57
BAB 6 Sistem atau Desain
Sekitar 2 tahun yang lalu, penulis kebetulan menghadiri satu acara yang diadakan oleh organisasi kemahasiswaan Departemen Arsitektur USU. Pada acara tersebut
diadakan pemutaran video dan diskusi tentang beberapa bangunan yang ada diseluruh dunia. Tetapi yang menjadi perhatian penulis adalah pada pemutaran video mengenai
sebuah bangunan yang berada di Beijing dan merupakan ikon dari Olimpiade Beijing 2008, yaitu
Bird Nest Stadium yang memiliki nama resmi Beijing National Stadium. Bangunan ini adalah karya dari Herzog de Meuron’s yang berkolaborasi dengan
seniman lokal Ai Weiwei sebagai konsultan artistiknya,
32
yang walaupun belakangan memberikan sebuah pernyataan kontroversila mengenai penyesalannya untuk bergabung
dalam tim desain stadion tersebut.
33
Terlepas dari segala kontroversi ataupun kritik mengenai bangunan ini, penulis tetap memandang bangunan ini sebagai karya arsitektural yang dapat menjadi bahan
pembelajaran dan inspirasi bagi mahasiswa atau arsitek-arsitek profesional lainnya, sebab walau bagaimanapun bangunan ini telah berdiri dengan kokoh dan masih berfungsi
hingga hari ini. Kembali ke pembahasan sebelumnya, penulis menganggap bangunan ini menarik, karena saat itu dijelaskan bahwa fasade pada bangunan yang terlihat seperti
kumpulan dahan atau ranting yang disusun sehingga terlihat seperti sarang burung juga bertindak sebagai struktur utama dari bangunan ini. Perencanaan strukturnya pasti sangat
rumit dalam pikiran penulis saat itu. Salah satu poin yang penulis simpulkan saat itu
32
http:www.theguardian.comprofileaiweiwei
33
China artist Ai Weiwei says he regrets designing Beijing Olympics Birds Nest - http:www.telegraph.co.ukcultureartart-news9123705China-artist-Ai-Weiwei-says-he-
regrets-designing-Beijing-Olympics-Birds-Nest.html
Universitas Sumatera Utara
58 adalah dalam perencanaan bangunan, sistem struktur dapat menjadi elemen pembentuk
bangunan itu sendiri, serta menjadi unsur yang menambah estetika pada desain bangunan. Hal ini adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh semua arsitek,
sehingga kemungkinan-kemungkinan dalam desain menjadi tidak terbatas karena struktur. Poin kedua yang menjadi perhatian penulis serta menjadi sangat penting dalam
konteks desain bangunan studio perancangan arsitektur 6 ini adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang memiliki keselarasan dengan sistem struktur yang akan
digunakan pada bangunan tersebut nantinya. Pengetahuan dasar seperti ini serta kesadaran akan struktur sejak proses desain dimulai akan sangat membantu dalam proses
desain kedepannya. Karena dengan melakukan kedua proses tersebut secara sadar maka kesalahan-kesalahan seperti dimensi balok yang terlalu besar,
shaft yang berbenturan dengan ruang diatasnya dan masalah-masalah lainnya dapat terhindar atau paling tidak
dapat diminimaisir sejak awal. Dalam perancangan bangunanyang sedang penulis lakukan, hal ini tentunya
sangat relevan dan penting untuk dicermati, karena dengan dimensi bangunan yang besar serta terdapat struktur bangunan tinggi, maka perencanaan bangunan ini tentunya
membutuhkan kecermatan dan ketelitian. Selain itu dengan fungsi ganda yaitu sebagai pusat perbelanjaan dan kantor sewa, maka desain dari bangunan ini akan memiliki dua
zona yang terpisah secara hierarkinya. Bagian bangunan yang menjadi pusat perbelanjaan akan memiliki sifat yang sangat publik dan terbuka, sedangkan bangunan kantor sewa
bersifat lebih privat dan memliki akses yang terbatas. Dengan tipologi kantor sewa yang didesain berbentuk bangunan tinggi, maka akan dibutuhkan tranportasi vertikal untuk
mengakses ruang pada setiap lantai bangunan ini. Dalam hal ini penggunaan lift atau
elevator akan menjadi elemen yang sangat penting dalam bangunan. Pada desain transportasi vertikal yang ada di bangunan ini, kedua zona yang telah disebutkan diatas
Universitas Sumatera Utara
59 akan menjadi perhatian utama, sebab dengan perbedaan fungsi dan hierarki, tentunya
sirkulasi bangunan harus dipisah sehingga privasi dari pengguna kantor tetap terjaga. Hal ini akan menjadi masalah karena penggunaan lift sebagai tranportasi vertikal akan
menyulitkan pengelola bangunan untuk mencegah terjadinya perpindahan pengguna lift dari zona mall ke zona kantor.
Pemisahan Zona
Solusi yang
dapat dilakukan
adalah dengan
membuat sky lobby pada
kantor, yaitu lantai yang menjadi tempat penghubung
dan pertukaran antara satu zona dengan zona lainnya.
