NM

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaik-baiknya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sesuai yang diharapkan. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Lapono, 2009: 122) bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (yang dikutip Abimanyu, dkk. 2009: 8-6) menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa


(2)

2

proses pembelajaran hendaknya dirancang, disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa, menarik, dan menyenangkan bagi peserta didik di semua jenjang pendidikan, termasuk tingkat sekolah dasar (SD). Berkenaan dengan hal di atas, upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam skala kecil juga telah dan terus dilakukan oleh semua SD termasuk SD Negeri 02 Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji. Sekolah ini memiliki bangunan gedung sebanyak dua unit dalam kondisi baik dan layak huni. Pada tahun pelajaran 2009/2010 terdapat enam rombongan belajar, dengan jumlah murid sebanyak 170 siswa, serta 10 orang tenaga guru.

SD Negeri 02 Brabasan merupakan sekolah yang berada di lingkup kabupaten baru merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Tulang Bawang. Dalam hal sarana dan prasarana sekolah ini tentu saja belum memadai. Akses informasi maupun transportasi masih sangat tertinggal dibanding dengan kabupaten lain maupun kabupaten induk.

Adapun upaya-upaya tersebut antara lain dengan membangun kerja sama dan memberdayakan sumber daya warga sekolah, baik dengan pihak komite sekolah, guru, serta tenaga kependidikan lainnya. Tindakan nyata upaya tersebut, misalnya dengan mengadakan les pada kelas atau mata pelajaran tertentu, Kelompok Kerja Guru, penataran, seminar, kegiatan ekstra kurikuler, maupun kegiatan lainnya. Namun demikian, hasil belajar siswa belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan.

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (2008: 162) disebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai


(3)

3

SMP/MTs/SMPLB. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Maksudnya bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mempersiapkan warga negara yang demokratis, bertanggung jawab, dan menjadi warga dunia yang cinta damai.

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 02 Brabasan Kecamatan Tanjung Raya menunjukkan bahwa nilai sumatif pada semester gasal tahun pelajaran 2009/2010 hanya 9 dari 21 anak (42,9 %) yang memperoleh nilai 65 atau lebih dari batas KKM, 12 anak lainnya memperoleh nilai di bawah KKM.

Pada sisi lain, penggunaan media pembelajaran IPS masih dirasakan kurang, baik intensitas maupun variasinya. Peta, globe hanya dipajang di dinding kelas. Buku-buku penunjang belajar siswa dipinjamkan kepada siswa, namun belum dimanfaatkan secara maksimal.

Selain itu minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS sangat rendah, masih banyak siswa kelas V yang belum hafal dengan nama-nama ibukota kabupaten, provinsi, kenampakan alam provinsi, Indonesia, maupun kenampakan alam benua-benua di bumi ini. Sub-IPS yang dirasakan paling sulit oleh siswa adalah tentang sejarah, baik sejarah nasional maupun dunia yang cakupan materinya termasuk luas, bersifat hafalan. Masih banyak siswa


(4)

4

yang tidak hafal nama-nama tokoh nasional maupun dunia.

Hal ini disebabkan karena penerapan metode pembelajaran IPS selama ini cenderung berpusat pada guru, kurang menarik minat belajar siswa. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak mendengarkan keterangan guru serta bersifat pasif tidak terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa merasa tidak memiliki tanggung jawab, selain hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Pengetahuan yang diperoleh siswa hanya bersifat doktrin seperti mendengarkan sebuah pengumuman. Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru berdasarkan ingatan selama proses pembelajaran. Hal ini tentu saja bertentangan dengan pendapat Ruhimat, dkk. (dalam Anitah. W, dkk., 2008: 5.4) bahwa metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif. Penggunaan metode pembelajaran harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. Lebih jauh Ruhimat mengatakan bahwa metode pembelajaran harus dapat memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan bekerja sama (Anitah. W, dkk., 2008: 5.5).

Berdasarkan fakta maupun kondisi seperti di atas, peneliti ingin menerapkan pembelajaran IPS dengan metode diskusi. Seperti halnya pendapat Sumantri dan Permana (dalam Abimanyu, 2009: 6.18) mengatakan bahwa ada beberapa alasan menggunakan metode diskusi antara lain akan


(5)

5

merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam perdebatan ilmiah, serta melatih berpikir kritis dan terbuka. Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa kemungkinan penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS adalah:

1. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru, monoton, dan kurang menarik minat belajar siswa, karena kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan.

