anggaran dan hasilnya terbukti pada kualitas lulusan, prestasi siswa, fisik gedung, dan tenaga pendidik yang professional.
Pelaksanaan keuangan pendidikan tidak akan berjalan optimal apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia, koordinasi yang
dijalin, serta pendayagunaan teknologi informasi. MAN Insan Cendekia Serpong memiliki tenaga kependidikan yang berkompeten dibidangnya,
seluruh tenaga kependidikan yang bertugas sebagai pelaksana keuangan secara terus menerus mengikuti pelatihan. Pemanfaatan teknologi juga
sangat terlihat dari bentuk laporan-laporan yang kebanyakan berbentuk aplikasi komputer.
3. Evaluasi dan Pertanggungjawaban Keuangan MAN Insan Cendekia
Serpong
Evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan sekolah dapat diidentifikasi ke dalam tiga hal, yaitu pendekatan pengendalian
penggunaan alokasi dana, bentuk pertanggung jawaban keuangan sekolah dan keterlibatan pengawasan pihak eksternal sekolah.
Dalam memperoleh informasi berkaitan dengan evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan madrasah penulis melakukan metode
wawancara untuk mengetahui lebih jelas bagaimana proses evaluasi dilaksanakan.
Sumber informan
dalam proses
evaluasi dan
pertanggungjawaban ini adalah kepala madrasah, kepala tata usaha, dan bendahara.
Penerapan evaluasi yang dilaksanakan di MAN Insan Cendekia Serpong terdapat dalam bentuk evaluasi lisan dan tulisan serta terdapat
evaluator internal dan eksternal dalam melakukan evaluasi. Adapun pihak internal yang menjadi evaluator ialah kepala
madrasah, koordinator pelaksana, para wakil-wakil bidang dan guru-guru bidang studi. Evaluasi dilakukan pada saat berjalan dan akhir program
atau kegiatan dilaksanakan. Setiap kegiatan yang sudah dan sedang berjalan selalu dilaksanakan evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan
terlaksana sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Evaluasi dalam bentuk lisan adalah evaluasi yang dilakukan dengan
membicarakan secara langsung melalui lisan mulut kepada pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. Adapun proses evaluasi secara lisan
ini dengan memberikan masukan, kritik dan apresiasi berkenaan dengan penilaian dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan. Pihak yang menjadi
evaluator dalam hal ini adalah kepala madrasah. Selain itu bentuk evaluasi lisan juga dilaksanakan dalam bentuk
rapat koordinasi. Rapat koordinasi ini melibatkan seluruh pihak, yaitu wakil-wakil bidang madrasah dan pelaksana kegiatan. Pada saat rapat
koordinasi yang dibahas adalah sejauh mana capaian hasil kegiatan yang sudah terselenggara, menyesuaikan seluruh kegiatan dengan rencana yang
telah dibuat, serta membicarakan kendala-kendala yang ditemukan dan bagaimana mengatasi kendala tersebut.
Setiap tahun kepala madrasah juga selalu melakukan evaluasi program yang juga dilaksankan pada saat raker. Program-program yang
sudah berjalan tahun lalu kemudian dibahas segala kendala dan permasalahannya, misalkan ada program yang tidak terealisasi dan
kemudian dilakukan evaluasi. Seperti yang diutarakan kepala madrasah: “Evaluasi dalam bentuk raker, dalam raker juga ada pembahasan
evaluasi program. Program yang lalu dievaluasi kendala yang terjadi selama satu tahun tersebut dan kemudian akan dibahas
bagaimana mengatasi kendala tersebut”.
14
Evaluasi lisan lebih banyak melakukan penilaian terhadap kegiatan atau program yang sudah terselenggara karena kegiatan yang
terselenggara didalamnya memuat jumlah anggaran yang digunakan.
14
Suwardi, Op.cit.
Evaluasi dalam bentuk tulisan yaitu dengan penilaian laporan- laporan keuangan dan laporan rutin yang dibuat oleh penanggung jawab
kegiatan dan bendahara. Setiap kegiatan yang sudah terlaksana, pihak- pihak yang bertindak sebagai penanggung jawab diharuskan membuat
laporan secara tertulis mengenai uraian kegiatan yang didalamnya tertera secara lengkap alokasi waktu, jadwal kegiatan, pihak yang terlibat serta
uraian anggaran yang sudah digunakan. Laporan tersebut kemudian disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat pada awal pengajuan dan
dilihat kesesuaian laporan dengan RKA-KL. Selain itu setiap bulan secara rutin melaporkan penggunaan
keuangan ke kanwil dan KPPN, selalu termonitoring penggunaan keuangan melalui aplikasi-aplikasi dan ada juga rekonsiliasi untuk
mencocokan antara
uang yang
sudah digunakan
dengan pertanggungjawaban yang dilaporkan. Sesuai dengan penuturan kepala
madrasah: “Setiap
bulan melaporkan
penggunaan keuangan
pertanggungjawaban ke kanwil juga ke KPPN, ada monitoring terus setiap bulan ada rekonsiliasi melalui aplikasi-aplikasi untuk
mencocokan antara
uang yang
sudah terpakai
dengan pertanggungjawabannya”.
