HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN
COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Oleh :
Dinny Fitri Hastuty Yuwana
07810129

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN
COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi


Oleh :
Dinny Fitri Hastuty Yuwana
07810129

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

LEMBAR PERSETUJUAN
1. Judul Skripsi

:Hubungan

Antara

Kontrol

Diri


dengan

Kecenderungan Compulsive Buying pada Mahasiswa.
2. Nama Peneliti

: Dinny Fitri Hastuty Yuwana

3. NIM

: 07810129

4. Fakultas

: Psikologi

5. Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian


: 22 Maret-14 April 2011

7. Tanggal Ujian

: 21 Juli 2011

Malang 22 Juli 2011

Pembimbing I

Dr. Latipun, M.kes

Pembimbing II

M. Salis. Yuniardi, M.Psi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji

Pada Tanggal 21 Juli 2011

Dewan Penguji

Ketua penguji

: M. Salis. Yuniardi, S.Psi, M.Psi

(

)

Anggota Penguji

: 1. Yudi. Suharsono, S.Psi, M.Psi

(

)


(

)

2. Hudaniah, S.Psi, M. Si

.

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Drs. Tulus Winarsunu, M.Si

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: Dinny Fitri Hastuty Yuwana


NIM

: 07810129

Fakultas / Jurusan

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Compulsive Buying
pada Mahasiswa:

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak

bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui
Ketua Program Studi

M. Salis.Yuniardi, S.Psi, M.Psi

Malang, 22 Juli 2011
Yang menyatakan

Dinny Fitri Hastuty Yuwana

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Compulsive Buying pada

Mahasiswa”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dr. Latipun, M.kes, selaku Pembimbing I, dengan ikhlas telah banyak mengorbankan
waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan, petunjuk, serta saran demi
terselesainya penyusunan skripsi ini.
3. M. Salis. Yuniardi, S.Psi, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing II, dengan sabar
memberikan pengarahan dan petunjuk kepada penulis yang terkadang perlu beberapa
kali penjelasan hingga penulis mampu memahaminya.
4. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi
pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
5. Ayah dan Ibundaku tercinta, yang selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih
sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Sheba, Rani, kiki, Dila, Luthfulloh, Haris, dan Qodia, yang telah membantu dalam
pelaksanaan pengumpulan data.

7. Adikku tercinta, Rizal, yang selalu memberikan dorongan agar penulis segera
menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberikan semangat saat motivasi penulis
mulai turun.
8. Teman-teman angkatan 2007, khususnya Kelas C yang selalu memberikan semangat
sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku tersayang Gufran yang tak pernah berhenti memberi motivasi agar penulis
tetap sabar menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga karena telah bersedia
menjadi tempat penulis berkeluh kesah selama ini.

10. Sahabatku Yoga, Rosy dan Ratna yang yang juga selalu memberikan semangat
kepada penulis

untuk

menyelesaikan skripsi ini. Tetap semangat untuk

menyelesaikan skripsi kalian.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik

dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Malang, 20 Juli 2011
Penulis

Dinny Fitri H.Yuwana

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................... ...

i

INTISARI ...................................................................................................... ...


ii

DAFTAR ISI ................................................... .............................................. ...

iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ...

iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................

1

B. Rumusan Masalah ............................................................................

7

C. Tujuan Penelitian .............................................................................

8

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrol diri ......................................................................................

9

1. Pengertian Kontrol diri ..............................................................

9

2. Jenis dan aspek kontrol diri .......................................................

11

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontrol diri ......................

14

4. Tehnik – tehnik melatih kontrol diri .........................................

14

B. Compulsive buying ..........................................................................

15

1. Definisi compulsive buying .......................................................

15

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi compulsive buying .............

17

3. Karakteristik compulsive buying ...............................................

17

4. Gejala klinis compulsive buying ...............................................

19

C. Pengertian Mahasiswa .....................................................................

20

D. Hubungan kontrol diri dengan compulsive buying ..........................

21

E. Kerangka pemikiran ........................................................................

23

F. Hipotesa ..........................................................................................

24

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .......................................................................

25

B. Variabel Penelitian ...........................................................................

25

1. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................

25

2. Definisi Operasional ..................................................................

26

C. Populasi dan Sampel ........................................................................

27

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data .....................................

28

1. Jenis Data ...................................................................................

28

2. Metode Pengumpulan Data ......................................................

29

3. Validitas dan Reliabilitas ..........................................................

33

a. Validitas .............................................................................

33

b. Reliabilitas .........................................................................

36

E. Prosedur Penelitian ...........................................................................

38

1. Persiapan Penelitian ..................................................................

38

2. Pelaksanaan penelitian ..............................................................

38

F. Teknik Analisa Data ........................................................................

38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ................................................................................

40

B. Analisis Data ..................................................................................

43

C. Pembahasan ....................................................................................

45

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................

50

B. Saran ..............................................................................................

50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ..