2. Siswa tidak banyak berpartisipasi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan pendapat, belajar bersosialisasi, bertukar pendapat baik dengan guru maupun dengan siswa, karena metode pembelajaran berpusat pada guru.

3. Pengetahuan siswa diperoleh hanya melalui mendengar dan melihat, akibat siswa tidak berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran.

4. Kurangnya penerapan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode diskusi pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 02 Brabasan Mesuji?”


(6)

6

D. Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka untuk memecahkan permasalahan ini, peneliti akan mengembangkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menerapkan metode diskusi. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa akan dapat berlatih menyampaikan gagasan dalam kelompoknya, bertukar pendapat baik dengan teman maupun guru, berlatih menghargai pendapat orang lain, belajar hidup berdemokrasi, memahami hak dan kewajibannya, berlatih mengendalikan emosi, mempertahankan ide secara rasional. Melalui diskusi siswa merasa keberadaannya diakui orang lain, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, dan dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperbaiki proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 02 Brabasan Mesuji melalui penerapan metode diskusi secara tepat.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode diskusi pada pembelajaraan Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V SD Negeri 02 Brabasan Mesuji.

F. Manfaaat Penelitian

1. Bagi Siswa; dapat meningkatkan hasil belajar melalui metode diskusi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Bagi Guru/Peneliti; merupakan bahan masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, serta untuk meningkatkan mutu


(7)

7

pembelajaran di kelasnya.

3. Bagi Sekolah; merupakan bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.


(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Menurut Asra, dkk. (2007: 5) belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Belajar juga bisa dimaknai sebagai suatu proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang sehingga munculnya perubahan perilaku dan mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar (Aunnurahman, 2009: 3).

Di pihak lain (Slameto dalam Kurnia, dkk. 2007: 1) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi secara terus menerus dengan lingkungannya. Apabila di dalam proses pembelajaran seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa belajar merupakan upaya seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik kualitas dan kuantitas melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.

B. Pengertian Hasil Belajar

Sutrisno, dkk. (2007: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen dari keadaan sebelum belajar ke


(9)

9

keadaan setelah belajar. Maksud dari pernyataan ini bahwa kata kunci hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Anitah. W, dkk. (2008: 2.19) juga mengatakan bahwa hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan tingkah laku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akibat dari proses interaksi peserta didik dengan lingkungan, termasuk di dalamnya adalah materi pembelajaran, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

C. Pengertian Metode

Menurut Puspita dalam Hairuddin, dkk. (2007: 2), bahwa dalam dunia pembelajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Sagala (dalam Ruminiati, 2007: 2) juga menyatakan bahwa pengertian metode adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Joni (dalam Anitah.W, dkk. 2007: 1.24) metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah kerangka pikir untuk memulai sesuatu pekerjaan. Dalam


(10)

10

konteks pembelajaran, metode adalah cara untuk mengembangkan proses pembelajaran.

D. Pengertian Metode Diskusi

Menurut Aisyah (2007: 6) metode diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

Menurut Sanjaya, dkk. (dalam Abimanyu, 2009: 6) bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam percakapan itu para pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan yaitu masalah yang ingin dicarikan alternatif pemecahannya. Dalam diskusi ini guru berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan tugas sebagai pemimpin itu kepada siswa yang dianggap cakap, walaupun demikian guru masih harus mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh siswa itu. Pendelegasian itu terjadi apabila siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi, terutama pada kelas dengan jumlah siswa banyak. Pemimpin diskusi harus mengorganisir kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat berpartisipasi secara aktif. Dengan kata lain guru harus aktif membimbing kelompok diskusi.

Menurut Anitah. W, dkk. (2007: 5.20) metode diskusi merupakan cara mengajar yang dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu


(11)

11

problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Melalui metode diskusi siswa dapat bertukar pendapat dalam menanggapi sebuah masalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, melatih siswa untuk bekerja sama, belajar berdemokrasi, menghargai pendapat teman, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1. Tujuan Metode Diskusi

Menurut Abimanyu (2008: 6-18) tujuan metode diskusi adalah:

a. Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan. b. Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat. c. Mengembangkan sikap toleransi terhadap pendapat yang berbeda. d. Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan

berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan menyimpulkan pendapat.

e. Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.

