26 Pemaparan temefos dengan konsentrasi KL
50
memperlihatkan perubahan warna pada sifon dan ruas abdomen belakang menjadi kehitaman. sifon dan ruas
abdomen belakang menghitam kemungkinan disebabkan oleh proses oksidasi biologis yang terhambat di dalam tubuh larva Ae. aegypti. Kelangsungan hidup
larva dipengaruhi oleh pH atau tingkat keasaman. Perbedaan sifat kimia air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan larva. Larva Ae. aegypti dapat hidup pada lingkungan dengan pH antara 5,8-8,6 Chan et al. 1971, penelitian Hidayat et al. 1997 menemukan
bahwa larva nyamuk Ae. aegypti dapat hidup pada pH 5-9. pH lambung atau usus larva adalah 5,5-5,8 Christophers, 1960. Keasamaan atau pH ekstraseluler
lingkungan yang normal makhluk hidup adalah 7,35-7,45 Murray, 1995. Hasil pengukuran pH larutan normal adalah 7,5 kontrol dan larutan temefos KL
, KL
25
, KL
50
, KL
75
dan KL
90
secara berurutan adalah 6,8; 7,1; 7,4; 8,3 dan 9,5. Perbedaan pH tubuh larva dengan pH lingkungan berpengaruh terhadap
transportasi oksigen dalam tubuh larva. Akumulasi temefos menghambat masuknya oksigen sehingga proses oksidasi biologis pembakaran di dalam otot
ikut terhambat Tarumingkeng, 1992. Terhambatnya transportasi oksigen menyebabkan terganggunya
pembentukan enzim sitokromoksidase,
enzim sitokromoksidase merupakan enzim respirasi dalam proses oksidasi biologi atau
metabolisme Murray et al. 1995. Perubahan warna ini diduga akibat akumulasi temefos yang masuk melalui sifon sehingga aliran oksigen terhambat.
Pemaparan temefos KL
75
dan KL
90
menyebabkan tubuh larva Ae. aegypti memendek diduga akibat kandungan air dari tubuh larva keluar melalui ruas-ruas
abdomen ke dalam lingkungan. Perpindahan air dari tubuh larva ke lingkungan adalah akibat kandungan temefos yang tinggi 0,433 ppm atau KL
90
di dalam larutan, hal ini menyebabkan tekanan osmotik lingkungan lebih tinggi. Akibat air
keluar dari tubuh larva maka tubuh larva mengkerut dan memendek.
4.2 Aktivitas Gerak Larva Nyamuk
Ae. aegypti
Rata-rata waktu yang diperlukan oleh larva Ae. aegypti setelah terpapar dengan temefos untuk menempuh jarak 30 cm Tabel 3 adalah 2 menit 39 detik
KL , 3 menit 49 detik KL
25
, 9 menit 2 detik KL
50
, 14 menit 36 detik KL
75
,
27 dan 24 menit 35 detik KL
90
sedangkan waktu tempuh larva Ae. aegypti yang tidak terpapar dengan temefos kontrol adalah 2 menit 57 detik.
Tabel 3. Rata-rata waktu tempuh larva nyamuk Ae. aegypti sejauh 30 cm setelah terpapar temefos
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5.
24,35
25,00 20,00
14,36
menit,
15,00
detik
10,00 5,00
0,00
9,20 2,57
2,395 3,49
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
Waktu Tempuh
Gambar 14. Rata-rata waktu tempuh larva L
3
Ae. aegypti sejauh 30 cm setelah terpapar temefos
Waktu tempuh yang dibutuhkan oleh larva Ae. aegypti yang terpapar temefos KL
dan KL
25
bila dibandingkan dengan kontrol tidak terdapat perbedaan yang nyata P0,05. Perbedaan yang nyata terlihat pada waktu tempuh
yang diperlukan oleh larva Ae. aegypti KL
50
, KL
75
, KL
90
dengan kontrol, sedangkan antara KL
50
, KL
75,
dan KL
90
masing-masing berbeda nyata P0,05. Larva Ae. aegypti menyukai habitat yang tenang tanpa aliran air genangan air
dalam wadah dan terlindungi dari cahaya secara langsung karena sifat larva menjauhi cahaya atau dengan kata lain bersifat fototropisme negatif.
Konsentrasi Waktu tempuh menit, detik
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90 a
2,57
a
2,39
a
3,49
b
9,2
c
14,36
d
24,35
28 Larva lincah dan aktif bergerak dengan memperlihatkan gerakan-gerakan
naik ke permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang atau zig-zag. Gerakan yang dilakukan oleh larva adalah untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, dengan tujuan untuk memperoleh makan dan oksigen. Larva mengambil makanan di dasar wadah, oleh karena itu larva Ae. aegypti disebut
pemakan makanan di dasar atau bottom feeder. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva bergerak menempatkan corong udara sifon pada
permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan permukaan air Christophers, 1960.
Pada penelitian ini adanya cahaya lampu TL 5 watt yang dipasang pada salah satu ujung pipa memaksa larva Ae. aegypti untuk bergerak menjauhi arah
cahaya lampu. Gerakan menjauhi cahaya lampu membuktikan bahwa larva Ae. aegypti
berusaha untuk memepertahankan diri meskipun dalam kondisi lemah akibat cekaman temefos. Semakin tinggi konsentrasi temefos yang dipaparkan
semakin lambat aktivitas larva, hal ini terlihat dari semakin lamanya waktu yang diperlukan oleh larva untuk bergerak sejauh 30 cm. Waktu yang semula
diperlukan 2 menit 57 detik menjadi 24 menit 35 detik setelah terpapar temefos dengan konsentrasi tertinggi yaitu 0,433 ppm KL
90 .
Keracunan temefos menyebabkan gangguan transmisi impuls pada ujung syaraf akibatnya terjadi
gangguan pada aktivitas larva sehingga larva menjadi kejang-kejang dan aktivitas geraknya semakin lambat.
4.3 Jangka Hidup Nyamuk