52

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

TABEL 1

: Blue print kontrol diri ................................................................. 32

TABEL 2

: Blue print compulsive buying ..................................................... 33

TABEL 3

: Analisa kesahihan butir skala kontrol diri .................................. 35

TABEL 4

: Analisis kesahihan butir skala compulsive buying ..................... 35

TABEL 5

: Uji keandalan faktor skala kontrol diri ....................................... 37

TABEL 6

: Uji keandalan faktor skala compulsive buying ........................... 37

TABEL 7

: Uji reliabilitas total ..................................................................... 37

TABEL 8

: Kategori kontrol diri ................................................................... 40

TABEL 9

: Hasil perhitungan deskripsi data skala kontrol diri dan skala
compulsive buying ........................................................................ 40

TABEL 10

: Kategori kontrol diri .................................................................. 41

TABEL 11

: Kategori compulsive buying ...................................................... 41

TABEL 12

: Profil demografi responden kategori kontrol diri ...................... 42

TABEL 13

: Profil demografi responden kategori compulsive buying .......... 43

TABEL 14

: Rangkuman analisis korelasi antara kontrol diri terhadap compulsive
buying ........................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

Ade, R. (2006). Motivasi berprestasi mahasiswa ditinjau dari pola asuh. Makalah.
Medan : Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Alsa, A. (2003). Pendekatan kuantitatif&kualitatif serta kombinasinya dalam
penelitian psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ancok, D. (1995). Nuansa psikologi pembangunan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset.
Arikunto, S. (1996). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Yogyakarta:
Rineka cipta.
__________. (2010). Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik ( ed. revisi ).
Jakarta : Rineka Cipta.
Averill, J.R. (1973). Personal control over aversive stimuli and it’s relationship to
Stress. Psychological Bulletin, 80, 286 - 303.
Azwar, S. (2003). Penyusunan skala psikologi. Jogyakarta : Pustaka Belajar.
________. (1999). Validitas dan reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Benson, A. (2010). I shop therefore I Am : Compulsive buying and The search for
self while, Amerika Serikat.
Black, D. W. & Kuzma, J. M. (2006). Compulsive shopping : When spending begins
to consume the consumer. The Journal of Family Practice, 5 (7), 191-216.
Black, D. W. (2007). A review of compulsive buying disorder, Journal of The World
Psychiatry, 6(1), 14-18.
Calhoun, J.F., & Acocella, J.R. (1990). Psychology of adjustment and human
relationship. New York : McGraw Hill, Inc.
Chaplin, J.P. (2002). Kamus lengkap psikologi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Dittmar, H. (2005). A New look At “ compulsive buying “: Self-Discrepancies and
materialistic values as predictors of compulsive buying tendency. Journal Of
Social and Clinical Psychology, 24 (6), 832-859.
____________. (2005). Compulsive buying-A growing concern? An examination of
gender, age, and endorsement of materialistic values as predictors. Journal of
Psychology, 96, 467-491.

Dittmar, Helga, dkk. (2007). When a better self is only a button click away:
Associations between materialistic values, emotional and identity-related
buying motives, and compulsive buying tendency online. Journal of Social
and Clinical Psychology, 26 (3), 334-361.
Faber, R.J. O’Guinn T.C. (1992). A clinical screener for compulsive buying. Journal
Consumer research, 19, 459 – 469.
Fakultas Psikologi UMM. (2010). Pedoman penulisan skripsi. Malang : UMM Press.
Feist. J.,&Feist. G. (2008). Theories of personality, Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Ghufron, M., & Risnawita, S. (2010). Teori – teori psikologi. Jogjakarta : AR-RUZZ
MEDIA GROUP.
Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok – pokok materi metodologi penelitian & aplikasinya.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. 4nd Tokyo : McGraw Hill
Kogakusha, Ltd.
____________ . (1984). Child development. 2nd ed. Singapore : McGraww-Hill Inc.
http://www.detiknews.com
http://www.ligagame.com
http://www.vhrmedia.com
http://yuxie.wordpress.comsive buying disorder.c
Kerlinger. F.N. (2004). Asas – asas penelitian behavioral, Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Koran, M. Lorrin.,dkk. (2006). Estimated prevalence of compulsive buying behavior
in the united states. The American Journal of Psychiatry. 163 (10), 18061812.
Lazarus, R.S. (1976). Paterns of adjustment. Tokyo : McGraw Hill Kogakusha, Ltd.
Magee, A. (1994). Compulsive buying tendency as a predictor of attidudes and
perceptions. In Advances In Consumer Research, 21, 590 – 594.
Michael, J. Mahoney., & Carl. E. Thoresen, (1975). Behavioral self control : Power
to the person. dalam Roberts, T.B. ( Ed.). Four Psychologies Applied to
Education (Hal.5-7). New York: American Educational Research
Association.
Nazir, M. (1988). Metode penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Poerwanti, E. (1998), Dimensi – dimensi riset ilmiah, Malang : UMM.
Santrock, J. W. (2002). Life – Span development : Perkembangan masa hidup,edisi
5, jilid II. Jakarta : Erlangga.
Sherrell, & Cole. L. (1995). Comparing scales to measure compulsive buying : An
exploration of their dimentionality. 22 eds, 419 – 427. Assotiation for
Consumer
Research.
Diproleh
dari
http://www.acrwebsite.org/volume/display.asp?id=7656.
Sugiyono. (2002). Metode penelitian bisnis, Bandung : CV. ALFABETA.
Synder, M., & Gangested. S. (1986). On the nature of self monitoring : Matters of
assesment, matters of validity. Journal of National Taipei Teachers College,
15, 1 -15.
Winarsunu, T. (2002). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang:
UMM Press.

