa Kebutuhan ...............................................................
3.3.2. Formulasi Masalah ...............................................................
.

.

3.3.3. Identifikasi Slstem ................................................................
3.4. Tata Laksana .....................................................................................
3.4.1. Metode Pengumpulan Data ........................................ !.........
3.4.2. Metode Pengolahan Data .......................................
3.4.3 Metode Pengembangan Sistem Penunjang Keputusah .........
IV . REKAYASA MODEL SISTEM ..........................................................

4.1. Konfigurasi Model ...........................................................................
4.2. Rancang Bangun Model ..................................................................
4.2.1. Sistem Manajemen Dialog ..................................................

...

Xlll

V.

4.2.2. Sistem Manajemen Gasis UatafPengetahuan .....................

67

4.2.3. Sistem Manajemen Basis Model .......................................

68

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................

78

5.1. Verifikasi Model SIAGA ................................................................. 78
5.2. I\/Iodel Kesesuaian Teknologi .........................................................

78

5.3. Model Pemilihan Komoditas ............................................................ 80
5.4. Model Pembobotm Teknologi ....................................................

82

5.5. Model Peramalan Produk Agroindustri ......................................

82

5.6. Model Nilai Tambah Teknologi ....................................................

84

5.7. Model Finansial ........................................................................... 88
5.8. Model Prediksi Kelayakan Usaha ..................................................

88
89

5.10. Strategi Pemanfaatan Sistem .....................................................
VI . KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................

90
94

6.1 . Kesimpulan................................................................................

94

6.2. Saran.......................................................................................

95

:

DAFTAR PUSTAKA ....... ...........................................................................

96

LAMPIRAN .................................................................................................. 99

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Jenis dan Jurnlah Kegiatan Iptekda ...................................................... 9

2.

Lokasi Kegiatan Iptekda ....................................................................
10

3.

Label Lingulst~k..................................................................................18

4.

Transfo~masiLiguistik Kedalam Interval .................................. 19

5.

Produksi Komoditas Unggulan Kabupaten Bogor ........................

34

6.

Keluaran Model Kesesuaian Kebutuhan dan Kesediaan Teknologi ....

69

7.

Keluaran Model Pemilihan Komoditas .................................................. 71

8.

Keluaran Model Pembobotan Teknologi Komoditas............................. 72

9.

Keluaran Model Peramalan produk Agroindustri ............................ 73

10.

Klasifikasi Himpunan Nilai Fuzzy ................................................ 75

11.

Proses Anfis Predikat Kelayakan Usaha ............................................... 76

12.

Keluaran Model Predikat Kelayakan Usaha .........................................

13.

Hasil Analisis Kesesuaian Kebutuhan dan Kesediaan Teknologi ......... 79

14.

Produksi Perkebunan Rakyat Kabupaten Bogor .......................:............ 79

15

Produksi Perkebunan Besar Kabupaten Bogor ..................................... 80

16.

Hasil Analisis Komoditas Unggulan Kabupaten Bogor ........................ 81

17.

Jumlah Kepemilikan Usaha Kabu~atenBogor ...................................... 81

18.

Hasil Analisis Pembobotan Teknologi Komoditas ............................... 82

19.

Hasil Analisis Peramalan Produksi Nata de coco .................................. 83

. .

77

xv

20 .

Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bogor ............................. 84

21 .

Klasifikasi IIinpunan Nilai Fuzzy ...................................................88

22 .

Analisis Sensitivitas Usaha Nata de coco .................................. 90

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halmzn

1.

Fungsi Keanggotaan Gugus Fuzzy ....................................................

16

2.

Struktur Umum SFK ............................................................................

21

3.

Model Jaringan Syaraf Tiruan ............................................................

24

4.

Fungsi Aktivitas Sigmoid Biner, Range [@.
11 ........................................ 25

5.

Struktur Jaringan Syaraf Tiruan ............................................................

6.

Model Inferensia Sugeno Untuk Pengambilan Keputusan ...... ;........ 29

7.

Diagram Alir Pengolahan Biji Kopi ........................................

36

8.

Diagram Alir Proses Pembuatan Nata de coco ............................

38

9.

Diagram Alir Kerangka Penelitian

10.

Tahapan Analisa Sistem .............................................................. 52

11.

Diagram Lingkar Sebab-Akibat DSS

..........................................

54

12.

Diagram Input-Output DSS .........................................................

57

13.

Bagan Alir Pengembangan DSS

14.

Konfigurasi Model DSS-SIAGA ....................................................

15.

Diagram Alir Model Kesesuaian Teknologi

16.

Diagram Alir Model Pemilihan Komoditas ......................................

70

17.

Diagram Alir Model Pembobotan Teknologi

................................

72

18.

Diagram Alir Model Peramalan Produk Agroindustri

19.

Diagram Alir Model Nilai Tambah Teknologi .............................. 74

20.

