Representasi Keberangkatan Ibadah Haji dalam Novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai

Kajian Linguistik, Februari 2014,141-160 Copyright ©2014, Program Stud; Linguistik FiB USu, 1SSN 1693-4660

Tahun ke-11, No 1

REPRESENTASI KEBERANGKATAN IBADAH HAJI DALAM NOVEL
artsf@eklugmypセ

Prina Yelly Universitas Sumatera Utara
Ikhwanuddin Nasution FIB Universitas Sumatera Utara

Abstract
This research isintended describe the departure of pilgrimage 1970 in the novel "Ular Keempat" by Gus TF Sakai intrinsic approach. The intrinsic approach used in this research to identify, review, and describe relationship between An intrinsic element. The intrinsic element which addressedin this research are plot and pemplotan, characters and characterizations, setting, theme, message, and point of view. The method used in this research is descriptive-qualitative methods. The research data consisted of subject and object. Data collection techniques in the form of in depth interviews. Techniques of data analysis peiformed with Content Analysis to uncover, understand, and get the message that exist in the novel.
Keyword: Intrinsic, plot andpemplotan, characters and characterizations, setting, theme, message andpoint ofview

PENDAHULUAN
Novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai menceritakan pergulatan batin seseorang ketika menjalankan ibadah haji. Pergulatan batin ini dapat dilihat dari empat ular yang ditampilkan dalam cerita. Keempat ular ini sarat dengan simbol. Ular pertama menyimbolkan tentang sikap asosial dan egois. Ular kedua menyimbolkan berhaji karena kebanggaan. Ular ketiga menyimbolkan ketamakan, ke!aliman, dan kerakusan dalam memperebutkan kepemimpinan. Dlar keempat menyimboJkan nafsu manusia terbesar, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi (mengutamakan hubungan manusia dengan Tuhan (hablulminalla) dan mengesampingkan hubungan manusia dengan manusia hablulminannas). Inilah nafsu yang paling berbahaya dalam kehidupan manusia. Ular keempat ini merupakan bentuk kealpaan tokoh utama terhadap "pesan" dari tiga ular sebelumnya, karena dia masih berkeinginan untuk kembali melakukan haji di musim haji berikutnya.
Ular Keempat karya Gus TF Sakai mengangkat fakta sejarah menjadi sebuah fiksi. Ide ceritanya berasal dari kekisruhan keberangkatan haji dengan kapal Gambela pada tabun 1970. Rombongan haji tersebut berangkat ke Tanah Suci melalui "Tour Taaruf" yang diseJenggarakan oJeh Husami (Himpunan Usaha Muslim Indonesia). Keberangkatan haji ini tidak sesuai dengan peraturan pemerintah tabun 1969. Oleh karena itu, keberangkatan haji ini ditentang oleh pemerintah, karena keberangkatan tersebut merupakan keberangkatan yang ilega1.
Adapun alasan ,peneliti mengangkat novel Ular. Keempat karya Gus TF Sakai sebagai objek kajian karena novel ini sarat dengan unsur-unsur religius dan reiigiositas tentang ibadah haji (rukun Islam yang kelima). Unsur-unsur religius dan religiositas yang

Prina Yelly
terdapat dalam novel tersebut adalah hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya. Hubungan-hubungan tersebut dibahas berdasarkan Jenis dan Wujud Pesan Moral yang terdapat pada Teori Pengkajian Fiksi karangan Burhan Nurgiyantoro (1995).

