PENGARUH EDUKASI MELALUI MEDIA SLIDE TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

(1)

i

PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN

DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK

HEMODIALISIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

AMALIA RAHMAWATI

20130310134

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN

DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK

HEMODIALISIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

AMALIA RAHMAWATI

20130310134

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN

DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK

HEMODIALISIS

Disusun oleh:

AMALIA RAHMAWATI 20130310134

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 2 November 2016

Dosen pembimbing Dosen Penguji

Dr. dr. Arlina Dewi, M.Kes dr. Maria Ulfa, MMR

NIK : 173060 NIK : 173193

Mengetahui

Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes


(4)

iii

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Amalia Rahmawati NIM : 20130310134 Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 2 November 2016 Yang membuat peryataan,

Tanda tangan


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti saat ini.

Proposal yang berjudul ”Pengaruh Edukasi melalui Media Slide terhadap Peningkatan Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam Melaksanakan Hand Hygiene di Klinik Hemodialisis” ini disusun sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh Derajad Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. dr. Ardi Pramono, Sp. An, M. Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. dr. Arlina Dewi, M.Kes, AAK. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan proposal ini.

3. dr. Tri Turnianti Hastuti, Sp.OG(K) dan Drs. Amin Sudirman selaku orangtua penulis yang telah memberikan restu, doa dan dukungan.

4. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam meyelesaikan pendidikannya.


(6)

v

5. Serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan juga mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran. Terimakasih.

Yogyakarta, 2 November 2016


(7)

vi

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN... x

ABSTRACT ... xi

INTISARI ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. KEASLIAN PENELITIAN ... 6

BAB II ... 7

TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Edukasi... 7

2. Slide ... 8

3. Kepatuhan ... 9

4. Hand Hygiene ... 13

5. Hemodialisis ... 18

B. Kerangka Teori ... 24

C. Kerangka Konsep ... 25

D. Hipotesis ... 25

BAB III... 26

METODE PENELITIAN ... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 26

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 27

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Definisi Operasional ... 28


(8)

vii

G. Jalannya Penelitian... 35

H. Cara Pengumpulan Data ... 35

I. Uji Validitas Dan Reabilitas ... 36

J. Analisis Data ... 36

K. Etika Penelitian ... 37

BAB IV ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan... 42

BAB V ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(9)

viii

Tabel 3. Desain Penelitian... 26 Tabel 4. Daftar Tilik Kepatuhan Hand Hygiene ... 31 Tabel 5. Frekuensi Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran ... 38 Tabel 6.Frekuensi 5 Moment Hand Hygiene Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum Diberikan Perlakuan ... 38 Tabel 7.Frekuensi 5 Moment Hand Hygiene Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sesudah Diberikan Perlakuan ... 39 Tabel 8.Tingkat Kepatuhan 5 Moment Hand Hygiene Seluruh Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 41 Tabel 9.Hasil Uji Hipotesis Paired Sampel t Test ... 41 Tabel 10.Hasil Uji Hipotesis Independent Sample t Test ... 42


(10)

ix

Gambar 2. Proses Hemodialisis ... 22 Gambar 3. Five Moment Hand Hygiene menurut World Health Organization (2009) ... 30 Gambar 4. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan ... 39 Gambar 5. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Terhadap 5 Moment Hand Hygiene Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 40


(11)

x

Bagan 1. Kerangka Teori bedasarkan Teori Lawrence Green (Dalam Notoadmojo,

2003) ... 24 Bagan 2. Kerangka Konsep ... 25


(12)

xi

ABSTRACT

Background: Health-care Associated Infections (HAIs) are infections acquired within more than 48 hours of hospital care which are easily avoided. A correct hand hygiene technique will prevent infections. The adherence of medical staff in practicing hand hygiene is still relatively low, and can be increased by education. This study is aimed to determine the effect of education using slide media towards the increase of medical staff adherence in practicing hand hygiene at hemodialysis clinic.

Method: This study is an analytical quantitative study with a quasi-experiment pre-test and post-test design. Samples were obtained through total sampling. Eleven health staffs were studied from May 24th to July 11th 2016 in Nitipuran Hemodialysis Clinic. The staff adherence were reviewed with the 5 Moment Hand Hygiene World Health Organization checklist. Education were given using slide media for 1 day.

Results: We observed 283 hand hygiene moments before intervention and 277 moments after intervention. We found an increase of adherence of 59,85%, with an increase in doctors adherence of 40,75% and nurses adherence of 60,29%. Statistical analysis revealed a p value of 0.000 (<0.05), which shows an increase of adherence after contact with bodily fluids.

Conclusion: Slide media has an effect in increasing medical staff adherence in practicing hand hygiene.


(13)

xii

INTISARI

Latar Belakang: Health-care Associated Infections (HAIs) merupakan kejadian infeksi yang didapatkan penderita setelah mendapatkan perawatan lebih dari 48 jam di Rumah Sakit yang dapat dicegah. Salah satu cara pencegahannya yaitu melakukan hand hygiene secara benar. Kepatuhan tenaga kesehatan melaksanakan hand hygiene yang masih rendah akan ditingkatkan melalui faktor predisposisi yaitu pengetahuan atau edukasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi melalui media slide terhadap peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di Klinik Hemodialisis.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasy-eksperiment pre-test dan post-test design. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan total sampling. 11 tenaga kesehatan diteliti mulai dari tanggal 24 Mei hingga 11 Juli 2016 di Klinik Hemodialisis Nitipuran. Penilaian kepatuhan petugas menggunakan checklist 5 Moment Hand Hygiene World Health Organizaton. Edukasi diberikan melalui media slide dan dilakukan selama 1 hari.

Hasil: Didapatkan 283 momen hand hygiene sebelum diberikan perlakuan, sedangkan momen hand hygiene yang dilakukan setelah diberikan perlakuan adalah 277 momen. Kepatuhan tenaga kesehatan meningkat 59,85%, dokter mengalami peningkatan 40,75% dan perawat mengalami peningkatan 49,62%. Berdasarkan perhitungan secara statistik, nilai p 0.000 (<0.05) yang berarti terdapat peningkatan kepatuhan terutama pada momen setelah kontak dengan cairan tubuh.

Kesimpulan: Media slide memiliki pengaruh dalam peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene.


(14)

(15)

xi

ABSTRACT

Background: Health-care Associated Infections (HAIs) are infections acquired within more than 48 hours of hospital care which are easily avoided. A correct hand hygiene technique will prevent infections. The adherence of medical staff in practicing hand hygiene is still relatively low, and can be increased by education. This study is aimed to determine the effect of education using slide media towards the increase of medical staff adherence in practicing hand hygiene at hemodialysis clinic.

Method: This study is an analytical quantitative study with a quasi-experiment pre-test and post-test design. Samples were obtained through total sampling. Eleven health staffs were studied from May 24th to July 11th 2016 in Nitipuran Hemodialysis Clinic. The staff adherence were reviewed with the 5 Moment Hand Hygiene World Health Organization checklist. Education were given using slide media for 1 day.

Results: We observed 283 hand hygiene moments before intervention and 277 moments after intervention. We found an increase of adherence of 59,85%, with an increase in doctors adherence of 40,75% and nurses adherence of 60,29%. Statistical analysis revealed a p value of 0.000 (<0.05), which shows an increase of adherence after contact with bodily fluids.

Conclusion: Slide media has an effect in increasing medical staff adherence in practicing hand hygiene.


(16)

xii

INTISARI

Latar Belakang: Health-care Associated Infections (HAIs) merupakan kejadian infeksi yang didapatkan penderita setelah mendapatkan perawatan lebih dari 48 jam di Rumah Sakit yang dapat dicegah. Salah satu cara pencegahannya yaitu melakukan hand hygiene secara benar. Kepatuhan tenaga kesehatan melaksanakan hand hygiene yang masih rendah akan ditingkatkan melalui faktor predisposisi yaitu pengetahuan atau edukasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi melalui media slide terhadap peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di Klinik Hemodialisis.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasy-eksperiment pre-test dan post-test design. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan total sampling. 11 tenaga kesehatan diteliti mulai dari tanggal 24 Mei hingga 11 Juli 2016 di Klinik Hemodialisis Nitipuran. Penilaian kepatuhan petugas menggunakan checklist 5 Moment Hand Hygiene World Health Organizaton. Edukasi diberikan melalui media slide dan dilakukan selama 1 hari.

Hasil: Didapatkan 283 momen hand hygiene sebelum diberikan perlakuan, sedangkan momen hand hygiene yang dilakukan setelah diberikan perlakuan adalah 277 momen. Kepatuhan tenaga kesehatan meningkat 59,85%, dokter mengalami peningkatan 40,75% dan perawat mengalami peningkatan 49,62%. Berdasarkan perhitungan secara statistik, nilai p 0.000 (<0.05) yang berarti terdapat peningkatan kepatuhan terutama pada momen setelah kontak dengan cairan tubuh.