15
Tindak lanjut dari evaluasi ini kemudian dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk bulan-bulan selanjutnya. Tindak lanjut berupa
perbaikan-perbaikan, apabila sudah berjalan baik maka terus ditingkatkan dan terus dipertahankan dan apabila dirasa belum baik maka terus
dilakukan perbaikan. Hal ini sesuai dengan penuturan bendahara: “Tindak lanjut berupa perbaikan, jika sudah baik maka
dipertahankan dan ditingkatkan”.
16
15
Ibid.
16
Jamingan, Op.cit.
Hasil evaluasi menjadi bahan perbaikan yang paling efektif untuk keberlangsungan kegiatan-kegiatan yang akan berjalan selanjutnya, juga
sebagai rujukan untuk analisa kebutuhan yang diperlukan dalam suatu kegiatan atau program.
Peran kepala madrasah dalam mengevaluasi sebagai korektor, mengontrol, mengawasi dan bertanggungjawab terhadap penggunaaan
anggaran. Seperti yang diutarakan bendahara: “Dalam mengevaluasi kepala sekolah berperan sebagai KPA yang
bertanggung jawab untuk penggunaan anggaran. Secara umum tetap melakukan supervisi atau penilaian, bertindak sebagai korektor.
Mengawasi
dan memonitor penyelengaraan suatu kegiatan”.
17
Selain evaluator internal madrasah terdapat juga evaluator-evaluator yang berasal dari eksternal madrasah. Adapun pihak tersebut berasal dari
Kanwil Kemenag Provinsi, BPK Badan Pemeriksa Keuangan, BPKP Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan dan Irjen Inspektorat
Jenderal. Proses pelaksanaan yang dilakukan evaluator eksternal yaitu kanwil
Kemenag provinsi dengan melakukan supervisi seluruh kegiatan yang sudah berlangsung sekaligus melakukan pembinaan terhadap sumber
daya manusia di madrasah khususnya bidang administrasi yang mengurusi segala pelaporan dan penggunaan anggaran. BPK Badan
Pemeriksa Keuangan,
BPKP Badan
Pengawas Keuangan
Pembangunan dan Irjen melakukan evaluasi dengan menyesuaikan anggaran yang dimiliki dengan pelaksanaannya apakah sesuai dengan
aturan yang berlaku, serta supervisi dokumen dan audit keseluruhan. Sesuai dengan penuturan bendahara madrasah:
“Kanwil Kemenag Provinsi melakukan evaluasi dan sekaligus pembinaaan. BPK Badan Pemeriksa Keuangan, BPKP Badan
Pengawas Keuangan Pembangunan, dan Irjen melihat anggaran
17
Ibid.
yang dimiliki sesuai atau tidak dengan pelaksanaan apakah sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan, meninjau sistem
pengadaan, mengecek berkas- berkas dan dokumen yang terkait dan melakukan audit keseluruhan”.
18
Waktu pelaksanaan evaluasi oleh para evaluator eksternal tersebut tidak bisa ditentukan dan tidak dapat diprediksi waktu kedatangannya.
Namun para evaluator eksternal tersebut dapat dipastikan selalu datang dalam enam bulan sekali ataupun satu tahun sekali. Oleh karena itu,
proses manajemen keuangan harus berjalan secara disiplin dan teratur. Setiap ada transaksi dan pengeluaran yang dilakukan, secara cepat
langsung dilakukan pengarsipan dan pembukuannya. Sehingga secara sistematis semua bentuk laporan maupun bukti-bukti terkait dapat
digunakan sewaktu waktu dan pada saat evaluator eksternal melakukan supervisi secara tiba-tiba, pihak madrasah selalu siap karena sudah
termanajemen dengan baik dari pengarsipan, pelaporan, pembukuan dan sebagainya.
Sumber anggaran MAN Insan Cendekia Serpong berasal dari anggaran pemerintah APBN maka dari itu, anggaran yang telah
dipergunakan tersebut dipertanggungjawabkan kepada pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan dalam bentuk laporan-laporan keuangan serta
kegiatan melalui aplikasi-aplikasi keuangan yang langsung terintegrasi secara online kepada pusat.
Pertanggungjawaban keuangan dilakukan setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan dalam bentuk laporan dan aplikasi SAKIP LAKIP
yang dilaporkan secara langsung melalui online. Sesuai dengan penuturan kepala madrasah:
18
Ibid.
“Pertanggungjawaban setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan dalam bentuk laporan dan aplikasi SAKIP LAKIP yang kemudian
dapat dilaporkan langsung secara online”.
19
Dalam hal pertanggungjawaban ini, pihak-pihak yang ikut bertanggungjawab yaitu bendahara selaku pelaksana, KPA, PPK dan
bagian pengadaan wakil bidang pengadaan barang. Seperti yang diungkapkan bendahara:
“Bendahara, PPK, KPA dan bagian pengadaan Tim pengadaan barang”.
