Kelas 11 SMA Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Guru

Hak Cipta © 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dilindungi Undang-Undang
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN

Disklaimer: Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka
implementasi Kurikulum 2013. Buku Guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di
bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap
awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senaniasa
diperbaiki, diperbaharui, dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan
zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekeri : buku guru / Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.— Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
vi, 322 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Untuk SMA/SMK Kelas XI
ISBN 978-602-282-421-3 (jilid lengkap)
ISBN 978-602-282-423-7 (jilid 2)
1. Katolik -- Studi dan Pengajaran
II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


I. Judul

282
Kontributor Naskah
Nihil Obstat
Imprimatur
Penelaah
Penyelia Penerbitan

: Daniel Boli Kotan dan P. Leo Sugiyono
: FX. Adisusanto
25 Februari 2014
: Mgr. John Liku Ada
22 Maret 2014
: FX. Adi Susanto, Maias Endar Suhendar dan
Dr. Vincenius Darmin Mbula, OFM
: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Balitbang Kemdikbud

Cetakan Ke-1, 2014

Disusun dengan huruf Minion Pro, 11 pt

ii

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

Kata Pengantar
Agama terutama bukanlah soal mengetahui mana yang benar atau yang salah.
Tidak ada gunanya mengetahui tetapi tidak melakukannya, seperti dikatakan oleh
Santo Yakobus: “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman
tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26). Demikianlah, belajar
bukan sekadar untuk tahu, melainkan dengan belajar seseorang menjadi tumbuh
dan berubah. Tidak sekadar belajar lalu berubah, tetapi juga mengubah keadaan.
Begitulah kurikulum 2013 dirancang agar tahapan pembelajaran memungkinkan
siswa berkembang dari proses menyerap pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan hingga memekarkan sikap serta nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Pembelajaran agama diharapkan tak hanya menambah wawasan keagamaan,
tapi juga mengasah “keterampilan beragama” dan mewujudkan sikap beragama
siswa. Tentu saja sikap, beragama yang utuh dan berimbang, mencakup hubungan
manusia dengan Penciptanya dan hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan

sekitarnya. Untuk memastikan keseimbangan ini, pelajaran agama perlu diberi
penekanan khusus terkait dengan budi pekerti. Hakikat budi pekerti adalah sikap
atau perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga,
masyarakat, dan bangsa serta alam sekitar. Agar terpancar kesantunan dan kemuliaan
dalam interaksi tersebut, kita perlu menanamkan kepada anak didik nilai-nilai
karakter seperti kejujuran, kedisiplinan, cinta kebersihan, cinta kasih, semangat
berbagi, optimisme, cinta tanah air, kepenasaran intelektual, dan kreativitas.
Nilai-nilai karakter itu digali dan diserap dari pengetahuan agama yang dipelajari
para siswa itu dan menjadi penggerak dalam pembentukan,  pengembangan,
peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan perilaku anak didik agar mau dan
mampu melaksanakan tugas-tugas hidup mereka secara selaras, serasi, seimbang
antara lahir-batin, jasmani-rohani, material-spiritual, dan individu-sosial. Selaras
dengan itu, pendidikan agama Katolik secara khusus bertujuan membangun dan
membimbing peserta didik agar tumbuh berkembang mencapai kepribadian utuh
yang semakin mencerminkan diri mereka sebagai gambar Allah, sebab demikianlah
“Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia” (Kejadian 1:27). Sebagai makhluk yang diciptakan seturut
gambar Allah, manusia perlu mengembangkan sifat cinta kasih dan takut akan Allah,
memiliki kecerdasan, keterampilan, pekerti luhur, memelihara lingkungan, serta ikut
bertanggung jawab dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara .[ Sigit DK:

2013]

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

iii

Buku pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI ini
ditulis dengan semangat itu. Pembelajarannya dibagi-bagi dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan yang harus dilakukan siswa dalam usaha memahami pengetahuan
agamanya. Tetapi pengetahuan agama bukanlah hasil akhir yang dituju. Pemahaman
tersebut harus diaktualisasikan dalam tindakan nyata dan sikap keseharian yang sesuai
dengan tuntunan agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Untuk itu, sebagai buku agama yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi,
rencana pembelajarannya dinyatakan dalam bentuk aktivitas-aktivitas. Di dalamnya
dirancang urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan
yang harus dilakukan siswa. Dengan demikian, buku ini menuntun apa yang harus
dilakukan siswa bersama guru dan teman-teman sekelasnya untuk memahami dan
menjalankan ajaran agamanya. Buku ini bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi
siswa. Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013, siswa
didorong untuk mempelajari agamanya melalui pengamatan terhadap sumber belajar

yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Lebih-lebih untuk usia remaja perlu
ditantang untuk kritis sekaligus peka dalam menyikapi fenomena alam, sosial, dan
seni budaya.
Peran guru sangat penting untuk menyesuaikan daya serap siswa dengan
ketersedian kegiatan yang ada pada buku ini. Penyesuaian ini antara lain dengan
membuka kesempatan luas bagi kreativitas guru untuk memperkayanya dengan
kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan dengan tempat di mana buku ini
diajarkan, baik belajar melalui sumber tertulis maupun belajar langsung dari sumber
lingkungan sosial dan alam sekitar.
Implementasi terbatas pada tahun ajaran 2013/2014 telah mendapat tanggapan
yang sangat positif dan masukan yang sangat berharga. Pengalaman tersebut
dipergunakan semaksimal mungkin dalam menyiapkan buku untuk implementasi
menyeluruh pada tahun ajaran 2014/2015 dan seterusnya. Walaupun demikian,
sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan untuk
penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca memberikan
kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya.
Atas kontribusi tersebut, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita
dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka
mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).


Jakarta, Januari 2014
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Mohammad Nuh

iv

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

Diunduh dari BSE.Mahoni.com

Datar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................iii
Datar Isi.............................................................................................................v
Pendahuluan........................................................................................................1

Bab I.