Kesimpulan: Media slide memiliki pengaruh dalam peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene.


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safer care, yaitu pemberian pelayanan atau perawatan secara bersih untuk mewujudkan keselamatan pasien. Dalam menjalankan tugasnya bagi dokter “Aegroti Salus Lex Suprema”, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, 2009). Keselamatan pasien meliputi tindakan cuci tangan sebelum menyentuh pasien, sterilisasi alat bedah, melakukan sarung tangan steril, melakukan monitoring terhadap infeksi, dan melakukan audit medis (Cahyono, 2008). Salah satu cara mewujudkan keselamatan pasien adalah dengan merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk tenaga kesehatan dengan five moments for hand hygiene (WHO, 2009). Kejadian risiko yang mengakibatkan pasien tidak aman sebenarnya masih dapat dicegah atau diminimalisasi dengan beberapa cara antara lain dokter meningkatkan kompetensi, melakukan kewaspadaan dini terhadap penggunaan obat-obatan, monitoring resiko health-care associated infections, dan lain-lain (Widajat, 2009).

Health-care Associated Infections (HAIs) merupakan kejadian infeksi yang didapatkan penderita setelah mendapatkan perawatan >48 jam dan pasien tidak dalam masa inkubasi. Macam kejadian health-care associated


(18)

infections banyak dihubungkan karena pemasangan alat, seperti CAUTI (Catheter Associated Urinary Tract Infection), VAP (Ventilator Associated

Pneumonia), CRBSI (Catheter (IV, Central) Related Blood Stream Infection)

dan IDO (Infeksi Daerah Operasi) karena tindakan operasi (Aisyah, 2012). Di Indonesia, health-care associated infections telah mencapai 15,74% jauh di atas negara maju yang berkisar 4,8-15,5% (Firmansyah, T.A. 2007). Di Yogyakarta, insidensi terjadi health-care associated infections secara umum sebesar 5,9% (Marwoto A., Kusnanto H., Handono. 2007), sedangkan kejadian health-care associated infections yang terjadi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, berdasarkan penelitian didapatkan angka kejadian ISK sebanyak 20% dari 30 pasien. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu health-care associated infections yang paling sering terjadi yaitu sekitar 40% dari seluruh health-care associated infections yang dapat terjadi di rumah sakit setiap tahunnya (Arisandy, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meila Supeni (2010) didapatkan hubungan antara kepatuhan pelaksanaan hand hygiene dengan pertumbuhan bakteri penyebab health-care associated infections dengan nilai korelasi 0,327. Mikroorganisme memiliki beberapa cara penularan untuk membantu memfasilitasi perpindahan suatu agen dari reservoir ke penjamu yang rentan. Mekanisme penularan infeksi melalui penularan langsung, tidak langsung, dan melalui udara (Arias, 2010). Dengan demikian, tangan tenaga kesehatan tersebut merupakan sarana yang paling lazim untuk penularan health-care associated infections. Salah satu


(19)

cara mencegah penularan health-care associated infections adalah dengan melakukan hand hygiene secara benar.

Hand hygiene berhubungan dengan kebersihan masing-masing individu. Begitu pentingnya kebersihan menurut islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam surah Al-Baqarah ayat 222 yang berbunyi:

ﺍ...

َ

َ يبﺍ و تلﺍَ ُبحي

َ

َطت لﺍَ ُبحيو

۝ ير

Artinya : “...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan / membersihkan diri”. (Al -Baqarah : 222)

Melalui observasi yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 18 Maret 2016 di Klinik Hemodialisis Nitipuran, kegiatan pelayanan kesehatan sangat beresiko tinggi terjadinya penularan. Komponen hemodialisis dan akses vaskuler bila tidak dikelola dengan tepat bisa menjadikan sebagai sumber atau penyebab masuknya mikroorganisme atau zat patogen yang bisa menyebabkan infeksi (Daugirdas,.et.al, 2007; Loho & Pusparini, 2000), sehingga prosedur yang tepat saat menyiapkan mesin, menyiapkan komponen hemodialisis dan akses vaskular mutlak harus benar dan tepat karena pasien di klinik hemodialisis sangat rentan terkena infeksi. Menurut Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology, pasien dengan hemodialisis sangat rentan terhadap perkembangan infeksi kesehatan terkait karena beberapa faktor termasuk paparan perangkat invasif, imunosupresi,


(20)

komorbiditas pasien, kurangnya hambatan fisik antara pasien dalam lingkungan hemodialisis rawat jalan, dan sering kontak dengan petugas layanan kesehatan dalam prosedur dan perawatan (APIC, 2010).

Perlu diadakan suatu usaha agar kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di Klinik Hemodialisis meningkat dan mencegah terjadinya health-care associated infections. Upaya dalam pencegahan dan pengendalian health-care associated infections dengan menerapkan prinsip asepsis dan menerapkan standar tinggi untuk menghilangkan sumber potensial penyakit. Menghambat rute penularan bakteri dari sumber potensial dan reservoir bakteri ke orang yang tidak mengalami infeksi dengan hand hygiene yang efektif terutama pada tenaga medis juga merupakan salah satu pencegahan (Brooker, 2009). Hal itu menyebabkan pentingnya mengubah perilaku tenaga kesehatan agar lebih patuh dalam melakukan five moments hand hygiene.

Menurut Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2003), perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong dan faktor pendukung. Dalam penelitian ini, peneliti akan mempengaruhi perilaku tenaga kesehatan pada faktor predisposisi. Terdapat berbagai macam faktor predisposisi, salah satunya yaitu pengetahuan atau edukasi. Menurut Naikoba dan Hayward (2012), mereka menyimpulkan bahwa memberi edukasi dan motivasi kepada para petugas kesehatan lebih efektif dibandingkan hanya menambah fasilitas cuci tangan. Bentuk pengetahuan atau edukasi yang akan


(21)

diberikan dari peneliti kepada tenaga kesehatan adalah dengan menggunakan media slide.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah edukasi melalui media slide berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di Klinik Hemodialisis?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh edukasi melalui media slide terhadap peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di Klinik Hemodialisis.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh media slide dalam edukasi tenaga kesehatan

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan tenaga kesehatan dalam hal ini dokter dan perawat terh


(22)

E.KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Subjek Instrumen Hasil Perbedaan

Dyah Nuriisa Arintadewi (2010) Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Dokter dalam Melakukan Hand hygiene di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Dokter yang bekerja di RSUD

Panembahan Senopati

sejumlah 55 orang

Kuisioner Checklist observasi

Bermakna Perbedaan

terdapat dari subjek yang diteliti, tempat pelaksanaan, jumlah sampel, juga instrumen yang digunakan Anietya Widyanita (2010) Hubungan Tingkat Pengetahuan Hand hygiene dengan kepatuhan pelaksanaan Hand

hygiene pada peserta Program Pendidikan Profesi Dokter Peserta program pendidikan profesi dokter

UMY yang

berada di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 31 orang

Lembar observasi Kuisioner

Bermakna Perbedaannya adalah dalam penelitian ini peneliti mencari hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan

kepatuhan, juga terdapat

perbedaan

tempat, jumlah sampel dan instrumen yang digunakan Nurmarani Fatin (2009) Pengaruh Edukasi tentang Hand Hygiene terhadap sikap dan Tindakan Petugas Medis di Rumah Sakit Nur Hidayah Yogyakarta

Tenaga medis di RS Nur Hidayah yang terdiri dari 26 orang perawat dan 14 orang non perawat.

Kuisioner Tidak Bermakna

Terdapat

perbedaan dalam subyek, jumlah sampel,

instrumen, dan juga perlakuan.


(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. EDUKASI

a. Definisi

Secara etimologis, edukasi berasal dari kata latin yaitu educare yang artinya “memunculkan”, “membawa”, “melahirkan”. Definisi edukasi adalah upaya dari subyek terhadap objek untuk mengubah cara memperolah dan mengembangkan pengetahuan menuju cara tertentu yang diinginkan oleh subyek. (Suroso, Rendra, 2004).

b. Bentuk Edukasi.

Menurut Jones (2003), terdapat berbagai macam bentuk edukasi, antara lain:

1) Role play.

Role play atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang kesenangan, selain itu, role play sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Peneliti tidak menggunakan role play karena dianggap menghabiskan waktu untuk melatih dan merekam tenaga kesehatan untuk melakukan role play.


(24)

2) Brosur.

Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler, benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras. Menurut observasi peneliti, brosur tidak efektif untuk menjadi media edukasi karena tidak menarik dan membutuhkan biaya yang besar. 3) Slide.

Slide dapat terdiri dari teks, grafik, obyek gambar, clipart, movie, suara dan obyek yang dibuat dengan program lain. Program ini dapat dicetak di kertas berupa handout yang dibagikan ke audiens sebagai bahan pendukung presentasi. Salain itu program ini juga dapat ditampilkan di internet. Media slide adalah media yang akan digunakan peneliti karena praktis digunakan dan tidak menghabiskan banyak tempat.

