3. Iklim
Curah Hujan Berdasarkan hasil pemetaaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di
kabupaten Toba Samosir dapat diketahui nilai rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan kondisi curah hujan di Kabupaten Toba Samosir. Hasil masing-
masing luasan kelas rawan dapat dilihat pada tabel 18 di bawah ini. Tabel 18. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Rata-Rata Curah
Hujan Bulanan Tahun 2010 Menurut Luasan
Curah Hujan mm
Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran Ha
Luas Total
Ha Luas
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang
Menengah Tinggi 97 – 162
10.011,51 17.009,62 76.541,76
− 103.562,89 44,18 163 – 228
20.877,26 27.611,61 54.761,42 27.581,85 130.832,14
55,82
Luas Total Ha 30.888,77 44.621,23
131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00
Berdasarkan data pada tabel 18 di atas maka dapat dilihat bahwa pada rata- rata curah hujan bulanan yang paling rendah di kabupaten Toba Samosir yaitu
berkisar antara 97-162 mm, daerah rawan kebakaran kebakaran hutan dan lahan seluas 76.541,76 Ha kelas rawan sedang. Kebakaran tersebut terjadi di
Kecamatan Lumban Julu, Bonatua Lunasi, Porsea, Uluan, Parmaksian, Siantar Narumonda, Silaen, Sigumpar, Laguboti, Habinsaran, Pintu Pohan Meranti dan
sebagian kecil di Nassau. Pada rata-rata curah hujan bulanan antara 163-228 mm luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan seluas 27.581,85
Ha kelas rawan tinggi. Kebakaran tersebut terjadi di Kecamatan Ajibata, Lumban Julu, Uluan,
Laguboti, Balige, Tampahan, Habinsaran, Borbor dan Nassau. Berdasarkan literatur, semakin rendah curah hujan maka resiko terjadinya
kebakaran akan semakin tinggi, akan tetapi berdasarkan pada tabel diatas, pada rata-rata curah hujan bulanan yang paling tinggi luas daerah rawan kebakaran
Universitas Sumatera Utara
hutan dan lahan merupakan luas daerah rawan yang paling besar. Hal itu berarti berbanding terbalik dengan pernyataan diatas. Hal ini diasumsikan bahwa
kemungkinan faktor terbesar penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada daerah tersebut bukan berdasarkan curah hujan melainkan kondisi tutupan lahan,
ketinggian tempat, suhu udara, ataupun kecepatan angin. Karena banyak faktor yang dapat meyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hal ini juga sesuai
dengan keadaan di lapangan bahwa pada stasiun curah hujan di Kecamatan Borbor dengan rata-rata curah hujan bulanan 172 mm termasuk daerah rawan
kebakaran hutan dan lahan, karena pada kecamatan tersebut terdapat lokasi bekas kebakaran dan juga titik panas hotspot. Kondisi tutupan lahan, suhu udara dan
kecepatan angin yang tinggi yang menjadi penyebab Kecamatan Borbor ini merupakan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.
Suhu Udara Berdasarkan pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di
Kabupaten Toba Samosir, dapat dihitung nilai rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan rata-rata suhu udara bulanan di kabupaten ini. Hasil perhitungan
luasnya dapat dilihat pada tabel 19 dibawah ini. Tabel 19. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Rata-Rata
Suhu Udara Tahun 2010 Menurut Luasan
Suhu Udara
o
C Luas Kebakaran Hutan dan Lahan
Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran Ha Luas
Total Ha
Luas Total
Sangat Rendah Rendah
Sedang Menengah Tinggi
≥ 21 – 22 30.888,77
44.621,23 131.159,66 − 206.669,67
88,17 26 – 27
− − 143,52
27.581,85 27.725,36
11,83
Luas Total Ha 30.888,77
44.621,23 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00
Berdasarkan tabel 19 di atas, luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan pada suhu udara
≥ 21-22
o
C yaitu 131.159,66 Ha kelas rawan sedang yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi di seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir, akan tetapi pada Kecamatan Nassau dan Borbor hanya sebahagian daerah saja yang memiliki suhu
≥ 21-22
o
C. Sedangkan pada suhu udara 26-27
o
C luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan sebesar 27.581,85
Ha kelas rawan tinggi. Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan pada suhu udara 26-27
o
C terdapat di sebahagian daerah di Kecamatan Nassau dan Borbor.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa daerah yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan yaitu daerah yang memiliki suhu udara yang
tinggi karena suhu yang tinggi merupakan faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Dirjen PHPA 1994 yang
menyatakan bahwa daerah-daerah dengan temperatur tinggi akan menyebabkan percepatan pengeringan bahan bakar dan memudahkan terjadinya kebakaran.