Diagram Alir Model Finansial ................................................ 74

26

................................................. 49

...................................................

61

66

......................... :........... 69

..................... 73

xvii
21.

Diagram Alir Model Predikat Kelayakan Usaha ................................

77

22.

Diagran Alir pengolahan Nata de coco ................................ ....

85

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Petunjuk Penggunaan Program DSS-SIAGA........................................

2.

Perkembangan Data Statistik Komoditas Kabupaten Bogor ................ 119

3.

Hasjl Penilaian Pakar dengan Metode SNPF ..............................

4.

Analisa Nilal Tambah ................................................................

5.

Jumlah dan Bia-a Tenaga Kerja ............................................. 123

6.

Perincian Biaya Investasi Proyek

7.

Modal Awal Proyek ..........................................................

126

8.

Biaya Penyusutan ............................................................

127

9.

Perincian Bahan Baku dan Bahan Pembantu .............................

128

10.

Perincian Biaya Produksi ................................................... 130

11.

Proyeksi Laba Rugi

12.

Perkiraan Arus Kas .......................................................... 132

13.

Perhitungan Kriteria Kelayakan ............................................ 133

14.

Perhitungan Break Event Point ............................................ 135

15.

Analisa Sensltlvltas........................................................... 133

.

.

...

99

121

.......... 122

...........................................

..........................................................

124

131

I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Agroindustri sudah menjadi andalan dalam menghadapi gunjangan ekonomi

yang sulit saat ini, karena agroindustri sangat membantu dalam pemulihan
perekonomian nasionsl sekaligus memperkuat struktur industri dan inemiliki peranan
penting dalam upaya memperoleh devisa ncgara. Ini disebabkan juga oleh,
pengembangan agroindustri bercirikan penggunaan keunggulan komparatif dan
kompetitif dari aspek pengolahan sumber daya alam yang terdapat di dalam negeri
dan industri yang menggunakan banyak tenaga kerja (Solahuddin, 1998).
Nasution (2002) menyatakan bahwa program perkembangan agroindustri
dapat dicapai secara optimal apabila konsep dan pelaksanaan dilakukan secara
terpadu antar sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku (tingkat primer) dan
sektor industri dan perdagangan ditingkat sekunder serta didukung oleh lembaga
peneliti sebagai penyedia teknologi. Selain itu perkembangan agroindustri disuatu
wilayah harus mencerminkan sumberdaya setempat dengan pendekatan kebijakan
dari aspek pasar, kelembagaan dan skala usaha.
Perkembangan agroindustri sebagian besar bertumpu pada usaha kecil,
menengah koperasi dan industri kecil (UKMK & IK) yang telah mengakar pada
masyarakat tingkat menengah dan bawah. Hal ini merupakan sektor yang paling
sesuai untuk menampung banyak tenaga kerja serta dapat menjamin perluasan
berusaha, sehingga sanzat efektif dalam upaya meningkatkan perekonomian rakyat di
pedesaan. Faktanya membuktikan bahwa golongan usaha inilah yang tahan terhadap

2
gejolak ekonomi dan menjadi andalm perekonomian nasional serta dalam
membangun atau pemulihzn ekonomi nasional.
Dewasa ini di Indonesia terdapat tidak kurang 39,04 juta unit usaha atau 99,6
persen dari total unit usaha merupakan usaha kecil menengah yang merupakan pelaku
usaha rakyat (BPS, 2001). Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk membantu
perkembangan usaha kecil, baik melalui penyediaan dukungan permodalan dan
pembiayaan seperti kredit usaha kecil, kredit modal kerja bergulir, modal ventura
maupun melalui penerapan berbagai sistem pembinaan seperti pola bapak angkat, inti
plasma, sub kontrak, keagenan dan lain-lain, namun belum secara optimal dapat
memicu perekonomian nasional. Hal ini disebabkan oleh kemampuan manajemen dan
teknologinya sangat terbatas, skala ekonomi yang kurang kondusif dan ketidakpastian
pasar juga sangat menghambat. Untuk itu diperlukan adanya upaya secara
menyeluruh dan terpadu, yang tidak hanya menyediakan dirkungan permodalan,
namun juga mencakup pembentukan kreativitas dan kewirausahaan, penyediaan
dukungan teknis untuk mengembangkan kemampuan manajemen dan teknologi.
Said (1996) mengemukkan bahwa penerapan teknologi di dalam agroindustri
merupakan suatu keharusan, sehingga produk-produk agroindustri mempunyai daya
saing dipasar global. Pada pelaksanaannya diperlukan kepakaran manajemen
teknologi, sehingga modal yang ditanam untuk investasi teknologi berrnanfaat kepada
usaha yang dilakukan dan kinerja pengoperasiannya menjadi efektif dan efisien.
Upaya yang lain dalam inenerapkan dan memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan kemampuan pada UKMK & IK diperlukan adanya kerjasama antara
lembaga Iitbang (BPPT, LIPI, Litbang Departemen, dll), Perguruan Tinggi,