Selain itu, novel ini termasuk karya yang konvensional. Alur novel ini dihadirkan secara wajar mulai dari bab satu sampai bab terakhir, yang saling berhubungan dan bersifat dinamis. Tokoh dihadirkan nyata, utuh seperti sosok pribadi yang lengkap dengan konflik sebagai bagian dari persoalan sosial yang teJjadi dalam masyarakat.
Persoalan sosial masyarakat yang terjadi dalam novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai ini adalah haji sebagai realitas sosial, keadaan sosial politik, peristiwa PRRI (1958), persoalan demokrasi yang ada di Minangkabau dihubungkan dengan ingatan tokoh utama (Janir) tentang kampung halamannya.
Persoalan sos1al masyarakat yang terdapat dalam novel ini dikaji berdasarkan unsur intrlnsik. Vnsur intrinsik yang dibahas dalam penelitian ini adalah plot dan pemplotan, tokoh dan penokohan, Jatar, tema, amanat, dan sudut pandang atau pointC!fview
LANDASAN TEORI
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara- sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga berguna untuk menjeJaskan dan meramalkan fenomena. Adanya peran konstruk (konsep) menjadikan penelitian lebih memahami, serta melakukan pembatasan dalam rangka menjawab setiap permasalahan yang timbul. Sesuai dengan format penelitian yang dibuat dalam format desain deskriptif-kualitatif, maka digunakan pendekatan struktural.
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Fonnalis Rusia dan strukturalisme Praha. Pendekatan ini mendapat pengaruh langsung dari teori Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronik ke pendekatan sinkronik (Nurgiyantoro, 1995: 36).
Sebuah karya sastra (fiksi ataupun puisi) menorut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Oi satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponen yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams, 1981 dalam Nurgiyantoro, 1995: 36).
Adapun tujuan menganalisis struktural itu adalah untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitannya antarberbagai unsor karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain.
Vnsur intrinsik yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah plot dan pemplotan (alur), tokoh dan penokohan, latar, tema, amanat dan sudut pandang.
Plot dan Pemplotan
Plot merupakan unsur yang terpenting dalam sebuah karya fiksi. Dalam tinjauan struktural terhadap karya ftksi yang paling ditekankan pada pembicaraan yaitu plot. Plot dalam sebuah karya fiksi adalah sesuatu yang kompleks, ruwit, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antarperistiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami (Nurgiyantoro, 1995: 110).
:.-.
142

Kajian Linguistik, Tahun Ke-ll, No I, Februari 2014

Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya


naratif atau 、セ@イ

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungn tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang diJakukan

dalam tindakan (Abraham dalam Nurgiyantoro, 2005: 165).

Tokoh dan penokohan dalam penelitian ini digunakan untuk membedakan tokoh yang satu dengan tokoh lainnya, berdasarkan watak atau karakter masing-masing tokoh supaya lebih mudah menentukan kualitas pribadi daripada diIihat secara fisik.

Latar

Latar atau setting daJam karya sastra merupakan satu eJemen pembentuk cerita yang sangat penting, sebab elemen tersebut dapat menentukan situasi umum sebuah karya (Abrams dalam Fananie, 2000: 97).

Latar dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji unsur latar. Vnsur tersebut merupakan pijakan berlangsungnya sebuah cerita, karena dapat menawarkan permasalahan yang berbeda-beda dan dapat dibicarakan tersendiri, padahal secara kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Tema

Menurut Sudjiman (1991: 50) tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya. Adanya tema membuat karya lebih penting. Menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Nurgiantoro, 1995: 68), tema atau ide cerita merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur yang semantis dan menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.


Amanat

Amanat adalah pesan moral yang· disampaikan seseorang kepada orang Jain, baik berupa penyampaian langsung maupun tidak langsung. Pesan moral yang terdapat dalam karya fiksi senantiasa menawarkan hubungan sifat-sifat luhur kemanusiaan, mempetjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur tersebut pada hakikatnya bersifat universal (Nurgiyantoro, 1995: 322).

Sndut Pandang

Abrams (daJam Nurgiyantoro, 1995: 248) mengatakan bahwa sudut pandang (point of view) adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita daIam sebuah karya fiksi (novel) kepada pembacanya. Adapun hakekat dari sudut pandang tersebut adaJah untuk mengatur strategi, teknik, dan siasat dengan cara sengaja yang dipilih oleh pengarang agar dapat mengemungkakan gagasan dan ceritanya.

METODOLOGI

Desain Penelitian

Penelitian terhadap novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai akan dilakukan dengan menggunakan format desain deskriptif-kualitatif, dengan anal isis konten (isi).

オセイョ@・エ

Bungin (2008: 68) @「セキ。

format desain deskriptif-kualitatif banyak


memiliki kesamaan dengan desain deskriptif-kuantitatif, karena itu desain deskriptif-

kualitaif bisa disebut pula dengan kuasi kualitatif atau desain kuaiitatif semu. Artinya,

143

Prina felly

desain ini belum benar-benar kualitatif karena bentuknya masib dipengaruhi oJeb tradisi kuantitatif, terntama dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya.

Analisis konten (isi) digunakan peneliti untuk mengungkap, memahami, menangkap pesan karya sastra. Pemahaman tersebut menganda1kan tafsir sastra yang rigid, artinya peneliti telah membangun konsep yang akan diungkapkan, barn memasuki karya sastra.