2. Keunggulan Metode Diskusi:

Menurut Abimanyu (2008: 6-18) beberapa keunggulan metode diskusi ialah:

a. Dapat bertukar pikiran.

b. Dapat menghayati permasalahan. c. Merangsang siswa untuk berpendapat. d. Mengembangkan rasa tanggung jawab. e. Membina kemampuan berbicara.

f. Belajar memahami pendapat atau pikiran orang lain. g. Memberikan kesempatan belajar.

3. Kelemahan Metode Diskusi


(12)

12

b. Jika siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan, maka diskusi tidak akan efektif.

c. Materi pelajaran dapat menjadi luas.

d. Yang aktif hanya siswa tertentu saja (Abimanyu, 2008: 6-18).

4. Langkah-langkah Penerapan Metode Diskusi

Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi menurut Abimanyu (2008: 6-20-6-21) meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Kegiatan Persiapan

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi.

2) Mengidentifikasi masalah yang cukup sulit berupa problematik dan memerlukan jenis diskusi yang cocok untuk memecahkannya. 3) Menentukan jenis diskusi yang cocok yang akan dikembangkan

apakah itu jenis diskusi kelas, kelompok kecil, simposium, atau jenis diskusi panel. Hal ini sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai misalnya: jika tujuan diskusi merupakan persoalan yang kompleks, maka kita pilih diskusi kelompok kecil, sedangkan jika tujuannya untuk mengembangkan gagasan atau ide peserta didik maka jenis diskusi simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang paling tepat.

b. Kegiatan Pelaksanaan Metode Diskusi

1) Kegiatan Pembukaan: Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh guru, yaitu :

a) Guru menanyakan materi pelajaran yang pernah diajarkan (apersepsi).


(13)

13

b) Guru mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat yang ada kaitannya dengan masalah yang akan didiskusikan. c) Guru mengemukakan tujuan diskusi serta tata cara yang harus

diperhatikan dalam diskusi. 2) Kegiatan Inti Pembelajaran

a) Guru mengemukakan materi pelajaran yang berupa problematik yang akan didiskusikan, dan menjelaskan secara garis besar hakikat permasalahan tersebut.

b) Guru berusaha memusatkan perhatian peserta diskusi dengan cara antara lain: mengingatkan arah dan cara diskusi yang sebenarnya, mengakui kebenaran gagasan siswa dengan menggalang bagian penting yang telah diucapkan siswa, merangkum hasil pembicaraan pada tahap tertentu sebelum berpindah pada masalah berikutnya.

c) Memperjelas uraian pendapat siswa karena ide yang disampaikan kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi.

d) Menganalisis pandangan siswa karena terjadi perbedaan pendapat antaranggota diskusi dengan jalan meneliti apakah pernyataan dan alasan siswa tersebut mempunyai dasar yang kuat dan benar, kemudian guru memperjelas hal-hal yang telah disepakati dan yang tidak disepakati oleh anggota diskusi. e) Meningkatkan uraian pendapat siswa dengan jalan mengajukan


(14)

14

memberi waktu untuk berpikir, memberi komentar positif terhadap pendapat siswa, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan sikap yang bersahabat.

f) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi agar pembicaraan tidak didominasi oleh beberapa orang siswa yang enggan berpartisipasi, memberi giliran pada siswa yang pendiam, meminta siswa mengomentari pendapat temannya, dan menengahi pendapat yang saling sama kuat.

3) Kegiatan Penutup

a) Meminta siswa atau wakil kelompok melaporkan hasil diskusi. b) Meminta siswa lain atau kelompok lain mengomentari dan

melengkapi rumusan hasil diskusi.

c) Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses diskusi. d) Memberi tugas untuk memperdalam hasil diskusi.

E. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Mulyono dalam Hidayati, dkk. (2009: 7) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial, seperti: sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (dalam Taneo, 2009: 1-8) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).


(15)

15

Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti yang dikemukanan oleh Kusumaatmadja dalam Hidayati, dkk. (2009: 24) adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan bangsa.