Arti dan Makna Gereja
A. Gereja sebagai Umat Allah..................................................................9

B. Gereja sebagai Persekutuan yang Terbuka......................................25

Bab II.

Sifat-Sifat Gereja
A. Gereja yang Satu.................................................................................40
B. Gereja yang Kudus..............................................................................50
C. Gereja yang Katolik............................................................................60
D. Gereja yang Apostolik.......................................................................68

Bab III

Peran Hierarki dan Awam Dalam Gereja Katolik
A. Hirarki dalam Gereja Katolik............................................................81
B. Kaum Awam dalam Gereja Katolik.................................................97

Bab IV

Tugas-Tugas Gereja
A. Gereja yang Menguduskan (Liturgia).............................................111

B. Gereja yang Mewartakan (Kerygma).............................................127
C. Gereja yang Bersaksi (Martyria).....................................................138
D. Gereja yang Membangun Persekutuan (Koinonia)......................147
E. Gereja yang Melayani (Diakonia)....................................................155

Bab V

Gereja dan Dunia
A. Permasalahan yang Dihadapi Dunia..............................................168
B. Hubungan Gereja dan Dunia...........................................................183
C. Ajaran Sosial Gereja..........................................................................191

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

v

Bab VI

Hak Asasi Manusia
A. Hak Asasi Manusia........................................................................216

B. HAM dalam Terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja....................229
C. Budaya Kekerasan versus Budaya Kasih....................................243
D . Aborsi.............................................................................................256
E. Bunuh Diri dan Euthanasia..........................................................268
F. Hukuman Mati................................................................................281
G. Bebas dari HIV/AIDS dan Obat Terlarang...............................296

GLOSARIUM..................................................................................................319
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................320

vi

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan anak, pendidikan memiliki tempat dan peran yang amat
strategis. Melalui pendidikan, anak dibantu dan distimulasikan agar dirinya
berkembang menjadi pribadi yang dewasa secara utuh. Begitu juga dalam kehidupan

beragama dan beriman, pendidikan iman mempunyai peran dan tempat yang utama.
Meskipun perkembangan hidup beriman pertamatama merupakan karya Allah yang
menyapa dan membimbing anak menuju kesempurnaan hidup berimannya, namun
manusia bisa membantu perkembangan hidup beriman anak dengan menciptakan
situasi yang memudahkan semakin erat dan mesranya hubungan anak dengan Allah.
Dengan demikian, pendidikan iman tidak dimaksudkan untuk mencampuri secara
langsung perkembangan hidup beriman anak yang merupakan suatu misteri, tetapi
untuk menciptakan situasi dan iklim kehidupan yang membantu serta memudahkan
perkembangan hidup beriman anak.
Pendidikan pada umumnya merupakan hak dan kewajiban utama dan
pertama orangtua. Demikian pula dengan pendidikan iman, orangtualah yang
memiliki hak dan kewajiban pertama dan utama dalam memberikan pendidikan
iman kepada anak-anaknya. Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai dan
dilaksanakan di lingkungan keluarga, tempat dan lingkungan dimana anak mulai
mengenal dan mengembangkan iman. Pendidikan iman yang dimulai di keluarga
perlu diperkembangkan lebih lanjut dalam kebersamaan dengan jemaat yang lain.
Perkembangan iman dilakukan pula dengan bantuan pastor, katekis dan guru agama.
Negara mempunyai kewajiban untuk menjaga dan memfasilitasi agar pendidikan
iman bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan iman masing-masing.
Salah satu bentuk dan pelaksanaan pendidikan iman adalah pendidikan imanyang

dilaksanakan secara formal dalam konteks sekolah yang disebut pelajaran agama.
Dalam konteks Agama Katolik, pelajaran agama di sekolah dinamakan Pendidikan
Agama Katolik yang merupakan salah satu realisasi tugas dan perutusannya untuk
menjadi pewarta dan saksi Kabar Gembira Yesus Kristus.
Melalui Pendidikan Agama Katolik peserta didik dibantu dan dibimbing agar
semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai ajaran agama Katolik
dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan terhadap agama
dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan antarumat
beragama yang harmonis dalam masyarakat Indonesia yang plural demi terwujudnya
persatuan nasional. Dengan kata lain, Pendidikan Agama Katolik bertujuan

Pendahuluan

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

1

membangun hidup beriman kristiani peserta didik. Membangun hidup beriman
Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki
keprihatinan tunggalterwujudnya Kerajaan Allah dalam hidup manusia. Kerajaan
Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan, yaitu situasi dan perjuangan
untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan
dan kesatuan, kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari
berbagai agama dan kepercayaan.

B. Hakikat Pendidikan Agama Katolik
PendidikanAgamaKatolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama Katolik. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan penghormatan
terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Secara lebih tegas dapat dikatakan
bahwa pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakansalah satu usaha untuk
memampukan peserta didik berinteraksi (berkomunikasi), memahami, menggumuli
dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi antara pemahaman iman,
pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman peserta didik semakin
diperteguh.

C. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup
beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang
memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan
situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan
keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian
lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan
kepercayaan.

D. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik
Ruang lingkup pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik mencakup empat
aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek yang dibahas
secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman peserta didik adalah
sebagai berikut.

2

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

1. Pribadi peserta didik
Ruang lingkup ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria dan wanita
yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam
berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.
2. Yesus Kristus
Ruang lingkup ini membahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus
Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap
dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
3. Gereja
Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan
kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.
4. Masyarakat
Ruang lingkup ini membahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam
masyarakat sesuai irman/sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja.

E. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu. Dalam pendidikan Agama Katolik, pendekatan pembelajaran lebih
ditekankan pada pendekatan yang di dalamnya terkandung tiga proses, yaitu proses
pemahaman, pergumulan yang diteguhkan dalam terang Kitab Suci/ajaran Gereja
dan pembaharuan hidup yang terwujud dalam penghayatan iman sehari-hari.