34
Dengan menggunakan
sky lobby, maka pemisahan dapat
dilakukan dan
dapat
mencegah pengguna untuk memasuki zona yang lebih
privat. Secara sederhana sistem ini diakukan dengan membagi dua zona elevator, yaitu elevator yang mampu melayani zona mall yaitu mulai dari basement 2 sampai ke
sky lobby, serta zona berikutnya dari sky lobby sampai ke lantai kantor yang paling atas.
Keuntungan lain dari penggunaan sky lobby adalah pada lantai tersebut akan memuat
banyak alat-alat mekanikal dan elektrikal seperti mesin pengkondisian udara, pompa air,
34
Sky Lobby - http:en.wikipedia.orgwikiSky_lobby
Ilustrasi 27 - Pembagian Zona, Mall Kuning, Lobby Kantor Jingga, dan Kantor Biru
Universitas Sumatera Utara
60 reservoir, mesin lift dan sebagainya, sehingga memudahkan perawatan pada bangunan.
Dengan banyaknya peralatan mekanikal elektrial, maka secara struktural sky lobby harus
memiliki lantai yang sangat kaku dan kokoh, sehingga mampu menahan beban dari alat- alat tersebut dan menjadi keuntungan pada bangunan karena menambah kekakuan dalam
menahan gaya lateral.
35
Selain hal-hal tersebut, areal sky lobby juga dapat digunakan
menjadi tempat penampungan sementara
saat terjadi
kebakaran. Selain
pembahasan mengenai sistem transportasi
vertikal, ada satu pembahasan
lagi yang menarik untuk dikaji, yaitu mengenai sistem struktur
bangunan ini sendiri. Sebuah bangunan dapat berfungsi dengan baik jika sistem strukturnya memadai, sehingga bangunan tersebut kokoh dan aman untuk digunakan.
Pada bangunan tinggi, secara garis besar pembebanangaya dapat dibagi menjadi 2 yaitu secara horizontal dan secara vertikal. Beban vertikal bangunan berasal dari gaya gravitasi
bumi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti material, sistem struktur, volume bangunan, jumlah pengguna, dan barang-barang di dalam bangunan itu sendiri.
Sedangkan pada beban horizontal, biasanya dipengaruhi oleh angin dan gempa bumi. Sistem struktur dari bangunan harus mampu menopang seluruh beban yang ada tanpa
mengalami kegagalan struktur.
35
“Panduan Sistem Bangunan Tinggi” Transportasi Vertikal – Jimmy S. Suwana
Ilustrasi 28 - Jenis-Jenis Sistem Struktur
Universitas Sumatera Utara
61 Bangunan ini menggunakan sistem portal kaku dan dinding geser
rigid frame - shear wall, pemilihan sistem ini didasarkan karena jumlah lantai pada bangunan masih
kurang dari 30 lantai, sehingga sistem struktur yang lebih rumit masih tidak dibutuhkan pada bangunan ini. Pemilihan bahan dari struktur jatuh pada baja komposit, yaitu struktur
baja yang dilapis dengan menggunakan beton.
36
Pemilihan material baja didasari karena dengan volume serta berat yang sama, sistem yang menggunakan baja dapat mendukung
bangunan lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan yang menggunakan beton bertulang. Tetapi sifat baja yang rentan terhadap panas membuat sistem ini sangat riskan
terhadap kegagalan struktur saat terjadi kebakaran, maka pada kasus ini penggunaan komposit ringan digunakan untuk melapis baja sehingga memiliki jeda waktu yang lebih
lama sebelum terjadi kegagalan struktur pada kebakaran. Seluruh sistem yang disebutkan diatas akan menjadi pengantar dan panduan dalam melakukan desain struktur dan sistem
mekanikal elektrikal pada bangunan pusat perbelanjaan dan kantor ini, diharapkan dengan melakukan desain struktur yang terpadu dengan desain kebutuhan ruang, diharapkan
desain akan menjadi optimal dan lebih cepat untuk selesai.
Impresi Pertama
Jangan pernah menilai buku hanya dari sampulnya adalah serangkaian kata-kata yang sering kta dengar bahkan gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Satu kalimat yang
mengingatkan kita untuk tidak memiliki prasangka terhadap berbagai hal, walaupun prasangka itu baik sekalipun. Karena prasangka akan membuat perspektif terhadap suatu
hal menjadi bias dan subjektif, sehingga terkadang menjadi luput untuk melihat sebuah hal dari sudut pandang yang lebih luas. Meskipun memang benar, tetapi pada
kenyataannya sering sekali menghilangkan prasangka-prasangka yang muncul saat melihat “kulit” luar dari seseorang ataupun satu hal. Prasangka yang muncul saat pertama
36
“Panduan Sistem Bangunan Tinggi” Bab Aplikasi Struktur Bangunan Tinggi – Jimmy S. Suwana
Universitas Sumatera Utara
62 kali melihat, bertemu, mendengar atau merasakan sesuatu merupakan hal yang sangat
wajar, karena informasi yang diterima pertama kali akan dicerna berdasarkan pengalaman seseorang kemudian akan ditafsirkan secara berbeda-beda tergantung dengan pengalaman
orang tersebut. Pada saat sebuah karya arsitektur telah selesai dirancang dan berhasil dibangun,
tentunya akan sangat banyak persepsi-persepsi yang muncul dari berbagai kalangan. Tentunya hal ini tidak dapat dihindari dan merupakan sebuah tantangan untuk para
perancang dalam proses yang akan dilakukan selanjutnya. Karena dalam konteks arsitektur fasade memegang peranan yang sangat penting, sehingga perancangan fasade
akan menjadi salah satu kunci kesuksesan terhadap persepsi awal masyarakat mengenai keberhasilan dan estetika bangunan yang dirancang. Karena hal tersebut, maka penulis
menyadari bahwa perancangan fasade dalam bangunan yang akan penulis rancang harus mampu mengakomodir berbagai lapisan masyarakat yang ada di sekitar bangunan
tersebut. Selain itu orientasi dari bangunan yang ada disekitarnya juga merupakan faktor yang krusial dalam menentukan desain fasade bangunan, sebab bangunan atau lingkungan
sekitar akan terpengaruh secara langsung oleh keberadaan bangunan rancangan tersebut. Salah satu contoh kasus yang menarik terjadi pada bangunan hasil rancangan
salah satu arsitek yang terkemuka, yaitu Walt Disney Concert Hall Frank Gehry.
