e. Dapat dibuat tes standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Menurut Arikunto 2010 : 195-196, kelemahan dari penggunaan angket adalah sebagai berikut :
a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehinga ada pertanyaan
yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
b. Seringkali sukar dicari validitasnya. c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. d. Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. Menurut
penelitian, angket yang dikirim lewat pos angka pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20 Anderson.
e. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
Cara mengatasi kelemahan angket adalah sebagai berikut : a. Memberikan penjelasan kepada responden tentang pentingnya angket
dalam penelitian dan memberikan penjelasan dari setiap pertanyaan. b. Meminta kepada responden untuk menjawab pertanyaan dengan benar atu
jujur.
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok Arikunto, 2010:193. Tes ada dua yaitu tes essai objektif dan tes essai
subjektif.Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes essai objektif yaitu soal atau pertanyaan yang diajukan pada responden berbentuk uraian
essai, sehingga dengan demikian jawaban yang diinginkan adalah berbentuk uraian bebas.
Langkah-langkah membuat tes uraian sebagai berikut: a. Menyusun kisi-kisi soal kisi – kisi instrument penilain
b. Membuat butir - butir soal c. Membuat kunci jawaban
d. Melakukan uji coba instrument penelitian Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan uji coba terhadap
instrument penelitian, uji coba instrument dilaksanakan di SMPN 1 Galis karena KKM disekolah tersebut sama dengan KKM di sekolah yang akan
diteliti, dimana uji coba instrument ini dilaksanakan pada kelas VII dengan 4 soal, yang bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya tes, sesuai dengan
criteria sebagai berikut :
a. Validitas Tes
Arikunto 2010 :211 berpendapat bahwa validitas adalah “ sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan”.Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinngi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas tes, peneliti menggunakan
rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:
r
xy
=
N Σ XY −Σ XΣ Y
√
N Σ X
2
− Σ X
2
N Σ Y
2
− ΣY
2
Arikunto, 2010 : 213
Keterangan :
r
xy
= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
Σ X
= jumlah variabel x ΣY
= jumlah variabel y
ΣXY
= jumlah perkalian x dan y N
= jumlah responden Nilai dari perhitungan diatas, dikonversikan dengan criteria
validitas, yaitu :
0,800 ≤ r
xy
≤ 1,00 : Sangat tinggi
0,600
¿ r
xy
≤
0,800 : Tinggi
0,400
¿ r
xy
≤ 0,600 : Cukup
0,200
¿ r
xy
≤
0,400 : Rendah
0,00
¿ r
xy
≤ 0,200 : Sangat rendah
Arikunto, 2009 : 75 Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa suatu butir soal
valid jika harga r
hitung
r
tabel
pada taraf signifikan 5. Tabel yang digunakan adalah tabel r product moment.
b. Reliabilitas Tes
Arikunto 2010 : 221 menyatakan bahwa “ Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik”.Hal ini mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bias dipercaya.Rumus
yang digunakan untuk mencari reliabilitas tes digunakan rumus alpha sebagai berikut :
r
11
= k
k −1 1−
Σ σ
b 2
σ
t 2
Arikunto , 2010 :239
Keterangan :
r
11
= reliabilitas instrumen k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σ σ b
2
= jumlah varians butir
σ t
2
= varians total Sedangkan untuk memperoleh jumlah varians butir soal tes dicari
terlebih dahulu varians setiap butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
σ
2
=
Σ X
2
− Σ X
2
N N
Arikunto, 2009:110
Keterangan :
σ
2
= varian Σ x
2
= jumlah kuadrat skor butir
Σ
x = jumlah skor butir
N = jumlah siswa
Setelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya yaitu mengkonsultasikan dengan tabel r-prodact moment taraf signifikan
5. Jika r
11
r
tabel
maka instrimen tersebut reliabel.
c. Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto 2009 : 207, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah
tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi
putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.Untuk mengukur tingkat kesukaran dalam
instrumen tes, rumus yang digunakan yaitu : TK =
S
T
I
T
x 100 Priatna, 2003:77
Keterangan : TK : Tingkat kesukaran
S
T
: Jumlah skor yang diperoleh siswa pada satu butir soal yaang diolah.
I
T
: Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada satu butir soal tersebut.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut : 0 - 15 : Sangat sukar
16 - 30 : Sukar 31 - 70 : Sedang
71 - 85 : Mudah
86 - 100: Sangat mudah Karnoto dalam Priatna, 2003 : 77
d. Daya Beda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang
kurang pandai berkemampuan rendah.Arikunto, 2009 : 211. Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai
maupun siswa yang kurang pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda.Demikian pula jika semua siswa baik
itu siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar, maka soal tersebut tidak baik juga karena
tidak mempunyai daya pembeda.Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.
Penentuan daya pembeda butir soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor siswa dari yang tertinggi ke terendah. Selanjutnya
mengambil 27 dari skor kelompok atas dan 27 dari skor kelompok bawah Priatna, 2003 : 76.
Untuk mengetahui daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:
DP = S
A
− S
B
I
A
x 100 Priatna, 2003:77 Keterangan :
DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu S
A
: jumlah skor kelompok atas pada soal yang diolah S
B
: jumlah skor kelompok bawah pada soal yang diolah
I
A
: jumlah skor ideal kelompok atasbawah Kriteria tingkat daya pembeda yang digunakan adalah
Negatif – 10 : sangat buruk
10 - 19 : buruk
20 - 29 : agak baik
30 - 49 : baik
50 ke atas : sangat baik
Semua butir soal yang mempunyai nilai daya pembeda negatif sebaiknya dibuang Karnoto dalam Priatna, 2003:77.
E. Teknik Analisis Data