2. SLIDE

Slide merupakan salah satu bentuk alat bantu promosi yang berguna dalam menstimulasikan indra mata (Soekidjo, 2007). Bentuk slide yang akan dipakai pada penelitian kali ini adalah microsoft power point. Menurut Jones (2003), penggunaan slide dapat berdampaik baik kepada pengajar maupun yang diberikan edukasi menggunakan slide. Slide dapat dimodifikasi dengan gambar dan terdapat berbagai macam template yang


(25)

membuat slide tampak lebih menarik. Menurut penelitian yang dilakukan Hassan pada tahun 2014, performa responnden yang diajar menggunakan slide meningkat dibandingkan apabila diajar menggunakan cara konvensional. Hassan (2014) juga mengatakan bahwa menggunakan slides berpotensi meningkatkan pemahaman reponden yang diberikan edukasi melalui slides. Menurut Guy Kawasaki (dalam Cornwell, 2014) terdapat prinsip 10/20/30 yang artinya presentasi yang baik tidak boleh lebih dari 10 slides, tidak boleh lebih dari 20 menit dan ukuran huruf minimal 30. Untuk tujuan pendidikan, jumlah slides tidak berpengaruh, tetapi isi dari tiap slides yang memiliki pengaruh. Slides yang mengandung tidak lebih dari 3 pokok pembahasan dan kurang dari 20 kata lebih efektif digunakan (Brock, et al., 2011).

3. KEPATUHAN

a. Definisi.

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes R.I.,2011).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Menurut Niven (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:


(26)

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tingginya pendidikan seorang tenaga kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

2) Modifikasi Faktor Lingkungan dan Sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari pimpinan rumah sakit, kepala tenaga kesehatan tenaga kesehatan itu sendiri dan teman-teman sejawat. Lingkungan berpengaruh besar pada pelaksanaan prosedur asuhan ketenaga kesehatanan yang telah ditetapkan. Lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada kinerja tenaga kesehatan, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk pada proses pemberian pelayanan asuhan ketenaga kesehatanan.


(27)

3) Perubahan Model Prosedur

Program pelaksanan prosedur asuhan ketenaga kesehatanan dapat dibuat sesederhana mungkin dan tenaga kesehatan terlihat aktif dalam mengaplikasikan prosedur tersebut. Keteraturan tenaga kesehatan melakukan asuhan tenaga kesehatanan sesuai standar prosedur dipengaruhi oleh kebiasaan tenaga kesehatan menerapkan sesuai dengan ketentuan yang ada.

4) Meningkatkan Interaksi Profesional Kesehatan

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan antara sesama tenaga kesehatan (khususnya antara kepala ruangan dengan tenaga kesehatan pelaksana) adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada tenaga kesehatan. Suatu penjelasan tetang prosedur tetap dan bagaimana menerapkannya dapat meningkatkan kepatuhan. Semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, maka semakin mempercepat proses penyembuhan penyakit klien.

5) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada


(28)

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah pendidikan, pekerjaan dan usia (Mubarak, 2006).

6) Sikap (Attitude)

Menurut Notoadmojo (2003), sikap merupakan aksi atau respon seseorang yang masih tertutup.

c. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Lawrence Green (dalam Notoatmodjo,2003), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku adalah :

1) Faktor predisposisi.

Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya.

2) Faktor pendorong.

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Contohnya adalah ketersediaan fasilitas atau sarana sarana-sarana kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan dan peralatan kesehatan.


(29)

Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan, termasuk undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Contohnya adalah sikap dan perilaku tenaga kesehatan atau tenaga lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

4. HAND HYGIENE

a. Definisi

Hand hygiene merupakan salah satu cara untuk mengurangi infeksi yang berkaitan dengan tenaga kesehatanan. Penelitian menjelaskan bahwa hand hygiene yang dilakukan oleh semua pegawai rumah sakit dapat mencegah terjadinya health-care associated infections sebesar 15-30 % (Grol R, 2003 & Lautenbach, 2001). Banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan hand hgyiene namun umumnya tidak efektif dan berjangka pendek. Sehingga penting untuk mencari strategi berbasis bukti yang jelas untuk meningkatkan kebiasaan hand hygiene.Menurut Huis (2013), strategi meningkatkan kepatuhan hand hygiene yang baik seperti dalam langkah-langkah seperti dibawah ini:

1) Langkah 1 :Mendeskripsikan hand hygiene yang baik

2) Langkah 2 :Memperkirakan pemenuhan hand hygiene saat ini 3) Langkah 3 :Memperkirakan berbagai penghambat dan


(30)

4) Langkah 4 :Merancang strategi peningkatan hand hygiene dan menghubungkan aktivitas implementasi dengan faktor pengaruhnya

5) Langkah 5 :Menguji dan mengeksekusi strategi peningkatan hand hygiene

6) Langkah 6 :Menguji keefektivan biaya dalam strategi peningkatan hand hygiene

7) Langkah 7 :Menilai dan menetapkan kembali strategi peningkatan hand hygiene

b. Tujuan hand hygiene

Tujuan hand hygiene adalah agar kita dapat memahami pentingnya cuci tangan dan mengetahui langkah-langkah cuci tangan yang benar. Seperti kita tahu bahwa kegagalan melakukan kebersihan tangan merupakan salah satu penyebab utama health-care associated infections. Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi health-care associated infections.

c. Macam-macam hand hygiene

Mencuci tangan dapat dilakukan dengan berbagai macam. Mulai dari menggunakan alcohol, sabun, cairan antiseptik, dan bahan pembersih lainnya. Menurut WHO, cuci tangan dibedakan menjadi:


(31)

1) Alcohol-based (hand) rub

Bahan yang mengandung alkohol yang dapat berupa cairan, gel, atau buih yang dirancang untuk tangan dapat menonaktifkan mikroorganisme dan atau menekan pertumbuhannya sementara waktu. 2) Antimicrobial (medicated) soap

Sabun atau detergen mengandung sejumlah agen antiseptic untuk menonaktifkan mikroorganisme dan atau menekan pertumbuhannya sementara waktu seperti alcohol. Aktifitas detergen seperti sabun juga dapat mengeluarkan mikroorganisme atau kontaminan yang lain dari kulit setelah itu akan dibersihkan oleh air.

3) Antiseptic agent

Agen antiseptik merupakan suatu zat antimikroba yang menonaktifkan mikroorganisme atau menghambat pertumbuhannya di jaringan hidup. Contoh agen antiseptik adalah alkohol, chlorhexidine gluconate (CHG), chlorine derivatives, iodine, chloroxylenol (PCMX), quaternary ammonium compounds, dan triclosan.

4) Antiseptic hand wipe

Sapu tangan antiseptik merupakan satu lembar kain tipis atau kertas yang sebelumnya dibahasahi dengan antiseptik yang digunakan untuk menyeka tangan untuk menonaktifkan dan atau menghilangkan kontaminan mikroba. Cara ini mungkin bisa dipertimbangkan sebagai alternatif untuk mencuci tangan tanpa sabun dan air, namun cara ini kurang efektif dalam mengurangi jumlah bakteri pada tangan tenaga


(32)

kesehatan dibandingkan dengan menggunakan handrub alkohol atau mencuci tangan dengan sabun antimikroba dan air.

5) Detergent (surfactant)

Deterjen merupakan bahan campuran yang memiliki aktivitas membersihkan. Deterjen memiliki dua jenis zat yaitu hidrofilik dan lipofilik. Deterjen juga dibedakan kedalam empat kelompok yaitu anionic, cationic, amphoteric, and non-ionic

6) Plain soap

Sabun sederhana ini tanpa ditambahi dengan zat antimikroba dan semata-mata hanya untuk membersihkan kotoran saja.

7) Waterless antiseptic agent

Agen antiseptik tanpa air ini merupakan agen antiseptic berupa cairan, gel, atau buih yang tidak membutuhkan air. Karena setelah penggunaan, individu harus menggosokan kedua tangan mereka bersamaan sampai kulit terasa kering.

d. Pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene menurut World Health Organization (2009):

1) Sebelum menyentuh pasien.

2) Sebelum melakukan tindakan aseptik pada pasien. 3) Setelah terkena cairan tubuh pasien.

4) Setelah menyentuh pasien.