Pada daerah tersebut, faktor yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yaitu tutupan lahan, curah hujan, suhu udara dan kecepatan angin
sehingga menyebabkan luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan besar, sedangkan faktor elevasi dan jarak dari pemukiman sangat kecil untuk
menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada daerah tersebut. Kecepatan Angin
Berdasarkan pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba Samosir dapat dihitung nilai rawan kebakaran hutan dan lahan
berdasarkan faktor kecepatan angin. Nilai masing-masing kelas rawan dapat dilihat pada tabel 20 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 20. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Rata-Rata Kecepatan Angin Tahun 2010 Menurut Luasan
Kecepatan Angin
Knot Luas Kebakaran Hutan dan Lahan
Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran Ha Luas
Total Ha
Luas Total
Sangat Rendah Rendah
Sedang Menengah Tinggi
0 -1 30.888,77
44.621,23 131.159,66 − 206.669,67
88,17 4 – 5
− − 143,52
27.581,85 27.725,36
11,83
Luas Total Ha 30.888,77
44.621,23 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00
Berdasarkan tabel 20 di atas, luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan pada kecepatan angin 0-1 knot yaitu 131.159,66 Ha kelas rawan sedang yang
terjadi di seluruh kecamatan di Kabupaten Toba Samosir, akan tetapi pada Kecamatan Nassau dan Borbor hanya sebahagian daerah saja yang memiliki
kecepatan angin 0-1 knot. Sedangkan pada kecepatan angin 4-5 knot luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan sebesar 27.581,85
Ha kelas rawan tinggi. Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan pada kecepatan angin 4-5 knot
terdapat di sebahagian daerah di Kecamatan Nassau dan Borbor. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa daerah yang berpotensi
terjadinya kebakaran hutan dan lahan yaitu daerah yang memiliki kecepatan angin yang tinggi karena kecepatan angin yang tinggi merupakan faktor penyebab
terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Suratmo 1994 dalam Darwo yang menyatakan bahwa angin menentukan arah
menjalarnya api. Angin juga mempengaruhi kecepatan dan percepatan terjadinya kebakaran. Clar dan Chatten 1954 dalam Darwo 2009 menyatakan bahwa
dengan adanya angin maka persediaan oksigen tercukupi dan memberikan tekanan untuk memindahkan panas dan api serta mengeringkan bahan bakar
melalui penguapan.
Universitas Sumatera Utara
Pada daerah tersebut, faktor yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yaitu tutupan lahan, curah hujan, suhu udara dan kecepatan angin
sehingga menyebabkan luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan besar, sedangkan faktor elevasi dan jarak dari pemukiman sangat kecil untuk
menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada daerah tersebut.
