Manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit

(1)

BERBASIS KELAPA SAWIT

I Gusti Bagus Udayana

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi tentang Manajemen Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun . Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2010,

I Gusti Bagus Udayana NRP F361050011


(3)

I Gusti Bagus Udayana. Manajemen Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing oleh ERIYATNO, ERLIZA HAMBALI dan ANAS M FAUZI

Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sangat besar, berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 51.66 persen penggunaan energi di Indonesia sedangkan penggunaan gas alam sebesar 28.57 persen. batu bara sebesar 15.34 persen. tenaga air sebesar 3.11 persen. panas bumi sebesar 4.44 persen. dan energi terbarukan hanya sekitar 0.2 persen dari total penggunaan energi. Cadangan minyak di Indonesia tinggal sekitar 9 miliar barel. dimana setiap tahun Indonesia memproduksi 500 juta barel. Ini artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru. diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu delapan belas tahun mendatang. Untuk mengatasi masalah tersebut. maka Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan dari sumber daya alam nabati. Hal ini telah disadari oleh pemerintah Indonesia. dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang kebijakan energi nasional dan Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif .

Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai solar. Kelebihan biodiesel dibanding solar adalah merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih rendah yaitu

free sulphur dan smoke number rendah). cetane number lebih tinggi (> 57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; biodegradable. merupakan renewable energy. dan meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal (Daryanto 2006).

Tujuan penelitian ini adalah untuk merekayasa sistem penunjang keputusan manajemen risiko bagi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. dengan metode yang digunakan meliputi analisis risiko bahan baku. proses pengolahan. dan pemasaran menggunakan non-numerik ME-MCDM. Pengukuran dan penilaian risiko finansial menggunakan kriteria risiko (koefisien variasi) yaitu jika 0.5 ≤ cv berisiko rendah. jika 0.5 < cv 0.8 usaha berisiko sedang jika 0.8 < cv ≤ 1.2 usaha berisiko tinggi. dan cv > 1.2 usaha berisiko sangat tinggi (Soeharto. 2002). Analisis kelayakan finansial menggunakan instrumen keuntungan bersih. NPV. IRR. Payback period. BEP dan Net B/C

ratio. Penentuan tujuan dan strategi manajemen risiko menggunakan rule-base. AHP digunakan untuk mendapatkan bobot nilai alternatif risiko dari pada aspek pengadaan bahan baku. proses pengolahan dan pemasaran. Teknik

ISM dugunakan untuk mengka ji suatu sistem kelembagaan pada agroindustri biodiesel.

Bahasa pemograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Versi

6.0. Teknik validasi model menerapkan face validity yang memungkinkan penelusuran model secara menyeluruh dan utuh sehingga konsistensi konsep dan kebutuhan pemangku kepentingan dapat dievaluasi secara bersamaan. Proses penilaian dilakukan berdasarkan pendapat ahli. dengan cara deduksi logika untuk menilai asumsi dari model apakah sudah sesuai atau belum dengan kenyataan.


(4)

dimaksudkan untuk mengintegrasikan pengelolaan risiko pada agroindustri biodiesel terhadap bahan baku. proses pengolahan. pemasaran dan finansial.

Penilaian risiko bahan baku terdiri dari faktor waktu ketersediaan. kualitas. harga. biaya pengadaan. dan jumlah bahan baku. Risiko proses pengolahan terdiri dari faktor kualitas biodiesel sesuai SNI. kinerja mesin dan peralatan proses. biaya proses. pemeliharaan mesin dan alat serta lokasi proses pengolahan. Risiko pemasaran terdiri dari faktor kepuasan konsumen. posisi persaingan. kondisi distribusi. kebijakan pemerintah. dan peningkatan harga bahan baku. Analisis finansial pengembangannya melalui model kelayakan argoindustri biodiesel. Data yang meliputi data kebutuhan dan biaya pengadaan bahan baku. bahan pembantu. jumlah dan jenis tenaga kerja. spesifikasi biaya sewa tanah dan bangunan. dan biaya utilitas.

Model ini diterapkan pada kasus perkebunan sawit di Propinsi Riau dan perusahaan industri biodiesel di Tengerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katagori risiko bahan baku adalah sangat tinggi. proses pengolahan tinggi. pemasaran risiko sangat tinggi. dan pada risiko finansial adalah rendah. Hasil agregasi dengan menggunakan metode OWA secara keseluruhan dihasilkan risiko pada agroindustri biodiesel adalah sangat tinggi

Hasil analisis kelembagaan menggunakan teknik ISM (metode

Interpretative Structural Modelling) dan sintesis dari pendapat para ahli melalui sistem pakar (expert system) diperoleh bahwa untuk meminimasi risiko pada agroindustri biodiesel adalah dengan pendekatan kluster industri biodiesel

Resiko agroindustri biodiesel dapat dikurangi melalui klaster dengan fasilisator FKMKI Biodiesel (Forum Komunikasi Manajemen Klaster Industri Biodiesel) yang diprakarsai oleh masyarakat klaster industri serta pembentukan koperasi agroindustri biodiesel yang didukung oleh investor. lembaga pembiayaan. perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Peran aktif pemerintah diharapkan dalam mengeluarkan kebijakan yang konsisten untuk meningkatkan daya saing biodiesel dibanding energi fosil. seperti memberikan subsidi bunga bagi pekebun kelapa sawit. harmonisasi tarif CPO dengan tujuan menjaga kestabilan harga CPO di tingkat petani. memberikan subsidi pajak kurang lebih 5% dari kebutuhan biodiesel dan mendorong penggunaan biodiesel untuk kendaraan milik pemerintah.

Peran pemerintah daerah diharapkan dalam memfasilitasi harmonisasi perbedaan kepentingan antar industri dan perkebunan agar klaster industri biodiesel dapat berjalan dan berkelanjutan


(5)

I Gusti Bagus Udayana. Agroindustrial Risk Management of Palm Oil-Based Biodiesel. Supervised by ERIYATNO, ERLIZA HAMBALI and ANAS M FAUZI

Biodiesel is fuel generates from vegetable oils that have properties similar to diesel oil. The advantages of biodiesel compared to diesel is an environmentally friendly fuel because it produces much lower emissions (sulfur free, low smoke number) in accordance with global issues, higher cetane number (> 57) so that the combustion efficiency is better than diesel, lubrication properties of the piston engine; biodegradable, a renewable energy because it is made from natural materials, and improve the independence of fuel supply because it can be produced locally.

The purpose of this research is to design the risk management decision support system for agro-industry development of oil palm-based biodiesel. The design methods used include: a) risk analysis of raw materials, processing, and marketing using a non-numeric ME-MCDM. Measurement and assessment of financial risks using risk criteria (coefficient of variation). Financial feasibility studies using the instruments: net profit, NPV, IRR, payback period, the BEP and the Net B / C ratio. Determination of objectives and risk management strategies using the rule-base. AHP is used to obtain an alternative value in the aspect of raw material procurement, processing, and marketing. ISM digunakam in institutional management.

This research resulted in a decision support system that is useful to help decision makers in addressing the risk of agro-bio-diesel. Risk management model is designed in a decision support system (DSS) with the name "Biodiesel-RM", can be used by industrial users and investors in the field of biodiesel. SPK software development using Microsoft Visual Basic Version 6.0 yamg consists of three main components namely database management system, knowledge base management system and model base management system. Model base management system consists of 4 sub-model: risk analysis of raw materials, processing of risk analysis, risk analysis marketing, and financial risk analysis. Risks can be reduced through agro biodiesel biodiesel industry cluster approach, with fasilisator FKMKI Biodiesel (Forum biodiesel industry cluster management communication), which was formed and initiated by the community clusters and the formation of cooperative agro-industrial biodiesel supported by investors, financing institutions, universities and research institutions

Keywords: Risk Management, Biodiesel, palm oil, industry cluster.

RINGKASAN

I Gusti Bagus Udayana. Manajemen Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dibimbing oleh ERIYATNO, ERLIZA HAMBALI dan ANAS M FAUZI


(6)

penggunaan energi di Indonesia sedangkan penggunaan gas alam sebesar 28.57 persen. batu bara sebesar 15.34 persen. tenaga air sebesar 3.11 persen. panas bumi sebesar 4.44 persen. dan energi terbarukan hanya sekitar 0.2 persen dari total penggunaan energi. Cadangan minyak di Indonesia tinggal sekitar 9 miliar barel. dimana setiap tahun Indonesia memproduksi 500 juta barel. Ini artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru. diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu delapan belas tahun mendatang. Untuk mengatasi masalah tersebut. maka Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan dari sumber daya alam nabati. Hal ini telah disadari oleh pemerintah Indonesia. dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang kebijakan energi nasional dan Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif .

Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai solar. Kelebihan biodiesel dibanding solar adalah merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih rendah yaitu

free sulphur dan smoke number rendah). cetane number lebih tinggi (> 57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; biodegradable. merupakan renewable energy. dan meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal (Daryanto 2006).

Tujuan penelitian ini adalah untuk merekayasa sistem penunjang keputusan manajemen risiko bagi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. dengan metode yang digunakan meliput i analisis risiko bahan baku. proses pengolahan. dan pemasaran menggunakan non-numerik ME-MCDM. Pengukuran dan penilaian risiko finansial menggunakan kriteria risiko (koefisien variasi) yaitu jika 0.5 ≤ cv berisiko rendah. jika 0.5 < cv 0.8 usaha berisiko sedang jika 0.8 < cv ≤ 1.2 usaha berisiko tinggi. dan cv > 1.2 usaha berisiko sangat tinggi (Soeharto. 2002). Analisis kelayakan finansial menggunakan instrumen keuntungan bersih. NPV. IRR. Payback period. BEP dan Net B/C

ratio. Penentuan tujuan dan strategi manajemen risiko menggunakan rule-base. AHP digunakan untuk mendapatkan bobot nilai alternatif risiko dari pada aspek pengadaan bahan baku. proses pengolahan dan pemasaran. Teknik

ISM dugunakan untuk mengka ji suatu sistem kelembagaan pada agroindustri biodiesel.

Bahasa pemograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Basic Versi

6.0. Teknik validasi model menerapkan face validity yang memungkinkan penelusuran model secara menyeluruh dan utuh sehingga konsistensi konsep dan kebutuhan pemangku kepentingan dapat dievaluasi secara bersamaan. Proses penilaian dilakukan berdasarkan pendapat ahli. dengan cara deduksi logika untuk menilai asumsi dari model apakah sudah sesuai atau belum dengan kenyataan.