Bangunan yang secara visual sangat memanjakan mata dengan lengkungan-lengkungan yang dinamis, serta divariasikan dengan kaca monolit seperti ada bangunan tinggi,
ternyata memiliki satu celah yang membuat bangunan ini dianggap tidak berhasil. Penggunaan material
stainless steel pada fasade yang melengkung menjadi blunder dari karya aritektur Frank Gehry ini, sebab sifat
stainless steel yang mampu memantulkan cahaya dengan baik ternyata membuat panas yang berlebihan pada saat siang hari. Pada
dua bagian ekterior bangunan, terdapat bidang yang hampir seperti cermin yang pada
Universitas Sumatera Utara
63 siang hari memantulkan cahaya dan menciptakan titik panas yang mampu mencapai 60
derajat celcius.
37
Dapat dibayangkan betapa panasnya suhu yang ada pada titik-titik panas tersebut yang tentunya sangat jauh dari suhu ideal untuk manusia.
Jika arsitek sekelas Frank Gehry saja ternyata
bisa salah dan luput dalam menentukan
material fasade
bangunan, bagaimana dengan arsitek-
arsitek lain atau bahkan mahasiswa arsitektur yang
tidak melakukan pemilihan dan perancangan fasade secara cermat, baik itu dari segi desain atau materialnya.
Tentunya kemungkinan terjadinya kesalahan seperti yang dilakukan oleh Frank Gehry akan menjadi lebih tinggi kemungkinannya jika pada proses desain, analisa secara luas
tidak dilakukan, untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan tadi maka pada proses pemilihan ini, keetelitian dan keseriusan harus diutamakan, sebab mencapai dan
mendesain bangunan yang ideal tentunya adalah tujuan akhir yang ingin dicapak oleh arsitek.
Secara umum pada desain kali ini, penulis mencoba mengadopsi sistem fasade yang menggunakan material kaca dan dikombinasikan dengan
secondary skin pada beberapa bagian bangunan. Kaca dipilih sebagai selubung bangunan karena memiliki
tingkat visibilitas yang tinggi, serta mampu menahan udara yang ada di dalam ruang, sehingga beban pendinginan ruangan tidak terbebani lebih banyak lagi. Sedangkan pada
37
http:www.mandatory.com2013062610-embarrassing-architectural-failures
Ilustrasi 29 - Walt Disney Concert Hall
Universitas Sumatera Utara
64 ruangan yang tidak menggunakan pendingin udara, maka digunakan fasade yang terdapat
banyak bukaan, sehingga ada pertukaran udara alami yang terjadi dan visibilitas keluar tetap ada. Dari segi orientasi, bangunan ini paling tidak akan memiliki 4 orientasi
terhadap lingkungan sekitar, yaitu bangunan Podomoro City, Deli Maskapai, perumahan di Jl. Tembakau Deli, serta ke arah Jl. Guru Patimpus dan Sungai Deli. Material fasade
yang digunakan tentunya harus diperhatikan sehingga tidak menimbulkan efek negatif seperti silau yang berlebihan, atau panas berlebihan seperti bangunan Frank Gehry.
Pada fasade yang menggunakan kaca, maka resiko yang terjadi pada ruang dalam bangunan adalah panas, maka untuk mencegah panas berlebih masuk pada sisi-sisi
fasade yang menghadap matahari terbenam digunakan vegetasi sebagai penghalang panas berlebihan masuk serta menjadi penghasil oksigen dan penurun suhu secara lokal.
38
Selain masalah material, struktur yang dipilih untuk kaca memasang kaca tersebut juga penting. Sistem yang digunakan untuk kaca yang memiliki ukuran besar dan menutupi
38
Tauhid 2008 –“ Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara Pada Ssiang Hari di Perkotaan” Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang
Ilustrasi 30 - Eksterior Bangunan, Fasade Dengan Secondary Skin
Universitas Sumatera Utara
65 bidang yang luas tentunya harus mampu menopang berat kaca. Dalam kasus ini, penulis
memilih sistem spider grid, yang mampu menahan kaca yang berat dan juga mampu
menjadi bagan dari struktur penopang fasade. Spidersystem pada kaca adalah sebuah
sistem dimana kaca akan ditempel dan direkatkan satu sama lain menggunakan sambungan berupa
fittings empat titik yang masing-masing akan menempelkan satu panel kaca. Keunggulan sistem ini adalah instaasi yang mudah, bongkar pasang yang mudah
karena tidak memakau kusen, mampu menutup bidang yang luas karena rangkanya mampu menahan beban, dan bentuknya fleksibel mengikuti alur rangka.