F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi inti dan kompetensi dasar yang perlu dimiliki setiap peserta didik
setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas XI
adalah sebagai berikut:

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

3

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya

KOMPETENSI DASAR
1.1. Menghayati Gereja sebagai umat
Allah dan persekutuan yang
terbuka.
1.2. Menghayati sifat-sifat Gereja
sebagai dasar panggilan untuk
merasul dan memperjuangkan
nilai-nilai Kerajaan Allah
1.3. Mengahayati fungsi dan peranan
hierarki
1.4. Menghayati tugas pokok Gereja
sesuai dengan kedudukan dan
peranannya sebagai murid Yesus
Kristus
1.5. Menghayati hubungan Gereja
dengan dunia agar dapat terlibat
dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia
1.6. Menghayati hak asasi Manusia,
sebagai dasar panggilan untuk ikut
serta menegakkan hak-hak asasi
manusia
1.7. Menghayati makna dan hakikat
bersyukur atas hidup sebagai anugerah Allah

2. Mengembangkan perilaku (jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli,
santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan pro-aktif)
dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.

4

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

2.1. Berperilaku tanggung jawab
sebagai anggota Gereja yang
merupakan umat Allah dan
persekutuan yang terbuka.
2.2. Berperilaku disiplin pada sifatsifat Gereja sebagai dasar
panggilan untuk merasul dan
memperjuangkan nilai-nilai
Kerajaan Allah
2.3. Berperilaku santun pada fungsi
dan peranan hierarki

2.4. Berperilaku tanggungjawab pada
tugas pokok Gereja sesuai dengan
kedudukan dan peranannya
sebagai murid Yesus Kristus
2.5. Berprilaku peduli pada hubungan
Gereja dengan dunia agar dapat
terlibat dalam kegembiraan dan
keprihatinan dunia
2.6. Berprilaku peduli pada hak asasi
Manusia, sebagai dasar panggilan
untuk ikut serta menegakkan hakhak asasi manusia
2.7. Berprilaku tanggungjawab sebagai
perwujudan dari makna dan hakikat bersyukur atas hidup yang
merupakan anugerah Allah
3. Memahami, menerapkan, dan
menjelaskan pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif dalamilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesiik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

3.1. Memahami Gereja sebagai umat
Allah dan persekutuan yang
terbuka.
3.2. Memahami sifat-sifat Gereja
sebagai dasar panggilan untuk
merasul dan memperjuangkan
nilai-nilai Kerajaan Allah
3.3. Memahami fungsi dan peranan
hierarki
3.4. Memahami tugas pokok Gereja
sesuai dengan kedudukan dan
peranannya sebagai murid Yesus
Kristus
3.5. Memahami hubungan Gereja
dengan dunia agar dapat
terlibat dalam kegembiraan dan
keprihatinan dunia
3.6. Memahami tentang hak asasi
Manusia, sebagai dasar panggilan
untuk ikut serta menegakkan hakhak asasi manusia
3.7. Memahami makna dan hakikat
bersyukur atas hidup sebagai
anugerah Allah

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

5

4. Mengolah, menalar, dan menyaji
4.1. Mengahayati Gereja sebagai
dalam ranah konkret dan ranah
umat Allah dan persekutuan yang
abstrak terkait dengan pengembangan
terbuka.
dari yang dipelajarinya di sekolah
4.2. Menghayati sifat-sifat Gereja
secara mandiri, bertindak secara
sebagai dasar panggilan untuk
efektif dan kreatif, serta mampu
merasul dan memperjuangkan
menggunakan metoda sesuai kaidah
nilai-nilai Kerajaan Allah
keilmuan.
4.3. Bersaksi tentang fungsi dan
peranan Hierarki
4.4. Melibatkan diri dalam tugas pokok
Gereja sesuai dengan kedudukan
dan peranannya sebagai murid
Yesus Kristus
4.5. Menghayati hubungan Gereja
dengan dunia agar dapat
terlibat dalam kegembiraan dan
keprihatinan dunia
4.6. Menghayati hak asasi manusia,
sebagai dasar panggilan untuk
ikut serta menegakkan hak asasi
manusia
4.7. Mensyukuri hidup sebagai
anugerah Allah

6

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

Bab I

Arti dan Makna Gereja

Gereja Katolik telah mengarungi dunia selama 2000 tahun lebih, dan menghadapi
berbagai macam tantangan dan rintangan selama perjalanannya. Hal ini adalah
kesaksian nyata bahwa Gereja berasal dari Tuhan, sebagai pemenuhan dari janji
Kristus. Jadi, Gereja bukan semata-mata organisasi manusia, meskipun tidak bisa
dipungkiri bahwa ada masa-masa di mana dipimpin oleh mereka yang tidak bijaksana,
yang mencoreng nama Gereja dengan perbuatan-perbuatan mereka. Namun,
kenyataannya, mereka tidak sanggup menghancurkan Gereja. Gereja Katolik tetap
berdiri sampai sekarang. Jika Gereja ini hanya organisasi manusia semata, tentulah ia
sudah hancur sejak lama. Sekarang Gereja Katolik beranggotakan sekitar satu milyar
anggota, sekitar seperenam dari jumlah manusia di dunia, dan menjadi kelompok
yang terbesar dibandingkan dengan gereja-gereja yang lain. Ini bukan hasil dari
kepandaian para pemimpin Gereja, tetapi karena karya Roh Kudus.
“Gereja” berasal dari kata bahasa Portugis, igreja dibawa oleh misionaris Portugis
ratusan tahun silam ke Indonesia. Kata tersebut merupakan ejaan Portugis untuk kata
latin ecclesia yang berakar dari bahasa Yunani, ‘ekklesia’. Kata Yunani tersebut berarti
‘kumpulan’ atau ‘pertemuan’ ‘rapat’. Meski demikian, Gereja atau ekklesia bukan
sembarang kumpulan melainkan kelompok orang-orang yang sangat khusus. Untuk
menonjolkan kekhususan itu dipakailah kata asing tersebut, dan kadang-kadang
dipakai juga kata ‘jemaat’ atau ‘Umat’. Namun perlu diingat bahwa jemaat ini sangat
istimewa. Maka lebih baik menggunakan kata ‘Gereja’ saja yaitu ekklesia yang dalam
kata bahasa Yunani yang berarti ‘memanggil’. Gereja adalah Umat yang dipanggil
Tuhan.
Untuk memahami arti, makna dan hakikat Gereja yang sesungguhnya, maka pada
bab ini, kita akan mempelajari apa pengertian Gereja dalam Kitab Suci dan Ajaran
Gereja. Dengan demikian peserta didik memiliki pemahaman tentang Gereja secara
utuh yaitu dari segi biblis (Kitab Suci) dan teologis (ajaran/magisterium Gereja),
terutama ajaran Konsili Vatikan II. Konsili yang menandai wajah baru Gereja ini
memunculkan pandangan baru tentang Gereja sebagai Umat Allah dan Sakramen
Keselamatan dunia. Sebelum Konsili Vatikan II, Gereja lebih berciri hierarkis

