KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS PERKERASAN JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN RUAS JALAN MAGELANG KM 10-12.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan survei yang telah dilakukan pada ruas jalan

Magelang km 10+000 – 12+000 dilanjutkan dengan analisa dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis kerusakan yang terjadi pada ruas Jalan Magelang km 10+000 –
12+000adalah :
a. Retak Memanjang (Longitudinal Cracking)

= 2.354%

b. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracking)

= 21.045%

c. Kegemukan (Bleeding/ Flussing)


= 0.567%

d. Lubang (Potholes)

= 1.093%

e. Pengelupasan Lapisan (Weathering/ Raveling)

= 0.508%

f. Sungkur

= 0.078%

g. Jembul

= 0.219%

2. Tipe penanganan perbaikan dan jenis kerusakan yang terjadi pada ruas Jalan

Magelang km 10+000 – 12+000 adalah sebagai berikut.
a. Galian Perkerasan Beraspal
Untuk jenis kerusakan Lubang (Potholes), Pengelupasan Lapisan
(Weathering/ Raveling) dan Retak Kulit Buaya (Alligator Cracking).
b. Metode Perbaikan P1 (Penebaran Pasir)
Untuk jenis kerusakan Kegemukan (Bleeding).

114

115
c. Metode Perbaikan P4 (Pengisian Retak)
Untuk jenis kerusakan Retak Memanjang (Longitudinal Cracking).
d. Metode Perbaikan P5 (Penambalan Lubang)
Untuk jenis kerusakan Lubang (Potholes), Pengelupasan Lapisan
(Weathering/ Raveling) dan Retak Kulit Buaya (Alligator Cracking).
3. Perhitungan perencanaan tebal tambahan (Overlay) menggunakan metode
Analisa Komponen, diperoleh tebal perkerasan 2.05 cm untuk umur rencana 5
tahun, dan 4.3 cm untuk umur rencana 10 tahun dengan menggunakan bahan
LASTON MS 744.
4. Jumlah biaya yang diperlukan dalam usaha pemeliharaan dan peningkatan

Jalan Magelang km 10+000 – 12+000 sebesar Rp 3,106,871,752.77.

6.2 Saran
1.

Perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada unit - unit yang rusak agar
kerusakan tidak semakin parah, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang
lebih tinggi.

2.

Instansi yang berwenang perlu mendokumentasikan riwayat pemeliharaan
jalan dan pelaksanaan survei dalam bentuk sistem database, sehingga unitunit yang sering mengalami kerusakan bisa mendapatkan perhatian khusus.

3.

Perlu adanya ketegasan dari instansi yang berwenang guna membatasi jenis
kendaraan angkutan barang yang diperbolehkan melewati jalan tersebut.

4.


Sampah yang terkumpul dipinggir jalan yang menyebabkan sistem drainase
tersumbat perlu diantisipasi sehingga limpasan air dapat mengalir lancar dan
kerusakan yang terjadi akibat limpasan air yang tergenang dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Bina Marga, 2013, Manual Desain Perkerasan Jalan. Kementrian Pekerjaan Umum.
Bina Marga, 1987, Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya Dengan
Metode Analisa Komponen, SKBI. 1987. Badan Penerbit Departemen

Pekerjaan Umum.
Bina Marga, 1990, Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota.
Direktorat Pembinaan Jalan Kota.
Kementrian Pekerjaan Umum, 2014. Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia. Direktorat
Jendaral Bina Marga, Jakarta.
Mardianus, 2013, Study Penanganan Jalan Berdasarkan Tingkat Kerusakan Jalan,
Jurnal Teknik Sipil Universitas Tanjungpura Pontianak.
Putri, Rezkyana, 2015, Evaluasi Perkerasan Jalan Pemeliharaan dan Peningkatan
Jalan dengan Metode Analisa Komponen serta RAB Ruas Jalan LangenharjoParangrejo, Jurnal Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.


Sukirman, Silvia, 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
Suryadharma, H. dan Susanto, B., 1999. Teknik Jalan Raya , Penerbit Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.

116