(33)

Gambar 1. Five Moment Hand Hygiene menurut World Health Organization (2009)


(34)

5. HEMODIALISIS

a. Definisi Hemodialisis

Hemodialisis adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu ginjal buatan dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta, 2002). Hemodialisis sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia. Hemodialisis merupakan metode pengobatan yang sudah dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik (Smeltzer, 2001). Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer, 2001)

b. Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaaan akut yang memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa


(35)

minggu) atau pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi jangka panjang atau permanen (Smeltzer et al.,2008). c. Persiapan Hemodialisis

1) Persiapan Pasien

Persiapan penanganan pasien hemodialisis meliputi bantuan psikologis berupa support sosial yang berkaitan dengan coping. Sebelum menjalani hemodialisis, pasien diberikan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh tim multi disiplin sehingga pasien mendapat gambaran, memahami dan mampu membuat keputusan untuk dilakukan hemodialisis (Kidney Alliance, 2001).

Selain psikologis pasien, hal yang perlu disiapkan adalah akses vaskuler yang merupakan tempat keluarnya darah dari tubuh menuju dialiser dan selanjutnya kembali lagi ke tubuh. Teknis akses vaskuler yang utama untuk hemodialisis dibedakan menjadi akses internal (Arterio Venosus Fistula dan Arterio Venosus Graff) dan akses eksternal (Drakbar, 2008)

2) Peralatan Hemodialisis

Peralatan hemodialisis meliputi mesin hemodialisis, dialiser dan dialisat.

a) Mesin hemodialisis.

Mesin hemodialisis terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan dialisat dan sistem monitoring. Pompa dalam mesin hemodialisis berfungsi untuk mengalirkan darah dari


(36)

tubuh ke dialiser dan mengembalikan ke dalam tubuh (Thomas,2003).

b) Dialiser.

Dialiser adalah tempat dimana proses hemodialisis berlangsung, sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Dialiser merupakan kunci utama proses hemodialisis, karena yang dilakukan oleh dialiser sebagian besar dikerjakan oleh ginjal yang normal. Dialiser terdiri dari 2 kompartemen yakni dialisat dan darah, yang dipisahkan oleh membran semipermeabel yang mencegah cairan dialisat dan darah bercampur menjadi satu (Le mone & Burker, 2008).

c) Dialisat.

Dialisat adalah cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum normal yang dipompakan melewati dialiser ke darah pasien (Thomas & Smith, 2003). Dialisat dibuat dalam sistem air bersih dengan air kran dan bahan kimia yang disaring dan diolah dengan water treatment secara berrtahap dengan suhu 36,7 – 37,50C sebelum dialirkan ke dialiser (Sherman, 2001).


(37)

Tabel 2. Konsentrasi substansi dalam darah dan dialisat (Thomas, 2003)

Darah Substansi Dialisat

133 – 144 Natrium (mmol/L-1) 132 - 155 3,3 – 5,3 Kalium (mmol/L-1) 0 – 3,0 2,5 – 6,5 Ureum (mmol/L-1) 0 60 – 120 Kreatinin (mmol/L-1) 0

2,2 – 2,6 Kalsium (mmol/L-1) 1,25 – 2,0 0,85 Magnesium (mmol/L-1) 0,25 – 0,75 4,0 – 6,6 Glukosa (g/L-1) 0 – 10 22 – 30 Bikarbonat (mmol/L-1) 30 – 40

d. Proses Hemodialisis

Pengaruh hemodialisis tercapai bila dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu selama 4- 5 jam, atau paling sdikit 10 -12 jam seminggu (Australia and New Zealand Dialysis and Transplant Registry, 2005; Black & Hawk, 2005). Hemodialisis di Indonesia biasanya dilakukan 2 kali seminggu dengan lama hemodialisis 5 jam, atau dilakukan 3 kali seminggu dengan lama hemodialisis 4 jam (Raharjo, Susalit & Suharjono, 2006).

Dilakukan pengkajian pradialisis sebelum hemodialisis, dilanjutkan dengan menghubungkan pasien dengan mesin hemodialisis dengan memasang blood line dan jarum ke akses vaskuler pasien, yaitu jalan keluar darah ke dialiser dan akses masuk darah ke dalam tubuh. Arteri Venosus (AV) Fistula adalah akses vaskuler yang direkomendasikan karena cenderung aman dan nyaman bagi pasien (Thomas, 2003).


(38)

Setelah blood line dan akses vaskuler terpasang, proses hemodialisis dimulai. Darah mengalir dari tubuh melalui akses arterial menuju ke dialiser sehingga terjadi pertukaran darah dan zat sisa, darah harus dapat keluar dan masuk tubuh pasien dengan kecepatan 200 – 400 ml/menit (Prince & Wilson, 2005).

Proses selanjutnya, darah akan meninggalkan dialiser. Darah yang akan disaring kemudian dialirkan kembali dalam tubuh melalui akses venosa. Dialisis diakhiri dengan menghentikan darah dari pasien, membuka selang normal salin dan memiblas selang untuk mengembalikan darah pasien. Pada akhir dialisis, sisa akhir metabolisme dikeluarkan, keseimbangan elektrolit tercapai dan buffer system telah diperbaharui (Lewis et al., 200; Smeltzer et al., 2008).


(39)

e. Faktor- faktor yang menyebabkan Health-care associated infections pada pasien hemodialisis

Berdasarkan observasi peneliti di Klinik Hemodialisis Nitipuran pada tanggal 18 Maret 2016, terdapat faktor- faktor yang menyebabkan Health-care associated infections pada pasien hemodialisis, yakni:

1) Tenaga kesehatan melakukan pemasangan alat hemodialisis tanpa melakukan hand hygiene terlebih dahulu.

2) Kontak antara tenaga kesehatan dengan pasien hemodialisis

3) Tenaga kesehatan tidak melakukan hand hygiene ketika menyentuh pasien.


(40)

B. KERANGKA TEORI

Bagan 1. Kerangka Teori bedasarkan Teori Lawrence Green (Dalam Notoadmojo, 2003)

Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Kepercayaan 4. Keyakinan

Faktor pendukung : Ketersediaan fasilitas atau sarana-sarana kesehatan seperti

puskesmas, obat-obatan, dan peralatan kesehatan

Perubahan

perilaku kepatuhan melaksanakan hand hygiene pada tenaga kesehatan

Faktor pendorong : 1. Sikap petugas

kesehatan

2. Sikap para tokoh masyarakat atau tokoh agama 3. Sikap pasien


(41)

C. KERANGKA KONSEP

Bagan 2. Kerangka Konsep

:dilakukan penelitian : tidak dilakukan penelitian : dilakukan penelitian : tidak dilakukan penelitian

D. HIPOTESIS

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori, maka hipotesis penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh edukasi melalui media slide terhadap peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di klinik hemodialisis.

Variabel Bebas : Intervensi menggunakan media edukasi slide (faktor

predisposisi)

Variabel Pengganggu : Usia

Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan

Fasilitas kesehatan

Variabel Terikat : Tingkat kepatuhan tenaga

kesehatan dalam melaksanakan Hand

hygiene

Patuh

Tidak patuh


(42)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan metode eksperimen yaitu quasy-eksperimental pre-post test design dimana didalam penelitian ini terdapat pre-test sebelum diberikan perlakuan dan post-test setelah diberikan perlakuan

Tabel 3. Desain Penelitian

Kelompok Pre Test Treatment Post Test

Eksperimen X1 Y X2

X1 merupakan hasil dari pre-test pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene tenaga kesehatan sebelum diberikan perlakuan (treatment)

.

Y adalah perlakuan yang diberikan dengan menggunakan media slide. sedangkan X2 adalah post-test setelah tenaga kesehatan diberikan perlakuan (treatment).

B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja pada Klinik Hemodialisis Nitipuran.

2. Sampel Penelitian a. Besar sampel


(43)

Sampel pada penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan di klinik Hemodialisis Nitipuran yang berjumlah 11 orang yang terdiri dari 3 dokter dan 8 perawat. Masing-masing dokter yang berjumlah 3 dokter melakukan 2 momen dimana total momen menjadi 6 dan masing-masing perawat yang berjumlah 8 perawat melakukan 5 momen dimana total momen menjadi 40. Total semua momen menjadi 46, dan dikarenakan penilaian pretest dan postest dilaksanakan peneliti selama 2 hari, sehingga total momen yang didapatkan adalah minimal 46 dikalikan 2, menjadi 96 momen. b. Tekni k pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah total sampling, dengan mtode non-probability sampling yaitu tidak mengacak sampel dengan beberapa kriteria sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi: Bersedia menjadi responden penelitian. 2) Kriteria Ekslusi: Pada saat periode penelitian, tenaga

kesehatan tersebut sudah tidak bekerja di Klinik Hemodialisis Nitipuran.

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Hemodialisis Bantul yang terletak di Jalan Nitipuran 138B, Kasihan, Bantul, DIY.

2. Waktu Penelitian


(44)

D. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian edukasi menggunakan media slide.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan tenaga kesehatan mengenai hand hygiene.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk mengukur variabel yang ada dalam topik ini, peneliti menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kepatuhan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan, sedangkan menurut Jatmiko (2006), kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati tingkat kepatuhan tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik Hemodialisis Nitipuran dalam melaksanakan hand hygiene sebelum dan sesudah diberikan edukasi.