Sistem penunjang keputusan yang dihasilkan adalah Biodiesel-RM. dimaksudkan untuk mengintegrasikan pengelolaan risiko pada agroindustri biodiesel terhadap bahan baku. proses pengolahan. pemasaran dan finansial.

Penilaian risiko bahan baku terdiri dari faktor waktu ketersediaan. kualitas. harga. biaya pengadaan. dan jumlah bahan baku. Risiko proses pengolahan terdiri dari faktor kualitas biodiesel sesuai SNI. kinerja mesin dan peralatan proses. biaya


(7)

pemasaran terdiri dari faktor kepuasan konsumen. posisi persaingan. kondisi distribusi. kebijakan pemerintah. dan peningkatan harga bahan baku. Analisis finansial pengembangannya melalui model kelayakan argoindustri biodiesel. Data yang meliputi data kebutuhan dan biaya pengadaan bahan baku. bahan pembantu. jumlah dan jenis tenaga kerja. spesifikasi biaya sewa tanah dan bangunan. dan biaya utilitas.

Model ini diterapkan pada kasus perkebunan sawit di Propinsi Riau dan perusahaan industri biodiesel di Tengerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katagori risiko bahan baku adalah sangat tinggi. proses pengolahan tinggi. pemasaran risiko sangat tinggi. dan pada risiko finansial adalah rendah. Hasil agregasi dengan menggunakan metode OWA secara keseluruhan dihasilkan risiko pada agroindustri biodiesel adalah sangat tinggi

Hasil analisis kelembagaan menggunakan teknik ISM (metode

Interpretative Structural Modelling) dan sintesis dari pendapat para ahli melalui sistem pakar (expert system) diperoleh bahwa untuk meminimasi risiko pada agroindustri biodiesel adalah dengan pendekatan kluster industri biodiesel

Resiko agroindustri biodiesel dapat dikurangi melalui klaster dengan fasilisator FKMKI Biodiesel (Forum Komunikasi Manajemen Klaster Industri Biodiesel) yang diprakarsai oleh masyarakat klaster industri serta pembentukan koperasi agroindustri biodiesel yang didukung oleh investor. lembaga pembiayaan. perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Peran aktif pemerintah diharapkan dalam mengeluarkan kebijakan yang konsisten untuk meningkatkan daya saing biodiesel dibanding energi fosil. seperti memberikan subsidi bunga bagi pekebun kelapa sawit. harmonisasi tarif CPO dengan tujuan menjaga kestabilan harga CPO di tingkat petani. memberikan subsidi pajak kurang lebih 5% dari kebutuhan biodiesel dan mendorong penggunaan biodiesel untuk kendaraan milik pemerintah.

Peran pemerintah daerah diharapkan dalam memfasilitasi harmonisasi perbedaan kepentingan antar industri dan perkebunan agar klaster industri biodiesel dapat berjalan dan berkelanjutan


(8)

ii © Hak cipta milik IPB Tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPN


(9)

Sawit

Nama Mahasiswa : I Gusti Bagus Udayana

NIM : F 361050011

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE. Ketua

Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, M.Si Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng. Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(10)

MANAJEMEN RISIKO AGROINDUSTRI BIODIESEL

BERBASIS KELAPA SAWIT

I Gusti Bagus Udayana

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(11)

Puji syukur saya panjatkan kahadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas limpahan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya jualah disertasi ini dapat saya selesaikan dengan baik, walau mungkin masih ditemui berbagai kekurangan.

Manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit dilakukan

dengan pendekatan sistem. Hasil penelitian ini telah menghasilkan model “BIODIESEL RM” yang komprehensif sehingga mampu membangun kondisi yang optimal dalam pemenuhan kebutuhan secara harmonis bagi pelaku agroindustri khususnya industri biodiesel. Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Hasil analisis risiko menghasilkan pengadaan bahan baku dan pemasaran memiliki risiko sangat tinggi, proses pengolahan berisiko tinggi dan finansial memiliki risiko rendah.

Keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari peran komisi pembimbing. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan kepada : Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE sebagai ketua komisi pembimbing, kepada: Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, dan Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan tulus dan iklas membimbing saya mulai dari penulisan proposal, penelitian, dan penulisan hingga disertasi ini terwujud.

Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof.Dr. Armansyah H. Tambunan (Guru besar dan staf pengajar pada Departemen

Keteknikan Pertanian, Institut Pertanian Bogor) dan Dr. Ir. Erliza Noor (Staf pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian

Bogor) masing-masing selaku penguji luar komisi pada sidang ujian tertutup serta Dr. Ir. Muhamad Said Didu, Msi. (Sekretaris Kementrian BUMN dan Dr. Drs. Dedi Mulyadi, Msi (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementrian Perindustrian) masing-masing selaku Penguji luar komisi pada sidang ujian terbuka saya.

Penghargaan dan ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ketua Kopertis wilayah VIII di Denpasar Bali, Rektor Universitas Warmadewa, Dekan Fakultas pertanian Universitas Warmadewa serta Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Denpasar Bali yang telah memberikan kesempatan kepada saya melanjutkan studi doktoral.

Kepada Rektor Institut Pertanian Bogor saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas kesediaannya menerima saya menjadi mahasiswa pada program studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penghargaan dan terima kasih saya sampaikan kepada : Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Ketua program studi Teknologi Industri Pertanian, dan seluruh staf pengajar Sekolah Pascasarjana IPB khususnya Program Studi Teknologi Industri Pertanian yang telah tulus dan iklas memberi ilmu pengetahuan dan bimbingan serta berbagi pengalaman kepada saya dengan penuh tanggung jawab dan rasa pengabdian.


(12)

Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Ripublik Indonesia yang telah memberikan bantuan pendidikan melalui Proyek BPPS dan dana hibah doktor Melalui Sekolah Pascasarjana IPB kepada saya guna kelancaran proses pendidikan.

Kepada Gubernur Propinsi Riau, Bapeda, Dinas perkebunan, Dinas perindustrian dan Perdagangan di propinsi Riau, Departemen ESDM, dan Migas, Direktur PT Indobiofuel, serta Bapak Ir. Ida Bagus Mayun, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan atas bantuan berupa fasilitas dan kemudahan yang telah diberikan kepada saya selama melaksanakan penelitian di perkebunan di Propinsi Riau. Demikian juga kepada saudara Roni Wijaya, STP saya sampaikan terima kasih atas segala bantuannya dalam proses penyelesaian disertasi ini.

Kepada rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB, khususnya rekan-rekan pada program studi Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor terkhusus lagi bagi rekan-rekan angkatan 2005 : Dr. Luluk Sulistyobudi,SP.,MP, Cut Meurah Rosnelly, SP. M.Si., Ir. Novizar Nazir, M.Si., Ir. Yuli Wibowo, M.Si, Ir. Henny Purwaningsih, M.Si, Ir. Herviani Riskia, MS.i dan Ir. Fahmi Riadi, M.Si, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas segala bantuan dan kerjasama yang baik yang dilandasi rasa persaudaraan, semoga tetap abadi.

Kepada yang saya muliakan ayahanda Drs. I Gusti Putu Gede Soekarya dan Ibunda Ni Putu Nyeneng Astini, ayah mertua, Ida Bagus Ketut Puja (Almarhum) dan Ibu mertua Ida Ayu Nyoman Ganti, ananda persembahkan terima kasih atas segala do’a restu, bimbingan, nasehat, dan arahan yang tiada henti-hentinya diberikan kepada saya.

Terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga, saya persembahkan kepada istri saya tercinta Ida Ayu Oka Martini, SE, MM dan anak-anak saya tersayang I Gusti Agung Rama Pramudita Iswara (Gung Rama) dan I Gusti Ayu Monika Intan Kirana (Gung Intan) atas ketabahan, kesabaran, kesetiaan, pengorbanan, dan iringan do’a yang tulus dan iklas dalam menyertai setiap langkah saya selama menempuh pendidikan S3 di IPB Bogor.

Kepada kakak saya: Dra. I Gusti Ayu Ngurah, MM dan adik saya : I Gusti Ayu Ariani Kinantri, SE saya ucapkan terima kasih atas segala bantuan dan doa yang telah diberikan selama saya menempuh pendidikan. Juga kepada adik ipar saya : Ida Bagus Gaga Wedana, Ida Ayu Nyoman Erawati, Ida Ayu Kade Sri Astuti dan Suami, Ida Ayu Ketut Warini dan Suami, serta Drs. OQ Wisnu Bhaskoro,BA., saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan doa yang telah diberikan selama saya menempuh pendidikan.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih, semoga Ida Sang Hyaang Widi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa memberi pahala yang setimpal, dan permohonan maaf saya sampaikan apabila dalam proses pendidikan ada kesalahan yang saya lakukan baik sengaja atau tidak saya sengaja. Trimakasih.

Bogor, Oktober 2010

I Gusti Bagus Udayana NRP. F361050011


(13)

Penulis Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Mei 1964 dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. I Gusti Putu Gede Soekarya dan Ni Putu Nyeneng Astini. Penulis memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar, Bali pada tahun 1988. Pendidikan Magister Pertanian dengan program studi Pertanian Lahan Kering diselesaikan di Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, Bali pada tahun 2000. Kemudian tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan program doktoral di Program Studi Teknologi Industri Pertanian spesifikasi Teknik Manajemen Agroindustri Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPS-IPB) di Bogor dengan sponsor biaya pendidikan proyek BPPS Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Ripublik Indonesia Jakarta. Penulis bekerja sebagai staf pengajar Kopertis Wilayah VIII Denpasar, Bali dan dipekerjakan pada Universitas Warmedewa denpasar, Bali pada program studi Agro Teknologi sejak tahun 1989 sampai sekarang. Selama mengikuti program doktoral di SPs-IPB, berkesempatan menulis artikel dan terpublikasi secara ilmiah pada beberapa jurnal antara lain : (1) Manajemen risiko bahan baku agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit : Jurnal Agri-Tek Universitas Merdeka Madiun. (2) Pengembangan Model Kelembagaan Sebagai Solusi Mengatasi Risiko Agroindustri Biodiesel Berbasis Kelapa Sawit : Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali.. Penulis menikah dengan Ida ayu Oka Martini, SE, MM pada tanggal 21 September 1990 dan telah dikaruniai 2 orang anak (Putra dan Putri) : I Gusti Agung Rama Pramudita Iswara (Gung Rama, 19 tahun) dan I Gusti Ayu Monika Intan Kirana (Gung Intan, 15 tahun)


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Ruang Lingkup Penelitian ………... 4

