Hasil Analisis Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Bina Yatama

c. Mental Kebutuhan Religius a. Ibadah Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi a. Kepedulian. b. Tanggung Jawab c. Partisipasi 3 Keluarga Ibu Nurhasanah Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak a. Tempat Tinggal a. Makanan b. Pakaian b. Kesehatan Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri a. Sarana Belajar a. Budi Pekerti b. Hobi Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan a. Perhatian dan Kasih Sayang a. Perlindungan b. Mental Kebutuhan Religius a. Ibadah Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi a. Kepedulian a. Partisipasi b. Tanggung Jawab Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak a. Makanan b. Kesehatan c. Tempat Tinggal d. Pakaian 4 Keluarga Ibu Yuliana Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri a. Sarana Belajar a. Hobi b. Budi Pekerti Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan a. Perhatian dan Kasih Sayang b. Perlindungan c. Mental Kebutuhan Religius a. Ibadah Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi a. Kepedulian b. Tanggung Jawab c. Partisipasi Dari tabel di atas, ternyata dapat diketahui bahwa tidak semua kebutuhan dasar anak bisa dipenuhi oleh keluarganya. Namun ada satu keluarga yang mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anaknya, yaitu keluarga Ibu Fajriyah. Ibu Fajriyah mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anaknya mulai dari kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan, kebutuhan religius serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi. Dari hasil analisis yang didapatkan dari keluarga Ibu Fajriyah, diperoleh keterangan bahwa ternyata tidak semua penerima layanan di Yayasan Bina Yatama adalah kalangan yang tidak mampu. Ibu Wati tidak mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anaknya. Dia tidak mampu memenuhi kebutuhan tempat tinggal, pakaian, mental, dan tanggung jawab. Namun dia mampu memenuhi kebutuhan makanan, kesehatan, sarana belajar, budi pekerti, hobi, perhatian dan kasih sayang, perlindungan, ibadah, kepedulian dan partisipasi. Ibu Nurhasanah juga tidak mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anaknya. Bahkan banyak sekali kebutuhan dasar anak yang tidak mampu dipenuhinya seperti makanan, kesehatan, budi pekerti, perlindungan, mental, ibadah dan partisipasi. Dia hanya mampu memenuhi kebutuhan tempat tinggal, pakaian, sarana belajar, hobi, perhatian dan kasih sayang, kepedulian dan tanggung jawab. Ibu Yuliana juga memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya. Namun meskipun banyak keterbatasan, dia hanya tidak mampu memenuhi kebutuhan hobi anak. Sedangkan kebutuhan dasar anak lainnya seperti kebutuhan makanan, kesehatan, tempat tinggal, pakaian, sarana belajar, budi pekerti, perhatian dan kasih sayang, perlindungan, mental, ibadah, kepedulian, tanggung jawab dan partisipasi mampu dipenuhi oleh Ibu Yuliana. Kebutuhan dasar anak sudah sewajarnya dipenuhi oleh keluarga. Namun terkadang terjadi keterbatasan yang membuat keluarga tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. Jika hal itu terjadi sudah sewajarnya terdapat bantuan dari lembaga-lembaga yang terkait. Dari hasil analisa di atas, dimana tidak semua kebutuhan dasar anak mampu dipenuhi oleh keluarga, maka sudah menjadi tugas Yayasan Bina Yatama sebagai lembaga yang mengasuh anak-anak dari keluarga-keluarga tersebut untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar anak mereka yang belum terpenuhi. Dan Yayasan Bina Yatama seharusnya memiliki peran sebagai yayasan yang melengkapi kebutuhan dasar anak. Namun Yayasan Bina Yatama dengan pelayanan yang diberikan, belum mampu untuk membantu keluarga penerima layanan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Hal ini disebabkan karena Yayasan Bina Yatama memiliki beberapa kendala. Kendala itu adalah kurangnya interaksi antara Yayasan Bina Yatama dengan anak-anak asuh karena anak-anak asuh tidak tinggal di dalam yayasan melainkan tinggal dengan keluarga mereka masing- masing. Seharusnya, menurut Pak Acep, anak-anak asuh tinggal di yayasan agar pengurus yayasan bisa mengetahui perkembangan dan kebutuhan dasar apa saja yang dibutuhkan oleh anak-anak asuh 87 . Selain itu, kesibukan masing-masing pengurus juga menjadi kendala yang dihadapi oleh Yayasan Bina Yatama. Karena kesibukan yang dimiliki masing-masing pengurus, maka pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Bina Yatama belum mampu untuk memenuhi semua kebutuhan dasar anak yang dibutuhkan oleh anak-anak asuh 88 . Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik antara keluarga penerima layanan dan Yayasan Bina Yatama dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. Keluarga penerima layanan dengan segala keterbatasan yang dimiliki, tetap menjadi pihak yang paling bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. Sedangkan Yayasan Bina Yatama adalah pihak yang bertanggung jawab untuk membantu keluarga penerima layanan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. 87 Wawancara dengan Bapak Acep pada hari Jum’at, 27 Mei 2011, lihat lampiran h.36 88 Ibid 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini menganalisis kebutuhan dasar anak. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan bahwa tidak semua kebutuhan dasar anak mampu dipenuhi oleh keluarga dan yayasan. Seperti yang telah dibahas bahwa kebutuhan dasar anak dibagi menjadi lima macam kebutuhan yaitu kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan, kebutuhan religius serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi. Dari hasil penelitian yang datanya didapat lewat metode penelitian kualitatif, terdapat tiga keluarga yang tidak bisa memenuhi semua kebutuhan dasar anak, yaitu keluarga Ibu Wati, keluarga Ibu Nurhasanah dan keluarga Ibu Yuliana. Sedangkan keluarga Ibu Fajriyah mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anak. Hal ini berarti tidak semua penerima layanan adalah kalangan tidak mampu. Yayasan Bina Yatama adalah yayasan yang membantu keluarga penerima layanan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Namun yayasan ini belum mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anak dikarenakan berbagai kendala. Kendala yang pertama adalah terbatasnya sumber daya manusia karena masing- masing pengurus yang memiliki banyak kesibukan. Kendala yang kedua adalah penempatan anak-anak asuh yang sampai saat ini belum ditempatkan di dalam yayasan melainkan masih tinggal dengan keluarga masing-masing.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dengan metode penelitian kualitatif yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran-saran yang akan disampaikan oleh Yayasan Bina Yatama. Saran-saran tersebut diantaranya adalah : 1. Meningkatkan pola komunikasi antara keluarga penerima layanan dan Yayasan Bina Yatama agar terjalin kerjasama yang baik untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan sumber daya manusia yang ada. 3. Menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik sebagai penunjang kebutuhan dasar anak. Daftar Pustaka Adi, Isbandi Rukminto. 2005. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Edisi Kedua. Depok: FISIP UI Press . 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Depok: FISIP UI Press Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial. 2005. Volume 10. No.1. April. Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia Kamil Ahmad, M.Fauzan. 2008. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Kasiram. 2008. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Cetakan I. Malang: UIN-Malang Press LPSI. Anak Yatim Kajian Fikih Realitas Sosial. Jatim: Pustaka Sidogiri Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami. 2007. Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi. Vol.1. No.II. Maret. Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPSW-IPSPI . 2007. Perkembangan Program Perlindungan Anak di Aceh. Vol.1. No.5. Juni. Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPWS-IPSPI Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Cetakan 24. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nazaruddin, Pepen. 2004. Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI Pramuwito. 1997. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Cetakan I. Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Roberts, Albert dan Gilbert J.Greene. 2008. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1. Cetakan I. Jakarta: Gunung Mulia Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta . 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan 5, Bandung: Alfabeta