Lokasi Peoelitiao

PeneJitian ini diJakukan di Kodya Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

SumberData

Sumber data primer da1am peneJitian ini adalah novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai. Disamping itu sumber data sekunder diperoJeh dari buku-buku, dokumentasidokementasi yang berhubungan dengan penelitian ini.


Teknik Peugumpulau Data

Pengumpulan data da)am penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka (library research). Teknik ini digunakan karena sumber datanya bersifat tertuJis yang lebih dominan. Teknik studi pustaka adalah penelitian atau penyelidikan terhadap semua buku, karangan, dan tuJisan mengenai suatu bidang ilmu, topik, dan gejaJa suatu kejadian (Moeliono, 1990: 713).

Metode pengumpulan data secara hermeutik dimulai dengan membaca novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai, karena sumber data yang dominan ada pada karya tersebut. Langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan:

1. Dengan bekal pengetahuan, wawasan, kemampuan, dan kepekaan yang dimiliki peneliti membaca novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai sekritis, secermat, dan seteliti mungkin.
2. Membaca sumber data secara kesinambungan bernlang-ulang. 3. Setelah langkah kedua, peneliti membaca sekali lagi sumber data untuk memberi
tanda bagian-bagian yang diangkat menjadi data yang akan dianalisis lebib Janjut.

Dengan langkah-Jangkab tersebut, dapat diperoleh data pengbayatan dan memahami artj dan makna tentang karya sastra yang diteliti secara mendaJam dan mencukupi.

Teknik Aoalisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan teknik analisis konten (isi). Analisis konten digunakan peneliti untuk mengungkap, memahami, menangkap pesan karya sastra. Pemahaman tersebut mengandalkan tafsir sastra yang rigid, artinya peneliti teJah membangun konsep yang akan diungkapkan, barn memasuki karya sastra. Aspek penting dari analisis konten adalab bagimana hasil analisis tersebut dapat diimplikasikan pada siapa saja (Endraswara, 2008: 161).

). Gambarao Umum dalam Novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai Teotang Keberaogkatao Ibadab Haji pada Tabuo 1970

Sioopsis Novel Ular Keempat


Novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai menceritakan tentang keberangkatan

rombongan jemaah haji dengan kapal Rupit dan KapaJ Ogan. Peristiwa tersebut terjadi 16

Januari 1970. Kapal Rupit tersebut membawa rombongan jemaah haji sebanyak 477

orang yang berasal dari Bima, Lombok, Sulawesi Selatan, 。j@セ

Timur dan Kalimantan

SeJatan.

"

セN@

144

Kajian Linguistik, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014
Rombongan jemaah haji ini berangkat ke Tanah Suci melalui biro peIjalanan swasta yang bemama "Tour Taaruf' yang diselenggarakan oleh Husami (Himpunan Muslim Indonesia). Paspor yang digunakan rombongan jemaah haji tersebut adalah ilegaJ. O]eh karena itu, rombongan jemaah haji ini diJarang o]eh pemerintah Indonesia untuk me]anjutkan peIjalanan hajinya. Berbagai halangan dilakukan oleh pemerintah untuk menggagalkan perjalanan haji jemaah kapa} Rupit dan Ogan ini.