Jarak Pemukiman
Kepadatan penduduk yang semakin tahun semakin meningkat menyebabkan terjadinya pengurangan luas lahan ataupun hutan. Penduduk
membutuhkan banyak lahan untuk dijadikan mata pencaharian. Oleh karena itu, jarak dari pemukiman ke hutan maupun lahan mempengaruhi kebakaran hutan
dan lahan. Diasumsikan bahwa semakin dekat jarak dari pemukiman ke hutan maupun lahan maka akan semakin tinggi resiko terjadinya kebakaran hutan dan
lahan dan sebaliknya semakin jauh jarak dari pemukiman ke hutan maupun lahan maka akan semakin rendah resiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Dalam pembukaan lahan biasanya masyarakat membuka lahan dengan cara membakar. Ketika mereka membakar lahan untuk pembukaan lahan baru,
tanpa sengaja api menyulut begitu besar sehingga menyebabkan kebakaran menjalar semakin besar ke tempat lain karena didukung oleh cuaca yang kering
dan topografi yang curam. Berdasarkan pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan di
kabupaten Toba Samosir dapat diketahui nilai masing-masing daerah kelas rawan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan peta lokasi pemukiman. Nilai masing-
masing daerah tersebut dapat dilihat pada tabel 21 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21. Nilai Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Jarak Lokasi Pemukiman Menurut Luasan
Jarak Pemukiman m
Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Kelas Rawan Kebakaran Ha
Luas Total
Ha Luas
Total Sangat
Rendah Rendah Sedang
Menengah Tinggi 0 – 1000
13.979,36 1.970,72
43.510,04 1.797,68
61.257,80 26,13
1000 – 2000 15.130,82
5.276,28 37.004,23
3.747,03 61.158,36
26,09 2000 – 3000
928,12 5.921,12
22.643,18 3.190,09
32.682,51 13,94
3000 – 4000 439,21
9.184,05 10.107,18
1.367,48 21.097,93
9,00 4000
411,26 22.269,06 18.038,56 17.479,56 58.198,44 24,83
Luas Total
Ha 308.88,77 44.621,23 131.303,18 27.581,85 234.395,03 100,00
Berdasarkan tabel 21 di atas dapat diketahui bahwa luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan
yaitu pada jarak lokasi pemukiman 4000 m seluas 17.479,56 Ha dan luas daerah
rawan kebakaran hutan dan lahan yang terbesar kedua yaitu 3.747,03 Ha pada
jarak lokasi pemukiman 1000-2000 m. Pada jarak lokasi pemukiman 3000- 4000 m luas daerah rawan kebakaran hutan dan lahan merupakan luas daerah
rawan kebakaran yang paling kecil yaitu seluas 1.367,48 Ha. Berdasarkan data tersebut daerah yang paling berpotensi terjadinya
kebakaran hutan dan lahan yaitu pada jarak lokasi pemukiman 4000 m. Padahal jarak tersebut merupakan jarak yang paling jauh dari lokasi pemukiman. Hal ini
dikarenakan pada daerah tersebut, bukan jarak lokasi pemukiman yang merupakan faktor utama penyebab kebakaran hutan dan lahan melainkan faktor tutupan
lahan, elevasi dan curah hujan sehingga pada daerah tersebut rawan kebakaran hutan dan lahan.
Jika dilihat berdasarkan kelas rawan sedangmenengah, daerah yang paling berpotensi yaitu daerah yang lokasi pemukimannya berjarak 0-1000 m yaitu
seluas 43.510,04 Ha. Daerah tersebut merupakan daerah yang paling rawan
Universitas Sumatera Utara
karena lokasinya sangat dekat dengan pemukiman. Sesuai dengan literatur Arianti 2006 yang menyatakan bahwa jarak dari jaringan jalan, pemukiman penduduk
memiliki kategori sangat penting sehingga peubah jalan dan pemukiman penduduk digunakan sebagai peubah penyebab kebakaran untuk menentukan
pengaruh aktivitas manusia. Semakin jauh lokasi hutan terhadap pemukiman penduduk, jalan, dan sungai maka hutan semakin terhindar dari kebakaran.
Evaluasiverifikasi
Titik sampel merupakan titik yang diambil dilapangan dengan menggunakan GPS. Titik tersebut digunakan untuk membandingkan keadaan
sebenarnya di lapangan dengan keadaan yang terdapat pada peta. Titik yang diperoleh dari lapangan dibandingkan dengan peta sebaran hotspot yang
digunakan. Titik yang diambil di lapangan secara acak sebanyak 58 titik, titik yang sesuai sebanyak 52 titik. Berdasarkan data tersebut, nilai akurasi yang
diperoleh yaitu 89,65. Hal itu menunjukkan bahwa peta rawan kebakaran hutan dan lahan yang dibuat sudah cukup baik, sesuai dengan literatur Nugroho 2010
menyatakan bahwa nilai akurasi yang mempunyai tingkat ketelitian ≥ 80 sudah
dianggap baikmewakili.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Faktor kebakaran hutan dan lahan yang berpotensi menyebabkan
kebakaran hutan dan lahan yaitu tutupan lahan pertanian lahan kering, hutan lahan kering sekunder, dan semak belukar, iklim curah hujan, suhu
udara dan kecepatan angin, dan elevasi. 2.
Daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang paling berpotensi terjadi di Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba Samosir dengan luas 20.637,28 Ha,
sedangkan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang paling kecil terjadi di Kecamatan Lumbanjulu dengan luas 22,24 Ha.
3. Luas masing-masing kelas rawan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten
Toba Samosir yaitu 27.581,85 Ha untuk kelas kerawanan tinggi, 131.303,18 Ha untuk kelas kerawanan sedang, 44.609,77 Ha untuk kelas
kerawanan rendah, dan 33.726,21 Ha untuk kelas kerawanan sangat rendah.
SARAN
Kabupaten Toba Samosir merupakan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan yang didominasi oleh tingkat kerawanan sedang. Oleh karena itu,
diharapkan kepada pihak-pihak terkait pengelola hutan agar dapat mewaspadai dan mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di kabupaten ini agar
kejadian kebakaran hutan dan lahan tersebut tidak terjadi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, W.C., I.N. Suryadiputra, B.H. Saharjo, L. Siboro. 2005. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Bogor : Proyek
Climate Change, Forest and Peatland in Indonesia, Weatland International Indonesia Programme and Wildfire Habitat Canada.
Arianti, I. 2006. Pemodelan Tingkat Dan Zona Kerawanan Kebakaran Hutan dan
Lahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Sub Das Kapuas Tengah Propinsi Kalimantan Barat.Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana In
stitut Pertanian Bogor.
Arronof, S. 1998. Geographic Information System: A Management Perpective. Ottawa : WDL Publication, Canada.
Artur, M.A.G. 1986. Weather and Grassland Fire Behaviour. Forestry and Timber Bureau. Leaflet No.100. Camberra.
ASMC [Asean Specialised for Meteorological Centre]. 2002. Fire Monitoring and Detection by Remote Sensing. http:intranet.mssinet.gov.sgasmc.html.
[17 Desember 2008].
Barus, B. dan K. Gandasasmita, 1996. Penentuan Zonasi Rawan Kebakaran Pulau Sumatera Tahun 1996 dengan Sistem Informasi Geografi.
Sekretariat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Lahan. Jakarta. Bowen, R. 1999. Kebakaran Hutan di Indonesia: Sekilas Pandangan terhadap
Penyebab, Kerusakan dan Pencegahan. Forest Liaison Berau Newsletter 21999. Uni Eropa-Dephutbun. Jakarta.
Brown, A.A. dan K.P. Davis. 1973. Forest Fire Control and Use. Mc. Grew-Hill Book Company. Inc. Canada, USA.
Burrough, P.A. 1986. Principles of Geographical Information Systems for Land Resources As
sessment. Clarendon Press. Oxford. Chandler, C.P., L. Cheney, D. Trabaud, William. 1983. Fire in Forestry Vol. 1.
Forest Fire Behaviour and Effects. John Willey and Sons. Inc. Canada, USA.
Chuvieco, E and F.J. Salas. 1996. Mapping The Spatial Distribution of Forest Fire Danger Using GIS. Int. Jour. Geographical Information System. Vol
10 3, p 333-345. Clar, C.R. dan L.R. Chatten. 1954. Principles of Forest Fire Management.
Departement of Natural Resources Devision of Forestry. California.
Universitas Sumatera Utara
Darwo. 2009. Perilaku Api dan Sebab Akibat Kebakaran Hutan. http:www.p3hka.orgpdf394_Karo.pdf. [10 Pebruari 2011].
[Departemen Kehutanan]. 2007. Pedoman Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dati I Sumatera
Utara. http:www.dephut.go.id. [25 Oktober 2007]. [Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam]. 1994.
Pengendalian Kebakaran. http:www.ditjenphka.go.idkarhut.php. [25 Oktober 2007].
[Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan]. 2010. Press Release Pelatihan Satuan Manggala Agni Reaksi Taktis SMART dan Pelatihan
Pengendalian Kebakaran Hutan. http:www.ditjenphka.go.id. [25 November 2010].
FFPMP2 [Forest Fire Prevention and Management Project2]. 2007. SistemDeteksi dan Peringatan Dini. http:ffpmp2.hp.infoseek.co.jpearlypageindo.htm
[24 Februari 2007].