Alat ukur kepatuhan hand hygiene menggunakan checklist pelaksanaan five moments hand hygiene pada tenaga kesehatan, prosedur cuci tangan, dan prosedur handrub yang dibuat oleh kelompok peneliti.


(45)

a) Patuh

Tenaga kesehatan dikatakan patuh apabila melakukan tindakan hand hygiene, sesuai dengan langkah-langkah yang benar dan tepat pemilihan handwash atau handrub.

b) Tidak patuh

Apabila tenaga kesehatan tidak melakukan hand hygiene selama melakukan tindakan kepada pasien.

2. Five moments hand hygiene (WHO, 2009)

Pengisian checklist pada tenaga kesehatan akan dilaksanakan berdaarkan fivemoments hand hygiene yaitu :

a. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.

b. Sebelum melakukan prosedur invansif dengan menggunakan sarung tangan atau tidak.

c. Setelah menyentuh pasien.

d. Setelah kontak dengan cairan tubuh, membran mukosa, atau balutan luka.


(46)

F. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN

Alat dan bahan penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Daftar tilik kepatuhan petugas dalam hand hygiene.

Didalam daftar tilik ini terdapat pelaksanaan Five Moments Hand Hygiene pada tenaga kesehatan, prosedur cuci tangan, dan prosedur handrub.

Gambar 3. Five Moment Hand Hygiene menurut World Health Organization (2009)


(47)

Tabel 4. Daftar Tilik Kepatuhan Hand Hygiene Tenaga

Kesehatan yang diamati

Dokter A Dokter B Dokter C Perawat 1 Dst

Kriteria observasi

Ya tidak ya tidak ya Tidak ya tidak

A. SAAT HAND HYGIENE

1. Sebelum menyentuh pasien

2. Sebelum melakukan prosedur

invansif dengan menggunakan sarung tangan atau tidak.


(48)

3. Setelah kontak dengan cairan tubuh, membran mukosa, atau balutan luka .

4. Setelah menyentuh pasien.

5. Setelah menyentuh objek disekitar pasien.

B.

PROSEDUR CUCI

TANGAN


(49)

tangan dengan air mengalir

2. 6 langkah cuci tangan terlaksana

3. Membilas dengan air sampai bersih

4.Mengeringkan dengan handuk atau tisu

5. Waktu keseluruhan minimal 40-60 detik

C.

PROSEDUR


(50)

1. Tangan tidak kotor

2. 6 Langkah Handrub

terlaksana

3. Waktu 20-30 detik

2. Materi FiveMoments Hand Hygiene dalam bentuk slide.

Slide power point yang akan berisi penjelasan mengenai fiive moments hand hygiene yang akan ditampilkan sesudah tenaga kesehatan melakukan pre-test yang berisi :

a. Slide 1 : patient safety.

b. Slide 2 : five moments hand hygiene. c. Slide 3 : prosedur handwash.


(51)

G. JALANNYA PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : 1. Tahap Pertama

Tahap pertama akan dilaksanakan pre-test berupa observasi kepatuhan menggunakan daftar tilik kepatuhan petugas dalam hand hygiene. 2. Tahap Kedua

Dilakukan pemberian intervensi berupa edukasi yang diberikan selama satu kali dalam satu hari menggunakan media slide yang berisi:

e. Slide 1 : patient safety.

f. Slide 2 : five moments hand hygiene. g. Slide 3 : prosedur handwash.

h. Slide 4 : prosedur handrub. 3. Tahap Ketiga

Tahap ketiga yakni post-test akan dilaksanakan 15 hari setelah pre-test dan intervensi berlangsung karena menurut Notoadmojo (2003), jarak antara test yang pertama dan test yang kedua sebaiknya antara 15 sampai dengan 20 hari.

H. CARA PENGUMPULAN DATA

Data terdiri atas data primer dan data sekunder. Pada penelitian ini akan didapatkan data primer yaitu sebelum dan sesudah intervensi. Teknik pengumpulan data berupa mengamati perilaku tenaga kesehatan saat melakukan tindakan hemodialisis pada pasien dengan menggunakan daftar tilik seperti pada instrumen diatas.


(52)

I. UJI VALIDITAS DAN REABILITAS

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah menggunakan daftar tilik atau kuisioner. Sebelum kuisioner digunakan, maka harus dilakukan uji validitas dan reabilitas. Uji validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat ukur yang digunakan benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan fakta yang diukur dan diamati secara berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Pada penelitian ini, uji validitas tidak dilakukan karena daftar tilik dibuat berdasarkan standar World Health Organization. Uji reabilitas dilakukan dengan cara melakukan observasi oleh dua orang peneliti dan melihat apakah hasilnya sama dan konsisten.

J. ANALISIS DATA

Untuk menganalisa data pengolahan, peneliti menggunakan program komputer SPSS. Total nilai tenaga kesehatan saat melakukan pre-test masuk pada kelompok pengukuran 1 dan total nilai tenaga kesehatan saat melakukan post-test masuk pada kelompok pengukuran 2. Analisa yang digunakan adalah bivariat dengan uji statistik yang dilakukan adalah uji bivarit dengan Paired Sample t Test karena subyek sama tetapi didapatkan 2 kelompok data dengan asumsi persebaran data normal.


(53)

K. ETIKA PENELITIAN

Etik penelitian meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Peneliti membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang penelitian meliputi topik penelitian, tujuan, dan cara pengambilan data. Setelah calon responden memahami atas penjelasan peneliti terkait penelitian ini, calon responden sebagai sampel penelitian kemudian menandatangani informed consent tersebut.

2. Tanpa nama (Anomity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar checklist 5 moment hand hygiene. Peneliti menggunakan kode untuk setiap responden penelitian.

3. Kerahasiaan Informasi (Confidentiality)

Informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti


(54)

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran berjumlah 11 orang yang terdiri dari 3 dokter dan 8 perawat. Pada klinik tersebut terdapat 7 tempat tidur pasien. Setiap hari terdapat 3 kali pergantian shift perawat, 2 kali pergantian shift dokter, dan 3 kali pergantian shift pasien. Perawat dan pasien dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, middle, sore. Sedangkan dokter hanya dibagi menjadi shift pagi dan sore.

Tabel 5. Frekuensi Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran

Profesi Jumlah Prosentase (%)

Dokter 3 27.3

Perawat 8 72.7

Total 11 100%

Tabel 6 dibawah ini menunjukkan jumlah momen hand hygiene yang diambil oleh peneliti sebelum perlakuan dimulai. Didapatkan jumlah momen secara keseluruhan yaitu 283 momen hand hygiene, dimana momen dokter berjumlah 70 dan momen perawat berjumlah 213.

Tabel 6. Frekuensi 5 Moment Hand Hygiene Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum Diberikan Perlakuan

MOMEN

Seluruh Tenaga

Kesehatan Dokter Perawat

Jumlah (n) Prosentase (%) Jumlah (n) Prosentase (%) Jumlah (n) Prosentase (%)

1 92 32.51 20 28.57 72 33.8

2 25 8.83 5 7.14 20 9.39

3 12 4.24 4 5.71 8 3.76

4 90 31.8 26 37.14 64 30.05

5 64 22.62 15 21.43 49 23


(55)

Tabel 7 dibawah ini menunjukkan jumlah momen hand hygiene yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran sesudah diberikan perlakuan. Momen hand hygiene yang dilakukan berjumlah 277 momen, dimana momen dokter berjumlah 74 dan momen perawat berjumlah 203.

Tabel 7. Frekuensi 5 Moment Hand Hygiene Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sesudah Diberikan Perlakuan

MOMEN

Seluruh Tenaga

Kesehatan Dokter Perawat

Jumlah (n) Prosentase (%) Jumlah (n) Prosentase (%) Jumlah (n) Prosentase (%)

1 85 30.69 20 27.03 65 32.02

2 28 10.11 10 13.51 18 8.87

3 46 16.61 15 20.27 31 15.27

4 79 28.52 21 28.38 58 28.57

5 39 14.08 8 10.81 31 15.27

TOTAL 277 100% 74 100% 203 100%

Pada diagram dibawah ini menunjukkan prosentase rata-rata kepatuhan dokter dan perawat sebelum dan sesudah diberikan edukasi berupa media slide. Seperti terlihat pada gambar diagram tersebut bahwa secara keseluruhan didapatkan prosentase kepatuhan tenaga kesehatan meningkat 59.85%, dan secara khusus dokter mengalami peningkatan sebesar 40.75% sedangkan perawat mengalami peningkatan lebih tinggi yakni sebesar 49.62%.