Janir da]am novel Ular Keempat dihadirkan sebagai tokoh utama yang akan berangkat ke Makkah, bersama rombongan jemaah haji Kapal Rupit, dengan memakai paspor yang tidak berlaku untuk negara Arab Saudi pada saat haji.
Janir adaJah orang Minangkabau yang pergi merantau ke Jakarta akibat peristiwa PRRL Peristiwa tersebut membuat dia harus kehilangan keluarga akibat perang saudara (tentara pusat dengan tentara daerah) karena paman Janir yang bemama Mak Nuan dituduh tentara pusat (APRI) sebagai mata-mata, kemudian tentara tersebut membunuh paman Janir.
Janir di Jakarta bekeIja disebuah rumah makan milik orang kampungnya, tiga tahun kemudian dia dibawa oleh pengusaha rumah makan yang berasal dari kampungnya juga ke Surabaya. Di Surabaya selama tiga tahun Janir sudah diizinkan oJeh pengusaha tersebut untuk membuka rumah makan kecil dengan modal sendiri, seputuh tahun kemudian Janir sudah menjadi pengusaha rumah makan, kemudian Janir berhaji sampai duakaH.
Petjalanan haji yang keduanya Janir memilih biro perjalanan swasta karena romit dan mahalnya prosedur dari pemerintah. Biro perjalanan swasta tersebut menurut pemerintah ilegal sebab tidak sesuai dengan peratura!1 pemerintah tahun 1969, rnakanya perjalanan tersebut dihalang-halangi oleh pemerintah.
Kapten kapal Ogan dan Kapten kapat Rupit menemui dinas imigrasi mereka pada pertengahan malam· sekitar pukul 23.00. Di lain tempat, Janir pun berunding dengan anggota tim pemimpin jemaah Jainnya. Anggota tim pemimpin jemaah tersebut terdiri dari Pak Thayeb Abdullah dan Pak Siddik Abu Bakar dari Sima, Pak Kiai Agus Alwi dari Lombok, Pak Subli Ahmad dari Banjarmasin.
Kapten kapal Rupit kernbali ke kapal menjelang pagi setelah menemui dinas imigrasi mereka. Kapten kapa} Rupit memanggil Janir pukuJ 11.00, kemudian dia menemui Kapten tersebut. Kapten itu memberikan sebuah gulungan kertas kepada Janir. Gu]ungan kertas tersebut bertuliskan, bahwa kapal Rupit harns kembaJi ke Jakarta, begitu juga dengan kapa] Ogan.
Kapal Rupit berputar arah menuju Jakarta. Di petjalanan pulang ke Indonesia rombongan ini mengatur rencana supaya mereka tetap sampai Ice Port Swettenham (pelabuhan Kua]aJurnpur, Malaysia). Lima dari pimpinan jemaah haji tersebut, salah satunya adalah Janir.
Janir dan pimpinan yang lain berusaha rnenyakinkan Kapten kapal mereka agar berani berjuang untuk mengantarkan rombongan jemaah ini ke Port Swettenham. AwaJnya, Kapten kapal itu tidak berani memutar arah kapaJ ke Port Swettenham, tetapi akhimya Janir dan pimpinan jemaah haji lainnya berhasil meyakinkan Kapten dengan cara mengatakan bahwa mereka akan berontak dan bersedia mati syahid jika tidak di bawa ke Port Swettenham, kemudian Kapten menyetujui permintaan mereka untuk :." mengantar rombongan jemaah haji ini ke Port Swettenham tersebut. Setelah itq,,,Kapten memberitahukan kepada para jemaah haji dan anak buah kapalnya, bahwa mereka akan berlayar ke Port Swettenham.
145

Prina Yelly
Di Port Swettenham rombongan jemaah ini memindabkan barang bawaan mereka melalui pengangkut barang yang telab disiapkan. Rombongan yang lebih dulu dipindahkan adalab rombongan Bima, yang disusul oleh rombongan Lombok dan Jawa Timur. Saat itu, hujan deras menyertai kepindahan mereka, ketika pemindahan belum selesai, tiba-tiba datang sebuah motor boat (dikendarai oleh dinas Imigrasi Malaysia), kemudian dia naik kapal dan melarang dinas imigrasi kapal Rupit untuk pindah ke kapal Gambela.

Janir teringat peIjaJanannya ke Teluk Bayur, yakni ketika usai perang PRRI dengan APRI. Usai perang tersebut, Janir memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya, dari daerah Darek menuju ke Teluk Bayur ditempuhnya selama berhari-hari, beruntung jika dia bel1emu dengan iring-iringan pedati, maka dia bisa menumpangnya, walaupun PRRJ telah kalah, tetapi tetap saja rombongan-rombongan pedati tidak bisa bebas melewati pos-pos penjagaan. Selain mengingat kampung halamannya, Janir juga teringat akan janji Guru Muqri yang akan memberikannya tiga cerita, tiga kisah, apa bila dia kembali berhaji.

Selama empat belas hari di atas kapal Gambela, rombongan ini baru bisa masuk ke Saudi Arabia. Sebelum kapal ini merapat ke darat, terlebih dabulu rombongan ini mendapat pengumuman untuk antri selama dua puluh empat jam, sebab kapal haji dad Filipina, Malaysia, dan Afrika, lebih dulu datang dari kapal mereka. Tetapi, tidak sampai satu jam kemudian, dua buah motor boat (dinas imigrasi Arab Saudi dan petugas atau utusan kerajaan) datang ke kapal Gambela. Petugas kerajaan itu menya]ami mereka dan mengucapkan selamat datang.