3
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan dunia usaha. Bentuk kerjasama semua
komponen tersebut sekurang-kurang meliputi: pengembangan sutnberdaya msu~usia,
penentuan komoditas ungulan daerah, pengenalan dan penyebaran paket teknologi
serta peningkatan kemampuan kelembagaan (Prarnudya, 2000).
Upaya-upaya tersebut telab diterapkan pada program Iptekda. yaitu program
pemasyarakatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan d m teknologi (iptek) di daerah,
yang bertujuan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada pengembangan
.agroindustri yang sebagian besar berbasis pada usaha kecil dan menengah. Selain itu,
kegiatan ini dimaksudkan agar lembaga litbang seperti BPPT, Perguruan Tinggi,
Litbang Departemen dan lembaga litbang lainnya dapat ikut berpartisipasi secara
langsung dalam rangka membantu masyarakat mengatasi krisis dan sebagai upaya
program diseminasi iptek yang merupakan salah satu komponen dalam pembangunan
iptek (BPPT, 1999).
Berdasarkan hasil kegiatan program Iptekda, sebagian besar kegiatan
penelitian belum secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu,
diperlukan adanya analisa untuk pengembangan Iptekda, antara lain: komitmen antara
pengelola dan mitralpengguna, komoditas unggulan berdasarkan potensi daerah, serta
sistem pemasaran, teknis dan pendanaan sehingga tercipta peningkatan kegiataii
ekonomi masyarakat yang marnpu menghasilkan nilai tambah produkljasa dan
berdaya saing tinggi (BPPT, 1999).
Analisa lebih lanjut dalam rangka mendukung program Iptekda yang terkait
dengan agroindustri mengenai identifikasi dan kesesuaian kebutuhan dan kesediaan
teknologi, pemilihan komoditas unggulan daerah, prioritas teknologi, sistem

4

pemasaran, teknis dan pendanaan (finansial) merupakan pernasalahan yang
kompleks menyangkut berbagai faktor dalam membuat suatu keputusan, sehingga
diperlukan kajian lebih h a s dan mendalanl secara kesistemm dalam rangka
mendukung program Iptekda.
Sistem sebagai teknologi manajemen mencakup interaksi antara ilmu.
orgmisasi dan lingkungan. Hal ini dimaksudkm bahwa ilmu sistem ridak hanya
dipelajari dari sejumlah karateristik sistem yang h a s , teknik dan metodenya tetapi
juga meliputi hal-ha1 yang akan menjadi perhatian utamanya, yakni suatu
pertimbangan yang meluas dari manajemen pada tingkat yang lebih tinggi (Eriyatno,
1996).
Kesisteman yang dimaksud disini adalah sistem penunjang keputusan
(decision support system atau DSS) yang dapat memecahan masalah secara efisien
dan efektif (Ramdhani, 1998) dengan memanfaatan jaringan syaraf tiruan (JST) dan
tekniWsistem fuzzy dalam melakukan inferensia predikat kelayakan usaha
agroindustri.
Mengacu pada fenomella di atas, maka diperlukan suatu model sistem
penunjang keputusan dalam rangka lnendukung program Iptekda untuk meningkatkan
perekonomian daerah sesuai dengan komoditas unggulan dan potensi daerah.

1.2.

Tujuan Penelitian.
1. Mendapatkan model sistem penunjang keputusan dalam rangka
mendukung program Iptekda dengan memanfaatkan JST dan sistemfuzzy.

5
2. Memperoleh hasil pengujian model sistem peilunjaxig keputusan untuk
pemilihan komoditas unggulan, teknologi yang sesuai dan analisis prediksi
kelayakaq usaha agroindustri.
1.3.

Keluaran dan Kegunaan Penelitian
Keluaran penelitian ini berupa model DSS yang dapat dijadikan sebagai bahm

pemikiran dan acuan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak terkait dalam
pengembangan agroindustri maupun program Iptekda. Adapun kegunaan penelitian
ini adalah:

1.

Dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran sebagai bahan bagi
pihak-pihak terkait dalam pengembangan agroindustri berbasis sumberdaya
alam dan teknologi.

2.

Dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dalam merumuskan program
Iptekda berdasarkan prioritas komoditas unggulan, kesesuaian teknologi
komoditas, dan predikat kelayakan usaha.

3.

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk pengkajian dan pengembangan
program/kegiatan Iptekda yang lain di berbagai daerah.

1.4.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada salah satu kabupaten tingkat I1 di Jawa

Barat, yakni di Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pemilihan daerah ini didasarkan
pada pengambilan sampel purposif dan hasil kajian dari program Iptekda.