Gambar 4. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

11.30 13.01 10.67

71.15 53.75 60.29 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Seluruh Tenaga Kesehatan Dokter Perawat


(56)

Gambar 5. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Terhadap 5 Moment Hand Hygiene Sebelum dan Sesudah

Perlakuan

Pada gambar diagram diatas menunjukkan prosentase rata-rata kepatuhan dokter dan perawat dalam melakukan 5 moment hand hygiene, dimana setelah dokter dan perawat diberikan edukasi melalui media slide, tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran tersebut melakukan hand hygiene lebih patuh dibandingkan dengan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada momen 4 yaitu setelah menyentuh pasien sebesar 81.78%. Sedangkan momen 1 mengalami peningkatan sebesar 64,65%. Momen 2 meningkat sebesar 45,76%. Momen 3 meningkat sebesar 72,97%, sedangkan momen 5 meningkat sebesar 11,6%.

Tabel 8 dibawah ini menunjukkan prosentase kepatuhan sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penilaian oleh pasien pada masing-masing individu dokter dan perawat yang berjumlah 11 orang. Pada penelitian ini 3 dokter diberi kode D1, D2, dan D4, sedangkan perawat diberi kode P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7 dan P8. Dapat dilihat dalam tabel tersebut bahwa seluruh dokter dan perawat mengalami peningkatan kepatuhan setelah diberikan edukasi melalui media slide. Peningkatan paling besar terjadi pada perawat dengan kode P4 yaitu

14.29 13.33

4.76 6.69

13.40 78.94 59.09 77.73 88.47 25.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Sebelum Menyentuh Pasien Sebelum Melakukan Prosedur Invansif Setelah Terkena Cairan Tubuh Pasien Setelah Menyentuh Pasien Setelah Menyentuh Benda di Lingkungan Pasien


(57)

sebesar 81,48%, sedangkan peningkatan paling sedikit terjadi pada perawat dengan kode P2 yakni sebesar 25%.

Tabel 8. Tingkat Kepatuhan 5 Moment Hand Hygiene Seluruh Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kode Tenaga Kesehatan Prosentase (%) Sebelum Diberi Perlakuan Prosentase (%) Sesudah Diberi Perlakuan Keterangan

D1 14.29 72.73 Meningkat 58.44 %

D2 11.11 73.08 Meningkat 61.97%

D3 13.64 69,23 Meningkat 55.59%

P1 3.57 73,08 Meningkat 69.51%

P2 25 50 Meningkat 25%

P3 17.14 56 Meningkat 38.86%

P4 0 81.48 Meningkat 81.48%

P5 12.5 83.33 Meningkat 70.83%

P6 10 68 Meningkat 58%

P7 7.14 80.77 Meningkat 73.63%

P8 10 75 Meningkat 65%

Berdasarkan data univariat di atas dilakukan pengujian data bivariat menggunakan uji hipotesis Paired Sample t Test. Hasilnya adalah nilai p 0.000 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis Paired Sampel t Test

Kepatuhan N Mean Standar

Deviasi P Value

Sebelum Perlakuan 11 11.31 6.67

.000

Sesudah Perlakuan 11 71.15 10.31

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kepatuhan pada tiap momen, maka dilakukan uji bivariat lain yakni Independent t Test. Hasilnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik (<0.05).


(58)

Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis Independent Sample t Test

Momen Sesudah Perlakuan P Value

Momen 1 .872

.824

Momen 2 .648

.451

Momen 3 .262

.306

Momen 4 .123

.212

Momen 5 .008

.001

B.

PEMBAHASAN

Pengetahuan atau edukasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan melaksanakan hand hygiene. Menurut Ananingsih (2016), tingkat pengetahuan tentang hand hygiene tidak hanya sebatas pentingnya pelaksanaan, tetapi juga harus mencakup indikasi dan teknik pelaksanaannya, hal ini sesuai yang dinyatakan oleh WHO (2009) bahwa kurangnya pengetahuan tentang hand hygiene merupakan salah satu bentuk hambatan untuk melakukan hand hygiene sesuai rekomendasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Boyce dan Pittet (2002), terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat tenaga kesehatan untuk melakukan hand hygiene yaitu faktor ketidakmengertian akan teknik hand hygiene atau standar hand hygiene.

Pada penelitian ini prosentase kepatuhan tenaga kesehatan meningkat 59.85%, dan secara khusus dokter mengalami peningkatan sebesar 40.75% sedangkan perawat mengalami peningkatan lebih tinggi yakni sebesar 49.62%. Perawat mengalami peningkatan lebih besar dikarenakan pada saat berada di Klinik


(59)

Hemodialisis, perawat menemui pasien lebih sering dibandingkan dengan dokter yang hanya melakukan visit 1 orang pasien sebanyak 1 kali, sehingga pada dokter hanya ditemukan momen sebelum menyentuh pasien dan setelah menyentuh pasien, sedangkan perawat memenuhi semua momen yakni sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan tindakan invansif terhadap pasien, setelah menyentuh cairan pasien, setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh lingkungan pasien. Banyak penelitian literature yang mengungkapkan bahwa kepatuhan perawat lebih tinggi dibandingkan dokter. Penelitian Suryoputri et al., (2011) menyatakan bahwa angka kepatuhan hand hygiene perawat lebih tinggi (31,31%) apabila dibandingkan dengan dokter (21,22%). Damanik et al., (2012) juga mengatakan bahwa kepatuhan perawat melakukan hand hygiene sebesar 48,3% dan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja, pengetahuan dan ketersediaan tenaga kerja. Erasmus (2010) juga mengungkapkan bahwa kepatuhan tenaga kesehatan, khususnya dokter lebih rendah dibandingkan dengan perawat, yaitu kepatuhan dokter sebesar 32% sedangkan perawat sebesar 48%. Hal ini behubungan dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kepatuhan lebih tinggi dikarenakan aktifitas yang lebih sering kontak dengan pasien.

Menurut Larson dan Killien (2007), terlalu sibuk adalah salah satu alasan penting yang diberikan tenaga kesehatan untuk tidak mencuci tangan mereka. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemenuhan hand hygiene adalah beban kerja yang tinggi dan kekurangan tenaga (Karabay, 2005). Hal ini dibuktikan dengan peningkatan yang terjadi pada perawat dengan kode P4 yaitu sebesar 81,48%, sedangkan peningkatan yang terjadi pada perawat dengan kode


(60)

P2 yakni sebesar 25%, membuktikan bahwa tidak setiap tenaga kesehatan mengalami peningkatan kepatuhan yang sama. Melalui observasi yang dilakukan peneliti di Klinik Hemodialisis Nitipuran, tenaga kesehatan yang telah terbagi menjadi 3 shift mempunyai beban kerja yang tinggi pada saat pemasangan dan pelepasan AV Shunt.

Penelitian Helder (2010) di Belanda yang meneliti seluruh tenaga kesehatan tentang kepatuhan pelaksanaan hand hygiene dan membandingkan hasil observasi sebelum dan sesudah diberikan edukasi mengungkapkan bahwa adalah terdapat penurunan infeksi nosokomial pada rumah sakit tersebut dari 44,5% menjadi 36,1% dan peningkatan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene yang cukup signifikan dari 65% menjadi 88% setelah diberikan edukasi. Hal ini terbukti dari peningkatan setiap momen hand hygiene yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah diberikan edukasi, yakni kenaikan tertinggi terjadi pada momen 4 yaitu setelah menyentuh pasien sebesar 81.78%, sedangkan momen 1 mengalami peningkatan sebesar 64,65%. Momen 2 meningkat sebesar 45,76%. Momen 3 meningkat sebesar 72,97%, dan momen 5 meningkat sebesar 11,6%.

Mathur (2011) mengungkapkan bahwa global patient safety challenge yang dicetuskan pada tahun 2009 oleh World Health Organization (WHO) yaitu clean care is safer care, yang artinya pemberian pelayanan atau perawatan secara bersih untuk mewujudkan keselamatan pasien secara signifikan meningkatkan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelayanannya terhadap pasien. Hal ini juga bisa menurunkan angka infeksi nosokomial yang terjadi. Edukasi melalui media slide yang diberikan oleh peneliti terdapat penekanan bahwa keselamatan pasien adalah


(61)

hukum tertinggi (Hanafiah & Amir, 2009). Pemahaman tenaga kesehatan tentang hal ini menjadi salah satu faktor terjadi peningkatan pada momen 1 yaitu sebelum menyentuh pasien dan momen 2 yaitu sebelum melakukan tindakan invansif pada pasien. Momen 1 mengalami peningkatan sebesar 64,65% dan momen 2 meningkat sebesar 45,76%

Menurut penelitian Erasmus (2010), salah satu peningkatan terbesar tenaga kesehatan dalam melaksankan hand hygiene adalah saat tenaga kesehatan bersinggungan langsung dengan darah maupun kotoran pasien. Proses hemodialisis di Klinik Hemodialisis Nitipuran diakhiri dengan proses dialisis menghentikan darah dari pasien, membuka selang normal salin dan membilas selang untuk mengembalikan darah pasien. Tenaga kesehatan yang berada di Klinik Hemodialisis Nitipuran rawan terkena cairan tubuh, dalam hal ini darah pasien, sehingga terjadi peningkatan pada momen 3 sebesar 72,79%.