Manfaat Penelitian ……….... 4

Tinjauan Pustaka ………... 5

Stategi Pengembangan Agroindustri ………... 5

Penelitian Terdahulu ... 22

Manajemen Risiko ... 23

Pendekatan Sistem ... 33

Sistem Penunjang Keputusan (SPK) ... 39

Teknik Simulasi Model (SM) ... 43

Teknik Interpretative Structural Modeling (ISM) ... 46

Analytical Hierarchy Process (AHP) ……… 44

Sistem Pakar (Expert System) ... 46

Analisis Fuzzy Non-Numerik ... 47

Analisa Finansial ... 49

Metode Penilaian Kelayakan Usaha ... 50

METODOLOGI ... 54

Kerangka Pemikiran ... 54

Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

Tata Laksana Penelitian ... 57

Validasi Model ... 60

PEMODELAN SISTEM ... 61

Konfigurasi Model ... 61

Kerangka Model ... 62

Analisis Model... 71

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

Manajemen Risiko ... 74

Strategi Manajemen Risiko ... 98

IMPLEMENTASI MODEL ... 158


(15)

Vaildasi ... 165

Implementasi Kebijakan ... 165

Kelembagaan Klaster Industri Biodiesel ... 174

KESIMPULAN DAN SARAN ... 177

Kesimpulan ... 177

Saran ... 178

DAFTAR PUSTAKA ... 185


(16)

DAFTAR TEBEL

Halaman

1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit ... 8

2. Sifat fisik kimia minyak kalapa sawit ... 8

3. Produksi Minyak Sawit Indonesia VS Malaysia... 9

4. Komposisi asam lemak CPO, PKO, Fraksi CPO Olein, CPO Stearin dan PFAD ... 10

5. Sifat Fisik Kimia CPO, PKO, RBD Olein, RBD Stearin dan PFAD ... 10

6. Produksi CPO Indonesia Menurut Pengusahaan Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2002 - 2008... 12

7. Produksi PKO Indonesia Menurut Pengusahaan Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2002 – 2008 ... 12

8. Jumlah Produksi Negara Produsen CPO Dunia Tahun 2004-2008 ( x1000 ton). ... 15

9. Volume Ekspor Negara Produsen CPO Dunia Tahun 2004-2008 (x 1000 ton)... 15

10. Volume Impor Negara Konsumen CPO Dunia Tahun 2004-2008 (x 1000 ton)... 16

11. Produksi CPO Indonesia Menurut Pengusahaan Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2002 – 2008 ... 18

12. Produksi PKO Indonesia Menurut Pengusahaan Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2002 – 2008 ... 19

13. Penelitian Terdahulu Berkaitan Dengan Risiko Agroindustri ... 21

14. Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel ………. 56

15 Hasil tanaman jenis dura dengan pertumbuhan normal ………. 77

16 Hasil analisis risiko finansial dan kelayakan ... 89


(17)

18 Asumsi kelayakan finansial pabrik biodiesel berbasis kelapa sawit

kapasitas 60.000 ton per tahun ... 92

19 Investasi pendirian pabrik biodiesel berbasis kelapa sawit ... 93

20 Analisis sensitivitas kelayakan finansial ... 95

21. Syarat mutu biodiesel berdasarkan standar nasional Iindonesia ... 103

22 Hasil reachbility matriks serta interprestasi dari elemen sektor masyarakat yang terpengaruh program ... 113

23 Hasil reachbility matriks kebutuhan ... 116

24 Hasil Reachibility Matrix final dan interprestasinya dari kendala dalam risiko kelembagaan ... 122

25. Hasil reachability matrik final elemen tujuan ... 127

26. Hasil reachability matrik final elemen tolok ukur ... 132

27. Hasil reachability matriks final elemen lembaga manajemen risiko ... 136

28. Hasil reachability matrik final elemen perubahan ... 141

29. Hasil reachability matriks final elemen aktivitas... 145

30 Elemen kunci strukturisasi kelembagaan agroindustri biodiesel ... 149

31 Mata Rantai (value chain) Agroindustri Biodiesel dengan Kandungan Risiko ... 162


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Pohon industri kelapa sawit ... 14

2 Persentase produksi negara produsen CPO dunia ... 15

3 Persentase volume ekspor negara produsen CPO dunia …………... 16

4 Persentase volume impor negara konsumen CPO dunia ……….. 17

5 Pola konsumsi CPO di Indonesia ... 17

6 Grafik Perkembangan Produksi Minyak Sawit Indonesia 1998-2008 …. 19 7 Diagram proses produksi biodiesel dari CPO ... 20

8 Risiko sebagai fungsi dan komponennya ... 23

9 Analisis dan pengendalian risiko untuk manajemen risiko... 24

10 Hubungan antara komponen Decision Support Sistem (DSS) ... 32

11 Tahapan analisis sistem ... 47

12 Kerangka pemikiran penelitian manajemen risiko agroindustri biodiesel ... 50

13 Tahapan penelitian manajemen risiko ... 53

14 Diagrram lingkar sebab akibat sistem agroindustri biodiesel ... 59

15 Diagram input-output agroindustri biodiesel ... 60

16 Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel ... 61

17 Diagram input-output sistem pakar manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit ... 65

18 Skema alur proses model analisis risiko agroindustri ... 67

19 Skema alur model resiko finansial agroindustri biodiesel ... 68

20 Perangkat lunak SPK “Biodiesel-RM” ... 70


(19)

xix

22 Pohon keputusan analisis risiko proses pengolahan... 83

23 Pohon keputusan analisis risiko pemasaran ... 88

24 Pohon keputusan analisis risiko ... 90

25 Hasil analisis AHP harga bahan baku ... 98

26 Hasil analisis AHP Kualitas produksi ... 100

27 Diagram proses pembuatan biodiesel ………. 104

28 Hasil analisis AHP Kebijakan pemerintah ... ... 108

29 Struktur hirarki antar sub elemen sektor masyarakat yang terpengaruh Program ... ... 114

30 Matriks Driver Power-Depedence elemen masyarakat yang terpengaruh Program ... 115

31 Struktur hirarki antar sub elemen kebutuhan ... 118

32 Matriks Driver Power-Depedence elemen Driver kebutuhan ...……….. 120

33 Struktur hirarki antar sub elemen kendala ... 123

34 Matriks Driver Power-Depedence elemen kendala ... 124

35 Struktur hirarki antar sub elemen tujuan ... 128

36 Matriks Driver Power-Depedence elemen tujun... 130

37 Model sturktur hirarki antar sub elemen tolok ukur ... 133

38 Matriks Driver Power-Depedence elemen tolok ukur ... 134

39 Sruktur hirarki antar sub elemen lembaga ... 137

40 Matriks Driver Power-Depedence elemen lembaga ... 138

41 Struktur hirarki antar sub elemen perubahan ... 141

42 Matriks Driver Power-Depedence elemen perubahan …….………. 142


(20)

xx

44 Matriks Driver Power-Depedence elemen aktivitas yang dibutuhkan ... 148

45 Gambaran umum keterkaitan institusi dan para pihak yang berkepentingan pada industri biodiesel ... 164

46 Sistem klaster agroindustri biodiesel ... 164

47 Skema pembiayaan klaster industri biodiesel ... 169

48 Struktur organisasi hipotetik klaster industri biodiesel ... 172

49 Struktur organisasi hipotetik forum komunikasi manajemen klaster Industri biodiesel ... 180


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Industri Biodiesel Berbasis Kelapa ... 191

2. Tampilan Masukan Dan Hasil Penilaian Pakar Untuk Analisis Risiko Bahan Baku ... 192

3. Skor Keseluruhan Analisa Risiko Bahan Baku …….……… 193

4 Tampilan Masukan dan Hasil Penilaian Pakar Untuk Analisis Risiko Proses Pengolahan ... 193

5. Skor Keseluruhan Analisa Risiko Proses Pengolahan ... 195

6. Tampilan Masukan Dan Hasil Penilaian Pakar Untuk Analisis Risiko Pemasaran ... 195

7. Skor Keseluruhan Analisa Risiko Pemasaran ... 196

8. Perkiraan Rugi Laba ... 197

9. Input skenario model dan hasil analisis kelayakan finansial ... 199

10. Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi Biodiesel-RM ... 200

11. Parameter Sistem Pakar ... 233

12. Kebijakan Sistem Pakar ... 233

13. Skenario Rule Base ………. 234


(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketersediaan energi yang berasal dari minyak bumi semakin hari semakin terbatas. Kondisi ini memicu peningkatan harga jual bahan bakar minyak bumi yang disebabkan karena produksi minyak bumi dalam negeri tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri. Indonesia yang semula adalah net-exporter

di bidang bahan bakar minyak (BBM), sejak tahun 2000 telah menjadi net-importir BBM. Pada periode bulan Januari – Juli 2006 produksi BBM Indonesia hanya mencapai 1.29 juta barel per hari, sedangkan konsumsi BBM mencapai sekitar 1.3 juta barel per hari sehingga terdapat defisit BBM sebesar 0.27 juta barel yang harus dipenuhi melalui impor. Untuk memenuhi defisit sebesar 0.27 juta barel tersebut, dengan harga minyak dunia mencapai US$ 70 per barel, maka Indonesia harus menyediakan budget setiap harinya sekitar US$ 18.9 per hari atau jika dirupiahkan sebesar Rp 170.1 milyar (Syah 2006).

Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sangat besar. Berdasarkan data DESDM (2006) minyak bumi mendominasi 52.5% pemakaian energi di Indonesia, sedangkan penggunaan gas bumi sebesar 19%, batu bara 21.5%, air 3.7%, panas bumi 3% dan energi terbarukan hanya sekitar 2% dari total penggunaan energi. Ketergantungan akan minyak menyebabkan Indonesia mudah terombang-ambing oleh harga minyak dunia yang melonjak hingga menembus angka di atas US$ 75 per barel. Kelangkaan minyak ini menyebabkan krisis dalam berbagai bidang. Cadangan minyak di Indonesia saat ini sebesar 9 miliar barel, sementara itu setiap tahun Indonesia memproduksi 500 juta barel, ini artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam waktu delapan belas tahun mendatang (DESDM 2006). Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan dari sumber daya alam nabati. Hal ini telah disadari oleh pemerintah Indonesia, yang dibuktikan dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang kebijakan energi


(23)

Nasional dan Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif.

Untuk mengantisipasi masalah bahan bakar yang tidak stabil ini, maka sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan. Pengembangan bioenergi diharapkan dapat mensubstitusi kebutuhan BBM di Indonesia

Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai solar. Kelebihan biodiesel dibanding solar adalah merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global, cetane number

lebih tinggi (> 57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak solar, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; biodegradable

(dapat terurai), merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbarui, dan meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal (Daryanto 2006).

Trifino (2006) menyatakan bahwa biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali tidak beracun dibanding minyak solar, memiliki angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa, asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatik.