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

7

piramidal, kemudian pasca Konsili Vatikan II, pemahaman tentang Gereja bergeser
ke arah Gereja sebagai Umat Allah, dengan konsekuensi bahwa semua anggota
Gereja mesti terlibat aktif untuk melanjutkan misi dan karya Yesus di dunia.
Ada banyak gagasan baru berkaitan dengan pemahaman tentang Gereja sebagai
Umat Allah, antara lain:
a. Memperlihatkan sifat historis Gereja yang hidup “inter tempora”, yakni Gereja
dilihat menurut perkembangannya dalam sejarah keselamatan; hal ini berarti
menurut perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus. Segi organisatoris
Gereja tidak terlalu ditekankan lagi, tetapi sebagai gantinya ditekankan segi
kharismatisnya. Gereja berkembang “dari bawah”, dari kalangan Umat sendiri.
b. Menempatkan hierarki dalam keseluruhan Gereja sebagai suatu fungsi,
sehingga sifat pengabdian hierarki menjadi lebih kentara. Hierarki jelas
mempunyai fungsi pelayanan. Hierarki tidak lagi ditempatkan di atas Umat,
tetapi di dalam Umat.
c. Memungkinkan pluriformitas dalam hidup Gereja, termasuk pluriformitas
dalam corak hidup, ciri-ciri, dan sifat serta pelayanan dalam Gereja.
Pada bab pertama ini, para peserta didik mempelajari arti dan makna Gereja.
Terdapat dua pokok-bahasan yang akan digumuli peserta didik yaitu;
A. Gereja sebagai Umat Allah,
B. Gereja sebagai Persekutuan yang Terbuka.

Kompetensi Inti
1. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata
2. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodiikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

8

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

A. Gereja sebagai Umat Allah
Kompetensi Dasar
3.1. Memahami Gereja sebagai Umat Allah dan persekutuan yang terbuka.
4.1. Menghayati Gereja sebagai Umat Allah dan persekutuan yang terbuka
Indikator
1. Mengungkapkan pandangannya tentang Gereja, melalui pengalaman pribadi,
lagu, cerita atau gambar .
2. Menjelaskan arti Gereja yang sesungguhnya sebagai Umat Allah
3. Menyebutkan ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah
4. Menjelaskan arti Gereja menurut Kitab Suci (Kis 2:41-47; 1Kor 12:7-11; 1 Kor
12:12-18)
5. Menjelaskan konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah dalam hidup menggereja dewasa ini.
Tujuan
1. Melalui pendalaman pengalaman dan cerita kehidupan, peserta didik memahami
arti dan makna Gereja dalam hidup sehari-hari
2. Melalui pendalaman ajaran gereja dan Kitab Suci, peserta didik memahami makna
Gereja sebagai Umat Allah menurut Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja
3. Melalui releksi dan permainan peran peserta didik menghayati Makna Gereja
sebagai Umat Allah serta mewujudkan keterlibatan dalam hidup Gereja sebagai
Umat Allah.
Bahan Kajian
1. Pandangan peserta didik tentang Gereja.
2. Gereja sebagai Umat Allah dalam Kis 2: 41-47
3. Konsekuensi paham Gereja sebagai Umat Allah.
4. Tindakan-Tindakan dari anggota Umat Allah.
Sumber Belajar
1. Pengalaman peserta didik dan guru dalam hidup menggereja
2. Kitab Suci ; Kis 2:41-47; 1Kor 12:7-11; 1Kor 12:12-18
3. Gambar atau foto bangunan gereja .
4. Dokpen KWI (penterj) Dokumen Konsili Vatikan II, Obor, Jakarta, 1993
5. KWI, Iman Katolik, Kanisius, Yogyakarta, 1995
6. Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Ende Flores, 1995
Metode
Pengamatan, cerita, dialog, diskusi, informasi, releksi