Jang et al., (2010) dalam penelitiannya di Kanada mengungkapkan bahwa perlindungan diri adalah alasan utama mereka melakukan hand hygiene. Pada penelitian ini mengungkapkan bahwa para tenaga kesehatan melakukan hand hygiene sebagai proteksi diri sendiri, dan akses handrub dan handwash yang terbatas menjadi salah satu kendala. Begitu pula yang terjadi di Klinik Hemodialisis, para tenaga kesehatan setelah melakukan kontak dengan pasien otomatis akan melakukan hand hygiene sebagai perlindungan diri. Terbukti dengan peningkatan sebesar 81,78% pada momen 4 yakni setelah menyentuh pasien.


(62)

Pada penelitian lainnya yakni FitzGerald et al., (2013), menemukan bahwa tenaga kesehatan sangat sering menyentuh tempat tidur pasien dan troli tempat membawa alat-alat yang akan digunakan kepada pasien. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan edukasi, terjadi peningkatan kepatuhan hand hygiene yang semula 25% menjadi 33%. Hal ini berhubungan dengan tenaga kesehatan yang berada di Klinik Hemodialisis Nitipuran yang mengalami peningkatan sebesar 11,6% setelah diberikan edukasi pada momen 5 yakni setelah menyentuh lingkungan pasien.

Pengujian data bivariat menggunakan uji hipotesis Paired Sample t Test. Hasilnya adalah nilai p 0.000 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yakni edukasi menggunakan slide. Pada penelitian quasy-experimental milik Hassan et al., (2014) yang membandingkan antara responden yang diberikan edukasi menggunakan slide dengan responden yang diberikan edukasi secara konvensional, skor pre-test dan post-test hasilnya adalah p>0.05 untuk metode konvensional dan p<0.05 untuk metode slide. Hal ini menunjukkan pemahaman seseorang akan lebih meningkat apabila diberikan edukasi menggunakan slide dibandingkan dengan metode konvensional.

Kahraman (2011) mengungkapkan bahwa pada penelitiannya yang menggunaan media slide pada 653 reponden, terdapat pengaruh penggunaan slide dan peningkatan sikap pemahaman dari respondennya. Hal ini menunjukkan bahwa media slide merupakan salah satu faktor peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan pada penelitian ini dikarenakan setelah diberikan edukasi menggunakan


(63)

media slide, tenaga kesehatan menjadi lebih paham tentang hand hygiene dan tercermin pada peningkatan prosentase sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Menurut Kholid (2012), media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi. Slide sendiri termasuk media proyeksi menurut Heinich dalam Kholid (2012). Keberhasilan menggunakan media dalam proses edukasi untuk meningkatkan kepatuhan tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteritstik penerima pesan.. Secara operasional, ada sejumlah pertimbangan lain dalam memilih media edukasi yang tepat yaitu (1) Acces. Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam media. Slide sendiri dirasakan mudah diakses oleh peneliti sehingga menjadi salah satu faktor digunakannya slide dalam penelitian ini. (2) Cost. Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Biaya penggunaan slide tidak memberatkan dikarenakan di hampir semua laptop atau komputer, sudah tersedia program untuk membuat slide. (3) Technology. Slide sendiri berdasarkan pada aspek ini memenuhi dikarenakan sang peneliti mudah menggunakannya meskipun termasuk dari teknologi terkini. (4) Interactivity. Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Pada akhir peneliti melakukan edukasi melalui media slide¸terdapat satu slide yang berisikan sesi pertanyaan sehingga memunculkan komunikasi dua arah, tidak .hanya satu arah saja sehingga slide juga memenuhi aspek ini. (5) Organization. Pertimbangan yang juga penting adala dukungan dari organisasi maupun pimpinan. Pada penelitian ini, di Klinik Hemodialisis sendiri,


(64)

sang peneliti mendapatkan dukungan dari pemilik Klinik Hemodialisis Nitipuran untuk memberikan edukasi kepada para tenaga kesehatan yang berada didalamnya. Terakhir adalah (6) Novelty. Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi audience. Slide sendiri termasuk media yang baru dan bisa diisi dengan gambar ataupun diagram yang bisa menarik audience dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional contohnya menggunakan papan tulis.


(65)

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa edukasi melalui media slide memiliki pengaruh dalam peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand hygiene di Klinik Hemodialisis Nitipuran. Besar pengaruh tersebut apabila diukur secara statistik menghasilkan nilai p 0.000 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan kepatuhan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa edukasi melalui media slide kepada seluruh tenaga kesehatan.

B. SARAN

1. Managemen Klinik Hemodialisis

Bagi managemen klinik unit hemodialisis diharapkan memberikan pelatihan dan edukasi secara kontinu bagi tenaga kesehatan maupun karyawan di kliniknya. Pembuatan Standart Operating Procedure (SOP) tentang pelaksanaan five moment hand hygiene juga dibutuhkan sebagai pengingat bagi tenaga kesehatan yang berada di Klinik Hemodialisis. Pemberian handrub pocket pada masing-masing tenaga kesehatan juga dirasa akan meningkatkan kepatuhan tenaga kesehatan dalam peningkatan hand hygeiene


(66)

2. Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat terus termotivasi untuk selalu patuh . Tenaga kesehatan juga sebaiknya menjadikan tindakan pencegahan untuk senantiasa melindungi pasien maupun dirinya sendiri.

3. Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan pada saat pemberian edukasi, harus dipastikan bahwa semua tenaga kesehatan hadir dan paham tentang five moment hand hygiene, selain itu isi slide juga bisa dicetak dan dibagikan kepada para tenaga kesehatan agar lebih paham dan bisa dibaca berulang.


(67)

51

DAFTAR PUSTAKA

Ananingsih, P.D., & Rosa, E. M. (2016). Kepatuhan 5 Moment Hand Hygiene pada Petugas di Laboratorium Klinik CITO Yogyakarta. Diambil dari http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs.

Arias, K. M. (2010). Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. EGC.

Association for Professionals in Infection Control and Epidemiology (APIC). (2010). Guide to the Elimination of Infections in Hemodialysis. Washington. APIC Headquarters.

Black, J.M., & Hawk, J.H. (2005). Medical surgical nursing; clinical management for positive outcome. 7th edition. Piladelphia : W.B. Sounders Company.

Brock, S., Joglekar, Y., & Cohen, E. (2011). Empowering Powerpoint: Slides and Teaching Effectivness. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge & Management, 685-94.

Cahyono, J. B. S. B. &. S. B. (2008) . Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.

Cutler, D. M., & Lleras-Muney, A. (2010). Understanding differences in health behaviors by education. Journal of Health, 29(1), 1-28.

Damanik, S. M. (2012). Kepatuhan Hand hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Students e-Journal, 1(1), 29.

Daugirdas, J, T., Blake, P, G.,& Ing, T, S. (2007). Handbook of Dialysis 4th Edition. Piladelphia. Lippincott Williams & Walkins.

Drakbar. (2008). Hemodialisis.Jakarta.

Duerink, D. O., Hadi, U., Lestari, E. S., Roeshadi, D., Wahyono, H., Nagelkerke, N. J., ... & Van den Broek, P. J. (2013). A tool to assess knowledge, attitude and behavior of Indonesian health care workers regarding infection control. Acta Med Indones-Indones J Intern Med, 45, 206-15.

Erasmus, V., Daha, T. J., Brug, H., Richardus, J. H., Behrendt, M. D., Vos, M. C., & van Beeck, E. F. (2010). Systematic review of studies on compliance with hand hygiene guidelines in hospital care. Infection Control & Hospital Epidemiology, 31(03), 283-294.

FitzGerald, G., Moore, G., & Wilson, A. P. R. (2013). Hand hygiene after

touching a patient's surroundings: the opportunities most commonly missed. Journal of Hospital Infection, 84(1), 27-31.

Hanafiah, M. J. & Amri Amir. (2009). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.. Jakarta: EGC.

Hassan, A. A., Usman, I. A., Awwalu, S., Dogara, L. G., Okpetu, L., Yahaya, G., & Ibrahim, I. N. (2014). Impact of PowerPoint Presentation on the

Academic Performance of Medical Students of Ahmadu Bello University Zaria. Sub-Saharan African Journal of Medicine, 1(2), 91.

Helder, O. K., Brug, J., Looman, C. W., van Goudoever, J. B., & Kornelisse, R. F. (2010). The impact of an education program on hand hygiene compliance


(1)

mengalami peningkatan lebih tinggi yakni sebesar 23.79%.