Salah satu sumber minyak nabati yang dapat digunakan untuk menghasilkan biodiesel adalah minyak kelapa sawit. Daryanto (2006) menyatakan bahwa biodiesel yang berasal dari CPO, saat ini merupakan harapan baru untuk menjawab sebagian kebutuhan energi di Indonesia. Selain ramah lingkungan, biodiesel CPO juga bisa diperbarui, sementara Indonesia sendiri merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia saat ini. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak tertinggi di dunia yaitu sebesar 6 ton minyak per hektar per tahun, dengan produksi biomassa kering mencapai 55 ton per hektar per tahun.


(24)

Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks, terdapat saling ketergantungan dan mengandung potensi risiko yang cukup besar dalam pengelolaannya. Keberhasilan pengembangan sektor agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit salah satunya sangat tergantung kepada produksi kelapa sawit sebagai penyedia bahan baku. Sistem produksi biodiesel berbasis kelapa sawit memiliki risiko seperti adanya ketergantungan akan cuaca atau iklim, adanya serangan hama penyakit, persaingan harga minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel dengan peruntukannya sebagai bahan minyak pangan, dan adanya krisis keuangan dunia. Keadaan tersebut perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi ketersediaan bahan baku dari segi jumlah, kualitas dan kontinyuitas (Sastrosayono 2006).

Sa’id dan Intan (2001) menyatakan bahwa dalam pengembangan agribisnis, para pelaku dapat menghadapi risiko-risiko. Penanggungan risiko merupakan salah satu unsur biaya atau penyedot biaya yang sulit diperkirakan besarnya dalam setiap aktivitas bisnis, baik risiko penurunan produksi maupun risiko penurunan dalam nilai produk atau pendapatan bersih usaha bisnis. Sejumlah aspek utama dalam pengembangan agroindustri biodiesel mengandung potensi risiko yang harus dikelola secara baik. Aspek-aspek tersebut meliputi pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran, dan finansial.

Penelitian risiko agroindustri, terutama agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit selama ini masih sangat terbatas dan bersifat parsial, sehingga urgensi penelitian ini adalah melakukan kajian secara komprehensif melalui pendekatan sistem dan mengembangkan suatu perangkat lunak sistem penunjang keputusan (SPK) yang dapat diaplikasikan oleh sejumlah pihak terkait

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa sistem penunjang keputusan manajemen risiko bagi pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kalapa sawit.


(25)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian difokuskan pada rekayasa sistem penunjang keputusan manajemen risiko agroindustri biodiesel dengan menggunakan CPO sebagai bahan bakunya. Penelitian manajemen risiko ini dilakukan dengan kegiatan menganalisis risiko dari kebun kelapa sawit sampai pemasaran biodisel. Strategi manajemen risiko dirancang dengan memperhatikan sejumlah tujuan secara hierarki dengan mengakomodasi kepentingan para pelaku usaha terkait. Obyek penelitian ini adalah: (1) perkebunan kelapa sawit di Propinsi Riau, dan (2) Pabrik biodiesel di wilayah Tangerang

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk pengembangan ilmu maupun penerapannya sehingga mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Beberapa manfaat yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :

1) Bagi Perusahaan agroindustri, hasil penelitian ini merupakan alat penunjang keputusan taktis operasional dalam penerapan manajemen risiko untuk pengembangan agroindustri biodiesel

2) Bagi pemerintah dan intansi terkait, hasil penelitian ini merupakan informasi mengenai manajemen risiko dalam mendukung perencanaan strategis mengenai pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit dan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan.

Kebaruan Penelitian

Kebaruan dari penelitian ini adalah pengembangan kebijakan manajemen risiko agroindustri biodiesel didasarkan pada pemodelan manajemen risiko melalui penggabungan pendekatan soft dan hard systemmethodology yang mengakomodasikan inisiatif masyarakat klaster industri.


(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Strategi Pengembangan Agroindustri

Strategi menurut Simatupang (1997) adalah suatu pola atau perencanaan yang mampu mengintegrasikan sasaran, kebijakan, dan tindakan-tindakan organisasi secara komprehensif. Sedangkan pengembangan agroindustri adalah segala bentuk pengusahaan yang dilakukan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Hasil kajiannya menyebutkan bahwa agroindustri terbukti telah berhasil memberikan nilai tambah sekitar 20.7%, penyerapan tenaga kerja 30.8% dan penyerapan bahan baku 89.9% dari total industri yang ada, hal tersebut mengindikasikan perlunya perhatian pemerintah dalam menetapkan kebijakan ke arah pengembangan agroindustri menjadi sistem unggulan.

Agroindustri sebagai sistem unggulan

Pembangunan ekonomi Indonesia kini dan kedepan harus mengarah kepada era liberisasi perdagangan yang ditandai dengan adanya perubahan term of trade, sehingga perdagangan lambat laun semakin hilang subsidi, tarif, dan arus lalu lintas modal antar negara semakin meningkat, sehingga menimbulkan adanya

Foreign direct invesment (Devaragan at.al. 1990).

Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kinerja industri di Indonesia akan mengalami hal-hal berupa :

1) Industri yang mendapat perlindungan dari pemerintah melalui subsidi atau tarif akan tertekan pada posisi yang tidak diuntungkan.

2) Industri yang padat modal dan tergolong industri berat yang selama ini memiliki tingkat keunggulan komparatifnya rendah akan dihadapkan pada tantangan produk-produk impor ataupun dari investasi asing langsung.

3) Industri yang monopoli akan dipaksa bersifat kompetitif.

4) Industri yang padat modal dan teknologi dihadapkan pada ketidak patuhan konsumen dalam mengkonsumsi, karena cepatnya arus informasi berlebihan yang hanya ditujukan untuk kelanggengan produk.

5) Sebaliknya industri yang intensif sumberdaya lokal, tampaknya berada dalam posisi yang aman dalam era liberisasi perdagangan.


(27)

Berdasarkan kondisi kinerja seperti tersebut di atas maka, kemajuan peningkatan industri Indonesia hanya dapat diatasi melalui dua cara yaitu; (1) efisiensi dalam proses produksi dan (2) memprioritaskan pada pengembangan agroindusri yang berbasis pada sumberdaya lokal, terintegrasi dan bersinergi. Apabila agroindustri dibangun berbasis sumberdaya lokal, maka dalam era globalisasi prospeknya sangat cerah, sehingga dimungkinkan akan menjadi sistem unggulan dengan alasan bahwa:

1) Kenyataan menunjukkan, di pasar Internasional hanya industri yang berbasiskan sumberdaya lokal yang mempunyai keunggulan komparatif dan mempunyai kontribusi terhadap ekspor terbesar, dengan demikian pengembangan agroindustri di Indonesia akan menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.

2) Kegiatan agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang sangat besar (Backward dan forward linkages). Simatupang (1997) secara ekstrim menggambarkan keterkaitan berspektrum luas bahwa agroindustri sebetulnya tidak hanya dengan produk sebagai bahan baku, tapi juga dengan konsumsi, investasi dan fiskal.

3) Besarnya keterkaitan ke depan dan ke belakang bagi kegiatan agroindustri, sehingga apabila dihitung berdasarkan impact multiplier secara langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian diprediksi akan sangat besar. Hal inilah yang menjadi pendekatan dalam memposisikan agroindustri berpeluang besar menjadi sistem unggulan(Simatupang 1997).

4) Produk agroindustri umumnya mempunyai elastisitas yang tinggi, sehingga makin tinggi pendapatan seseorang makin terbuka pasar bagi produk agroindustri (Sutawi 2002).

5) Kegiatan agroindustri umumnya menggunakan input yang bersifat renewable, sehingga pengembangan agroindustri tidak hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga dapat menghindari pengurangan sumberdaya sehingga lebih menjamin sustainability.

6) Teknologi agroindustri sangat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan dalam padat modal dan padat karya, mulai dari manajemen sederhana sampai modern, dari skala kecil sampai besar, sehingga Indonesia yang penduduknya


(28)

padat berpeluang dilakukan pengembangan agroindustri dari berbagai segmen usaha.

Sesuai dengan amanat pembangunan Nasional, bahwa landasan pembangunan Nasional Indonesia adalah Trilogi (pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas) dengan penekanan pada pemerataan. Jika dikaitkan dengan pembangunan sektor industri, maka definisi trilogi dapat dioperasionalkan menjadi pertumbuhan dalam arti pertumbuhan produksi, pendapatan tenaga kerja, dan jenis industri. Pemerataan dalam arti pemerataan mendapatkan kesempatan berusaha, pendapatan, kesempatan kerja. Jenis industri meliputi stabilitasdalam arti strategi yang menyangkut produk, pendapatan, kesempatan kerja, dan kelestarian usaha.

Agroindustri adalah perusahaan (enterpris e) yang mengolah hasil tanaman dan hewan. Pengolahan mencakup transformasi dan pengawetan produk melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi (Austin 1992). Pengembangan agroindustri berkelanjutan adalah pengembangan agroindustri yang memperhatikan aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam dengan menggunakan teknologi dan kelembagaan yang sesuai dengan daya dukung lingkungan, tidak menimbulkan degradasi atau kerusakan, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat (Soekartawi 2000).

Beberapa ciri utama agroindustri berkelanjutan yaitu (1) produktivitas dan keuntungan dapat dipertahankan atau ditingkatkan dalam waktu yang relatif lama, sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia pada masa sekarang dan masa mendatang, (2) sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian terpelihara dengan baik karena salah satu aspek keberlanjutan agroindustri adalah tersedianya bahan baku, (3) tingginya kepedulian terhadap lingkungan yang dicirikan oleh rendahnya dampak lingkungan.

Pengembangan agroindustri biodiesel

Pardamean (2008) menyatakan, minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit dengan kandungan asam lemak yang bervariasi baik dalam panjang dan struktur rantai karbon. Panjang rantai karbon dalam minyak kelapa sawit berkisar pada atom karbon C12 – C20. Komposisi asam


(29)

lemak dalam minyak kelapa sawit menurut Hui (1996) sangat menentukan sifat fisik dan kimia minyak kelapa sawit. Pada Tabel 1. ditampilkan komposisi asam lemak minyak kelapa sawit, sementara sifat fisik dan kimia minyak kelapa sawit disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit

ASAK LEMAK JUMLAH (%)

Asam Kaprilat -

Asam Kaproat -

Asam Miristat 0.9 – 1.5 Asam Palmitat 41.8 – 46.8 Asam Laurat 0.1 – 1.0 Asam Stearat 4.2 – 5.1 Asam Palmitoleat 0.1 – 0.3 Asam Oleat 37.3 – 40.8 Asam Linoleat 9.1 – 11.0 Sumber : Hui (1996)

Tabel 2 Sifat fisik kimia minyak kelapa sawit

SIFAT JUMLAH

Bilangan penyabunan (mg KOH/g oil) 190.1 – 201.7 Bilangan iod (wij) 50.6 – 55.1 Melting point (oC) 31.1 – 37.6 Indeks refraksi (50o) 1.45 – 1.45 Sumber : Hui (1996)

Minyak sawit mengandung sejumlah kecil komponen

non – trigliserida. Karotenoid, tokopherol, tokotrienol, sterol, phospatida,

triterpenic, dan alkohol alipatik merupakan beberapa komponen

non – trigliserida yang terkandung dalam minyak sawit dan selanjutnya disebut sebagai komponen minor. Jumlah komponen minor dalam minyak sawit kurang lebih sekitar 1%.