[Fire Bulletin]. 2007. Titik Panas Utama dan Analisis. http:www.assets. wwfid.panda.orgdownloadsfb_2006endspc.pdf. [20 Juli 2011].
Hamzah, Z. dan A. Wibowo. 1985. Kebakaran Hutan Evaluasi dan Upaya Penanggulanganya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan kehutanan Vol 1
No. 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Hoffman A. A, 2000. Production of a Fire Hazard Map for East Kalimantan. Zebris GIS + Consulting. Tidak Dipublikasikan.
Jaya, I.N.S. 2002. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Kehutanan. Penuntun Praktis Menggunakan Arcinfo dan Arcview. IPB Press. Bogor.
Kolden, C.A. dan P.J. Weisberg. 2007. Assessing Accuracy of Manually-Mapped Wildfire Perimeters in Topographically Dissected Area. Fire Ecology
Journal 3: 22-31.
LAPAN [Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional]. 2004. Sebaran Titik Panas Menurut Penggunaan Lahan di Pulau Sumatera. SIMBA-LAPAN.
http:www.lapanrs.com. [3 Maret 2009].
Mangkuatmodjo, S. 1997. Pengantar Statistik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Nuarsa, I. W. 2005. Menganalisis Data Spasial dengan Arcview GIS 3.3 untuk
Pemula. Gramedia. Jakarta. Nuarsa, I. W. 2010. Geographic Information System. http:www.rsandgis.com.
[31 Oktober 2010].
Universitas Sumatera Utara
Nugroho, J.A. 2010. Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Studi Kasus Hutan Lindung Kabupaten
Mojokerto. ITS. Surabaya.
Prahasta, E. 2001. Konsep-konsep Dasar SIG. Informatika. Bandung. Purbowaseso. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Rineka Cipta. Jakarta.
Qodariah, L. dan S. Wijanarko. 2008. Pengelolaan Pengendalian Kebakaran Hutan Berbasis Masyarakat di Hutan Jati Perum Perhutani.
http:elqodar.multiply.comjournalitem20. [31 Oktober 2010].
Sagala, A.P.S. 1988. Aspek Pengendalian Api pada Reboisasi di Alang-alang. Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru. Banjarbaru.
Saharjo, B.H. 2003. Kebakaran Hutan dan Asap. http:www2.kompas.comkompas-cetak031020ilpeng633311.htm.
[12 April 2009].
Solichin, L. Tarigan, P. Kimman, B. Firman, dan R. Bagyono. 2007. Pemetaan Daerah Rawan Kebakaran. http:www.geografi.ums.ac.id.
[10 Oktober 2010].
Sormin, B.H. dan Hartono. 1986. Metode dan teknik Penanggulangan kebakaran Hutan. Kerjasama Proyek Diklat dalam rangka Pengindonesian Tenaga
Kerja. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelesatarian Alam. Departemen Kehutanan. Bogor.
Sumardi dan Widyastuti. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sumaryono, Risman Situmeang, dan Ahmad Sabaraji. 2005. Penetapan Wilayah Bahaya Kebakaran Hutan sebagai Peringatan Dini di Kabupaten Kutai
Timur. http:www. oc.its.ac.id. [1 April 2011].
Sunuprapto, H. 2000. Forest Fire Monitoring and Damage Assesment Using Remotel Sensed Data and Geographical Information System A Case
Study in South Sumatera Indonesia. [Thesis]. Enschede The Netherland: International Institute for Aero Survey and Earth Science ITC
Suratmo, G. F. 1985. Ilmu Perlindungan Hutan. Bagian Perlindungan Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syaufina, L dan A. Sukmana. 2008. Tinjauan Penyebab Utama Kebakaran Hutan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. http:lailans.staff.ipb.ac.id.
[17 September 2011].
Universitas Sumatera Utara
Thoha, A. S. 2006. Penggunaan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Deteksi dan Prediksi Kebakaran Gambut di Kabupaten
Bengkalis Provinsi Riau. http:www. repository.usu.ac.id. [15 Oktober 2010]
Thoha, A. S. 2008. Penggunaan Data Hotspot Untuk Monitoring Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. http:www. repository.usu.ac.id.
[15 Oktober 2010].