6
Adapun anaiisa faktor penentu yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
Pengumpulan data komoditas unggulan daerah baik hasil kajian program
Iptekda maupun hasil survei lapang.
Analisa identifikasi kebutuhan dan kesediaan teknologi pada suatu
konioditas/produk.
Analisa kesesuaian kebutuhan dan kesediaan teknologi.
Analisa komoditas untuk pemilihan komoditas unggulan berdasarkan ranking
dengan kriteria data kuantitatif.
Analisa teknologi untuk menentukan teknologi pada komoditas berdasarkan
nilai non numerik tertinggi dengan kriteria yang sudah ditetapkan.
Analisa kelayakan usaha agroindustri berdasarkan aspek finansial, pasar, dan
nilai tambah teknologi.
Analisa prediksi kelayakan usaha agroindustri berdasarkan klasifikasikan
himpunan fizzy.
Menguji model DSS untuk pemilihan komoditas unggulan, teknologi yang
sesuai dan analisa predikat kelayakan usaha agroindustri.

11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Program Iptekda
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah dicanangkan sebagai salah satu

dari sembilan azas pembangunan nasional dan salah satu dari tujuh bidang
pembangunan. Sasaran yang ingin dicapai dalam bidang iptek adalah terwujudnya
suatu kemampuan nasional dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek
untuk memacu laju pembangunan yang berkelanjutan serta bemawasan lingkungan

(GBHN, 1998)
Program pemasyarakatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) di daerah disebut dengan program Iptekda adalah suatu kebijakan yang
menerapkan dan memanfaatan teknologi proven, tepat guna dan sederhana pada suatu
komoditi di pendesaan, bertujuan untuk membantu pemecahan permasalahan
pembangunan di daerah dan meningkatkan kemampuan teknologi pada usaha kecil,
menengah koperasi dan industri kecil (UKMK & IK) serta kelompok-kelompok
pelaku ekonomi lain melalui penerapan teknologi hasil-hasil penelitian dan
pengembangan yang dilakukan BPPT.
Sasaran yang hendak dicapai adalah terlaksananya penyebarluasan, penerapan
dan pemanfaatan hasil-hasil iptek di daerah yang dapat dirasakan secara langsung
oleh UKMK & IK sehingga tercipta kegiatan ekonomi masyarakat yang mampu
menghasilkan produkljasa yang bernilai tambah dan berdaya saing tinggi (BPPT,
1999).

8
Pelaksanaan program Iptekda secara keseluruhan mencakup mekanisme
perencanaan dan pelaksanaan serta pengelolaan pada proses manajemen
program/kegiatan, yang terdiri dari seleksi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan
1.

Pelaksansan Seleksi
Seleksi usulan kegiatan iptekda dilakukan untuk memberikan arahan dan

inendekatkan pada tlljnan dilaksar~akmlyaprograintkegiatan itu sendiri. Seleksi juga
akan rnenentukan optimasi penggunaan dana, perbaikan kualitas, menjalankan proses
secara efisiensi, efektif serta meningkatkan produktivitas
Tujuan pelaksanaan seleksi adalah:
1.

Menilai dan mendapatkan usulan-usulan proposal yang layak untuk menjadi
kegiatan program iptekda

2.

Meningkatkan kualitas dan efektivitas pelaksanaan program iptekda, melalui
optimasi penggunaan dana,

pelaksanaan

proses

dan

meningkatkan

produktivitas SDM

3.

Memberikan masukan dan rekomendasi bagi pelaksanaan pengeloaan
program iptekda

2.

Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah suatu kegiatan pemantauan secara langsung di lapangan

terhadap pelaksanaan programkegiatan lainnya dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan dan menjaga agar pelaksanaan kegiatan
berlangsung sesuai dengan rencana serta dapat mengetahui permasalahan atau
hambatan yang muncul selama pelaksanaan kegiatan.

9
Evaluasi

adalah

suatu

kegiatan

penilaian

terhadap

pelaksanaan

programlkegiatan lainnya dengan tujuan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu
kegiatan berdasarkan indikator-indikator dan kriteria.
3.

Perkembangan Program Iptekda

Program Iptekda periama kali muncul pada tahun 199811999 dimana kegiatan
ini dimaksudkan agar lembaga litbang dapat ikut berpartisipasi secara langsung dalam
rangka membaatu masyarakat mangatasi krisis dan sebagai upaya program desiminasi
iptek yang merupakan salah satu komponen dalam pembangunan iptek (BPPT, 1999).
Pada tahap awal jenis kegiatan program iptekda meliputi budidaya pertanian,
budidaya perikanan, proses produksi, Disain dan Rekayasa Peralatan dan pelatihan
dengan 16 kegiatan dari 27 lokasi kegiatan dan melibatkan kurang lebih 112 tenaga
ahli, 121 tenaga teknis dari BPPT dan 25 tenaga ahli, 29 tenaga teknis dari pihak
mitra.
Pada tahun kedua 199912000, program Iptekda meningkat menjadi 20
kegiatan meliputi 5 jenis kegiatan yang tersebar di 12 propinsi sampai ke tingkat
desa/kelurahan seperti telihat pada Tabe! 1 dan Tabel 2.