20
Aplikasi-aplikasi yang berisi laporan yang terintegrasi dengan pusat merupakan salah satu bentuk transparansi keuangan. Kanwil dan irjen
selalu melakukan pemantauan sehingga jelas segala pengeluaran dan penggunaan terawasi dengan baik dan menjadi salah satu bentuk
transparansi. Seperti yang diutarakan oleh kepala tata usaha: “Transparansi dalam bentuk laporan-laporan, setiap pengeluaran
selalu dipantau oleh kanwil dan irjen. Laporan tersebut disebut dengan LAKIP Laporan Administrasi Keuangan dan MPA
Manajemen Profesional Association yang berbentuk aplikasi yang
terintegrasi dengan pusat”. Selain itu transparansi juga terlihat dalam bentuk output yaitu hasil
dari penggunaan anggaran yang tepat dan jelas, dapat menghasilkan siswa dan siswi yang berprestasi serta lulusan yang banyak diterima PTN
terbaik. Seluruh stakeholder sekolah yang berkepentingan dan terlibatpun dapat melihat penggunaan anggaran.
Hasil penelitian pada aspek evaluasi dan pertanggungjawaban dilakukan dengan baik, kepala madrasah selalu melakukan pengawasan
19
Suwardi, Op.cit.
20
Jamingan, Op.cit.
penggunaan anggaran terhadap internal madrasah, sehingga semua proses terlaksana sesuai jalurnya.
Dapat dianalisis bahwa manajemen keuangan di MAN Insan Cendekia Serpong berjalan baik, dengan adanya manajemen keuangan
proses pelaksanaan kegiatan di madrasah berjalan teratur. Terlihat dari manajemen keuangan yang dijalankan dengan baik dan sesuai aturan
pemerintah dapat menghasilkan siswa dan siswi yang berprestasi dan output lulusan banyak diterima di PTN ternama, seperti teori tujuan
manajemen keuangan yang ditulis
Mulyono dalam bukunya Konsep Pembiayaan Pendidikan
, yaitu tujuan utama mengelola keuangan sekolah adalah bagaimana sekolah dapat menghasilkan output yang berkualitas
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pengguna jasa. Prinsip-prinsip manajemen keuangan yang dilaksanakan di MAN
Insan Cendekia Serpong mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 48, pengelolaan dana pendidikan dilakukan dengan
bertumpu pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. MAN Insan Cendekia Serpong dalam manajemen keuangan
menjalankan prinsip keadilan dimana seluruh stakeholder sekolah dapat memberikan aspirasinya untuk kemajuan lembaga baik itu terbentuk
dalam program lembaga maupun siswa. Prinsip efisiensi terlihat dalam pengeluaran anggaran dalam sistem lelang, dimana pada setiap pengadaan
barang selalu memperhatikan kualitas dan menetapkan syarat tertentu seefisien mungkin untuk mendapatkan yang berkualitas. Prinsip
transparansi dilaksankan dalam bentuk laporan-laporan keuangan dimana seluruh stakeholder dapat melihat penggunaanya karena setiap
pengeluaran selalu ada laporan baik dalam bentuk format aplikasi yang terhubung
kepada pusat
maupun laporan
pertanggungjawaban. Akuntabilitas dapat dianalisis dalam bentuk pertanggungjawaban
keuangan yang selalu dilaporkan kepada pemerintah secara rutin.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2011 tentang Satuan Pengawas Intern di
Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, satuan pengawas internal yang selanjutnya disebut SPI adalah satuan pengawasan yang dibentuk
untuk membantu terselenggaranya pengawasan terhadap pelaksanaan tugas unit kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
MAN Insan Cendekia Serpong dibawah lingkungan Kementerian Agama tidak memiliki satuan pengawas internal. Oleh karena itu fungsi
pengawas internal dijalankan oleh kepala madrasah selaku kuasa pengguna anggaran, dan untuk memastikan pengeluaran sesuai dengan
perencanaan dijalankan fungsinya oleh bendahara. Hal ini dinilai kurang efektif karena dapat menimbulkan asumsi negatif selain itu terjadi
pelimpahan tugas yang dapat mengganggu kinerja sumber daya manusia di madrasah. Hal ini menjadi kelemahan MAN Insan Cendekia Serpong,
berkaitan dengan ketidakberadaannya satuan pengawas internal yang dapat mengendalikan anggaran sekolah serta mengawasi alur anggaran
yang diajukan dengan penerimaannya. Satuan Pengawas Intern SIP semestinya diberikan kepada setiap satker untuk memonitoring secara
langsung dan konsisten dalam penggunaan anggaran sekolah sehingga proses
perencanaan, pelaksanaan
hingga evaluasi
dan pertanggungjawaban keuangan senantiasa terawasi dan termonitoring
secara langsung.
119
BAB V PENUTUP