Pada penggunaan material kaca, ada satu hal yang harus menja di perhatian khusus. Sebab material kaca memiliki sifat yang lebih rentan pecah dibandingkan
material lain seperti bata atau beton. Jika kaca pecah, maka pecahannya dapat membahayakan pengguna bangunan yang ada di sekitar kaca tersebut sebab kaca biasa
akan pecah ke bentuk yang tidak teratur dan bisa membuat bagian-bagian yang sangat besar tajam. Untuk meningatkan faktor keselamatan dan keamanan, maka ada sebuah
teknologi yang mampu digunakan untuk mencegah kecelakaan tersebut terjadi. Penggunaan material
laminated glass dapat menjadi salah satu pilihan material. Laminated glass atau kaca
aminated adalah tipe kaca yang
dibuat dengan
merekatkan dua
kaca polos biasa menggunakan
polyvinyl butiran
film
PVB. Dengan
menggunakan lapisan
Ilustrasi 31 – Fitting Kaca Spider
Universitas Sumatera Utara
66 tersebut, maka kaca yang pecah akan merekat dan tidak terbagi menjadi pecahan-pecahan
besar yang berbahaya.
39
Pilihan lain dapat dengan menggunakan tempered glass, yaitu
kaca yang diperkeras dengan cara memanaskan kaca biasa hinga mencapai temperatur 700 derajat celcius, kemudian didinginkan mendadak dengan cara menyemprotka udara
secara merata pada kedua permukaan kaca. Proses ini membuat terjadinya perubahan fisik kaca dalam kemampuannya menahan gaya tarik dan tekan, tetapi tidak mengubah
tampilannya secara visual. Diantara kedua material kaca tersebut, pilihan penulis jatuh kepada
laminated glass, sebab jika dibandingkan dengan tempered glass, harganya relatif lebih murah untuk ketebalan yang sama. Selain itu penggunaan
laminated glass memiliki kelebihan dalam hal memfilter sinar ultra violet UV sehingga tidak masuk kedalam
bangunan.
Akhir Dari Perjalanan
Proses panjang dari Studio Perancangan Arsitektur telah dijalani selama lebih dari 12 minggu. Tahap demi tahap desain yang dibutuhkan dikerjakan dan diselesaikan
satu demi satu dan mampu dirangkai menjadi sebuah desain bangunan yang utuh. Banyak hal yang telah dibicarakan pada skripsi ini mulai dari hierarki ruang, pengaruh lansekap
terhadap iklim mikro, pembahasan fasade, tipologi bangunan bahkan hal-hal yang diluar desain seperti perjuangan, persistensi dan komitmen. Kesemua unsur tersebut tentunya
menjadi bagian penting dari pembelajaran Studio Perancangan Arsitektur 6 ini, sebab jika hanya membicarakan mengenai arsitektur saja, acapkali terlupakan bahwa ada sisi
humanis dan faktor X yang selalu menyertai sebuah desain atau sebuah proses secara umum. Setiap proses pengerjaan proyek, desain atau apapun juga membutuhkan
komitmen, perjuangan dan persistensi. Sebab apapun bentuknya, pengerjaan proyek atau
39
http:www.mediaproyek.com201307kaca-tempered-vs-kaca-laminated.html
Universitas Sumatera Utara
67 pekerjaan dalam jangka panjang akan mengundang rasa jenuh pada satu titik yang tentu
saja akan berpengaruh kepada performa dari pengerjaan proyek tersebut. Apa yang dapat diambil dari penjabaran diatas? Jangan berhenti di tengah jalan,
berjuang terus dan capailah garis akhir. Toh pada akhirnya hanya orang-orang yang mampu mencapai garis
finish lah yang mendapatkan penilaian dan catatan waktu pada sebuah perlombaan marathon. Terlepas dari berapapun catatan waktunya, semua
merupakan pemenang dan berhasil mengalahkan tantangan terbesar, yaitu diri sendiri. Karena orang-orang yang berhenti ditengah jalan dan tidak melanjutkan perlombaan telah
menyerah, maka mustahil untuk memberikan penilaian atau catatan waktu terhadap peserta tersebut. Penggunaan 2 paragraf penuh untuk pembuka dari penjabaran akhir
Studio Perancangan Arsitektur 6 ini dirasa penulis merupakan hal yang penting untuk ditulis dan diabadikan. Karena menurut penulis, dalam pengerjaan proses akhir ini banyak
sekali hal yang dapat diambil untuk kebaikan penulis kedepannya dan penulis ingin juga mengekspresikan rasa terima kasih melalui dua paragraf ini terhadap semua pihak yang
memberikan motivasi, inspirasi, dorongan, semangat dan dukungan sehingga penulis dapat melewati sidang
preview 2 dan sekarang mampu menulis dan menceritakan bagaimana proses itu terjadi.