Sumber: Laporan Monitoring lptekda TA. 199912000

Tabel 2. Lokasi Kegiatan Iptekda
Lokasi Kegiatan
1

I

Jumlah

I

I

I

I

( JawaBarat

20

2

1 Jawa Tengah

3

JawaTimur

3

4

Yogyakarta

3

5

Bali

2

6

Lampnng

6

7

Sumatera Selatan

3

8

Sumatera Barat

1

9

Sulawesi Selatan

4

10

Sulawesi Tenggara

1

11

Kalimantan Timur

1

12

Kalimantan Barat

1

Total

60

Sumber: Laporan Monitoring Iptekda TA. 199912000

2.2.

I

15

-

i

I

Dukungan Program Iptekda
Program Iptekda sejak dilaksanakan tahun 199811999 yang diharapkan dapat

mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada UKMK & IK, namum pada
pelaksanaan kegiatadprogram Iptekda belqm secara maksimal sesuai apa yang
diharapkan, ha1 ini disebabkan pengambilan keputusan masih bersifat sentralistik,
parsial dan kurangnya kerjasama antara iembaga litbang, pemerintah (pusat d m
daerah) dan dunia usaha.
Berdasarkan pada ha1 tersebut, maka program Iptekda memerlukan dukungan
analisa mengenai komoditas unggulan berdasarkan potensi daerah, identifikasi dan
kesesuaian kebutuhan dan kesediaan teknologi, pemilihan komoditas, prioritas

I

11
teknologi, aspek pasar, reknologi, dan finansial, jehingga tercipta peningkatan
kegiatan ekonomi masyarakat yzng mampu menghasilkan nilai tambah produktjasa
dan berdaya saing tinggi.
Analisa-analisa tersebut bersifat kompleksitas, dinamis dan ketidakpastian,
untuk itu diperlukan pendekatan kesisteman, yakni: sistem penunjang keputusan
(decision support systenz atau DSS) sehingga dalam pengambilan keputusan
kebijakan program Iptekda bersifat menyeluruh dan komprehensif.
2.3.

Pengambilan Keputusan Kelompok
Keputusan adalah kesimpulan yang dicapai sesudah melakukan proses

pemahaman mengenai cara membuat keputusan dan usaha untuk menghasilkan suatu
kemungkinan dipilih (keputusan yang lebih baik) dari beberapa kemungkinan yang
lain (Suryadi dan Ramdhani, 1998).
Pengambilan keputusan dilakukan dengan memahami masalah yang ada,
mengidentifikasi penyebab yang mungkin dan mencari solusi alternatif dari
perinasalahan serta memilih alternatif tersebut.
Pengambilan keputusan merupakan proses komunikasi dan partisipasi yang
terus menerus dari keseluruhan organisasi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
pendekatan individu atau kelompok (Syamsi, 1995) tergantung dari sifat dan corak
permasalahannya. Adapun ciri dari keputusan yang diambil secara kelompok adalah
sebagai berikut :
1.

Masalah dan tujuan yang dicapai menyangkut kelangsungan hidup suatu
organisasi

2.

Masaiah dan tujuan mempunyai resiko yang berat

3.

Masalah dan tujuan menyangkut berbagai aspek yang tidak mungkin mampu
dikuasai ole11 seorang individu
Beberapa kelebihan kepuiusan kelompok bila dibandingkan dengan keputusan

individu menurut Syamsi (1995), yaitu :
1.

Tugas dan tanggung jawab perorangan menjadi lebih ringan

2.

Pemikiran ymg di!akukan oieh banyak individu me~nberikanhasil yang lebih
baik

3.

Terbentuknya kerjasarna yang baik diantara anggota kelompok

4.

Pemikiran dari beberapa individu dapat saling melengkapi

5.

Menghasilkan pertimbangan yang lebih matang

2.4.

Metode Proses Hierarki Analitik

Metode proses hierarki analitik (PHA) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
pada tahun 1970. PHA membantu Pembuat Keputusan untuk memecahkan masalah
yang komplek dengan baqyak criteria.
PHA

lnempunyai prinsip-prinsip

dekomposisi

(decomposition),

nilai

perbandingan (comparative judment) dan sintesis prioritas (synthesis ofpriorities)
Langkah-langkah pemecahan masalah menggunakan PHA dan pemakainya (Saaty,
1993), sebagai berikut:
1.

Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang dinginkan;

13
3
&.

Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan sub tujuan, lviteria dan alternatif-altematif pada level hierarki paling
bawah (proses dekcinposisi);

3.

Membuat matriks perbandingan berpasangan;

4.

