Faktor Penghambat Faktor Pendukung

memberi pengawasan yang optimal dalam kegiatan keterampilan ini untuk anak jalanan, serta dapat mencitakan suasana yang kondusif dan nyaman, sehingga memudahkan anak dalam menekuni keterampilan dan dapat membuat anak bersemangat untuk belajar keterampilan. Dan menurut penuturan salah satu anak jalanan yang penulis wawancarai mengatakan bahwa : “Kalo pelayanannya pengajarnya sabar ka..diayomin kita kalo belom bisa diulangi terus menerus sampe bisa, dari awal saya belom bisa sampe sekarang Alhamdulillah udah lancer ka…” 106 Dengan proses pelatihan yang baik, akan membuahkan hasil yang sempurna dengan tehnik pengajaran yang dilakukan oleh para pengajar, dapat membuat anak-anak mengetahui dan mengembangkan potensi yang mereka miliki, sehingga ada timbal balik dalam menjalankan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil yang maksimal, proses ini yang merupakan pendukung bagi terlaksananya program keterampilan.

2. Faktor Penghambat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pemberdayaan anak jalanan melalui keterampilan yang dijalankan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama V yaitu: Menurut hasil wawancara penulis dengan Ibu Dyah Ratnaningsih Ketua Asuhan dan Perawatan Anak adalah: “Untuk faktor penghambat sebetulnya ada di anak yah..yang namanya juga anak yah masih labil, kadang untuk memanfaatkan waktu luangnya kadang rajin-rajin…kadang kalo dating malesnya yah males, padahal semuanya udah ada, tapi karena memang belum ada kesadaran diri dalam diri anak yang 106 Caswati, Wawancara Pribadi Dengan Anak Jalannan, Jakarta melihat keterampilan tu nggak penting bagi merek yang mereka pikirkan adalah merek bisa main dan segala kebutuhannya terpenuhi, padahal keterampilan inilah yang akan menjadi asset berhrga bagi mereka di masa yang akan datang.” 107 Dari ungkapan Ibu Dyah Ratnaningsih di atas, maka dapat dipahami bahwa salh satu kendala yng dihadapi Panti Sosial Asuhan Anak ini, dalam perkembangan program keterampilan adalah masalah kurangnya kesadaran diri anak, mereka belum sadar akan pentingnya suatu kegiatan yang membawa hasil yang baik bagi dirinya sehingga kurang berkembangnya keinginan anak untuk menggalih potensi mereka. Selain masalah kurangnya kesadaran, dari hasil observasi yang penulis temukan dalam pelaksanaan program keterampilan, yaitu masih minimnya kerjasama antar pengasuh atau, karyawan di Panti, sehingga kurang pengawasan pada anak yang ingin belajar keterampilan. Menurut penuturan salah satu anak jalanan yang mengatakan bahwa : “Karena yang belajar komputer juga banyak disini ade-ade kelas banyak, jadi ya.. saya kurang aktif banget karena yah, yang mengajar Cuma satu, sedangkan anak-anaknya banyak. Jadi nggak terkontrol, jadi ibaratnya saya nggak ke urus”. 108 Dari pemaparan anak asuh diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa yang merupakan faktor penghambat juga terletak pada kurangnya pengajar atau instruktur dalam melaksankan program keterampilan ini, sehingga ada kesulitan dari diri anak untuk mempelajari keterampilan karena dengan banyaknya jumlah anak asuh yang mengikuti keterampilan, sehingga pelaksanaannya kurang terkontrol. 107 Dyah Ratnaningsih Ketua Asuhan dan Perawatan Anak, Wawancara Pribadi, Tanggal 14 Agustus 2008 Di Kantor PSAA V 108 Sapenda, Wawancara Pribadi Dengan Anak Jalannan, Jakarta Dari data-data yang ditemukan, maka penulis menganalisis faktor pendukung dan penghambat, yang banyak ditemukan faktor penghambat sehingga pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan Panti Sosial Asuhan Anak belum optimal dan masih kurangnya kenyamanan bagi anak- anak jalanan. Untuk mengatasi hal itu, Panti Sosial Asuhan Anak dihadapkan pada suatu masalah yang sulit untuk diputuskan namun, pada akhirnya Panti lebih banyak memberikan toleransinya, tetapi keadaan seperti ini tanpa didukung kemampuan yang memadai dikhawatirkan dapat mengundang masalah yang lebih rumit lagi, itulah kenyataan yang dihadapi di lapangan masalah datang silih berganti yang harus diselesaikan, namun sepenuhnya akan tersadar bahwa untuk berbuat sesuatu yang lebih baik pasti penuh tantangan dan pengorbanan.

BAB V PENUTUP

C. Kesimpulan

Strategi pemberdayaan yang dilakukan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama V sebagai lembaga sosial pengganti orang tua dalam menjalankan programnya yaitu pelayanan sosial meliputi pembinaan mental, pendidikan, dan pelatihan keterampilan dan mempunyai tujuan agar anak dapat tumbuh kembang secara wajar dan siap mandiri untuk memperoleh masa depan yang cerah dan berguna bagi dirinya, masyarakat dan bangsa. Dalam kaitannya dengan pemberdayaan anak jalanan memberikan program pemberdayaan salah satunya berupa pelatihan keterampilan yang meliputi, metode, proses serta hasil dari pelaksanaan keterampilan. Pelatihan keterampilan sangat dibutuhkan anak-anak di luar pendidikan sekolah, anak-anak dapat menyalurkan bakat dan kemampuan mereka pada pentingnya suatu pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan, sehingga terdorong keinginan mereka untuk belajar mandiri sesuai denan kemampuannya. Adapun faktor pendukung pada panti sosial asuhan anak putra utama V untuk saat ini perkembangannnya cukup memadai, hal ini terlihat diantaranya dari : a. Bangunan b. Sarana Dan Prasarana Keterampilan c. Para penganjar Sedangkan faktor penghambat Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama V sebagai Lembaga Sosial, pemberdayaannya sangat dirasakan manfaatnya terbukti dengan pelaksanaan program pemberdayaan untuk anak jalanan, maka dapat