Hasil Desain
Kembali ke topik utama, yaitu proses akhir persiapan presentasi dan penyelesaian desain rancangan. Sebelum membahas hal tersebut, penulis ingin membahas kembali
bangunan yang telah didesain dari awal hingga akhir sebagai rekapitulasi dari seluruh proses yang telah dilakukan. Proyek ini adalah bagian dari
masterplan Studio Perancangan Arsitektur 6 yaitu penataan kawasan muka sungai dengan tema
A River Runs Though It. Kelompok penulis mendapatkan tema urban lifestyle dan memiliki
Universitas Sumatera Utara
68 fungsi komersil campuran. Maka untuk mengakomodasi bagian dari gaya hidup, kawasan
muka sungai dan fungsi komersil campuran penulis mencoba merangkumnya menjadi satu dengan fungsi
shopping mall, kantor, dan ruang terbuka publik. Sasaran utama desainnya menggunakan prinsip-prinsip dari Abraham Maslow untuk hierarki ruangnya,
dimana penggunaan lantai dasar yang dekat manusia sebagai area umum yang dapat diakses oleh semua kalangan, sampai ke yang paling ekskusif diatas dan pada puncaknya
yaitu kantor sebagai tempat manusia untuk mengaktualisasikan diri dan mengejar tujuan hidupnya.
Wujud dari teori tersebut diaplikasikan kedalam desain berupa penggunaan ruang terbuka publik pada lantai dasar dan lantai
lower ground. Pada area ini terdapat jogging track yang mengelilingi tapak sebagai fasilitas umum, kemudian terdapat juga lapangan
basket dan futsal yang dapat digunakan sebagai area rekreasi yang terbuka untuk umum. Fasilitas lain juga berupa parkir sepeda dan
skate park, diharapkan dengan disediakannya fasilitas ini pengguna sepeda dan penggiat
bike to work dapat terfasilitasi dan lebih tertarik untuk menggunakan sepeda sebagai sarana transportasinya. Kemampuan dari
Ilustrasi 32 - Potongan 3D, Mall Hijau, Public Space Kuning, Kantor Merah
Universitas Sumatera Utara
69 bangunan dan tapak untuk mendukung kegiatan-kegiatan seperti inilah yang menjadi
perwujudan tema urban lifestyle. Penulis menginterpretasikan gaya hidup masyarakat
perkotaan sebagai gaya hidup yang maju, cerdas, memiliki kearifan lokal dan ramah terhadap lingkungan. Penggunaan sarana tranportasi umum, sepeda, dan berjalan kaki
adalah contoh gaya hidup masyarakat urban yang sebenarnya seperti yang sudah pernah penulis jabarkan sebelumnya.
Pada sepanjang area jogging track juga disediaka ruang-ruang kepada pedagang
kaki lima untuk menjajakan dagangannya sehingga kehadiran dari shopping mall ini
tidak serta merta akan menghilangkan dan menambah ketimpangan yang ada antara pemilik modal besar dan pemilik modal kecil. Dengan penataan yang demikian, maka
kesan umum terhadap pedagang kaki lima seperti liar, tidak mau ditertibkan, jorok dan
Ilustrasi 33 - Groundplan Kiri dan Denah Lt. 2 Kanan
Universitas Sumatera Utara
70 sebagainya diharapkan mampu perlahan menghilang dan digantikan dengan pedagang
kaki lima yang lebih baik lagi. Kemudahan pejalan kaki dan pengguna transportasi umum juga dirasakan disini, dimana akses untuk menuju tapak dari setiap sisi dimungkinkan.
Pada sisi Jl. Guru Patimpus, terdapat halte pemberhentian yang kemudian langsung menuju ke bagian bangunan yang terlindung dari paparan cuaca langsung, tentunya hal
ini juga akan membuat pejalan kaki menjadi lebih nyaman.
Universitas Sumatera Utara
71 Beralih ke lantai dua sampai 4 dimana pada bagian bangunan ini merupakan
wujud dari representasi bagaimana prestige dan merek menjadi penting. Zona ini
merupakan area shopping mall ya ng dalam interpretasi penulis merupakan cerminan dari
gaya hidup masyarakat kelas menengah atas kota Medan. Kecenderungan masyarakat kelas menengah untuk mengunjungi
shopping mall sebagai sarana rekreasi terjadi dimana-mana dan detailnya sudah ditulis pada bagian sebelumnya. Pada zona ini terbagi
menjadi 3 lantai, yaitu lantai 2 yang merupakan peralihan antara ruang publik dibawahnya dengan ruang
shopping mall diatasnya. Transisi pada lantai 2 berupa area komersil yang lebih umum dan tidak terdiri dari brand-bran d eksklusif, misalnya pada
Ilustrasi 34 - Denah Lantai 3 Kiri, dan Lt. 4 Kanan
Universitas Sumatera Utara
72 area ini terdapat toko buku, retail-retail baju
branded umum, serta retail-retail lainnya yang memiliki tingkat harga relatif terjangkau. Jika naik ke lantai be rikutnya maka disini
mulai ditemukan kafe-kafe dan gerai retail yang menjadi favorit kalangan urban. Gerai-
gerai kopi impor dan berbagai macam brand impor diletakan pada lantai ini sebagai usaha untuk mengakomodir kepentingan kalangan menengah atas. Pada lantai ini juga terdapat
foodcourt dan fitness center. Keduanya juga wujud dari gaya hidup masyarakat kelas menengah yang cenderung konsumtif dan serba praktis. Penyediaan fasilitas-fasilitas ini
penting karena akan menjadi daya tarik untuk konsumen menengah atas. Untuk lantai 4
jumlah gerai semakin berkurang, sebab area ini merupakan bagian yang lebih eksklusif, terbatas dan terdiri dari brand-brand eksklusif internasional. Selain itu produk-produk
handmade premium juga dipasarkan pada area ini sehingga menonjolkan bahwa area ini untuk kalangan yang t erbatas dan bersifat eksklusif.