Hari pertama di Saudi Arabia, Janir dan kawan-kawannya menginap di Madinatul Hujajaj (Asrama Haji). Di Madinatul Hujqjaj, Janir dan rombongannya barn bisa beristirahat dengan tenang, seteJab beberapa lama istirahat Janir dibangunkan oleh seorang mahasiswa Indonesia di Saudi Arabia, untuk pergi ke vila Raja, sebab Raja mengundang mereka ke vila tersebut.

Di Mekkab Janir dan rombongan jemaah haji itu terlebih dahulu mengambil haji


lfiad, yaitu mendahulukan ibadah haji dan baru ュ@ョ。イ・ァェォセ

umrah. Saat melaksanakan

ibadah haji, temyata Guru Muqri menepati janjinya untuk memberikan Janir tiga cerita

yang ada disekitamya.

Tiga cerita tersebut, diberikan Guru Muqri lewat utusannya. Setiap cerita yang datang dari Guru Muqri lebih dahulu melalui mimpinya, seperti sebuah surat yang berisi cerita. lsi surat itu adalah cerita pertama yang diberikan Guru Muqri kepada Janir Jewat utusannya di Baitullah, yang memberitahukan bahwa cerita yang datang dalam mimpi Janir tersebut adalah cerita pertama darinya.

Di kapal Gambela, saat memasuki perairan Indonesia, Janir memperoleh cerita melalui mimpinya. Mimpi itu bercerita tentang orang-orang dikampungnya yang beribadah bukan karena Allah SWT, melainkan karena warisan turun-temurun dan dia pergi haji ke Mekkah tidak lebih hanya karena kebanggaan.

Gambela telah memasuki Selat Sunda, Janir dan rombongan jemaah haji telah sampai di tanah air. Di tanah air berbagai berita dari media cetak menceritakan keberangkatan haji mereka.

146

Kaj;an Linguistik, Tahun Ke-J J, No J, Februari 2014
2. Unsnr Intrinsik
Plot dan Pemplotan

1. Peristiwa Keberangkatan Ibadah Haji tahnn 1970 dalam Novel Ufar Keempat
Peristiwa yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah peristiwa fungsional, peristiwa kaitan, dan peristiwa acuan. Ketiga peristiwa tersebut dijelaskan di bawah ini.
a. Peristiwa Fungsional
Novel Ular Keempat karya Gus TF Sakai menceritakan tentang keberangkatan rombonganjemaah haji dengan kapal Rupit dan Kapal Ogan. Peristiwa tersebut tetjadi 16 Januari 1970. Kapal Rupit tersebut membawa rombongan jemaah hajj sebanyak 477 orang yang berasal dari Bima, Lombok, Sulawesi Seiatan, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, sedangkan kapal Ogan membawa rombongan haji yang berasal dari daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta dan seluruh Sumatera.
Rombongan jemaah haji ini berangkat ke Tanah Suci melalui biro petjaJanan "Tour Taaruf' yang diselenggarakan oleh Husami (Himpunan Muslim Indonesia). Paspor yang digunakan rombongan jemaah haji tersebut bertuliskan "Perhatikan! Paspor ini tidak berlaku untuk negara Arab Saudi di musim haji.
" ... Dan merdeka? Bahkan, di paspor kami ada cap tebal persegi panjang berhuruf kapital: Perhatikan! Paspor ini tidak berlaku untuk negara Arab Saudi di Musirn hajj" (Sakai, 2005: 2).
Oleh karena itu, rombongan jemaah haji ini dilarang oleh pemerintah Indonesia untuk melanjutkan perjalanan hajinya. Berbagai halangan dilakukan oleh pemerintah untuk menggagalkan perjalanan haji jemaah kapaJ Rupit dan Ogan ini.
b. Peristiwa Kaitan
Cerita di mulai dari keberangkatan haji kedua dari tokoh Janir dengan rombongan jernaah haji di Kapal Rupit. Di Singapura, rombongan haji kapal Rupit menunggu kedatangan rombongan jemaah haji di kapal Ogan selama dua hari. Kedua kapal tersebut akan sarna-sarna berlayar Port Sweettenham (pelabuhan Malaysia). Oi pelabuhan tersebut, rombongan haji kedua kapal itu akan dipindahkan ke kapal Gambela.
KapaJ Ogan membawa rombongan haji yang berasal dari daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta dan seluruh Sumatera. Ketika mendengar kata Sumatera, ingatan tokoh Janir melayang pada masa lalu (saat berada di kampung halamannya).
"Hujan sejak subuh, tapi kami telah berada di Rupit yang entah masih menunggu apa..." (Sakai, 2005: 1).
"Labuh jangkar hari kedua di Singapura. Hari kedua yang, menurut rencana itu, Ogan akan datang-tiba dari Jakarta" (Sakai, 2005: 11).
Selesai Jumat, ketua tim pimpinan jemaah di Ogan, Pak Haji DaJari Umar, berkunjung ke Rupit. Orangnya belum begitu tua, badannya kekar. Mukanya dipenuhi jambamg dan jenggot mengesankan ia seorang yang keras. Ia datang dengan berita, Besok kita berlayar. Ke Port Swettenham. Di sana kita pindah ke kapal Gambela, dan terus ke Jeddah (Sakai, 2005: 16).
Menurut rencana, besok 21 Januari 1970, kami akan ovell$hip (pindah kapal) ke kapal Gambela yang mungkin sudah lama menanti. Besok kami juga mesti menanti kawan-kawan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan seluruh
147