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

9

Sarana
1. Kitab Suci (Alkitab)
2. Buku Siswa SMA/SMK, Kelas XI, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Waktu
3 x 45 menit.
• Pengelolaan waktu untuk kegiatan pembelajaran subtema ini dapat disesuaikan
dengan pengaturan jam pelajaran di sekolah masing-masing.
Pemikiran Dasar
Apa itu Gereja? Apabila pertanyaan tersebut ditujukan kepada Umat katolik
sendiri, banyak yang menjawab Gereja sebagai tempat ibadat atau tempat untuk
misa agama katolik atau agama kristen lainnya. Ada pula yang menjawab Gereja itu
sebuah organisasi rohani atau keagamaan dengan pemimpinnya Paus, Uskup, Imam
. Bagi orang-orang non kristen, Gereja sama dengan tempat ibadat orang kristiani,
atau bahkan Gereja adalah sebuah lembaga sosial keagamaan warisan bangsa kolonial
ratusan tahun silam.
Kata “Gereja” dalam kata bahasa Indonesia berasal dari kata Portugis igreja yang
berasal dari kata Yunani ekklesia dan dalam kata Latin disebut ecclesia. Kata Yunani
ekklesia (= mereka yang dipanggil, kaum, golongan). Ekklesia juga berarti kumpulan
atau pertemuan, rapat. Namun Gereja atau ekklesia bukan sembarang kumpulan,
melainkan kelompok orang yang sangat khusus. Untuk menonjolkan kekhususan
dipakailah kata asing. Kadang-kadang dipakai kata jemaat atau Umat.Kata ‘Gereja’
digunakan baik untuk gedung-gedung ibadat maupun untuk Umat Kristen setempat
(jemaat, Umat) dan Umat seluruhnya. Konsili Vatikan II memilih istilah biblis Umat
Allah untuk menyebut para pengikut Yesus Kristus, yaitu mereka semua para anggota
Gereja yang telah dibaptis. Umat Katolik bersekutu sepenuhnya dengan Gereja Kristus
melalui rahmat, sakramen-sakramen, pengakuan iman, serta persekutuan dengan
para uskup gereja yang bersatu dengan Paus. Namun demikian, Umat Katolik yang
hidup dalam keadaan dosa berat hanya memiliki persekutuan yang tak sempurna
dengan Gereja. Orang-orang Kristen lainnya yang telah dibaptis, meskipun tidak
sepenuhnya berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik, memiliki semacam
persekutuan dengan Gereja melalui rahmat Pembaptisan. Kamulah bangsa yang
terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, Umat kepunyaan Allah sendiri,
supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia. (1Pet 2:9).
Istilah Umat Allah sebenarnya merupakan istilah yang sudah sangat tua. Istilah itu
sudah terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama (KSPL), misalnya dalam Kel. 6: 6;
33: 13; Yeh. 36: 28; Ul. 7: 6, 26: 15. Istilah Umat Allah itu kemudian diperkenalkan
sebagai paham yang baru dalam Gereja, menggantikan paham yang sudah lebih dulu

10

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

dianut Gereja. Paham baru Gereja sebagai Umat Allah itu mulai diperkenalkan sejak
Konsili Vatikan II (1962-1965). Maka, paham itu sebenarnya merupakan paham yang
masih baru. Paham Gereja sebagai Umat Allah dianggap sebagai paham yang cocok
atau relevan dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Paham ini dinilai memiliki
nilai historis dengan Umat Allah Perjanjian Lama, karena Gereja menganggap diri
sebagai Israel Baru, kelanjutan dari Israel yang lama.
Para remaja atau orang muda Katolik yang sedang berada di jenjang pendidikan
SMA atau SMK sudah mulai sadar akan jati dirinya sebagai orang Katolik serta
berusaha menghayati hidup bersama sebagai anggota Gereja. Dalam proses sosialisasi
dirinya tersebut mereka diajak untuk semakin menyadari dan menghayati hidup
bersama dalam satu masyarakat khusus, yaitu Gereja, yang merupakan satu Umat
Allah, yang hidup dalam kesatuan iman, harapan, dan cinta. Dengan demikian
mereka dapat mengahayati Gereja sebagai Umat Allah yang adalah paguyuban
orang-orang yang beriman, yang telah dipilih oleh Allah. Sebagai anak-anak Allah
semuanya mempunyai martabat yang sama dalam pembaptisan. Karena itu tidak ada
Umat kelas VIP, semua anak Allah. Awam, Imam, Biarawan-Biarawati, para tokoh
Umat semuanya berjalan bersama berjiarah menuju Bapa. Semuanya ikut ambil
bagian dalam pembangunan jemaat, solider dan saling memperhatikan.

Kegiatan Pembelajaran
Pembuka: Doa
• Guru mengajak para peserta didik untuk memulai pelajaran dengan berdoa,:
Ya Bapa sumber keselamatan hidup kami,
Pujian dan syukur, kami haturkan kepada-Mu
Karena Engkau telah menyatukan kami dari berbagai tempat,
Suku, bangsa dan bahasa menjadi Umat-Mu yang kudus, yaitu Gereja.
Melalui pertemuan ini, kami ingin memahami lebih mendalam tentang Gereja sebagai
Umat Allah dan kemudian menghayatinya dalam kehidupan keseharian kami.
Mampukanlah kami membuka hati, budi dan pikiran kami dalam pertemuan ini
agar selanjutnya dapat hidup sebagai anggota GerejaMu. Demi Kristus Tuhan dan
pengantara kami. Amin
• Setelah berdoa, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu berikut ini!
Gereja Bagai Bahtera (PS. 621 / 1=D)
1. Gereja bagai bahtera di laut yang seram
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu,

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

11

gelombang jaman menghempas dan sulit ditempuh.
Penumpangpun bertanyalah selagi berjerih.
Berapa lagi jauhnya labuhan abadi ?
Refr :
Tuhan tolonglah ! Tuhan, tolonglah !
Tanpa Dikau semua binasa kelak, Ya, Tuhan tolonglah.
2. Gereja bagai bahtera diatur awaknya
setiap orang bekerja menurut tugasnya.
Semua satu padulah, setia bertekun
demi tujuan tunggalnya yang harus ditempuh.
Roh Allah yang menyatukan, membina, membentuk
di dalam kasih dan iman dan harapan yang teguh.Refr : ……
3. Gereja bagai bahtera di laut yang seram,
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Hai kau yang takut dan resah, kau tak sendirian,
teman sejalan banyaklah dan Tuhan di depan.
Bersama-sama majulah, bertahan berteguh,
tujuan akhir Tuhanlah, labuhan yang teduh. - Refr : ……
(guru dapat berdialog sejenak dengan para peserta didik tentang lagu yang telah
dinyanyikan sebagai pengantar masuk kedalam kegiatan pembelajaran).

Langkah Pertama: Menggali Pemahaman tentang Arti dan Makna Gereja
dalam Hidup Sehari-Hari
1. Menggali arti dan makna Gereja melalui gambar
• Guru mengajak peserta didik memperhatikan gambar-gambar berikut ini
• Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan terkait
gambar yang telah diamatinya, kemudian memberikan pendapat pribadinya tentang
makna Gereja sejauh yang mereka ketahui.