Pada bagian tower, yaitu lantai 5-19 merupakan area perkantoran kreatif yang memiliki
taglin e “creative, fun and productive office”. Penciptaan suasana yang menyenangkan pada kantor dengan memberikan ruang-ruang interaksi serta area untuk
bermain video game pada saat waktu senggang memberikan kesan lebih manusiawi serta memberi ruang kepada sisi humanis manusia untuk menampakan dirinya ditengah
tekanan kantor yang selalu menuntut performa yang optimal. Selain itu juga terdapat
Ilustrasi 35 - Denah Lt 6-10 Kiri, Lt. 5 Kanan
Universitas Sumatera Utara
73 kafetaria khusus untuk kantor, sehingga pengguna kantor tidak perlu untuk turun jauh dari
kantor hanya untuk makan atau menikmati secangkir kopi sambil berkumpul dengan rekan-rekan kerjanya. Efisiensi ini tentunya akan memotong waktu perjalanan dari
pengguna untuk berpindah yang artinya lebih banyak waktu istirahat dan pengguna kantor lebih segar saat harus beaktivitas kembali.
Pada dasarnya semua hal yang telah dijabarkan diatas, mulai dari desain lantai dasar sampai desain tower merupakan perwujudan dari konsep Humanopolis. Dimana
sebuah lingkungan harus mampu mendukung dan nyaman bagi kegiatan penggunanya,
Ilustrasi 37 - Denah Lt. 11 Kiri Lt 12-19 Kanan
Ilustrasi 36 - Promenade Jogging Track
Universitas Sumatera Utara
74 serta bertanggung jawab terhadap alam sekitarnya. Desain yang seperti ini tentunya akan
membimbing ke arah desain yang lebih berkelanjutan serta mapu menciptakan desain yang lebih ramah terhadap pengunjung, pengguna, serta tentunya kepada kota tempat
yang mewadahi bangunan ini.
Universitas Sumatera Utara
80
DAFTAR PUSTAKA
Kielgast, Louise. 2014. The Cities of the Future are People-Friendly Cities, Online,
http:denmark.dkengreen-livingbicycle-culturethe-cities-of-the-future-are-people- friendly-cities, diakses 30 Maret 2014.
Budihardjo, E. Hardjohubojo, S. 2009 Wawasan Lingkungan Dalam Pembangunan
Perkotaan, PT Alumni, Bandung. Project for Public Spaces. 2011.
What Makes a Successful Place?, Online, http:www.pps.orgreferencegrplacefeat, diakses 30 Maret 2014.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2012. Suhu Udara Rata-rata Kota Medan Tahun
2012, Online, http:sumut.bps.go.id?opt=1qw=tstasekkd=2401, diakses 4 April 2014.
Mcmoran, Paul.
2014. Reducing
the Heat
With Vegetation,
Online, http:www.baag.com.au?p=5985
, diakses 7 Mei 2014. Badan Pusat Statistik. 2013.
Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun
1987-2012. Onine,
http:www.bps.go.idtab_subview.php?tabel=1id_subyek=17notab=12, diakses 4 April 2014.
Neuferts, Ernst. Amril, Sjamsu. 1995. Data Arsitek Jilid 2, Penerbit Erlangga,
Jakarta. Walk Score advisory board. 2013.
Measure Walkability Score ChangeLab
Solutions. 2014.
Human-Scale Building
Façade, Online,
http:changelabsolutions.orgchildhood-obesityhuman-scale-building-facade, diakses 7 Mei 2014.
Suratmo, Yayat. 11 April 2013. Gempuran Pusat Belanja. Info Bisnis Internasional,
Online, http:www.infobisnisinternasional.comberitalifestyle11april2013gempuran-pusat-
belanja.
Universitas Sumatera Utara
81 Atmadijaja, Indra Saleh. 2009. Masihkah Kota-kota Indonesia Butuh Mall? Online,
http:www.penataanruang.netbulletinview_printart.asp?idart=126. Tauhid. 2008.
Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara Siang Hari Studi Kasus: Kawasan Simpang Lima Kota Semarang. Tesis Program Studi Ilmu
Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Maslow, Abraham. 1943 A Preface to Motivational Theory .
Psychosomatic Medicine, 5, 85-92.
Maslow, Abraham. 1954. Motivation and personality. New York, NY: Harper. pp. 91.
Maslow, Abraham 1998. Towards a Psychology of Being. Wiley; 3rd edition. p. 89.
Juwana, J.S. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
75
EPILOGUE
Setelah merekapitulasi apa yang telah dikerjakan selama kurang lebih 15 minggu, akhirnya tiba juga tahap evaluasi desain yaitu
preview 2 yang menjadi sidang akhir Studio Perancangan Arsitektur 6 sekaligus penutup seluruh rangkaian kegiatan studio ini.