Gambar 1. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan

di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan Sesudah Diberikan

Perlakuan

Gambar 2. Diagram Batang Prosentase Rata-rata Kepatuhan Tenaga Kesehatan

di Klinik Hemodialisis Nitipuran Terhadap 5 Moment Hand Hygiene

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Pada gambar diagram diatas menunjukkan prosentase rata-rata kepatuhan dokter dan perawat dalam melakukan 5 moment hand hygiene. Dimana setelah dokter dan perawat mengetahui bahwa ia sedang dinilai oleh pasien, tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran tersebut melakukan hand hygiene lebih patuh dibandingkan dengan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada momen 2 yaitu sebelum melakukan prosedur invansif sebesar 50%. Sedangkan momen 1 mengalami peningkatan sebesar 21.69%. Momen 4 meningkat sebesar 13.93%. Momen 5 meningkat sebesar 35.54%. Sedangkan momen 3 tidak dapat dinilai dikarenakan tidak terdapat momen 3 yang dilakukan selama pengamatan terhadap dokter dan perawat.

Tabel 4 dibawah ini menunjukkan prosentase kepatuhan

46.80 46.51

66.10

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Seluruh Tenaga Kesehatan

Dokt

Sebelum Perlakuan Ses

36.01

50 57.70

100.00

20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Sebelum Menyentuh

Pasien

Sebelum Melakukan

Prosedur Invansif

Setelah Caira

Pa


(2)

sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa penilaian oleh pasien pada masing-masing individu dokter dan perawat yang berjumlah 11 orang. Pada penelitian ini 4 dokter diberi kode D1, D2, D3, dan D4. Sedangkan perawat diberi kode P1, P2, P3, P4, P5, P6, dan P7. Dapat dilihat dalam tabel tersebut bahwa seluruh dokter dan perawat mengalami peningkatan kepatuhan setelah dinilai oleh pasien. Peningkatan paling besar terjadi pada perawat dengan kode P6 yaitu sebesar 50%. Sedangkan peningkatan paling sedikit terjadi pada perawat dengan kode P2 yakni hanya sebesar 0.91%.

Tabel 4. Tingkat Kepatuhan 5 Moment Hand Hygiene Seluruh

Tenaga Kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran Sebelum dan

Sesudah Perlakuan Kode Tenag a Keseh atan Prosen tase (%) Sebelu m Diberi Perlak uan Prosen tase (%) Sesuda h Diberi Perlak uan Ketera ngan D1

15.00 22.22

Mening kat 7.22% D2 21.05 42.86 Mening

kat 21.80% D3

50.00 66.67

Mening kat 16.67% D4 100.00 100.00 Tetap

P1

72.41 80.95

Mening kat 8.54% P2

42.11 53.33

Mening kat 11.23% P3

59.09 60.00

Mening kat 0.91% P4

34.78 72.73

Mening kat 37.94% P5

45.83 86.67

Mening kat 40.83% P6

37.50 87.50

Mening kat 50.00% P7

37.04 54.17

Mening kat 17.13%

Berdasarkan data univariat di atas dilakukan pengujian data bivariat menggunakan uji hipotesis

Paired Sample t Test. Hasilnya adalah nilai p 0.03 (<0.05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Paired Sampel t Test


(3)

Kepatuh an N

Mea n

Stand ar Devia

si

P Val

ue

Sebelum Perlaku

an 1 1

46.8

0 23.81 .003 Sesudah

Perlaku an

1 1

66.1

0 22.59

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kepatuhan pada tiap momen, maka dilakukan uji bivariat lain yakni Independent t Test. Hasilnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik (<0.05) pada momen 2 dan momen 4.

Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Independent Sample t Test Momen Sesudah

Perlakuan P Value

Momen 1

Equal variances

assumed

.860

Equal variances not

.888

assumed

Momen 2

Equal variances

assumed

.066

Equal variances not

assumed

.030

Momen 4

Equal variances

assumed

.410

Equal variances not

assumed

.501

Momen 5

Equal variances

assumed

.003

Equal variances not

assumed

.001

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh edukasi melalui media slide terhadap peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan hand


(4)

hygiene di klinik hemodialisis, didapatkan kesimpulan yaitu:

1. Terdapat peningkatan kepatuhan tenaga kesehahatan dalam melaksanakan hand hygiene di klinik hemodialisis pada moment nomor 1 dan 4

2. Edukasi melalui media slide

terhadap peningkatan kepatuhan dinilai cukup berpengaruh pada beberapa moment

Saran

1. Semua tenaga keseahatan diwajibkan hadir pada saat peneliti melakukan edukasi melalui media slide.

2. Diperluka pembuatan Standart

Operating Procedure

(SOP)mengenai five moments hand hygiene pada klinik hemodialisis.

Daftar pustaka

Arias, K. M. (2010). Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. EGC.

Black, J.M., & Hawk, J.H. (2005).

Medical surgical nursing; clinical management for positive outcome. 7th edition. Piladelphia : W.B. Sounders Company.

Cahyono, J. B. S. B. &. S. B. (2008) . Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran.

Yogyakarta: Kanisius.

Cutler, D. M., & Lleras-Muney, A. (2010). Understanding differences in health behaviors by education. Journal of health economics, 29(1), 1-28.

Damanik, S. M. (2012). Kepatuhan Hand hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Students e-Journal, 1(1), 29.


(5)

Drakbar. (2008).

Hemodialisis.Jakarta.

Hanafiah, M. J. & Amri Amir. (2009). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.. Jakarta: EGC. Huis, A., Hulscher, M., Adang, E., Grol, R., van Achterberg, T., & Schoonhoven, L. (2013). Cost-effectiveness of a team and leaders-directed strategy to improve nurses’ adherence to hand hygiene guidelines: a cluster randomised trial.

International journal of nursing studies, 50(4), 518-526.

Jones, A. M. (2003). The use and abuse of PowerPoint in Teaching and Learning in the Life Sciences: A Personal Overview. Bioscience Education, 2(1), 1-13.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 17-26.

Maulana, H. D., Sos, S., & Kes, M. (2009). Promosi kesehatan. EGC. Moore, M. G., & Kearsley, G. (2011). Distance education: A systems view of online learning. Cengage Learning.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta Sastroasmoro, S. (2002). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Sagung Seto.

Siemens, G., & Long, P. (2011). Penetrating the Fog: Analytics in Learning and Education. EDUCAUSE review, 46(5), 30.Supeni, M. (2012). Hubungan antara Perilaku Cuci Tangan Perawat dengan Pertumbuhan Bakteri Aerob Penyebab Infeksi

Nosokomial. FKIK UMY


(6)

Smeltzer,S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. and Cheever, K.H. (2008).

Textbook of Medical Surgical

Nursing 12 edition.

Piladelphia:Lippincont William and Wilkins

Thomas, N. (2003). Renal Nursing. 2th edition. Piladelphia :Elseveir Science.

Patel, P. R., Thompson, N. D., Kallen, A. J., & Arduino, M. J. (2010). Epidemiology, surveillance, and prevention of hepatitis C virus infections in hemodialysis patients. American Journal of Kidney Diseases, 56(2), 371-378.

Pittet, D., Allegranzi, B., & Boyce, J. (2009). The World Health Organization guidelines on hand hygiene in health care and their consensus recommendations.

Infection Control & Hospital Epidemiology, 30(07), 611-622.

World Health Organization. (2009).

Hand Hygiene: Why, How,

When?.WHO Library Cataloguing in Publication Data.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBERIAN SIMULASI HAND HYGIENE TERHADAP KEPATUHAN HAND HYGIENE PETUGAS NON MEDIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

0 3 26

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HAND HYGIENE DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN HAND HYGIENE PADA PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

0 3 11

PENGARUH EDUKASI MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

3 8 118

PENGARUH PERAN PASIEN TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN DALAM MELAKSANAKAN HAND HYGIENE DI KLINIK HEMODIALISIS

13 196 113

Hubungan Kepatuhan Hand Hygiene Tenaga Kesehatan dan Kejadian Sepsis Neonatorum di HCU Neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 3 9

KEPATUHAN PELAKSANAAN KEGIATAN HAND HYGIENE PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT X SURABAYA COMPLIANCE IMPLEMENTATION HAND HYGIENE TO HEALTH CARE WORKERS IN X HOSPITAL SURABAYA Dwi Bagus Susilo

0 1 5

Pengaruh Faktor Individu, Organisasi dan Perilaku terhadap Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Hand Hygiene di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

1 1 9

HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN HAND HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RSUD WONOSARI NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN HAND HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RSUD WONOSARI - DIGILIB UNISAYOGYA

0 3 14

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN HAND HYGIENE TERHADAP KEPATUHAN PROSEDUR 6 LANGKAH HAND HYGIENE PADA KELUARGA PASIEN DI ICU RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN HAND HYGIENE TERHADAP KEPATUHAN PROSEDUR 6 LANGKAH HAND HYGIENE PADA KELUARGA PASIEN DI ICU RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 2 11