Prina Yelly
Sumatra yang berangkat dengan Ogan dari Jakarta. Sumatra! lngatan tentang kampung itu tiba-tiba kembali mendera, dan aku segera menepisnya (Sakai, 2005: 9). •
Perjalanan rombongan haji kedua kapal tersebut dihalang-halangi oleh pemerintah. Rombongan haji tersebut menggunakan paspor ilegal. Kesulitan pertama dialami mereka ketika berada di Pelabuhan Singapura. Rombongan haji ini dirninta untuk rneninggalkan Singapura dan kembali ke Indonesia oleh dinas irnigrasi Singapura.
Pagi yang mengejutkan. Beberapa utusan rnengunjungi kami para pernimpim Rupit. Kesimpulan tiba-tiba: Pernerintahan Singapura tidak mengizinkan kami untuk terus di sini. Kami diintruksikan untuk kernbali ke Jakarta. Dan konon, pemerintah Indonesia yang meminta demikian.

Tak ada ucapan yang keluar dari bibir kami. Sungguh kami tak pabam. Tak mengerti. Kenapa harns dihalang-halangi? Bukankah mereka, katanya, adalah "Sang Bapak"? Pemimpin tempat kepada siapa karni, seperti yang dijargonkan Angkatan Perang Republik Indonesia waktu PRRI itu, bakal meminta dan mendapatkan hak-hak kami? Tiba-tiba aku merasa seJuruh jamaah disikapi sebagai pernberontak, seperti masa lalu yang rneJemparkanku begitu jauh (Sakai, 2005: 17).
Cerita berpindah pada masa Janir kecil. Janir sering bermain bersama kawankawannya di rumah bulek peninggalan Ayang Burak. Pada tikungan ke rumah Ayang Burak, terdapat kulak Tidak jauh dari kulah itu terdapat surau. Oi rumah bulek tersebut, biasanya yang mereka lakukan, misalnya membakar ikan pada musim hujan dan bermain layang-layang pada musim kemarau.
"Di Pulau Kecil (demikian memang ia dan ternan-ternan kemudian menyebutnya), itu, ada sebuah rumah. Karena berbeda dari rumah-rumah mereka (rurnah-rumah adat berpanggung dengan atap-atap bergonjong yang dinamakan rumah gadang), rumah itu mereka sebut rumah bulek".
Di rumah bulek itu, selalu, ada saja yang mereka lakukan. Di musim hujan, kenangan yang tak terlupakan adalah membakar ikan. Tugas ia dan temantemannya yang masih bocah adalah mencari dan mengumpulkan rerantingan untuk kayu bakar, sementara tugas ternan-ternan yang lebih besar (dan kebanyakan telah sekolah) adalah menangkap ikan (kadang juga belut) di bandar dan sawah, menyiangi, meracik bumbu sedapatnya, dan lalu membakar. Di musim kemarau, ingatan yang paling mengesankan adalah bermain layanglayang. Lokasi itu sungguh sangat tepat, karena berada di ketinggian. Setiap Jayang-Iayang yang dianjungkan dapat dipastikan bakal tetap naik, berangin keras atau tidak. Dan tugasnya yang bocah, tentu saja, adalah menganjungkan... (Sakai, 2005: 24-25).
Cerita kembali saat di Singapura. Kedua Kapten dari kedua rombongan haji kapa1 tersebut tidak bisa menerima perintah dari dinas imigrasi Singapura. Lima orang pimpinan rombongan haji berusaha menyakinkan Kapten untuk mengantarkan mereka Port Swettenham. Usaha mereka berhasil. Kapten bersedia mengantarkan rnereka ke Port Swettenhum.
c. Peristiwa Acuan
Cerita dalam novel Ular Keempat ini dimulai dari keberangkatan rombongan jemaah haji dengan kapat Rupit {lan Kapal Ogan. Peristiwa teq;ebut teIjadi 16 lanuari
148