Produksi minyak sawit Indonesia sejak tahun 2006 mengalami perubahan menjadi lebih baik dari Malaysia seperti terlihat pada Tabel 3. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia sangat berpotensi menghasilkan minyak sawit yang dapat menjadi berbagai macam komoditi selain bahan bakar biodiesel minyak sawit, sehingga hal ini merupakan kesempatan emas bagi sentra-sentra kelapa sawit untuk mandiri dalam energi. Indonesia selayaknya melihat potensi


(30)

pengembangan biodiesel sebagai suatu alternatif yang segera dapat dengan cepat diimplementasikan, dilihat dari berbagai pertimbangan diantaranya melimpahnya bahan baku pembuatan biodiesel berbasis CPO, serta kemudahan teknologi pembuatan biodiesel, dan tentunya aspek terpenting berupa independensi Indonesia terhadap energi.

Tabel 3 Produksi minyak sawit Indonesia vs Malaysia

Produksi

(juta Ton) 2005 2006 2007

Estimasi

2008 2009 Indonesia 13.0 16.0 17.2 18.8 20.2 Malaysia 13.8 14.9 15.8 16.5 17.5

Sumber : Oil World (2007)

Hambali et al. (2007) menyatakan bahwa tiga komponen minor pertama kelapa sawit memiliki peranan penting dalam mempertahankan stabilitas minyak. Di dalam minyak sawit kasar (CPO), karoten, tokoperol, dan tokotrienol merupakan agen antioksidan alami yang menjaga stabilitas minyak terhadap kerusakan akibat oksidasi. Minyak kelapa sawit mengandung sekitar 500 – 700 ppm karoten, 600 – 1 000 ppm tokotrietanol dan tokoferol.

Karoten dalam minyak sawit pada umumnya hadir dalam bentuk ά dan

β – karoten. Kombinasi kandungan karoten, tokoperol, tokotrienol, dan 50% asam lemak tidak jenuh menyebabkan minyak sawit memiliki stabilitas oksidatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Disamping sebagai anatioksidan alami, karoten, tokoperol, dan tokotrienol minyak kelapa sawit memiliki peranan penting bagi kesehatan manusia.

Kompon en ά dan β – karoten memiliki peranan penting sebagai

sumber vitamin A sedangkan tokotrienol dan tokoperol memiliki peranan penting sebagai sumber vitamin E. Selanjutnya dinyatakan bahwa kelapa sawit merupakan sumber bahan baku penghasil minyak paling efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Secara garis besar, buah kelapa sawit terdiri dari daging buah yang dapat diolah menjadi CPO, dan inti (kernel) yang dapat diolah menjadi PKO. Hui (1996)


(31)

menyatakan bahwa minyak CPO dan PKO memiliki perbedaan baik dalam komposisi asam lemak yang terkandung seperti terlihat pada Tabel 4 maupun sifat fisik kimia yang disajikan pada Tabel 5. Komponen asam lemak terbesar penyusun PKO yaitu asam laurat. Karakteristik ini menjadikan PKO memiliki karakteristik yang mirip dengan minyak kelapa.

Tabel 4 Komposisi asam lemak CPO, PKO, Fraksi CPO Olein, CPO Stearin dan PFAD

ASAM LEMAK

JUMLAH (%)

CPO PKO RBD Olein RBD Stearin PFAD

Asam Miristat

0.2 47-53 0.1-0.5 0.1-0.6 0.1-0.3

Asam Palmitat

1.1 15-19 0.9-1.4 1.1-1.9 0.9-1.5

Asam Laurat 44.0 8-11 37.9-41.7 47,2-73,8 42.9-51.0 Asam Stearat 4.5 1-3 4.0-4.8 4.4-5.6 4.1-4.9 Asam

Palmitoleat

- - 0.1-0.4 0.05-0.2 -

Asam Oleat 39.2 12-19 40.7-43.9 15.6-37.0 32.8-39.8

Asam Linoleat

10.1 2-4 10.4-13.4 3.2-9.8 8.6-11.3

Sumber : Hui (1996)

Tabel 5 Sifat fisik kimia CPO, PKO, RBD Olein, RBD Stearin dan PFAD

SIFAT

JUMLAH

CPO PKO RBD

RBD

Stearin PFAD Kadar asam lemak bebas - - - - 72.3-89.4 Bilangan Asam - 225 - - - Kandungan Air % wt - - - - 0.03-0.15 Bilangan Penyabunan

(mg KOH/g oil) 224-250 256 194-20 193-21 - Bilangan Iod (wijs) - 15 - - 51.2-57.4 Melting Point (oC) 21-24 - - - - Indeks Refraksi (40oC) 36-37.5 - 1.45-1.45 - - Indeks Refraksi (60oC) - - - 1.44-1.45 - Sumber : Hui (1996)


(32)

Secara umum proses pengelolaan minyak sawit dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% bahan lainnya. Pada umumnya PFAD digunakan industri sebagai bahan baku sabun ataupun makanan ternak. PFAD memiliki kandungan FFA (free fatty acid) sekitar 81.l7%, gliserol 14.4%, squalane 0.8%, Vitamin E 0.5%, sterol 0.4% dan lain-lain 2.2% (Sastrosayono 2003).

Oil word (2007) menyatakan bahwa saat ini pasokan bahan baku minyak sawit sudah cukup melimpah karena perkebunan kelapa sawit sudah lama diusahakan dalam skala besar dan berkembang dengan baik. Pengembangan tetap perlu dilakukan karena selama ini minyak sawit yang merupakan edible oil yaitu sebagai bahan baku industri pangan seperti minyak goreng dan non pangan seperti oleokimia, sehingga penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel akan mengganggu ketersediaan minyak sawit untuk pangan dan oleokimia masa yang akan datang. Ketika kebutuhan biodiesel semakin meningkat, maka kebutuhan bahan baku akan semakin meningkat.

Sesuai hukum permintaan dan penawaran ketika permintaan meningkat sedangkan suplai bahan baku tetap, maka harga akan meningkat. Produksi kelapa sawit (CPO dan PKO) dari tahun 2002 hingga tahun 2008 terus mengalami peningkatan (Direktorat Jenderal Perkebunan 2008) (Tabel 6 dan Tabel 7). Hambali et al. (2007) menyatakan bahwa produk dari tanaman sawit baik dari daun, tangkai bunga, bunga, buah, batang maupun akarnya, memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai tambah, seperti terlihat pada pohon industri (Gambar 1)

Analisa pasar

Produk utama dari tanaman kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit (palm oil), minyak inti sawit (palm kernel oil) dan biomasa, namun sementara ini di Indonesia baru dua produk minyak yang banyak di eksploitasi sedangkan produk biomassa seperti kompos, serabut (fiber) belum banyak di manfaatkan (sedang dalam proses pengkajian) (Pardamean 2008). Selanjutnya dinyatakan bahwa tahun 1991-2000, total konsumsi 17 minyak nabati utama adalah minyak kedelai, minyak biji lobak, minyak bunga matahari, minyak biji kapas, minyak


(33)

kelapa, minyak sawit, minyak inti sawit, minyak kacang tanah, minyak jagung, minyak wijen, minyak zaitun, minyak ikan, minyak linseed, minyak castor, butter,

tallow dan lard bertambah dengan laju 3,01% per tahun dan mencapai 110 juta ton pada tahun 2000.

Tabel 6. Produksi CPO Indonesia menurut pengusahaan komoditas kelapa sawit Tahun 2002 – 2008

PRODUKSI CPO (Ton)

Perkebunan Rakyat

Perkebunan Besar Negara

Perkebunan Besar

Swasta Jumlah 3 426 740 1 607 734 4 587 871 9 622 345 3 517 324 1 750 651 5 172 859 10 440 834 3 745 264 1 981 576 6 079 710 11 806 550 3 873 677 2 049 849 6 528 455 12 451 981 5 783 088 2 313 729 9 254 031 17 350848 5 805 125 2 313 976 9 254 101 17 373 202 5 805 207 2 314 209 8 990 185 17 109 601 32.87% 15.03% 52.10% 100.00% 10.37% 6.40% 12.76% 10.83% Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)

Tabel 7. Produksi PKO Indonesia menurut pengusahaan komoditas kelapa sawit Tahun 2002 – 2008

Tahun

PRODUKSI PKO (Ton) Perkebunan

Rakyat

Perkebunan Besar Negara

Perkebunan

Besar Swasta Jumlah 2002 621 346 313 390 896 333 1 831 069 2003 668 292 350 130 1 086 300 2 104 722 2004 730 960 355 895 1 180 416 2 267 271 2005 855 146 318 836 1 300 550 2 474 532 2006 974 821 425 882 1 391 356 2 792 059 2007 1 031 908 432 084 1 486 511 2 950 503 2008 1 115 419 453 338 1 581 666 3 150 423

Share 33.97% 14.92% 51.11% 100 00%

Growth 10.31% 7.15% 10.04% 9.52%


(34)

Produktivitas minyak sawit adalah sekitar 3.5 - 4 ton/ha/tahun sedangkan untuk minyak kedelai adalah 0,4 ton/ha/tahun dan minyak lobak 0.57 ton/ha/tahun. Dengan demikian lahan yang diperlukan untuk memenuhi peningkatan permintaan minyak dunia dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit akan lebih efektif dibandingkan dengan kedelai dan lobak (Prihandana et al. 2006).

Minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit dapat dikembangkan menjadi berbagai produk turunannya yang berupa produk pangan dan

oleochemical, untuk produk pangan yang pada umumnya sudah dikembangkan di Indonesia adalah minyak goreng dan mentega sedangkan untuk oleochemical berupa fatty acid, fatty alcohol, stearin dan glycerin (Timnas BBN 2008). Perkembangan pasar minyak sawit untuk keperluan pangan dan non pangan (oleochemical) ditentukan oleh faktor yang berbeda. Perkembangan pasar untuk keperluan pangan sangat ditentukan oleh populasi dan pendapatan sedangkan perkembangan pasar oleochemical sangat ditentukan oleh perkembangan tuntutan dan kemauan masyarakat. Keadaan ini menyebabkan permintaan minyak sawit untuk pasar olechemical datang dari negara maju sedangkan untuk permintaan keperluan pangan datang dari negara maju maupun negara sedang berkembang. Jumlah produksi negara penghasil CPO di dunia pada tahun 2008 sebesar 43 ribu ton. Indonesia tercatat sebagai produsen CPO nomor satu di dunia dengan produksi CPO mencapai 19 juta ton, mengalahkan produksi CPO Malaysia yang hanya sebesar 17.35 juta ton (Tabel 8). Hasil persentase produksi CPO Indonesia menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) mencapai 42.84% dari total produksi CPO dunia, kemudian diikuti oleh Malaysia sebesar 42.67% sisanya negara-negara lainnya (Gambar 2). Dengan demikian hampir 85.5% produksi CPO dunia dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia.


(35)

KELAPA SAWIT

Daun Tangkai Bunga Bunga Buah Batang Akar

Bahan Kerajinan Tokoferol Nutrien Organik Lipid Isoenzim Pulp Nira Gula Merah Anggur Sawit Vitamin B komplek Cuka Kelapa Estragol Daging Buah Biji/Inti Kelapa Sawit (PK) Cangkang

Sawit Daging Buah Tandan Kosong

Limbah Padat Limbah cair Arang Pulp Pasta Pati Lignin Silose Silitol Tambang/ Tali Bahan Kerajinan Kayu Kelapa Sawit

Minyak Kelapa Sawit Kasar (CPO) Lumpur Kelapa Sawit

Gasbio Aseton- Butanol-Etanol Pelet Bahan Bangunan Metan Bungkil Makanan Ayam Makan Ternak Ruminansia Media Pertumbuhan Enzim Ekstra Sekunder Pakan Domba Pelet Karbon Selulosa Absorber Polipot TKS (Pot Tanaman) Biogas Alkohol Metan Media Pengembangbiaka n Cacing Media Pertumbuhan kapang Pulp Lignin Abu Janjang Surfaktan Campuran Pupuk Pangan Non Pangan Minyak Sawit (CPO) Selulosa Media Pertumbuhan Kapang Makanan ternak Bahan Vernis, Minyak Rengas Bahan Bakar Karbon Aktif Poliblen Lignin Surfaktan Glukosa Tepung Tempurung Arang Karbon Aktif Briket Arang Testa Bungkil Inti Sawit Tepung Inti Sawit Minyak Inti Sawit (PKO) Kue-kue Inti Sawit Mono Gliserida Digliserida Ransum Ternak Silitol Silose Asam Amino

Es krim Minyak

Goreng Karoten Asam Lemak Trigliserida, Digliserida, Monogliserida Protein Sel Tunggal

Vitamin A Stearin Lipase Olein Soap

stock Margarine Minyak Salad Metalic soap Fatty alkohol Polyethoxylated Derivates

POHON INDUSTRI KELAPA SAWIT

Asam Organik Sabun Ester Dibasic Acid Fatty amines Fatty Acide Amides Fatty Alkohol Margarine Cocoa Butter Substitute Shortening Vegetables Ghee


(36)

Tabel 8 Jumlah produksi negara produsen CPO dunia Tahun 2004-2008 ( x1000 ton)

Negara Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia 12.350 13.80 16.05 17.10 19.00 Malaysia 13.97 14.96 15.88 15.82 17.35 Thailand 668 685 860 1.02 1.12 Nigeria 790 800 815 830 850 Kolombia 632 655 713 738 832 Lainnya 2.48 2.61 2.80 2.99 3.55

Jumlah 30.89 33.51 37.12 38.51 42.71

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)

Indonesia, 42.84%

Malaysia, 42.67% Thailand,

2.38% Nigeria,

2.24%

Colombia, 1.95%

Lainnya, 7.91%

Gambar 2 Presentase produksi negara produsen CPO dunia (Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2008)

Total volume ekspor negara produsen CPO dunia diperkirakan mencapai 33.27 juta ton. Pada Tabel 9 disajikan jumlah ekspor negara produsen CPO dunia terhadap jumlah volume ekspor CPO dunia, Indonesia dan Malaysia merupakan kontributor eksportir CPO terbanyak yaitu sebesar 42.0 % dan 49.4 % (Gambar3).

Tabel 9. Volume ekspor negara produsen CPO dunia Tahun 2004-2008 (x 1000 ton)

Negara Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia 9 000 10 300 12 540 12 650 14 430 Malaysia 12 580 13 440 14 423 13 747 15 100 Kolombia 214 225 214 316 305 PNG 339 320 - 368 396 Lainnya 1 307 1 945 273 2 798 3 043 Jumlah 23 440 26 230 27 450 29 879 33 274 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)


(37)

Indonesia; 42,00%

Malaysia; 49,40%

Colombia; 0,91%

PNG; 1,27%

Lainnya; 6,68%

Gambar 3 Persentase volume ekspor negara produsen CPO dunia (Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan 2008)

Pada tahun 2008 volume impor negera-negara konsumen CPO dunia mencapai 33.17 juta ton. Konsumen terbesar CPO Indonesia adalah China (17.77%), negara-negara Eropa (15.95%) dan India (13.34%). China mengimpor tidak kurang dari 6.06 juta ton CPO, kemudian negara-negara Eropa mengimpor sebanyak 5.16 juta ton dan India mengimpor sebanyak 4.90 juta ton. Oleh negara-negara tersebut CPO digunakan selain untuk bahan pangan juga digunakan sebagai bahan baku oleokimia. Volume impor negara konsumen CPO dunia dapat dilihat pada Tabel 10. sedangkan persentase volume impornya dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 10 Volume impor negara konsumen CPO dunia tahun 2004-2008 (x 1000 ton)

Negara Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 China 3 570 4 320 5 462 5 499 6 061 Negara Eropa 3 690 4 180 4 653 4 683 5 160 India 3 570 3 340 3 198 3 688 4 909 Pakistan 1 432 1 646 1 768 1 711 1 801 USA 273 415 629 788 960 Mesir 702 765 770 720 690 Bangladesh 644 960 887 709 843 Lainnya 9 469 10 444 10 213 11 680 13 293 Jumlah 23 350 26 070 27 580 29 478 33 717 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)


(38)

China, 17.77%

Negara Eropa, 15.95%

India, 13.34% Pakistan,

5.96% USA, 2.19%

Mesir, 2.60% Bangladesh,

2.88%

Lainnya, 39.30%

Gambar 4 Persentase volume impor negara konsumen CPO dunia (Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2008)

Kebutuhan, pemenuhan dan peluang pasar Nasional

Sekitar 61.28 % dari produk CPO Indonesia di ekspor ke luar negeri, sementara sisanya diserap untuk konsumsi di dalam negeri. Untuk penggunaan lokal, industri minyak goreng merupakan penyerap CPO dominan, mencapai 31.0% dari total produksi, sedang sisanya dikonsumsi oleh industri oleokimia (3.73%), sabun (2.05%) dan margarine atau shortening (1.95%). Pola pemakaian CPO di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Pola konsumsi CPO di Indonesia (Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 2008)

Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2008 sebesar 17.1 juta ton, dimana terjadi peningkatan rata-rata 12% per tahun dibandingkan tahun-tahun

Minyak Goreng 31,0%

Margarine 1,9%

Sabun 2,0%

Oleokimia 3,7%

Ekspor 61,3%


(39)

sebelumnya. Peningkatan prouksi CPO diikuti dengan pengingkatan produksi PKO. Pada tahun 2008 produksi minyak inti sawit (PKO) Indonesia sebesar 3.2 juta ton dengan peningkatan sebesar 10% per tahun Perkembangan produksi minyak sawit dan minyak inti sawit Indonesia dapat dilihat pada Tabel 11, Tabel 12dan pada Gambar 6.

Tabel 11 Produksi CPO indonesia menurut pengusahaan komoditas kelapa sawit tahun 2002 – 2008

Tahun

PRODUKSI CPO (Ton) Perkebunan

Rakyat

Perkebunan Besar Negara

Perkebunan

Besar Swasta Jumlah

2002 3 426 740 1 607 734 4 587 871 9 622 345 2003 3 517 324 1 750 651 5 172 859 10 440 834 2004 3 745 264 1 981 576 6 079 710 11 806 550 2005 3 873 677 2 049 849 6 528 455 12 451 981 2006) 5 783 088 2 313 729 9 254 031 17 350 848 2007 5 805 125 2 313 976 9 254 101 17 373 202 2008 5 805 207 2 314 209 8 990 185 17 109 601 Share 32.87% 15.03% 52.10% 100.00% Growth 10.37% 6.40% 12.76% 10.83% Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)

Tiga propinsi yang mempunyai produksi CPO paling besar di Indonesia berada di Pulau Sumatera, yaitu Propinsi Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Produksi CPO di Propinsi Riau sebesar 4.7 juta ton (27.39%), kemudian diikuti oleh Sumatera Utara 3,2 juta ton (18.71%), dan Sumatera Selatan 1.6 juta ton (9.45%). Maryadi et.al (2004) menyatakan bahwa harga kelapa sawit sangat tergantung kepada harga minyak fosil. Jika, harga minyak fosil naik, maka harga kelapa sawit juga akan mahal. Selanjutnya dinyatakan bahwa dengan harga crude palm oil (CPO) di pasar lokal sebesar Rp. 4 500 per kg dan harga tandan buah segar (TBS) yang hanya Rp 500-600 per kg, biodiesel bisa dijual dengan harga Rp 6 500 per kg, karena biaya produksinya sekitar Rp 700 - Rp.1 000,- per liter. Harga ini jauh lebih murah dari harga BBM industri yang saat ini rata-rata diatas Rp 8 000 per liter.