WALHI [Wahana Lingkungan Hidup]. 2007. Negeri Seribu Asap, Dosa Turunan dari Kegagalan Fungsi Pemerintah Menjamin Hak Rakyat Terhadap
Lingkungan Indonesia. http:www.walhi.or.id. [15 November 2007].
GLOSARIUM
ASMC : Asean Specialized Meteorological Center Pusat
Meteorologi khusus Asia Tenggara Aspek
: Arah lereng
Universitas Sumatera Utara
BBKSDA : Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam
BMKG : Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BPKH
: Balai Pemantapan Kawasan Hutan Elevasi
: Ketinggian
Tempat Evapotranspirasi
: Air dalam tanah yang naik ke udara melalui tumbuh- tumbuhan. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari
kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan. Fire Manager
: Pengambil keputusan Hotspot
: Titik panas yang mencerminkan kondisi rawan kebakaran. Titik panas dapat terekam dari citra satelit NOAA dengan
suhu 153 C
HTI : Hutan Tanaman Industri
JICA : Japan International Cooperation Agency Agen Kerjasama
Internasional Jepang LAPAN
: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional PHPA
: Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam PIR
: Perkebunan Inti Rakyat
Pixel : Pixel picture element adalah sebuah titik yang
merupakan elemen paling kecil pada citra satelit. Angka numerik 1 byte dari pixel disebut digital number DN.
Remote sensing : Teknologi yang memberikan informasi mengenai
permukaan bumi dan keadaan atmosfer dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan sensor sebagai alat penerima gelombang radiasi elektromagnetik yang membawa informasi tentang
objek yang sedang ditangkap. Sekat Bakar
: Jalur yang berfungsi sebagai pemutus api Slope
: Kemiringan
SK : Surat Keputusan
Survival : Mampu tumbuh kembali
Transpirasi : Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel
Utility Network : Keperluan jaringan
Vegetation Fire : Kebakaran vegetasi
Lampiran 1. Titik Ground Cek Kejadian Kebakaran di Kabupaten Toba Samosir
Long Lat Kecamatan
99.0372 2.3092 Balige
99.0439 2.3179 Balige
99.0398 2.3214 Balige
99.2050 2.4948 Parmaksian
99.2038 2.4695 Parmaksian
99.2018 2.4858 Parmaksian
99.1973 2.4825 Parmaksian
99.2000 2.4724 Pintu
Pohan Meranti
Universitas Sumatera Utara
99.1992 2.4728 Parmaksian
99.3500 2.3270 Habinsaran
99.3410 2.2820 Pintu
Pohan Meranti
99.3680 2.3720 Habinsaran
99.3100 2.2400 Borbor
99.4850 2.2820 Nassau
99.3200 2.2200 Borbor
99.3590 2.3180 Habinsaran
99.3410 2.5340 Habinsaran
99.4752 2.3532 Nassau
99.2756 2.4872 Pintu
Pohan Meranti
99.2060 2.4849 Parmaksian
99.2112 2.3202 Silaen
99.1832 2.3521 Silaen
99.2033 2.4711 Parmaksian
99.2999 2.5033 Pintu
Pohan Meranti
99.3522 2.4430 Pintu
Pohan Meranti
99.2311 2.3120 Habinsaran
99.0122 2.5821 Lumban
Julu 98.9313 2.6123
Ajibata 98.9433 2.6452
Ajibata 99.0666 2.4737
Uluan 99.1111 2.4987
Porsea 99.1998 2.4987
Bonatua Lunasi
99.2322 2.5012 Pintu
Pohan Meranti
99.2900 2.3045 Balige
99.1123 2.3044 Balige
99.0622 2.4990 Lumban
Julu 99.2812 2.4122
Silaen 99.2923 2.4950
Pintu Pohan