Dengan melihat sejumlah pengertian tersebut di atas, maka Ilmu Pengetetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang diharapkan mampu mempersiapkan warga negara yang demokratis, memahami hak dan kewajibannya, bertanggung jawab terhadap lingkungannya, serta memiliki kamampuan berpikir luas dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk dan semakin kompleks.

F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif, menyenangkan, menantang dan berhasil maksimal, maka guru perlu memahami terlebih dahulu sifat, minat, bakat, kebutuhan, dan karakteristik siswanya. Guru memerlukan berbagai sumber informasi tentang siswanya. Hal ini akan memudahkan bagi guru untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran IPS di kelasnya dengan baik. Menurut Hidayati, dkk. (2008: 26) bahwa anak usia 6 sampai 12 tahun merupakan anak usia Sekolah Dasar. Pada periode ini, anak-anak dikatakan sedang berada pada Masa Kanak-kanak Akhir, atau Masa Sekolah Dasar, atau Masa Berkelompok. Masa Sekolah Dasar merupakan keserasian bersekolah, dan memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut.


(16)

16

1. Anak harus bekerja sama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh bergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya

2. Anak memiliki kemampuan sintesis-analitik, artinya anak dapat mengenal bagian-bagian dari suatu keseluruhan, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.

3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.

Jean Piaget (dalam Ruminiati, 2007: 1-8) berpendapat bahwa proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak secara berurutan melalui empat tahap. Urutan tahapan itu tetap bagi setiap orang, tetapi usia kronologis bagi setiap orang yang memasuki tiap tahap berpikir berbeda-beda bergantung kondisi masing-masing individu. Keempat tahap tersebut adalah: (1) tahap sensori motorik pada usia 0-2 tahun, (2) tahap pra-operasional pada usia 2-7 tahun, (3) tahap periode operasional konkret pada usia 7-12 tahun, dan (4) yang terakhir adalah tahap operasional formal pada usia 12 tahun ke atas. Istilah “operasi” di sini dimaksudkan suatu proses berpikir logis yang merupakan aktivitas mental (bukan aktivitas sensori motor).

Berdasarkan dua pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif, efisien, dapat melibatkan siswa secara aktif, dan berhasil maksimal, seyogyanya dalam menyusun rencana pembelajaran guru perlu memahami dan menyesuaikan dengan karakteristik, bakat, minat dan kebutuhan peserta didik dengan karakteristik pembelajaran itu sendiri.


(17)

17

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada rumusan masalah dan beberapa kajian teori tersebut, peneliti merumuskan sebuah hipotesis tindakan, yaitu ”Apabila pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 02 Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Mesuji dengan menerapkan penggunaan metode diskusi, maka hasil belajar siswa dapat meningkat.”


(18)

BAB III

PROSEDUR TINDAKAN

A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 02 Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai dengan April 2010.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji. Jumlah siswa sebanyak 21 anak yang terdiri dari 12 siswa putra dan 9 siswa putri. Adapun bangku dan tempat duduk siswa sebanyak 11 pasang, dengan formasi berbanjar.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi awal, tes hasil belajar siswa, observasi aktivitas belajar siswa, dan observasi kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selain dilakukan sendiri oleh peneliti, observasi juga dilakukan oleh teman sejawat atau supervisor.


(19)

19

D. Data dan Sumber Data

Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Kedua data tersebut bersumber dari siswa dan guru sebagai peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi guru ketika mengajar, dan lembar tes hasil belajar siswa. Lembar observasi yang digunakan adalah jenis observasi terstruktur.

F. Teknik Analisis Data

1. Mengumpulkan semua data dari hasil pengamatan selama siklus I (2 x pertemuan), baik data kuantitatif maupun kualitatif.

2. Menganalisis data dengan membuat tabulasi dan persentase, serta disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3. Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan data dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Melakukan interpretasi, untuk menentukan langkah-langkah perbaikan selanjutnya.

G. Langkah-langkah Tindakan,

Ebbut (dalam Syukri. M. dalam Aunnurahman, dkk. 2009: 3.6) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari


(20)

tindakan-20

tindakan tersebut. Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Syukri, M. dalam Aunnurahman, dkk. 2009: 3.6) langkah-langkah penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis, meliputi empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral.