(40)

Tabel 12 Produksi pko indonesia menurut pengusahaan komoditas kelapa sawit tahun 2002 – 2008

Tahun

PRODUKSI PKO (Ton) Perkebunan

Rakyat

Perkebunan Besar Negara

Perkebunan

Besar Swasta Jumlah

2002 621 346 313 390 896 333 1 831 069 2003 668 292 350 130 1 086 300 2 104 722 2004 730 960 355 895 1 180 416 2 267 271 2005 855 146 318 836 1 300 550 2 474 532 2006 974 821 425 882 1 391 356 2 792 059 2007 1 031 908 432 084 1 486 511 2 950 503 2008 1 115 419 453 338 1 581 666 3 150 423 Share 33.97% 14.92% 51.11% 100.00% Growth 10.31% 7.15% 10.04% 9.52% Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008)

-2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0

P

roduk

s

i (

R

ibu t

on)

Tahun

CPO 5,9 6,5 7,0 8,4 9,6 10,4 11,8 12,5 17,4 17,4 17,1 PKO 1,2 1,3 1,4 1,7 1,8 2,1 2,3 2,5 2,8 3,0 3,2

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Gambar 6 Grafik perkembangan produksi minyak sawit Indonesia 1998-2008 (Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan 2008)

Untuk peningkatan produksi dan mutu CPO, perlu dilakukan usaha-usaha perbaikan melalui aspek budidaya dan produksi, aspek pengolahan, aspek tataniaga atau pemasaran, serta aspek kelembagaan yang ditunjang dengan pengadaan permodalan dan lembaga keuangan dengan dukungan peran dari pemerintah. Mutu CPO, harus terjamin sesuai dengan klon unggulannya


(41)

sehingga diperoleh keseragaman mutu. Dari aspek penanganan dan pengolahan minyak CPO sampai menjadi biodiesel, diperlukan penanganan khusus. Adapun proses pembuatan biodiesel berbasis kelapa sawit ditunjukkan melalui diagram alir seperti pada Gambar 7.

CPO (Crude Palm Oil)

PEMURNIAN

METANOL

PENCAMPURAN

TRANSESTERIFIKASI K O H

SEPARASI

CRUDE BIODIESEL

PURIFIKASI

RIFINED GLISEROL

PURIFIKASI

Recovery Metanol

Recovery Metanol

PFAD

RBDPL

FRAKSINASI

OLEIN STEARIN

PEMANASAN

GLISEROL

PURIFIKASIBIOD IESEL SLUDGE

Gambar 7 Diagram alir proses produksi biodiesel dari CPO (Sumber: Hambali at al. (2007)


(42)

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan risiko agroindustri telah dilakukan diantaranya seperti terlihat pada Tabel 13:

Tabel 13. Berbagai Penelitian Terdahulu Berkaitan Dengan Risiko Agroindustri

No Nama Judul Penelitian Metodologi Hasil Penelitian

1 Lukitasari (2003)

Analisis Manajemen Risiko Terhadap Peningkatan Laju Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Implementasi Praktis Faktor-faktor analisis manajemen risiko mempengaruhi laju produksi pada proses budidaya tiram putih

2 Adinarmiharja (2003)

Analisis Manajemen Risiko Pada Industri Kecil Nata De Coco di Bogor, Jawa Barat

Metode GEVD (generalized extreme value distribution) dan GPD (generalized pareto distribution) Faktor-faktor risiko yang tidak dapat dihindari dalam

peningkatan omzet penjualan IK Nata De Coco

3 Jayaprawira (2009) Perancangan Model Fortopolio Risiko Korporasi Agroindustri Kelapa Sawit Simulasi Montecarlo dan Analisa Probabilistik Kebijakan: Segera memperbaiki sarana jalan Produksi dan Membuat Penampungan Air

4 Koemadji (2004)

Pendekatan EVT (Extreme Value Theory) Untuk Penentuan Ukuran Risiko Nilai VAR

Metode Pendekatan EVT (extreme value therry) yaitu metode untuk menilai ukuran risiko Metode EVT yang dapat digunakan dalam menghitung nilai VAR

5 Fitrianto (2007) Rancang Bangun Sistem Pakar Manajemen Risiko Untuk Perencanaan Agroindustri Rumput Laut Expert System Didapatkan suatu model sea-Risk


(43)

Penelitian yang berkaitan langsung dengan pengembangan agroindustri kelapa sawit khususnya tentang manajemen risiko agroindustri biodiesel, secara holistik di Indonesia hingga saat ini belum pernah dilakukan. Untuk itu, merujuk penelitian-penelitian tentang manajemen risiko agroindustri tersebut di atas, belum cukup untuk merepresentasikan model yang akan dikembangkan dalam penelitian ini secara langsung. Penelitian ini lebih menekankan pada kajian sistem penunjang keputusan menajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit. Untuk itu maka penelitian tentang manajemen risiko agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit ini perlu dilakukan dengan harapan dapat membantu pengguna dalam mengambil keputusan yang bersifat dinamis, sibernetik dan efektif, serta memberi masukan bagi pengembangan agroindustri biodiesel di Indonesia.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko menurut Herman (2004) merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Sementara Djojosoedarso (1999) memberi pengertian tentang manajemen risiko yaitu pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/ perusahaan, keluarga dan masyarakat, jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinasi dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko.

Dalam pengembangan agroindustri terdapat sejumlah risiko dalam setiap rantai produksi mulai dari penyediaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran. Selain itu, juga perlu diperhatikan risiko finansial dan aspek sosial kelembagaan. Untuk keberhasilan pengembangan agroindustri diperlukan suatu manajemen risiko yang dapat meminimasi risiko sehingga agroindustri dapat dikembangkan. Dalam lingkungan pengambilan keputusan yang terkait dengan risiko, terdapat empat keadaan dasar yaitu kepastian, risiko, ketidakpastian dan konflik. Teori keputusan sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam keadaan risiko dan ketidakpastian. Suatu keadaan yang pasti terjadi jika semua


(44)

informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan diketahui dan tersedia. Keadaan risiko terjadi jika informasi akurat dan lengkap tidak tersedia, sedangkan probabilitas hasil (outcomes) tertentu yang akan terjadi dapat diperkirakan (Mulyono 1991). Risiko menggambarkan informasi yang mengidentifikasikan bahwa setiap rangkaian keputusan mempunyai sejumlah kemungkinan. Risiko adalah suatu karakteristik dari situasi atau kegiatan yang didalamnya terdapat dua atau lebih keluaran yang mungkin, sebagian keluaran yang akan terjadi tidak diketahui dan setidaknya satu dari kemungkinan keluaran tersebut tidak dikehendaki (Covello & Merkhofer 1993). Risiko mempunyai dua komponen utama yaitu (1) kemungkinan terjadinya suatu risiko (2) tingkat kekerasan. Risiko dapat juga didefinisikan sebagai fungsi dari kemungkinan dan

tingkat kekerasan risiko, yang dapat diformulasikan yaitu risiko = f (kemungkinan kejadian, tingkat kekerasan). Risiko sebagai fungsi dan

komponennya disajikan pada Gambar 8.

Risiko dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Berdasarkan kemungkinan terjadinya, risiko dibedakan menjadi risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni adalah risiko yang hanya terdapat kemungkinan terjadinya kerugian atau tidak terjadinya kerugian. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan mendapatkan profit atau mengalami kerugian.

Risiko Tinggi Risiko Sedang

Risiko Rendah

Tingkat Kekerasan

Kemungkinan Kejadian

Gambar 8 Risiko sebagai fungsi kemungkinan kejadian dan


(45)

Covello dan Merkhofer (1993) menyatakan, analisis risiko meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko dan evaluasi risiko. Identifikasi risiko adalah proses untuk mengetahui penyebab risiko, kondisi dan kejadian yang secara potensial menghasilkan dampak merugikan. Penilaian risiko adalah proses yang sistematis untuk mendeskripsikan dan mengkuantifikasi risiko. Evaluasi risiko yaitu membandingkan dan menentukan tingkat risiko. Tujuan dari analisis risiko adalah memberikan informasi penting yang dibutuhkan dalam penangan risiko, terdiri dari (1) pengumpulan alternatif yaitu mengidentifikasi alternatif strategi dalam proses manajemen risiko, (2) evaluasi alternatif yaitu menilai dan membandingkan alternatif yang tersedia, (3) seleksi alternatif adalah memilih satu atau beberapa alternatif untuk diimplementasikan, dan (4) implementasi yaitu pelaksanaan dan monitoring alternatif terpilih (Gambar 9).

Estimasi peluang atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari empat metode dasar yaitu (1) logika, (2) frekuensi, (3) model statistika, dan (4) penilaian (judgment). Pemilihan dan penerapan metode-metode tersebut tergantung jenis persoalan yang akan diselesaikan.

ANALISIS

Iifikasi Risiko Penilaian Risiko Evaluasi Risiko

MANAJEMEN RISIKO

Pengumpulan alternatif solusi

Evaluasi alternatif

Seleksi alternatif

Implementasi & monitoring

Informasi lain (teknik, politik, ekonomi, dan sebagainya

Gambar 9 Analisis dan pengendalian risiko untuk manajemen risiko (Sumber: Covello & Merkhofer 1993)


(46)

Beberapa peneliti telah melakukan studi manajemen risiko untuk berbagai kasus. Metode penilaian risiko probabilistik (probabilistic risk assessment=PRA) dilakukan untuk mendeskripsikan kerusakan potensial dari sistem yang kompleks dan tidak terstruktur. Penerapan metode PRA yang diintegrasikan dengan evaluasi biaya bermanfaat untuk mengetahui efektivitas risiko biaya beberapa alternatif teknologi pengelolaan limbah dalam pengusahaan ternak perah (Johnson et al. 1998). Penilaian risiko yang diintegrasikan dengan analisis ekonomi juga digunakan untuk mengelola risiko

mikroorganisme patogen dalam makanan bagi kesehatan manusia (Morales & McDowel 1998).

Penerapan analisis risiko probabilistik yang diintegrasikan dengan analisis ekonomi dan aplikasi teknik simulasi pada beberapa kasus analisis risiko menunjukkan metode tersebut cukup efektif memberikan informasi risiko ditimbulkan. Informasi tersebut berguna dalam manajemen risiko perusahaan.

Metode fuzzy risk analysis (FRA) dengan perangkat analisis risiko yang dapat membantu dalam dua problem utama yaitu kompleksitas dan ketidak-presisian yang melekat (inherent imprecision). Aplikasi dalam penelitian awal menunjukkan terjadi peningkatan keakuratan hasil analisis risiko sebesar 20 % pada studi kasus risiko lingkungan. Sistem fuzzy dan aplikasinya mengalami perkembangan yang pesat, dari yang bersifat numerik, ke semi numerik dan non-numerik. Aplikasi teknik fuzzy non-numerik telah diaplikasikan pada pengambilan keputusan seperti penentuan jenis media periklanan (Marimin et al. 1997) dan penentuan produk olahan apel unggulan (Santoso & Marimin 2001). Teknik fuzzy non-numerik untuk analisis risiko masih sangat terbatas yang telah dipublikasikan.