12

Sumber : (Dokumen penulis)

Sumber : (Dokumen penulis)

Gambar 1.1

Gambar 1.2

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

• Setelah peserta didik menjelaskan makna Gereja berdasarkan pengamatannya
terhadap gambar-gambar tersebut, guru mengajak peserta didik untuk berdialog
lebih lanjut tentang arti dan makna Gereja menurut padangan orang lain pada
umum.

2. Penjelasan
• Setelah para peserta didik menyampaikan pandangan-pandangan tentang makna
Gereja, guru memberikan penjelasan;
Apabila kita bertanya pada orang-orang Katolik maupun yang tidak Katolik tentang
apa makna Gereja, maka kurang lebih jawaban-jawaban yang diperoleh adalah:
• Gereja adalah gedung, Gereja adalah rumah Allah, tempat beribadat, misa, atau
merayakan ekaristi Umat Katolik atau Umat kristiani pada umumnya.
• Gereja adalah ibadat; Gereja adalah lembaga rohani yang menyalurkan kebutuhan
manusia dalam relasinya dengan Allah lewat ibadat-ibadat. Atau, Gereja adalah
lembaga yang mengatur dan menyelenggarakan ibadat-ibadat. Gereja adalah
persekutuan Umat yang beribadat.
• Gereja adalah ajaran; Gereja adalah lembaga untuk mempertahankan dan
mempropagandakan seperangkat ajaran yang biasanya dirangkum dalam sebuah
buku yang disebut Katekismus. Untuk bisa menjadi anggota Gereja, si calon harus
mengetahui sejumlah ajaran/doktrin/dogma. Menjadi anggota Gereja berarti
menerima sejumlah “kebenaran”.
• Gereja adalah organisasi/lembaga sejagat/internasional; Gereja adalah organisasi
dengan pemimpin tertinggi di Roma dengan cabang-cabangnya sampai ke
pelosok-pelosok seantero jagat. Garis komando dan koordinasi diatur dengan rapi
dan teliti. Ada pimpinan; Paus, Uskup-Uskup, Pastor-Pastor, Biarawan dan Umat.
• Gereja adalah Umat pilihan; Gereja adalah kumpulan orang yang dipilih dan
dikhususkan Allah untuk diselamatkan. Tanpa menjadi anggota Gereja maka
tidak akan diselamatkan masuk surga.
• Gereja adalah badan sosial; Gereja adalah Lembaga yang menyelenggarakan
sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan macam-macam usaha untuk
menolong orang miskin.
Gambaran-gambaran Gereja yang diungkapkan di atas mungkin ada benarnya,
tetapi belum mengungkapkan hakekat Gereja yang sebenarnya. Untuk itu marilah
menyimak kisah berikut ini untuk semakin mengetahui makna hakikat Gereja yang
sebenarnya.

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

13

3. Menggali Arti dan Makna Gereja sebagai Umat Allah Melalui Sebuah
Cerita.
• Guru mengajak peserta didik membaca dan menyimak berita berikut ini:

Paus : Gereja sebagai keluarga Allah
(Audiensi Umum Paus Fransiskus pada tanggal 29 Mei 2013)

Saudara-saudari sekalian, Selamat pagi!
Rabu lalu saya menekankan ikatan yang mendalam antara Roh Kudus dan Gereja.
Hari ini saya ingin memulai beberapa katekese mengenai misteri Gereja, misteri yang
kita semua alami dan kita turut ambil bagian di dalamnya. Saya ingin melakukannya
dengan beberapa konsep yang jelas dalam teks-teks dari Konsili Vatikan II.
Hari ini yang pertama adalah: “Gereja sebagai keluarga Allah”.
Dalam beberapa bulan terakhir saya menyebutkan lebih dari sekali Perumpamaan
tentang Anak yang Hilang atau, lebih tepatnya, Bapa Yang Murah Hati (bdk. Luk
15:11-32). Anak bungsu meninggalkan rumah ayahnya, menghabiskan semua yang
ia miliki dan memutuskan untuk pulang lagi karena dia menyadari bahwa dia telah
bersalah. Dia tidak lagi menganggap dirinya layak menjadi anak tapi berpikir ia
memiliki kesempatan untuk dipekerjakan sebagai pembantu. Ayahnya, sebaliknya,
berlari untuk menemui dia, memeluknya, mengembalikan kepadanya martabatnya
sebagai anak dan merayakan hal tersebut. Perumpamaan ini, seperti yang lainnya
dalam Injil, jelas menunjukkan rencana Allah bagi Umat manusia.
Apakah rencana Allah itu? Yakni membuat kita semua menjadi satu keluarga sebagai
anak-anak-Nya, di mana setiap orang merasa bahwa Allah itu dekat dan merasa
dicintai olehNya, seperti dalam perumpamaan Injil, merasakan kehangatan menjadi
keluarga Allah. Gereja berakar dalam rencana besar ini. Gereja bukan organisasi
yang didirikan atas perjanjian antara beberapa orang, tetapi seperti Paus Benediktus
XVI telah begitu sering mengingatkan kita Gereja adalah pekerjaan Allah, yang
lahir justru dari rancangan penuh kasih, ini yang secara bertahap masuk ke dalam
sejarah. Gereja ini lahir dari keinginan Allah untuk memanggil semua orang dalam
persekutuan dengan dia, persahabatan dengan dia; untuk berbagi dalam kehidupan
ilahi-Nya sendiri sebagai putra-putra dan putri-putri-Nya. Kata “Gereja”, berasal dari
bahasa Yunani “ekklesia” , berarti “pertemuan akbar orang – orang yang dipanggil”:
Allah memanggil kita, Ia mendorong kita untuk keluar dari individualisme kita, dari
kecenderungan kita untuk menutup diri kita sendiri, dan Dia memanggil kita untuk
menjadi keluarga-Nya.
Selanjutnya, panggilan ini berasal dari penciptaan itu sendiri. Allah menciptakan
kita supaya kita hidup dalam hubungan persahabatan yang mendalam dengan Dia,
dan bahkan ketika dosa memutuskan hubungan dengan Dia, dengan orang lain dan