Gambar 1. Tahap-Tahap dalam PTK

Siklus I

Siklus II

Sumber : Aunnurahman, (2009: 3.7) Penelitian Pendidikan SD Ditjen Dikti Jakarta

H. Urutan Tindakan Pembelajaran

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing terdiri dua kali pertemuan, dengan berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap perlu. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan tahap refleksi.

Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan Observasi


(21)

21

1. Perencanaan Siklus I

Pada tahap perencanaan akan ditetapkan hal-hal sebagai berikut:

a) Menyiapkan silabus, rencana perbaikan pembelajaran dan bahan ajar. b) Menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi untuk

kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan alat evaluasi. c) Menentukan materi diskusi.

d) Menentukan jenis diskusi, dalam hal ini jenis diskusi kelompok kecil (4-5 orang/kelompok).

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan ke I

a) Kompetensi Dasar: (2.2) Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh

Perjuangan dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.

b) Materi Pokok : Usaha mempersiapkan kemerdekaan.

c) Indikator : Menjelaskan tentang BPUPKI dan PPKI serta tugas-tugas dalam mempersiapkan

kemerdekaan. d) Waktu : 2 x 35 menit . e) Kegiatan Pembukaan

1) Guru mengajukan pertanyaan berkisar pahlawan nasional sebagai apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa.

2) Guru memotivasi siswa dengan keteladanan para pahlawan nasional.


(22)

22

3) Membentuk kelompok diskusi (seorang ketua, seorang sekretaris, dan anggota sebanyak 3 anak)

e) Kegiatan Inti Pembelajaran

1) Guru mengemukakan bahan diskusi: Usaha mempersiapkan kemerdekaan.

2) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

3) Guru menjelaskan secara garis besar hakikat materi diskusi. 4) Masing-masing kelompok mendiskusikan materi pembelajaran. 5) Guru memusatkan perhatian peserta diskusi dengan cara antara

lain: mengingatkan arah diskusi, mengakui kebenaran pendapat siswa dan memberikan penguatan.

6) Memperjelas uraian pendapat siswa jika sukar dimengerti oleh anggota diskusi.

7) Mengembangkan pendapat siswa dengan jalan mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir, memberi waktu untuk berpikir, memberi komentar positif sebagai penguatan terhadap pendapat siswa, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan sikap yang bersahabat.

8) Memotivasi siswa pendiam untuk menyampaikan pendapatnya, atau menanggapi pendapat temannya.

9) Meminta wakil kelompok melaporkan hasil diskusi di depan kelas. 10)Meminta kelompok lain untuk mengomentari dan melengkapi


(23)

23

f) Kegiatan Akhir

1) Melakukan evaluasi hasil belajar.

2) Memberi tugas untuk memperdalam hasil diskusi.

Pertemuan ke II

a. Kompetensi Dasar: (2.2) Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh Perjuangan dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.

b. Materi Pokok : Perumusan Dasar Negara. c. Indikator :

1) Menyebutkan 3 (tiga) tokoh dalam perumusan dasar negara. 2) Menceritakan proses perumusan dasar negara.

d. Waktu : 2 x 35 menit. e. Kegiatan Pembukaan

1) Mengajukan pertanyaan berkisar materi yang telah dibahas pada pertemuan 1 misalnya tokoh BPUPKI atau PPKI untuk menggali pengetahuan awal siswa

2) Memotivasi siswa dengan bersama-sama menyanyikan salah satu lagu wajib/nasional.

3) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan pokok masalah sebagai bahan diskusi, yaitu tentang perumusan dasar negara Republik Indonesia (Pancasila).

4) Guru menyampaikan aturan dan tata tertib berdiskusi yang baik

5) Membentuk kelompok diskusi yang terdiri atas seorang ketua, seorang sekretaris, dan 3 orang sebagai anggota secara heterogen.


(24)

24

f. Kegiatan Inti Pelajaran

1) Guru mengemukakan bahan diskusi: Perumusan Dasar Negara.

2) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

3) Guru menjelaskan secara garis besar hakikat materi diskusi. 4) Masing-masing kelompok mendiskusikan materi pembelajaran.