Risiko bahan baku merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kajian risiko agroindustri, karena selain kelangsungan produksi tergantung pada ketersediaan bahan baku, juga karena ketersediaan tersebut tergantung pada sektor pertanian yang diliputi oleh adanya risiko dan ketidak pastian usaha.

Johnson et al. (1998) menyatakan bahwa potensi risiko dari produksi hasil pertanian yang berpengaruh terhadap pengadaan bahan baku yaitu :


(47)

1) sifat produk seperti bersifat musiman, mudah rusak, bervariasi dan bervolume

besar (bulk), 2) Sifat produsen (petani) seperti resisten terhadap inovasi, 3) Karakteristik pasar komoditas seperti tersebar secara geografis, memiliki

jaringan kerja dan hubungan yang kompleks dengan unit-unit kecil dalam jumlah besar. Risiko kualitas dapat diminimasi dengan memenuhi spesifikasi bahan baku yang dipersyaratkan, melalui pengembangan standar spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan industri, penentuan kapasitas produser dapat memenuhi standar dan penyediaan insentif bagi produser yang dapat memenuhi standar produksi dan pengiriman (Austin 1992). Masalah mutu akan sangat dipengaruhi oleh faktor on-farm. Pengelolaan pada tingkat on-farm yang baik diharapkan mutu CPO akan baik.

Pemilihan pengolahan merupakan faktor penting dalam manajemen risiko pengolahan. Kriteria utama untuk pemilihan teknologi proses adalah kualitas produk, biaya investasi, kebutuhan energi, efek teknologi, biaya proses produksi, biaya sosial ekonomi, penentuan kapasitas, kapabilitas manajemen dan pengaruhnya terhadap mutu produk. Potensi risiko dalam proses pengolahan antara lain kurang tepatnya pemilihan jenis proses pengolahan, kerusakan peralatan dan pengolahan mesin/peralatan, faktor kualitas keahlian dan prilaku SDM. Adanya risiko proses pengolahan dapat menyebabkan terjadinya kualitas produk tidak memenuhi SNI

Austin (1992) menyatakan bahwa upaya meminimalisasi risiko variasi proses dapat dilakukan melalui tahapan kegiatan yaitu :

1 Melakukan pengujian kemampuan produksi dari suatu proses pengolahan untuk menentukan berfungsi atau tidaknya proses produksi secara baik. Pengujian ini dilakukan dengan melakukan simulasi kondisi operasi aktual secara beragam, termasuk pengujian dengan beban lebih.

2 Menelaah terjadinya perbedaan kualitas dan penyebab terjadinya perbedaan tersebut

3 Menentukan alternatif perbaikan atau penyempurnaan yang difokuskan pada penghilangan atau pengurangan faktor penyebabnya sehingga dapat menurunkan kualitas biodiesel.


(1)

Aturan-253

Logika Parameter Nilai

IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Rendah THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk

transportasi dan industri Aturan-254

Logika Parameter Nilai

IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sangat Tinggi

And Finansial Sedang THEN Mandatori penggunaan biodiesel untuk

transportasi dan industri Aturan-255

Logika Parameter Nilai

IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Tinggi

THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit

Aturan-256

Logika Parameter Nilai

IF Bahan Baku Sangat Tinggi And Proses Pengolahan Sangat Tinggi And Pemasaran Sangat Tinggi And Finansial Sangat Tinggi

THEN Perlu insentif subsidi harga biodiesel dari kelapa sawit


(2)

Modul ISM VAXO

Kumpulan Perintah Dokumentasi

Bagian dokumentasi didesain sebagai fasilitas untuk mempermudah pengguna dalam manajemen data yang dianalisis. Bagian ini memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan untuk membuat dokumen baru, menyimpan dokumen, membuka dokumen yang sebelumnya telah disimpan dalam media penyimpan. Semua fitur yang ada dalam bagian dokumentasi, seperti halnya fitur-fitur lain - dapat diakses pada semua halaman dialog yang ditampilkan.

Membuat Dokumen Baru

Perintah ini digunakan untuk membuat dokumen yang sama sekali baru dengan identitas pakar, sub elemen, dan pendapat yang belum diinisialisasi. Operasi ‘membuat dokumen baru’ dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan mengosongkan variabel-variabel yang terlibat. Simpanlah selalu dokumen yang sedang dikerjakan jika anda memerlukannya pada kesempatan lain.

Membuka Dokumen

Modul ISM VAXO menyediakan fasilitas untuk membuka dokumen yang sebelumya telah tersimpan dalam media penyimpan seperti hard disk, floppy disk, flash disk, dan sejenisnya. Klik tombol (membuka dokumen) yang terdapat pada kumpulan tombol perintah utama – kemudian pengguna diminta untuk menentukan nama dokumen yang akan dibuka. Silahkan tentukan lokasi dimana dokumen tersebut diletakkan kemudian klik [Open] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan. Untuk membatalkan, klik tombol [Cancel] atau tekan [Esc] pada keyboard. Dialog membuka dokumen dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar VII.1. Dialog membuka dokumen Pilih lokasi file di sini

Klik nama file yang akan dibuka

Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan


(3)

Menyimpan dokumen aktif

Untuk menyimpan dokumen aktif dalam bentuk file, gunakan tombol (Menyimpan dokumen aktif) yang terletak pada kumpulan tombol perintah utama. Jika dokumen yang aktif belum memiliki nama dokumen, maka nama dokumen akan ditanyakan. Tetapkan lokasi dan nama dokumen pada dialog tersebut, kemudian klik [OK] atau tekan [Enter] untuk melanjutkan dan klik [Save] atau tekan tombol [Esc] untuk membatalkan. Jika dokumen tersebut sudah mempunyai nama file, sistem tidak lagi meminta nama dokumen. Modul akan menghapus dokumen yang ada jika anda memberikan nama file yang sama.

Gambar VII.2. Dialog menyimpan dokumen

Inisialisasi sub elemen merupakan kegiatan menambah/menghapus sub elemen pada elemen sistem yang dianalisa. Pada bagian ini pengguna diharuskan melengkapi lembar kerja dengan deskripsi sub elemen-sub elemen sesuai dengan keperluan analisa. Arahkan pointer pada perintah ‘Sub Elemen, kemudian klik perintah ini untuk menampilkan halaman inisialisasi sub elemen.

Inisialisasi Sub Elemen

Pilih lokasi file di sini

Tuliskan nama file di sini

Klik di sini untuk melanjutkan Klik di sini untuk membatalkan


(4)

User interface untuk kegiatan menambah dan menghapus deskripsi sub elemen adalah berupa lembar kerja yang ditangani secara khusus oleh Grid Recorder Control. Karena itu semua tahapan yang berkaitan kegiatan editing pada halaman inisialisasi sub elemen diuraikan secara umum pada bagian tersebut.

Matriks Pendapat dan Hasil Akhir Pengolahan

Matriks pendapat pakar dalam modul ISM VAXO merupakan lembar penilaian pakar/pengambil keputusan terhadap skor interdependensi antar sub elemen dalam sistem yang dikaji. Arahkan pointer pada perintah ‘Pendapat dan Hasil’ kemudian klik perintah ini untuk menampilkan halaman matriks pendapat. Visualisasi dialog halaman matriks pendapat pakar pada modul ISM VAXO dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar VII.4. Halaman Matriks Pendapat Pakar pada Modul ISM VAXO

Matriks pendapat pakar diisi dengan memberikan nilai – nilai kontekstual antar sub elemen. Nilai – nilai kontekstual tersebut antara lain digeneralisasi dalam bentuk V, A, X, dan O. Masukkan V jika sub elemen baris mempengaruhi / lebih tinggi dari sub elemen kolom, sebaliknya gunakan A jika sub elemen baris dipengaruhi / lebih rendah dari sub elemen kolom, atau O jika tidak ada hubungan kontekstual diantara sub elemen tersebut, dan X jika ke dua sub elemen saling membengaruhi atau sama – sama penting.

Pengisian matriks pendapat pada modul ISM VAXO dapat dilakukan dengan prosedur yang sangat mudah. Tampilkan matriks pendapat pakar tertentu dengan meng-klik tombol

Pengisian Matriks Pendapat

atau tombol , kemudian isilah area pendapat dengan skor sesuai pendapat pakar yang bersangkutan dan diakhiri dengan menekan tombol [Enter] untuk menyetujui perubahan. Untuk membatalkannya, gunakan tombol [Esc] pada keyboard. Simpan semua perubahan dengan prosedur yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya jika pekerjaan telah selesai.

Pendapat pakar sebelumnya

Pendapat pakar berikutnya

Pendapat pakar agregat Hasil pengolahan

Area Pendapat


(5)

Setelah matriks pendapat semua pakar dilengkapi, hasil pengolahan modul ISM VAXO dapat dilihat pada halaman resume pendapat. Arahkan pointer pada tombol

Hasil Akhir Pengolahan

(‘Tampilkan/hilangkan resume pendapat’) kemudian klik tombol tersebut untuk menampilkan hasil pengolahan modul ISM VAXO.

Gambar VII.5. Dialog Hasil Pengolahan Modul ISM VAXO.

Hasil akhir pengolahan pada modul ISM VAXO dapat berupa hasil pengolahan individu dan hasil pengolahan kelompok (agregat) tergantung kepada matriks pendapat yang aktif. Jika pendapat yang aktif adalah pendapat individu, maka hasil pengolahan modul ISM VAXO adalah berupa hasil pengolahan pendapat pakar yang bersangkutan. Sebaliknya jika pendapat yang aktif berupa pendapat agregat, maka hasil pengolahan modul ISM VAXO adalah hasil pengolahan agregat. Pendapat agregat adalah pendapat rata-rata secara geometis dari keseluruhan pendapat. Arahkan pointer pada tombol ‘Tampilkan/hilangkan pendapat agregat’ kemudian klik tombol tersebut untuk menampilkan pendapat agregat. Klik sekali lagi untuk kembali ke pendapat individu (pendapat sebelumnya).

Hasil pengolahan modul ISM VAXO dibagi ke dalam 4 (empat) bagian antara lain: matriks reachibility, matriks revisi, grafik interdependensi, dan struktur interdependensi antar sub elemen. Klik salah satu perintah yang disediakan pada bagian kanan bawah halaman dialog untuk menampilkan bentuk-bentuk hasil pengolahan yang dimaksud.

Kopi ke memori

Matriks Reachibility Matriks Revisi

Grafik interdependensi Struktur sub elemen


(6)

Ujian Tertutup Penguji Luar Komisi

Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan Dr. Ir. Erliza Noor

Ujian Terbuka Penguji Luar Komisi Dr. Ir. M Said Didu, Msi Dr. Drs. Dedi Mulyadi, MSi