Perasaan lelah, gugup, ragu, jenuh dan sebagainya tentu menyelimuti pikiran seluruh peserta studio ini. Termasuk penulis yang merasakan hal-hal tersebut, tetapi anehnya
menjelang pengumpulan gambar, penulis tidak merasakan hal yang sama seperti saat sidang
preview 1, kali ini suasana terasa lebih tenang dan tidak terasa kepanikan berlebih seperti saat itu. Mungkin kejenuhan dan kepasrahan terhadap hasil akhir telah
mengalihkan pikiran dari perasaaan semacam itu sehingga penulis benar-benar merasa tenang, yang kemudian jika dipikirkan kembali sebenarnya perasaan tenang saat itu
sangat mengerikan. Hari-hari penuh ketenangan tersebut juga ternyata dibarengi oleh kepasifan dalam
proses pengerjaan desain. Tentunya hal ini akan menjadi sangat menakutkan untuk setiap orang yang sedang mengejar
deadline, sebab perasaan semacam ini mampu membuat kita terlena atau bahkan berpikiran bahwa proses ini lewat tanpa perlu dipikirkan terlalu jauh.
Pikiran berbahaya semacam ini terlintas berkali-kali di pikiran penulis dan sempat membuat penulis tidak melakukan proses apapun dalam 2 hari penuh. Beruntung penulis
memiliki orang tua sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan penuh, baik itu lewat telepon, pesan singkat, pesan instan, atau bertemu langsung. Dukungan-dukungan
seperti ini sangat penting dalam segala aspek kehidupan, penulis percaya bahwa dengan adanya dukungan seperti ini pekerjaan akan terasa lebih mudah, serta menjadi lebih
bermakna karena hasil dari pekerjaan tersebut tentu akan didedikasikan kepada seluruh orang yang mendukung.
Universitas Sumatera Utara
76 Kembali ke tahapan desain, pada minggu ini memasuki tahapan presentasi akhir.
Progres yang dilakukan penulis sebenarnya sudah hampir selesai semua, namun kendala- kendala seperti yang disebutkan diatas ternyata menjadi halangan yang besar dalam
menyelesaikan apa yang seharusnya diselesaikan oleh penulis. Intstruksi yang diberikan oleh koordinator Studio Perancangan Arsitektur 6 ini sebenarnya sangat jelas dan
terstruktur. Desain dan layout dari poster presentasi dibuat terlebih dahulu, kemudian
diverifikasi untuk memeriksa seberapa jauh progres yang telah dikerjakan oleh peserta studio. Dengan bantuan asisten koordinator, maka proses tersebut dimulai dan
berlangsung selama satu minggu. Mulailah giliran penulis untuk diverifikasi, satu demi satu gambar yang telah selesai dibuat diverifikasi sesuai dengan layout yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Validasi gambar yang sudah ada pun dilakukan sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap proses desain ini. Untungnya proses ini berhasil dilewati
dengan baik, tentunya tetap dengan dukungan dari erbagai pihak, khusus kali ini penulis benar-enar menaruh hormat terhadap koordinator dan asisten koordinator Studio
Perancangan Arsitektur 6, terlihat betul bagaimana dedikasi beliau terhadap mata kuliah ini, serta perhatianna terhadap para mahasiswa peserta studio ini. Bentuk dukungan
koordinator seperti ini, yang selalu hadir di studio, memberikan bimbingan saat diperlukan tentunya merupakan contoh positif yang sebelumnya penulis tidak rasakan di
studio-studio yang telah penulis lewati. Setelah validasi selesai, maka mulailah perjuangan akhir, yaitu menyusun poster
untuk disajikan pada sidang akhir studio. Penulis merasakan jika mengerjakan hanya di studio saja dirasa tidak cukup, maka akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah
salah satu sahabat yang kebetulan dekat dengan kampus. Inilah juga salah satu dukungan luar biasa yang dirasakan, karena selain memberikan masukan dan saran, sahabt penulis
juga memberikan bantuan untuk melakukan beberapa drafting serta penyusunan layout
Universitas Sumatera Utara
77 poster untuk presentasi akhir. Selama 2 hari penuh penulis menginap dan menumpang
mengerjakan tugas disana, dan dukungan moral yang diberikan oleh sahabat-sahabat tentunya sangat membantu penulis untuk berjuang menyelesaikan proses ini. Sempat
beberapa kali penulis merasakan putus asa saat mengerjakan, tetapi diingatkan untuk menyelesaikan proses yang sebenarnya tinggal sedikit lagi ini. Sampai akhirnya penulis
mampu menyelesaikan gambar dan mencetaknya sehari sebelum pameran dibuka. Ternyata setelah gambar dipasang di tempat pameran, penulis diingatkan oleh
asisten koordinator bahwa masih ada maket yang harus dikerjakan. Pada awalnya penulis merasa tidak mungkin untuk mengerjakan maket tersebut dalam waktu yang tersisa,
sehingga penulis merasa tidak mampu untuk mengerjakannya. Tetapi ternyata asisten kordinator dengan semangat dan antusiasmenya mampu menularkan hal tersebut dan
membuat penulis memutuskan untuk mengerjakan maket tersebut. Ditemani seorang sahabat lainnya, penulis kemudian membeli bahan-bahan maket di daerah kampus, total
biaya yang dikeluarkan ternyata kurang dari Rp 100.000 dan ternyata sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh koordinator. Teringat salah satu pesan di milis yang disampaikan
oleh koordinator bahwa pembuatan maket merupakan bagian dari proses perancangan dan bukanlah sekedar pelengkap penyajian atau bagian hura-hura yang pada akhirnya
membuang banyak biaya yang tidak diperlukan. Menurut penulis tentunya hal ini adalah sesuatu yang harus dipikirkan juga kedepannya, karena memang benar apa yang
disampaikan oleh beliau. Sebagai bagian dari studi, maka tentunya ini tidak harus mahal dan lebih mudah untuk peserta studi untuk mengerjakannya. Bahkan ada satu kata yang
menjadi penutup pesan dari beliau yaitu “ nonsense”, setelah dipikir-pikir memang benar
demikian adanya, menjadi tak berarti lagi proses tersebut jika melibatkan biaya berjuta- juta dan dikerjakan hanya menunggu jadi.