14

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

dengan ciptaan lainnya, Allah tidak meninggalkan kita. Seluruh kisah keselamatan
adalah kisah Allah yang berusaha meraih manusia, menawarkan cinta-Nya kepada
mereka dan menyambut mereka. Ia memanggil Abraham untuk menjadi bapa dari
banyak orang, Ia memilih orang Israel untuk membuat sebuah perjanjian yang akan
merangkul semua orang, dan dalam kepenuhan waktu, Ia mengutus Putra-Nya
sehingga rencana cinta dan keselamatan-Nya dapat digenapi dalam Perjanjian Baru
dan kekal dengan seluruh Umat manusia.
Ketika kita membaca Injil, kita melihat bahwa Yesus mengumpulkan di sekitarNya komunitas kecil yang menerima irman-Nya, mengikuti-Nya, turut serta
dalam perjalanan-Nya, menjadi keluarga-Nya, dan dengan komunitas inilah Dia
mempersiapkan dan membangun Gereja-Nya.
Jadi dari manakah Gereja itu terlahir? Gereja lahir dari tindakan kasih yang paling
agung dari Salib, dari sisi lambung Yesus yang ditusuk dan mengalirkan darah dan air,
simbol dari Sakramen Ekaristi dan Pembaptisan. Darah kehidupan keluarga Allah,
Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang
lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan atau membatasi. Gereja adalah keluarga
yang kita cintai dan mencintai kita.
Kapan Gereja memanifestasikan dirinya? Kita merayakannya dua minggu yang lalu,
Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan
membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka
untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah.
Hari ini masih ada beberapa orang yang mengatakan: “Kristus ya, Gereja tidak”.
Seperti orang yang mengatakan “Saya percaya pada Tuhan tetapi tidak pada Imam”.
Tapi Gereja sendiri yang membawa Kristus kepada kita dan yang membawa kita
kepada Allah. Gereja adalah keluarga besar anak-anak Allah. Tentu saja Gereja juga
memiliki aspek manusiawi. Dalam diri mereka yang membentuk Gereja, para Imam
dan Umat beriman, terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan dan dosa. Paus juga
memiliki hal-hal tersebut dan banyak dari mereka; tetapi yang indah adalah bahwa
ketika kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa kita menemukan rahmat Allah
yang selalu mengampuni. Jangan lupa: Allah selalu mengampuni dan menerima kita
ke dalam cintanya yang penuh dengan pengampunan dan belas kasihan. Beberapa
orang mengatakan bahwa dosa adalah suatu pelanggaran terhadap Allah, tetapi juga
merupakan kesempatan untuk merendahkan diri sendiri untuk menyadari bahwa
ada sesuatu yang lain lebih indah: kerahiman Allah. Mari kita pikirkan hal ini.
Mari kita bertanya pada diri kita hari ini: seberapa saya mencintai Gereja? Apakah
saya berdoa untuknya? Apakah saya merasa menjadi bagian dari keluarga Gereja? Apa
yang harus saya lakukan untuk memastikan bahwa Gereja adalah sebuah komunitas
di mana masing-masing orang merasa diterima dan dipahami, merasa belas kasihan

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

15

dan kasih Allah yang memperbaharui hidup? Iman adalah sebuah karunia dan
sebuah perbuatan yang menjadi perhatian kita secara pribadi, tapi Allah memanggil
kita untuk hidup dengan iman kita bersama-sama, sebagai sebuah keluarga, sebagai
Gereja.
Mari kita mohon kepada Tuhan, dengan cara yang sangat khusus selama Tahun Iman
ini, semoga masyarakat kita, seluruh Gereja, semakin menjadi keluarga sejati yang
hidup dan membawa kehangatan kasih Allah....(AO)
Lapangan Santo Petrus, 29 Mei 2013,
Diterjemahkan dari: www.vatican.va
dalam http://katolisitas.org/11518/paus-gereja-sebagai-keluarga-allah

4. Pendalaman Cerita
• Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan atas
cerita yang telah mereka dengar atau membacanya untuk didiskusikan dalam
kelompok.
1.
2.
3.
4.

Apa makna Gereja menurut Paus Fransiskus?
Gambaran Gereja macam apakah yang terkandung dalam cerita ini?
Apa makna Gereja sebagai keluarga Allah?
Bagaimana sikap kita terhadap Gereja?

5. Penjelasan
• Setelah para peserta didik menanggapi, mendalami lewat tanya-jawab, guru
memberikan penjelasan,
- Kata “Gereja”, berasal dari bahasa Portugis, igreja yang diambil dari
kata bahasaYunani ekklesia , berarti ‘kumpulan’, ‘pertemuan’, ‘rapat’. Paus
Fransiskus menjelaskan ekklesia sebagai “pertemuan akbar orang-orang yang
dipanggil”:Allah memanggil kita semua untuk menjadi keluarga-Nya.
- Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan
orang lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan.
- Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita.
- Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul
dan membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan
mereka untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah.
- Ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah yang tampak dalam cerita tersebut adalah
kesatuan dalam persaudaraan sejati.

16

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

Langkah Kedua: Menggali Makna Gereja sebagai Umat Allah Menurut
Ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja
1. Diskusi: Mendalami Ajaran Kitab Suci (Alkitab) sebagai Dasar
Gereja sebagai Umat Allah

Biblis

• Guru membagi peserta didik dalam tiga atau beberapa kelompok untuk mendalami
makna Gereja sebagai Umat Allah yang ditulis dalam Kitab Suci. Pertanyaanpertanyaan untuk panduan diskusi, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Apa pesan keseluruhan teks Kitab Suci yang dibaca
Apa makna Gereja menurut teks Kitab Suci tersebut (sebutkan ayat-ayat terkait)
Apa ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah dalam perikop Kitab Suci tersebut?
Apa saja konsekuensinya bagi kita sebagai anggota Gereja, Umat Allah

Kelompok 1
Kisah para Rasul. 2:41-47
41

Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari
itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka
selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
43
Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak
mujizat dan tanda.
44
Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan
mereka adalah kepunyaan bersama,
45
dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
46
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait
Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan
bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47
sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan
menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Kelompok 2
1Korintus 12:7-11
7

Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan
bersama.