1,-'

Kajian Linguistik, Tahun Ke-ll, No I, Februari 2014
<
1970. Kapal Rupit tersebut membawa rombongan jemaah haji sebanyak 477 orang yang berasal dari Bima, Lombok, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.
Rombongan jemaah haji ini berangkat ke Tanah Suci melalui biro perjalanan "Tour Taaruf' yang diselenggarakan oleh Husarni (Himpunan Muslim Indonesia). Paspor yang digunakan rombongan jemaah haji tersebut bertuliskan "Perhatikan! Paspor ini tidak berlaku untuk negara Arab Saudi di musim haji. Oleh karena itu, rombongan jemaah hajj ini dilarang oleh pemerintab Indonesia untuk melanjutkan perjalanan hajinya. Berbagai halangan dilakukan oleh pemerintah untuk menggagalkan perjalanan haji jemaah kapal Rupit dan Ogan ini.
Janir dalarn novel Ular Keempat dihadirkan sebagai tokoh utarna yang akan berangkat ke Makkah, bersama rombonganjemaah haji Kapal Rupit ini. Dia adalah orang Minangkabau yang pergi merantau ke Jakarta akibat peristiwa PRRI.
Peristiwa tersebut membuat Janir hidup seorang diri tanpa ada sanak-saudaranya, kemudian dia dibawa oleh orang kampungnya ke Jakarta. Di Jakarta Janir bekerja disebuah rumah makan milik orang kampungnya, tiga tabun kemudian dia dibawa oleh pengusaha rumah makan yang berasal dari kampungnya juga ke Surabaya. Di Surabaya seJarna tiga tabun Janir sudah diizinkan oleh pengusaha tersebut untuk membuka rurnah makan keeil dengan modal sendiri, seputuh tabun kemudian Janir sudah menjadi pengusaha rurnah rnakan, kernudian Janir berhaji sampai dua kali.
Kembali aku terbayang perjalanan hidupku. SeteJah pergi karena duka, benci, dan sesal (ya, aku rnenyesalkan kenapa saat perisriwa eelaka itu tetjadi aku tak berada di rurnah!) itu ke Jakarta dan diselarnatkan oleh seorang induk semang (juga orang kampungku) yang mengusahakan rumah makan Padang, tiga tahun kemudian aku diajak oleh induk semang lain (juga orang kampungku Minangkabau, tetapi berasal dari daerah berbeda) membuka rumah makan barn di kota lain: Surabaya. Tiga tahun pula sesudahnya, saat Si Induk Semang mengizinkaku membuka rumah makan keeil dengan modal sendiri, rezeki pun datang bagai melirnpah. Dan begitulah, sepuluh tahun setelah kepergian itu, aku bisa menabung dan berhaji. Dan sekarang, begitu pulalah, aku berhaji untuk kedua kali (Sakai, 2005: 170).
Pagi yang mengejutkan. beberapa utusan mengunjungi karni para pemirnpin Rupit. Kesirnpulan tiba-tiba: Pernerintab Singapura tidak rnengizinkan kami untuk terus di sini. Kami diinstruksikan untuk kernbali ke Jakarta. Dan konon, pemerintah Indonesia yang rnerninta dernikian (Sakai, 2005: 17).
Janir rnerasa bahwa pemerintah memperlakukan rombongan jemaah haji ini sebagai pemberontak, sehingga dia teringat pada kenangan buruk masa remajanya. Adapun kenangan buruk tersebut adalah kehilangan keluarga akibat perang saudara (tentara pusat dengan tentara daerah) karena parnan Janir yang bernama Mak Nuan dituduh tentara pusat (APRI) sebagai mata-mata, kemudian tentara tersebut membunuh paman Janir.