Meranti 99.2771 2.3776
Habinsaran 99.4021 2.4452
Habinsaran 99.0112 2.5712
Borbor 99.2901 2.1766
Borbor 99.3521 2.3072
Borbor 99.0432 2.6233
Lumban Julu
99.4822 2.3541 Nassau
99.4432 2.2441 Nassau
99.2711 2.1712 Borbor
99.4621 2.4211 Habinsaran
99.4232 2.3715 Nassau
99.4232 2.5761 Pintu
Pohan Meranti
99.2322 2.4324 Silaen
99.0624 2.4887 Uluan
99.0761 2.5893 Lumban
Julu 99.2660 2.3770
Habinsaran 99.3331 2.3882
Pintu Pohan
Meranti 99.2442 2.3811
Habinsaran 99.1722 2.4980
Bonatua Lunasi
99.2334 2.5220 Pintu
Pohan Meranti
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Data Hotspot Tahun 2006-2010 di Kabupaten Toba Samosir
Tahun Long Lat
Kecamatan
2006 99.063 2.489 Lumban
Julu 99.296 2.561
Pintu Pohan
Meranti 99.395 2.579
Pintu Pohan
Meranti 99.251 2.228
Borbor 99.260 2.228
Borbor 99.521 2.309
Nassau
Universitas Sumatera Utara
99.530 2.309 Nassau
99.530 2.318 Nassau
99.548 2.336 Nassau
2007 99.431 2.318 Nassau
99.440 2.318 Nassau
99.440 2.273 Nassau
99.449 2.273 Nassau
99.458 2.282 Nassau
99.494 2.273 Nassau
99.503 2.273 Nassau
99.503 2.282 Nassau
99.548 2.318 Nassau
2008 99.332 2.534 Pintu
Pohan Meranti
99.341 2.534 Pintu
Pohan Meranti
99.350 2.534 Pintu
Pohan Meranti
99.341 2.543 Pintu
Pohan Meranti
99.350 2.543 Pintu
Pohan Meranti
99.359 2.543 Pintu
Pohan Meranti
99.440 2.550 Pintu
Pohan Meranti
99.368 2.372 Habinsaran
99.332 2.327 Habinsaran
99.341 2.327 Habinsaran
99.350 2.327 Habinsaran
99.359 2.327 Habinsaran
99.332 2.318 Habinsaran
99.341 2.318 Habinsaran
99.350 2.318 Habinsaran
99.240 2.260 Borbor
99.310 2.240 Borbor
99.296 2.129 Borbor
99.494 2.354 Nassau
99.503 2.354 Nassau
99.503 2.345 Nassau
99.512 2.318 Nassau
99.521 2.318 Nassau
99.467 2.282 Nassau
99.476 2.282 Nassau
99.485 2.282 Nassau
99.494 2.282 Nassau
99.539 2.282 Nassau
99.540 2.290 Nassau
99.560 2.310 Nassau
99.566 2.318 Nassau
Universitas Sumatera Utara
2009 99.027 2.345 Tampahan
99.036 2.345 Tampahan
99.036 2.336 Balige
99.045 2.345 Balige
99.100 2.300 Balige
99.341 2.444 Pintu
Pohan Meranti
99.280 2.290 Borbor
99.287 2.120 Borbor
99.460 2.300 Nassau
99.503 2.327 Nassau
99.503 2.336 Nassau
99.512 2.336 Nassau
2010 99.090 2.500 Porsea
99.375 2.558 Pintu
Pohan Meranti
99.353 2.527 Pintu
Pohan Meranti
99.320 2.410 Pintu
Pohan Meranti
99.418 2.432 Habinsaran
99.250 2.300 Borbor
99.220 2.230 Borbor
99.235 2.240 Borbor
99.270 2.200 Borbor
99.320 2.240 Borbor
99.360 2.250 Borbor
99.468 2.315 Nassau
99.495 2.300 Nassau
Lampiran 3. Foto Lokasi Kebakaran di Kabupaten Samosir
Universitas Sumatera Utara
Lokas
Lokasi Keb Kabupaten
si Kebakaran
bakaran di K n Toba Samo
n di Kecamat
Kecamatan Ba sir Tahun 20
tan Balige, K
alige, 011
Kabupaten T
Lokasi Bek Balige Kab
oba Samosir
kas Kebakara bupaten Toba
r Tahun 2011
an di Kecam a Samosir
1
matan
Universitas Sumatera Utara
Lokasi Be
Loka ekas Kebaka
asi Bekas Keb aran di Kecam
bakaran di K matan Pintu P
Kecamatan P Pohan Meran
armaksian, K nti, Kabupate
Kabupaten To ten Toba Sam
oba Samosir mosir
r
Universitas Sumatera Utara