Universitas Sumatera Utara
78 Ada kejadian menarik, lucu sekaligus agak tragis sebnarnya saat mulai
mengerjakan maket tersebut. Masih dirumah salah satu sahabat penulis yang ditumpangi untuk mengerjakan poster, beberapa sahabat lainnya datang untuk memberikan bantuan
dalam pembuatan maket. Pengerjaan direncanakan dimulai jam 12 malam, karena memang waktu saat semua tiba dirumah sudah menunjukan pukul 11 malam, sehingga
waktu satu jam digunakan untuk beristirahat terlebih dahulu. Tetapi ternyata, semua orang diruangan tersebut tertidur hingga waktu subuh. Bahkan salah satu sahabat yang
tidak ikut tidur larut pada malam-malam sebelumnya ikut tertidur sampai subuh. Setelah terbangun dari tidur, penulis yang bangun paling awal melihat jam dan langsung
merasakan bahwa tak mungkin menyelesaikan semuanya dalam waktu sesingkat ini. Mungkin inilah perasaan putus asa penulis yang benar-benar terasa sepanjang pengerjaan
maket studi ini. Tetapi salah satu sahabat meyakinkan untuk tetap melanjutkan, sebab masih ada waktu 24 jam penuh sebelum sidang dan dia yakin apapun hasilnya, pasti
maket itu bisa diselesaikan dan dibawa saat sidang. Setelah merasa yakin, maka proses pengerjaan maket pun dimulai. Penulis dan
sahabat-sahabat memulai dengan membuat tapak maket sederhana dengan mencetak di atas kertas dan di tempel di atas stirofoam yang dilapis kertas karton hitam. Kemudian
untuk modelnya, penulis menggunakan gambar 3 dimensi yang dibuat di sketchup,
kemudian dpecah-pecah menurut permukaan yang akan dibuat pada maket. Proses ini tentunya memakan waktu yang tidak sebentar, karena untuk memisah-misahkan
permukaan tersebut tidaklah mudah dan tidak sedikit jumlahnya. Tetapi jika dikerjakan tentu pada akhirnya akan selesai juga. Setelah penulis berhasil memecah permukaan yang
akan digunakan, permukaan tersebut dicetak diatas kertas kemudian ditempel pada kertas lain yang lebih tebal sehingga dapat dibuat menjadi maket studi. Proses ini dilakukan
berulang-ulang sampai seluruh permukaan yang menjadi maket selesai ditempel, dan
Universitas Sumatera Utara
79 akhirnya maket bangunan ini pun berhasil dibuat. Walaupun dengan segala kekurangan
disana-sini, tetapi maket tersebut berhasil dibuat dan nyata wujudnya. Setelah dibawa ke kampus untuk disimpan sebelum sidang, maka malam ini digunakan untuk istirahat dan
menyimpan tenaga serta berdoa untuk sidang keesokan harinya. Hari-hari panjang pengerjaan perancangan di studio ini mencapai titik akhirnya. Sampai tulisan ini selesai
ditulis, hasil dari sidang belum dikeluarkan juga, mudah-mudahan seluruh peserta studio diluluskan dengan nilai yang memuaskan dan mampu melanjutkan apa-apa yang ingin
dicapai atau dikerjakannya. Mungkin ini hanya sekedar kalimat yang menjadi penutup dari seluruh proses
yang panjang. Masih jelas betul dikepala penulis bagaimana pada awalnya penylis memulai skripsi ini, tidak terasa sudah sampai pada bagian akhir dan ini adalah draf
terakhir yang akan dikirim sebelum disusun menjadi satu kesatuan tulisan yang lebih rapi dan terorganisir. Banyak sekali hal yang terjadi sepanjang penulisan skripsi dan
pengerjaan desain studio perancangan arsitektur 6 ini. Puji syukur sebesar-besarnya tentunya diucapkan kepada Allah SWT oleh penulis karena dikuatkan untuk mencapai
proses ini. Sebelum penulis mulai mengucapkan kata-kata yang diluar topik lagi, maka penulis ingin mengucapkan sampai jumpa, mudah-mudahan ada kesempatan untuk
berbagi lagi pada tulisan-tulisan yang lainnya. Addio See you next time
Universitas Sumatera Utara