5) Guru memusatkan perhatian peserta diskusi dengan cara antara lain: mengingatkan arah diskusi, mengakui kebenaran pendapat siswa dan memberikan penguatan.

6) Memperjelas uraian pendapat siswa jika sukar dimengerti oleh anggota diskusi.

7) Mengembangkan pendapat siswa dengan jalan mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir, memberi waktu untuk berpikir, memberi komentar positif terhadap pendapat siswa, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan sikap yang bersahabat. 8) Memotivasi siswa pendiam untuk menyampaikan pendapatnya, atau

menanggapi pendapat temannya.

9) Meminta wakil masing-masing kelompok untuk melaporkan hasil diskusi.

10)Meminta kelompok lain mengomentari dan melengkapi rumusan hasil diskusi.

g. Kegiatan Akhir

1) Melakukan evaluasi hasil belajar.


(25)

25

Setelah selesai pelaksanaan tindakan dalam siklus I, peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang muncul. Hasil refleksi bersama dengan observasi digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Apabila masalah pada siklus I dianggap belum tuntas maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya yaitu siklus II.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan ke I

a. Kompetensi Dasar : (2.3) Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh Perjuangan dalam Memproklamasikan Kemerdekaan.

b. Materi Pokok : Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. c. Indikator : Menjelaskan beberapa peristiwa menjelang

Proklamasi (pertemuan Dalat, berita kekalahan Jepang, peristiwa Rengasdengklok, perumusan teks proklamasi, detik-detik proklamasi)

d. Waktu : 2 x 35 menit.

e. Kegiatan Pembukaan

1) Mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan pada materi yang telah dibahas sebelumnya untuk menggali pengetahuan awal siswa.

2) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa dan pokok masalah diskusi secara klasikal.


(26)

26

3) Membentuk kelompok diskusi (seorang ketua, seorang sekretaris, dan 3 orang anggota).

4) Mengulas tentang tugas ketua, sekretaris, anggota diskusi. f. Kegiatan Inti Pembelajaran

1) Guru mengemukakan garis besar materi diskusi: Peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

2) Guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

3) Memotivasi seluruh peserta diskusi agar aktif berpartisipasi dalam diskusi.

4) Masing-masing kelompok siswa melakukan diskusi dengan bimbingan guru.

5) Memperjelas uraian pendapat siswa jika kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi.

6) Memberikan kesempatan kepada semua peserta diskusi, agar aktif berpartisipasi.

7) Meminta ketua atau wakil kelompok untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas.

8) Meminta kelompok lain menyimak dan menanggapi hasil diskusi yang sedang disampaikan.

g. Kegiatan Akhir

1) Melakukan evaluasi hasil belajar.

2) Memberi tugas atau pekerjaan rumah untuk memperdalam hasil diskusi yang telah di bahas bersama.


(27)

27

Pertemuan ke II

a. Kompetensi Dasar : (2.3) Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh Perjuangan dalam Memproklamasikan Kemerdekaan.

b. Materi Pokok : Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. c. Indikator :

1) Menyebutkan 6 (enam) nama tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan.

2) Menjelaskana cara menghargai jasa-jasa tokoh dalam proklamasi kemerdekaan.

d. Waktu : 2 x 35 menit. e. Kegiatan Pembukaan

1) Mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan pada materi yang telah dibahas sebelumnya untuk menggali pengetahuan awal siswa.

2) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan pokok masalah diskusi. 3) Membentuk kelompok diskusi (seorang ketua, seorang sekretaris, dan

3 orang anggota). f. Kegiatan Inti Pembelajaran

1) Guru mengemukakan garis besar pokok masalah diskusi: Tokoh-tokoh Persiapan Kemerdekaan.

2) Guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok. 3) Guru memotivasi seluruh peserta diskusi agar terlibat aktif dan


(28)

28

4) Masing-masing kelompok siswa melakukan diskusi.

5) Memperjelas uraian pendapat siswa jika kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi.

6) Memberikan kesempatan kepada semua peserta diskusi, supaya aktif berpartisipasi.

7) Meminta wakil kelompok melaporkan hasil diskusi.

8) Meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain.

g. Kegiatan Akhir

1) Melakukan evaluasi hasil belajar.