Menghitung nilai pembobot dari matrik yang dihasilkan;

5.

hlemeriksa konsistensi matrik penilaian;

6.

Mencari nilai pembobot keseluruhan hirarki dan menentukan ranking
alternatif dari pembobot yang didapatkan.
Nilai pembobot alternatif tiap kriteria dikalikan dengan pembobot kriteria.

Hasil perkalian merupakan nilai pembobot akhir tiap alternatif. Alternatif yang
mempunyai bobot paling tinggi merupakan alternatif dengan ranking tertinggi

2.5.

Metode Perbandingan Eksponensial
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode

pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang dalam skala
tertentu. Keuntungan Metode MPE adalah nilai skcr yang menggambarkan urutan
prioritas menjadi besar kqena merupakan hngsi eksponensial, sehingga urutan
prioritas alternatif keputusan lebih nyata (Manning, 1984)
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan
menggunakan MPE adalah: 1) menyusun kriteria keputusan yang akan dikaji; 2)
menentukan derajat kepetingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan
skala konversi tertentu sesuai dengan keinginan pengambilan keputusan; 3)

14
lnenentukan derajat kepe1:tingan re!atif setiap pilihan keputusan pada setiap kriteria
keputusan dan 4) menentukan total skor pada setiap alternatif
Perhitungan total skor dilakukan dengan menggunakan rumus (Manzing,
1984), sebagai berikut

Total Skoi (TSji = :(R~~,)'~~J

i = l , 2 , 3, ... n

j=l

J = 1, 2, 3, ... m
Dimana
TSi

: Total skor dari altematif ke-i

RKij

: Skor alternatif ke-i pada kriteria ke-j

tkkj

: Derajat kepentingan relatif keputusan ke-j

n

: Jumlah alternatif

m

: Jumlah kriteria

Metode MPE merupakan metode pengambilan keputusan dengan teknik
operasionalnya menggunakan data kualitatif yang dikuantitaskan pada skala tertentu,
skor suatu altematif diperoleh dengan cara penjumlahan dari rata-rata aritmetika yang
dieksponensialkan. Dan urutan prioritas keputusan dilakukan dengan mengurutkan
total skor masing-masing altematif dari nilai skordertinggi sampai altematif dengan
nilai total skor terendah

2.6.

Logika dan Bilangan Fuzzy
Logika fuzzy pertarna kali dikenalkan kepada publik sekitar tahun 1965 oleh

Lotfi A. Zadeh. Logika fuzzy adalah metodologi untuk menyatakan hukum
operasional dari suatu sistem dengan ungkapan bahasa, bukan dengan persamaan

15
mateinatis. Dengan kata lain, sistem pengendali berhasis logika pada hakekatnya
adalah sistem pakar waktu-nyata (real-time expert system) yang memanfaatkan logika
fuzzy untuk memanipulasikan variabel-veriabel kualitatif. Ungkapan bahasa yang
digunakan dalam logika fuzzy dapat membantu mendefinisikan karakteristik
operasional sistem dengan baik. Gngkapan bahasa untuk karakteristik sistem biasanya
dinyetakan dalam bentuk implikasi logika, yakni kaidah 'JIKA-MAKA' (Prasojo,

2000 dalam Wibawanto, 1998)
Gugus fuzzy merupakan suatu gugus dengan batasan yang tidak pasti dan
keanggotaanya lebih mengarah pada suatu tingkatan atau derajat. Ide utama sistem
fuzzy adalah nilai kebenaran (pada logika fuzzy) atau nilai keanggotaan (pada gugus
fuzzy), dan fungsi keanggotaanya tidak hanya memberikan nilai 1 atau 0 tetapi
dinyatakan dengan selang nilai [0,1]. Nilai yang diberikan oleh fungsi keanggotaan
(membershipfunction) disebut derajat keanggotaan (degree of meiizbership).
Apabila U menyatakan gugus universal dan A adalah gugusfuzzy dalam U,
maka A adalah gugus pasangan terurut sebagai berikut :

Dengan

(u) adalah fungsi keanggotaan yang memberikan nilai derajat

keacggotaan u terhadap gugusfuzzy A, yaitu :

16
Misalkan fungsi keanggotaar~gugus fuzzy A disajikan pada Gambar 2. Dari
Gambar 1. tersebut diketahui bahwa

,UA

((1.1) = 0.10 dan

(2.25) (Klir dan Yuan,

1995).