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

17

8

Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan
hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan.
9
Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk menyembuhkan.
10
Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi
Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang
seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada
yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
11
Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.
Kelompok 3
1 Korintus 12:12 – 18
12

Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala
anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.
13
Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik
budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua
diberi minum dari satu Roh.
14
Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.
15
Andaikata kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi
benarkah ia tidak termasuk tubuh?
16
Dan andaikata telinga berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”,
jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?
17
Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata
seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?
18
Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus,
suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.

2. Melaporkan hasil diskusi
• Guru mengajak setiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusinya, sementara
kelompok lain memberikan tanggapan atau pertanyaan-pertanyaan.

3. Penjelasan
• Setelah peserta didik mendalami Kitab Suci dalam diskusi kelompok dan melaporkan
hasil diskusinya masing-masing di depan kelas, guru memberikan penjelasan

18

Buku Guru Kelas XI SMA/SMK

- Hidup mengUmat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri, sebab
hakikat Gereja adalah persaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh
hidup Umat Perdana (lih. Kis 2: 41-47).
- Dalam hidup mengUmat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat,
diterima, dan digunakan untuk kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan segi organisatoris dan struktural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang muncul dari bawah (1Kor 12: 7-10).
- Dalam hidup mengUmat, semua orang yang merasa menghayati martabat yang
sama akan bertanggung jawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk
membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia (Ef 4: 11-13; 1Kor 12:
12-18; 26-27).

4. Mendiskusikan ajaran Gereja tentang makna Gereja sebagai Umat Allah
• Guru mengajak para peserta didik masuk dalam kelompok untuk mendiskusikan
makna Gereja sebagai Umat Allah dari dokumen-dokumen Konsili Vatikan II.
Pembagian kelompok diskusi dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta
didik. Diskusi kelompok ini dapat dipandu dengan beberapa pertanyaan, misalnya;
1)
2)
3)
4)

Apa isi dokumen secara keseluruhan?
Apa makna Gereja sebagai Umat Allah menurut dokumen tersebut?
Apa ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah menurut dokumen tersebut?
Apa dasar dan konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah?

Materi diskusi kelompok 1
Rencana Bapa yang bermaksud menyelamatkan semua orang
Atas keputusan kebijaksanaan serta kebaikan-Nya yang sama sekali bebas dan rahasia, Bapa yang kekal menciptakan dunia semesta. Ia menetapkan, bahwa Ia akan mengangkat manusia untuk ikut serta menghayati hidup Ilahi. Ketika dalam diri Adam
Umat manusia jatuh, Ia tidak meninggalkan mereka, melainkan selalu membantu
mereka supaya selamat, demi Kristus Penebus, citra Allah yang tak kelihatan, yang sulung dari segala makluk (Kol 1:15). Adapun semua orang, yang sebelum segala zaman
telah dipilih oleh Bapa, telah dikenal-Nya dan ditentukan-Nya sejak semula, untuk
menyerupai citra putera-Nya, supaya Dialah yang menjadi sulung diantara banyak
saudara (Rom 8:29). Bapa menetapkan untuk menghimpun mereka yang beriman
akan Kristus dalam Gereja kudus. Gereja itu sejak awal dunia telah dipralambangkan, serta disiapkan dalam sejarah bangsa Israel dan dalam perjanjian lama. Gereja
didirikan pada zaman terakhir, ditampilkan berkat pencurahan Roh, dan akan disempurnakan pada akhir zaman. Dan pada saat itu seperti tercantum dalam karya tulis
para Bapa yang suci, semua orang yang benar sejak Adam, dari Abil yang saleh hingga
orang terpilih yang terakhir, akan dipersatukan dalam Gereja semesta dihadirat Bapa
(Lumen Gentium artikel 2)

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

19

Materi diskusi kelompok 2
Roh Kudus yang menguduskan Gereja. Ketika sudah selesailah karya, yang oleh
Bapa dipercayakan kepada Putera untuk dilaksanakan didunia (lih Yoh 17:4),
diutuslah Roh Kudus pada hari Pentekosta, untuk tiada hentinya menguduskan
Gereja. Dengan demikian Umat beriman akan dapat mendekati Bapa melalui Kristus
dalam satu Roh (lih Ef 2:18). Dialah Roh kehidupan atau sumber air yang memancar
untuk hidup kekal (lih Yoh 4:14; 7:38-39). Melalui Dia Bapa menghidupkan orangorang yang mati karena dosa, sampai Ia membangkitkan tubuh mereka yang fana
dalam Kristus (lih Rom 8:10-11). Roh itu tinggal dalam Gereja dan dalam hati
Umat beriman bagaikan dalam kenisah (lih 1Kor 3:16; 6:19). Dalam diri mereka Ia
berdoa dan memberi kesaksian tentang pengangkatan mereka menjadi putera (lih
Gal 4:6; Rom 8:15-16 dan 26). Oleh Roh Gereja diantar kepada segala kebenaran
(lih Yoh 16:13), dipersatukan dalam persekutuan serta pelayanan, diperlengkapi dan
dibimbing dengan aneka kurnia hirarkis dan karismatis, serta disemarakkan dengan
buah-buah-Nya (lih Ef 4:11-12; 1Kor 12:4; Gal 5:22). Dengan kekuatan Injil Roh
meremajakan Gereja dan tiada hentinya membaharuinya, serta mengantarkannya
kepada persatuan sempurna dengan Mempelainya. Sebab Roh dan Mempelai berkata
kepada Tuhan Yesus: “Datanglah!” (lihat Why 22:17). Demikianlah seluruh Gereja
nampak sebagai Umat yang disatukan berdasarkan kesatua