BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak Penghasilan PPH Secara Umum
Pengertian pajak secara umum adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang atau yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat
jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Djoko Muljono2006: 27: Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap setiap
tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Undang-undang pajak penghasilan mengatur mengenai subjek pajak, objek
pajak, serta cara menghitung dan cara melunasi pajak yang terutang. Undang- undang pajak penghasilan menganut asas materiil artinya penentuan mengenai
pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak..
B. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan PPH 1. Subjek Pajak Penghasilan PPH :
Subjek pajak penghasilan adalah wajib pajak yang menurut ketentuan harus membayar, memotong, atau memungut pajak yang terutang atas
objek pajak. Subjek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: subjek pajak dalam negeri dan luar negeri. Subjek pajak dalam negeri
Universitas Sumatera Utara
dapat berupa orang pribadi, badan yang berkedudukan di Indonesia, dan warisan yang belum terbagi.
2. Objek Pajak Penghasilan PPH :
Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan bentuk apapun. Dalam akuntansi pajak, objek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan.
Dalam akuntansi pajak tidak semua penghasilan merupakan objek pajak penghasilan. Beberapa bentuk penghasilan menurut akuntansi
komersial sudah dibukukan sebagai penghasilan, tetapi dalam akuntansi pajak bukan merupakan penghasilanyang menjadi objek
pajak penghasilan. Artinya, atas penghasilan tersebut tidak perlu lagi diperhitungkan PPh terutangnya. Adapun bentuk penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak tersebut, yaitu: bantuan atau sumbangan, zakat, harta hibah, warisan, harta, pemberian natura dan
kenikmatan, klaim asuransi, dividen tertentu, iuran dana pensiun, penghasilan dana pensiun, pembagian laba perseroan komanditer
yang tidak terbagi atas saham, bunga obligasi perusahaan reksadana, penghasilan modal ventura, dan pembebasan hutang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
b. Penghasilan yang sudah terkena PPh Final.
Penghasilan yang sudah dikenakan PPh yang sifatnya final tidak perlu lagi diperhitungkan sebagai objek pajak penghasilan, dan atas
PPh Final yang telah dipotong pihak lain atau telah dibayar sendiri tidak dapat diperlakukan sebagai kredit pajak. Objek PPh Final dapat
dibedakan sesuai jenis pengenaannya, antara lain: uang pesangon, industri tembakau dari pabrikan, migas pada agen Pertamina, bunga
bank, bunga obligasi, Premium SWAPForward, bunga anggota koperasi, sewa tanah atau dan bangunan, jasa pelayaran, jasa
penerbangan, selisih lebih pada revaluasi, pengalihan hak tanah dan bangunan, transaksi saham, dan diskonto obligasi.
c. Penghasilan yang merupakan objek pajak.
Penghasilan kena pajak atau penghasilan yang merupakan objek pajak dapat dibedakan menjadi 5, yaitu: penghasilan dari kegiatan
usaha, penghasilan sebagai karyawan, penghasilan dari pemberi jasa, penghasilan dari modal atas harta yang bergerak, dan penghasilan
dari modal atas harga yang tak bergerak.
C. Pengertian Hubungan Istimewa
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 7, definisi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan,
atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama
Universitas Sumatera Utara
dengan perusahaan pelapor termasuk holding companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries.
2. Perusahaan asosiasi associated company.
3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak
langsung suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan dan anggota keluarga dekat dari
perorangan tersebut. Yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau
dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahan pelapor.
4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris,
direksi, dan manajer dari perusahaan, serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut.
5. Perusahaan dengan kepentingan substansial dalam hak yang dimiliki,
baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam 3 atau 4, atau setiap orang tersebut mempunyai
pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi, atau
pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan- perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama
dengan perusahaan pelapor.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan kriteria hubungan istimewa menurut pajak yang diatur dalam SE-18PJ.531995 adalah sebagai berikut:
1. Faktor kepemilikan, dan penyertaan.
Hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungan kepemilikan berupa penyertaan modal sebesar 25 baik secara
langsung atau tidak langsung. a.
Penyertaan secara langsung PT. X memiliki 50 saham PT. B, kepemilikan saham PT. Y
oleh PT. X tersebut merupakan penyertaan modal secara langsung sebesar lebih dari 25. Dalam hal ini dianggap ada
hubungan istimewa PT. X dan PT. Y. b.
Penyertaan tidak langsung Jika PT. Y tersebut diatas memiliki 50 saham PT. Z, PT. X
sebagai pemegang saham PT. Y, secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT. Z sebesar 25. Dalam hal
tersebut antara PT. X, PT. Y, dan PT. Z terdapat hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan tersebut di atas juga dapat
terjadi antar orang pribadi dan badan. 2.
Faktor penguasaan melalui manajemen dan penggunaan teknologi. Hubungan istimewa antar pengusaha dapat juga terjadi karena adanya
penguasaan melalui manajemen ataupun penggunaan teknologi, meskipun tidak terdapat hubungan kepemilikan. Hubungan istimewa
ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di bawah penguasaan
Universitas Sumatera Utara
pengusaha yang sama. Demikian juga hubungan antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan penggunaan teknologi yang
sama. 3.
Faktor hubungan keluarga sedarah atau semenda. Hubungan keluarga sedarah atau semenda ini dapat menimbulkan
hubungan istimewa diantara orang pribadi. Hubungan keluarga sedarah yang menimbulkan hubungan istimewa adalah hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, yaitu hubungan antara seorang dengan ayahnya atau dengan ibunya, atau dengan
anaknya, dan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke samping satu derajat, yaitu hubungan antara seseorang dengan
kakaknya atau adiknya. Hubungan keluarga semenda yang dapat menimbulkan hubungan
istimewa adalah hubungan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, yaitu dengan anak tirinya atau dengan mertuanya, dan
hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping satu derajat, yaitu hubungan antara seorang dengan iparnya. Apabila antara
suami istri tersebut terdapat juga hubungan istimewa. Hubungan istimewa yang dimaksud di atas sesuai dengan pasal 18 ayat 4
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Hubungan istimewa dapat mengakibatkan ketidakwajaran harga, biaya, atau imbalan lain
yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau atas dasar pengenaan pajak, dan biaya dari
Universitas Sumatera Utara
satu wajib pajak ke wajib pajak lainnya yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terhutang atas wajib pajak-wajib pajak yang memiliki
hubungan istimewa tersebut. Hubungan istimewa akan menimbulkan ketidakwajaran dalam setiap
transaksi yang terjadi, antara lain: 1.
Harga penjualan 2.
Harga pembelian 3.
Alokasi biaya administrasi dan umum overhead cost 4.
Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham shareholder loan
5. Pembayaran komisi, lisensi, francise, sewa royalty, imbalan atas jasa
manajemen, imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya 6.
Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham pemilik, atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari
harga pasar 7.
Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang atau tidak mempunyai substansi usaha misalnya: reinvoicing center
Pengaturan lebih lanjut ketentuan tentang transaksi antar wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa diharapkan dapat diminimalkan atau mengurangi
praktek penghindaran pajak dengan rekayasa transaksi transfer pricing tersebut. Untuk menangkal distorsi laba fiskal antar badan yang mempunyai hubungan
istimewa, transaksi antar badan perlu diteliti oleh otorisasi pajak.
Universitas Sumatera Utara
D. Pengertian dan Tujuan Transfer Pricing