Garnbar 1. Fungsi Keanggotaan Gugus Fuzzy A
Seperti halnya gugus kasar (gugus biasa), pada gugus fuzzy pun terdapat
operasi-operasi seperti kebalikan (complement), gabungan (union) dan irisan
(intersection). Kebalikan suatu gugus fuzzy A dinotasikan sebagai

i,dan

didefinisikan dengan fungsi keanggotaan sebagai berikut :
Sedangkan operasi irisan (n)dan gabungan (u) pada dua buah gugus fuzzy,
yakni gugus fuzzy A dan B didefinisikan dengan fungsi keanggotaan berturut-turut
sebagai berikut :
Pada sistem fuzzy dikenal pula istilah bilangan fuzzy. Suatu nilai numerik
dapat dinyatakan secara tidak persis (nilai fuzzy) seperti nilai kebahasaan (linguistic)
"baik", "sedang", "buruk" dan lain-lain. Nilai-nilai kebahasaan tersebut rnerupakan
contoh bilangan fuzzy. Bilangan fuzzy berkaitan dengan konsep nilai pendekatan atau

17
selang, yakni bilangan-bilangan yang dekat ke suatu bilangan real tertentu atau
bilangan-bilangan yang berada di suatu selang bilangan real tertentu (Klir dan Yuan,
1995). Oleh karena itu, suatu bi!angan fuzzy terdiri dari beberapa bilangan real atau
beberapa bilangan pada suatu domain tertentu. Adapun operasi-operasi aljabar untuk
gugus fuzzy adalah sebagai beriltut :
I.

Perkalian aljabar (algebrazcprodirc:)
Perkalian aljabai dari A dan B dilambangkan dengan AB, sehingga fungsi
keanggotaan AB didefinisikan sebagai berikut :

2.

Penjumlahan aljabar (algebraic sum)
Penjumlahan aljabar dari A dan B dilambangkan dengan A+B, sehingga
fungsi keanggotaan A+ B didefinisikan sebagai berikut :

3.

Selisih mutlak (absolute difference)
Selisih mutlak dari A d m B dinyatakan dengan /A-B/, sehingga fungsi
keanggotaan /A-BI didefinisikan sebagai berikut :

4.

ICombinasi konveks (convex combination)
Kombinasi konveks dari dua vektor f d m g berarti kombinasi linier dari f dan
g dalam bentuk

Xf + (1 - X ) g . Jika A,

B dan A adalah gugus fuzzy, maka

kombinasi koveks A, B dan A dilambangkan dengan (A, B, A) dan
didefinisikan sebagai berikut :
(A,B,A) = A A + E A ' B
Dengan A' adalah komplemen A, maka fungsi keanggotaan (A,B,A)
dinyatakan sebagai berikut :

5.

Relasi fuzzy (fiuzzy relation)
Pada kasus relasi fuzzy biner, komposisi dua relasi fuzzy A dan I3
dilambangkan dengan A-B dan didefinisikan sebagai relasi fuzzy pada X yang
fungsi keanggotaannya terhubung dengan .4 dan B oleh :

2.7.

Metode Serni Numerik Preferensi fizzy

Metode semi numerik preferensi fuzzy didasarkan pada keputusan kelornpok
preferensi pembuat keputusan (Marimin, 1998).
Freferensi pembuat keputusan (PK) dipilih dari label linguistik. R~~adalah
matrik relasi preferensi yang diambil dari Tabel 3.

KIj adalah relasi preferensi h z z y oleh PK untuk alternatif i dibandingkan
alternatif j. Nilai preferensi tersebut saling berkebalikan (reflective-resiprocal)
dengan AS sebagai pusat. Nilai preferensi PK kemudian dikonversi kedalarn
himpunanfuzzy dengan nilai interval seperti pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Transformasi Linguistik Label kedalani Interval
Label Linguistik
Nilai Interval

-

DP

[1,11

VHP

[0.9,11

HP

[0.8,0.9]

MP

[0.7,0.8]

LP

[0.6,0.7]

VLP

[0.5,0.6]

I

[0.5,0.5]

VLD

[0.4,0.5]

LD

[0.3,0.4]

MD

[0.2,0.3]

HD

[O. 1,0.2]

VHD

[0.0,0.1]

PK k memberikan preferensi untuk setiap kriteria dalam rnatrik R" Ban
menghasilkan m matrik dengan dimensi nxn. Matrik R ~selanjutnya
~ ,
diproses sebagai
berikut:
1.

Menentukan tingkat dukungan setiap PK k terhadap alternatif Si;

2.

Menentukan tingkat dukungan semua PK terhadap alternatif Si;

20

3.

Menggunakan cperator OWA mewakiii paling mendukung setiap PK
(didalam kelompok) terhadap altematif S,;

4.

Mendefinisikan fuzzy suppcrt terhadap altematif fizzy se:);

5.

Mengkonversi fuzzy number kedalam korespondensi label linguistik dengan
menggunakan metode similarif3, atau center ofgravily,

6.

Aiternatif dipilih jika satu dari nilai tertinggi pada korenpondensi label
linguistik.

2.8.