2) Memberikan penguatan dan pesan moral dari materi yang telah dipelajari.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti tentang materi yang telah dipelajari bersama. 4) Memberi tugas atau pekerjaan rumah untuk memperdalam hasil

diskusi.

4. Tahap Pengamatan/Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan oleh guru dan teman sejawat untuk merkam semua data selama proses pembelajaran berlangsung. Data mengenai kegiatan siswa dilakukan sendiri oleh guru selaku peneliti. Sedangkan data mengenai kegiatan guru dilakukan oleh supervisor. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan dan dilakukan pada setiap pertemuan.


(29)

29

5. Tahap Analisis dan Refleksi

Tahap analisis dan refleksi dilakukan oleh guru dibantu oleh teman sejawat untuk merenungkan atau melihat kembali tentang proses pembelajaran yang dilakukan sebelumnya, telah berhasil atau belum dengan menggunakan data-data yang ada yang dikumpulkan selama pelaksanaan berlangsung. Jika masih ada yang kurang, akan diperbaiki dalam pertemuan atau siklus berikutnya.

I. Kriteria Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila terdapat minimal 80 % dari jumlah siswa telah dapat mencapai nilai sekurang-kurangnya 65.


(30)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan metode diskusi dapat memperbaiki proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 02 Brabasan Mesuji, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji.

2. Penerapan metode diskusi pada pembelajaran Ilmu Pembelajaran Sosial siswa kelas V SD Negeri 02 Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti bahwa hasil observasi awal terdapat 9 dari 21 siswa yang tuntas dan mencapai nilai KKM atau lebih, yakni 65. Siklus I terdapat 14 dari 21 siswa yang tuntas atau meningkat sebesar 19 % dibanding sebelum penelitian, dan hasil belajar pada siklus II terdapat 17 siswa (80,9 %) dari 21 siswa yang tuntas atau meningkat 14,2 % dari siklus I.

B. Saran/Rekomendasi

Berdasarkan hasil simpulan dari penelitian ini, peneliti menyarankan kepada:


(31)

53

malu-malu dalam menyampaikan pertanyaan kepada teman dan guru ketika sedang belajar, agar materi pembelajaran mudah dipahami.

2. Rekan-rekan guru untuk mencoba menerapkan metode diskusi dalam proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran IlmuPengetahuan Sosial, maupun pada pembelajaran-pembelajaran lainnya. Dalam mengembangkan metode diskusi pada proses pembelajaran guru harus sabar dalam membimbing siswanya untuk memotivasi mereka agar muncul keberanian menyampaikan pendapat.

3. Peneliti lain sebaiknya mencoba melakukan jenis penelitian ini. Jika ingin melakukan jenis penelitian yang sama sebaiknya dilaksanakan lebih dari dua siklus, agar tercapai hasil yang lebih akurat dan maksimal.

4. Kepala Sekolah sebaiknya merekomendasikan kepada guru-guru untuk mengembangkan metode diskusi di kelasnya dan berbagai metode pembelajaran yang lain yang lebih menarik untuk diimplementasikan di berbagai mata pelajaran.


(32)

54

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Ditjen Dikti. Depdiknas. Jakarta.

Anitah, W. Sri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. UT. Jakarta.

Aunurrahman. 2009. Penelitian Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Asra, dkk. 2007. Komputer dan Media Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hairuddin, dkk. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Kurnia, Ingridwati. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Lapono, Nabisi, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Ruminiati. 2007. Pengembangaan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Taneo, S. Petrus. 2009. Kajian IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


(1)

27

Pertemuan ke II

a. Kompetensi Dasar : (2.3) Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh Perjuangan dalam Memproklamasikan Kemerdekaan.

b. Materi Pokok : Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

c. Indikator :

1) Menyebutkan 6 (enam) nama tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan.

2) Menjelaskana cara menghargai jasa-jasa tokoh dalam proklamasi kemerdekaan.

d. Waktu : 2 x 35 menit. e. Kegiatan Pembukaan

1) Mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan pada materi yang telah dibahas sebelumnya untuk menggali pengetahuan awal siswa.

2) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan pokok masalah diskusi. 3) Membentuk kelompok diskusi (seorang ketua, seorang sekretaris, dan

3 orang anggota). f. Kegiatan Inti Pembelajaran

1) Guru mengemukakan garis besar pokok masalah diskusi: Tokoh-tokoh Persiapan Kemerdekaan.

2) Guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok. 3) Guru memotivasi seluruh peserta diskusi agar terlibat aktif dan


(2)

28

4) Masing-masing kelompok siswa melakukan diskusi.

5) Memperjelas uraian pendapat siswa jika kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi.

6) Memberikan kesempatan kepada semua peserta diskusi, supaya aktif berpartisipasi.

7) Meminta wakil kelompok melaporkan hasil diskusi.

8) Meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain.

g. Kegiatan Akhir

1) Melakukan evaluasi hasil belajar.

2) Memberikan penguatan dan pesan moral dari materi yang telah dipelajari.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti tentang materi yang telah dipelajari bersama. 4) Memberi tugas atau pekerjaan rumah untuk memperdalam hasil

diskusi.

4. Tahap Pengamatan/Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan oleh guru dan teman sejawat untuk merkam semua data selama proses pembelajaran berlangsung. Data mengenai kegiatan siswa dilakukan sendiri oleh guru selaku peneliti. Sedangkan data mengenai kegiatan guru dilakukan oleh supervisor. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan dan dilakukan pada setiap pertemuan.


(3)

29

5. Tahap Analisis dan Refleksi

Tahap analisis dan refleksi dilakukan oleh guru dibantu oleh teman sejawat untuk merenungkan atau melihat kembali tentang proses pembelajaran yang dilakukan sebelumnya, telah berhasil atau belum dengan menggunakan data-data yang ada yang dikumpulkan selama pelaksanaan berlangsung. Jika masih ada yang kurang, akan diperbaiki dalam pertemuan atau siklus berikutnya.

I. Kriteria Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila terdapat minimal 80 % dari jumlah siswa telah dapat mencapai nilai sekurang-kurangnya 65.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan metode diskusi dapat memperbaiki proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 02 Brabasan Mesuji, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji.

2. Penerapan metode diskusi pada pembelajaran Ilmu Pembelajaran Sosial siswa kelas V SD Negeri 02 Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti bahwa hasil observasi awal terdapat 9 dari 21 siswa yang tuntas dan mencapai nilai KKM atau lebih, yakni 65. Siklus I terdapat 14 dari 21 siswa yang tuntas atau meningkat sebesar 19 % dibanding sebelum penelitian, dan hasil belajar pada siklus II terdapat 17 siswa (80,9 %) dari 21 siswa yang tuntas atau meningkat 14,2 % dari siklus I.

B. Saran/Rekomendasi

Berdasarkan hasil simpulan dari penelitian ini, peneliti menyarankan kepada:


(5)

53

malu-malu dalam menyampaikan pertanyaan kepada teman dan guru ketika sedang belajar, agar materi pembelajaran mudah dipahami.

2. Rekan-rekan guru untuk mencoba menerapkan metode diskusi dalam proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran IlmuPengetahuan Sosial, maupun pada pembelajaran-pembelajaran lainnya. Dalam mengembangkan metode diskusi pada proses pembelajaran guru harus sabar dalam membimbing siswanya untuk memotivasi mereka agar muncul keberanian menyampaikan pendapat.

3. Peneliti lain sebaiknya mencoba melakukan jenis penelitian ini. Jika ingin melakukan jenis penelitian yang sama sebaiknya dilaksanakan lebih dari dua siklus, agar tercapai hasil yang lebih akurat dan maksimal.

4. Kepala Sekolah sebaiknya merekomendasikan kepada guru-guru untuk mengembangkan metode diskusi di kelasnya dan berbagai metode pembelajaran yang lain yang lebih menarik untuk diimplementasikan di berbagai mata pelajaran.


(6)

54

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Ditjen Dikti. Depdiknas. Jakarta.

Anitah, W. Sri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. UT. Jakarta.

Aunurrahman. 2009. Penelitian Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Asra, dkk. 2007. Komputer dan Media Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hairuddin, dkk. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Kurnia, Ingridwati. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Lapono, Nabisi, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Ruminiati. 2007. Pengembangaan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Taneo, S. Petrus. 2009. Kajian IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.