Parnan Janir dibunuh oleh tentara tersebut, kemudian ibu Janir membaJas atas kematian adiknya (Mak Nuan), kemudian ibu Janir pun tewas dibunuh tentara tersebut, karena ibu Janir juga dibunuh oleh tentara itu, lalu Ayahnya pun membalas atas kematian istrinya, sedangkan kakak perempuan Janir dibunuh dengan eara berulang-uIang diperkosa oleh tentara pusat.
... Beruntung tentara APR! membunuh mampk-mu yang dituduh tentara pu&aJ; itu mata-mata, membunuh ibumu yang karena mamak-mu dibunuh jadi gelap 'mata, membunuh ayahmu yang dengan kaJap ingin membaJas kematian istrinya,
149

Prina felly
membunuh kakak perempuanmu setelah kematian istrinya, membunuh kakak
..perempuanmu setelah berulangulang diperkosa... (Sakai, 2005: 168).
2. Konfik dalam Novel Ular Keempat

Adapun konflik yang akan dibahas dalam penelitian ini adaJah konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal yang akan dikl\ii adalah konflik sosial, sedangkan konflik internal berupa konflik yang terjadi dalam hati seorang tokoh (karya fiksi).

a. Kontlik Eksternal (Kontlik Sosial) antara Janir dengan Pemerintahan Indonesia

I. Janir dengan Peristiwa PRRI

Peristiwa PRRI adalah peristiwa pemberontakan pemerintahan daerah kepada pemerintahan pusat terjadi pada tahun 1958. Adapun penyebab terjadinya peristiwa tersebut adalah adanya ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah dalam pembangunan daerah.

Pemerintah daerah merasa bahwa pembangunan berpusat kepada Jakarta dan kepentingan Pulau Jawa, makanya terjadi ketidakpuasan bagi daerah-daerah yang menghasilkan devisa bagi Negara, seperti pulau Sumatra dan pulau Sulawesi. Kedua pulau tersebut merasa bahwa hasil devisa yang didapat banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pemerintah pusat dari pada kepentingan perintah daerah.

Pada tanggaJ 15 Februari ]958 diumumkanlah suatu pemerintahan pemberontak di Sumatera, dengan markas besarnya di BUkittinggi. Pemerintahan ini terkenal dengan nama PRRI (pemerintahan Revolusioner RepubHk Indonesia).

Adapun struktur militernya adalah dua komando Tentara Teritorium (Bukit Barisan di utara dan Sriwijaya di selatan), kemudian melahirkan Divisi Banteng. Divisi Banteng tersebut yang mengikutsertakan tali tigo sapilin (ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai). Tokoh-tokoh poJitik yang berada di Jakarta, kemudian pulang ke daerahnya. Tokoh-tokoh tersebut melahirkan Dewan Perjuanga. Dewan Perjuangan itu memproklamasi PRRJ (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia).

...tentang struktur militer yang disederhanakan, yang diciutkan hanya dalam dua komando Tentara Teritorium (Bukit Barisan di utara dan Sriwijaya di selatan) yang membuat banyak prajurit Divisi Banteng dikeluarkan; tentang reuni Divisi Banteng, yang mengikutsertakan tali tigo sapilin (ninik mamak, aUm ulama, dan cerdik pandai) yang kemudian melahirkan Dewan Banteng; tentang pulang dan bergabungnya tokoh-tokoh politik dari pusat (Jakarta), yang membuat Dewan Banteng melahirkan Dewan Perjuangan; tentang ... ah, entahlah, banyak lagi, yang tak ia mengerti, yang ujungnya: proklamasi PRRI (pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) (Sakai, 2005: 85-86).

Perang tersebut telah memisahkan Janir dengan keluarganya, sebab pamannya yang bernama Mak Nuan dituduh tentara pusat sebagai mata-mata, kemudian tentara tersebut membunuh Mak Nuan.

2. Janir dengan Peristiwa Kapal Rupit.

Perjalanan haji yang keduanya Janir dengan kapal Rupit melalui biro perjalanan swasta, membuat perjalanan ibadah hajinya itu dihalang-halangi oleh pemerintah, sebab pemerintah menganggap paspor yang mereka gunakan adalah ilegal, karena tidak sesuai dengan peraturan pemerintah tahun 1969.

Kapten kapal Ogan dan Kapten kapal Rupit menemui dinas imigrasi mereka pada

pertengahan @ュセ。

sekitar pukul 23.00. Di セ@ャョ tempat, Janir pun berunding 。、@セョァ

anggota pemimpinjemaah lainnya, karena mereka tidak ingin perjalanan haji mereka

150

Kajian Linguistik, Tahun Ke-J J, No J, Februari 2014