Sistem Intelijen Pendukung Keputusan
Sistem Intelijen Pendukung Keputusan (SIPK) disebut sebagai Sistem

Pendukung Keputusan Aktif (SPKA) adalah pendekatan sistem yang kompleksistas
dalam membuat suatu keputusan strategis, yang merupakan penggabungan berbagai
teknik, yaitu: penelitian operasional lanjut (Advance OR) dengan kecerdasan buatan
(artificial intelligence), logika kabur virzzy logic), system engine serta perangkat
lunak (soft computing: fuzzy

system, neural network, genetic algorithm)

(Zirnmermann, 1995)
Menurut Zimmermann (1995) Sistem Intelijen Pendukung Keputusan adalah
sistem interaktif berbasis komputer yang memfasilitasi pemecahan dari permasalahan
yang bersifat kurang terstruktur. Komponen SIPK mencakup perangkat keras,
perangkat lunak, pembuat keputusan @aka) dan prosedur. Karateristik penting SIPK
yang dikembangkan dapat diringkas sebagai berikut:
1.

SIPK adalah suatu sistem yang dirancang khusus untuk aplikasi tertentu

2.

SIPK dirancang dengan tujuan untuk mendukung pembuat keputusan
kelompok dalam aktivitaslpekerjaan mereka sehingga dapat meningkatkan
efektivitas proses pengarnbilam keputusan yang dihasilkan

3.

SIPK perlu didukung oleh model intelijen keputusan kelompok dan system
intelijen berbasis pengetahuan
Struktur umum ITK (Garnbar 2) merupakan keterkaitan yang abstrak antara

ketiga komponen, yaitu: user, model dark pengetahumldata yang saling bekerja sama
untuk mendukung pembuat keputusan. Keterkaitan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut: pembuat keputusan dituntun oleh prosedur fasilitator interaksi
dengan sistem manajemen dialog, pendapat pembuat keputusan akan dikumpulkan
dan diproses dengan processor. S e l m a proses, processor akan berkonsultasi dengan
sistem manajemen basis model, sistem menajemen basis pengetahuan dan sistem
manajemen basis Data untuk menghasilkan keputusan yang efektif dan optimal

I

Sistem Manajemen Dialog

I

Pengguna

Gambar 2. Struktur Umum SPK (Eriyatno, 1998)

2.9.

Kecerdrsan Buatan (Artificial Intelligence)
Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah suatu bidang ilmu

yang memiliki banyak definisi. Kabaqyakan ahli mendefinisikan bahwa A1 memiliki
dua ide dasar. Pertama, A1 melibatkan pembelajaran proses berpikir manusia. Kedua,
proses berpikir tersebut dipresentasikan melalui mesin seperti komputer, robot dan
!ain-lain.
Definisi umum A1 adalah kelakuan (behavior) dari mesin yang mana
kemampuan tersebut pada manusia disebut intelijen.
Menurut Rich dalam Turban (1990) A1 adalah bidang ilmu yang mempelajari
bagaimana membuat komputer melakukan sesuatu yang mirip/meniru kemampuan
manusia
Turban (1990) menyimpulkan beberapa perilaku AI, yaitu:
1.

Belajar untuk mengerti suatu pengalaman

2.

Mampu mengenali suatu membingungkan atau pesan berlawanan

3.

Melakukan respon secara cepat dan mampu bekerja pada situasi baru

4.

Menggunakan penalaran

(reason) dalam

memecahkan masalah dan

melaksanakan secara efektif

5.

Mampu bekerja pada situasi membingunkan

6.

Mengerti dan memiliki kemampuan pendugaan luar biasa dengan cara
rasional

7.

Menerapkan ilmu untuk memanipulasi lingkungan

8.

Mengumpulkan dan menerapkan pengetahuan

9.

Berpikir dan mengambilan kesimpulan

23
10.

Mengenai tingkat keutamaan secara reiatif pada suatu situasi
Turban (1990) lebih lanjut menyatakan A1 adalah cabang ilmu komputer yang

mempresentasikan pengetahuan dengan menggunakan simbol-simbol dan aturan
(rule) yang disebut dengan heuristik.

2.10. Jaringan Syaraf Tiruan (Art~jicialNeural Network)
Jaringa? Syaraf Tiruan (JST) adalah sebuah sistem yang inenyeluruh tentang
pemodelan yang menim sel syaraf biologis (otak) manusia. Sistem ini adalah suatu
upaya untuk mensimulasikan hardware tertentu atau software yang rumit, elemenelemen prosesing yang berlapis-lapis disebut neuron. Tiap neuron dihubungkan
dengan tertangga terdekatnya dengan tingkat koefisien keterhubungan yang berbedabeda merepresentasikan kekuatan keterhubungan. Pembelajaran dilaksanakan dengan
mengatur kekuatan tersebut agar keseluruhan jaringan memberikan hasil keluaran
sebagaimana yang dikehendaki (Klerfors, 1998).
Dalam membangun JST terdapat tiga ha1 yang harus diperhatikan, yaitu:

1.

Model Jaringan Syaraf Tiruar~
Model

syaraf

Tiruan