 
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nampaknya era globalisasi jaman sekarang ini, mahasiswa semakin menuntut
menjadi mangsa produsen. Sebutannya sebagai mahasiswa membuat kebanggan
tersendiri karena mereka merasa berkedudukan tinggi diatas jenjang pendidikan
sebelumnya. Mereka tak mau dipandang hanya sebagai mahasiswa yang berkutat
pada nilai - nilai akademis dan aktivis saja. Terjun sebagai mahasiswa membuat
identitas sebelumnya yang ia sandang sebagai pelajar, kini telah berubah sebagai
mahasiswa yang memiliki level diatas, berintelektual tinggi, menjadi kritis dan
kreatif dalam membangun peradaban bangsa.
Menjadi

Mahasiswa

di

tengah-tengah

kehidupan

modernisasi yang

menghendaki kehidupan hedonisme dan serba instan menjadikan jebakan
kepuasan sementara. Mereka masuk ke dalam arus budaya konsumtif yang kian
lama meluas, yang paling utama, hal ini dikarenakan pengaruh lingkungan yang
kurang mendukung sisi positif dari kebiasaan buruk yang tak patut untuk
dicontoh. Perubahan ini tentunya membuat mahasiswa selalu berkeinginan dan
ingin memiliki sesuatu yang berbeda dengan yang lain, kebanyakan tingginya
gengsi yang melekat pada diri mahasiswa tak terbendung dengan pola hidup
yang dijalaninya, karena berkembangnya budaya konsumtif yang saat ini dapat
di akses melalui berbagai media seperti internet, majalah, radio, televisi.
Simbol sebagai mahasiswa dimata masyarakat dipandang lebih dari pada
yang tidak meneruskan sebagai mahasiswa dengan alasan ekonomi. Di sisi lain,
mahasiswa sekarang ini justru menjadi serakah akan dunia gemerlap yang
bersuka ria untuk berfoya – foya. Padahal, jika dilihat dari cost bulananya saja,
bagi standarisasi jatah yang didapat dari orang tuanya tidak mungkin cukup
untuk berfoya-foya.
Fenomena dari budaya hedonis mahasiswa saat ini menjamur dimana- mana,
sering keluar malam untuk clubbing, sekedar bersantai di Cafe dan, terutama
mereka tak mau kalah ketika melihat penampilan yang dipakai teman-temannnya

 

2
 

dirasa sesuai dengan mode saat ini. Penampilan yang memukau diimbangi
dengan otak yang briliant, membuat nilai lebih pada diri mahasiswa menjadi
eksentris. Mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut serasi dengan gaya
mahasiswa saat ini. Namun, ketika penampilan dinomor satukan, area kampus
menjadi tempat untuk pameran mode sebagai pengganti Mall. Banyak
mahasiswa laki – laki maupun perempuan ke kampus dengan penampilan
layaknya berkunjung ke Mall. Mereka tak menghiraukan segala peraturan yang
ada, walaupun sebenarnya mereka juga tahu dan sadar akan keberadaan mereka
saat itu.
Ardhito (2008), menuturkan bahwa hasil surveinya menyebutkan bahwa
jumlah belanja pulsa mahasiswa mencapai 7% dari total biaya hidup per bulan.
Sedangkan untuk membeli buku, mahasiswa hanya mengeluarkan uang 3% dari
total biaya hidup per bulan dan ternyata pengeluaran untuk membeli pulsa HP
lebih besar dari pada untuk membeli buku. Selain pengeluaran untuk belanja
pulsa dan buku, ada tiga komponen lain yang juga terbilang besar, yakni biaya
makan dan minum 31%, biaya kos 17%, dan transportasi 10%. Hal ini
berdasarkan dari tingkat rata-rata biaya hidup mahasiswa tingkat sarjana tahun
ini Rp 1.278.350 per bulan, sementara untuk pascasarjana Rp 2.182.000 per
bulan (http://www.vhrmedia.com).
Banyaknya penawaran akan kebutuhan mahasiswa dirasa menjadi dasar akan
terciptanya perbedaan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dan kebutuhan
yang tidak harus dipenuhi. Sekarang ini semua serba ada, serba cepat, praktis
dan tak perlu repot, tinggal merogoh kocek saja agar semuanya bisa terpenuhi.
Kebutuhan (need) sebanding dengan keinginan (want) yang dinilai berhasil
membuat para mahasiswa selalu merasa ingin memiliki sesuatu yang berbeda
dalam hal mengkonsumsi. Apalagi area Mall mudah dijangkau karena letaknya
yang strategis dekat dengan kampus dan raja konsumen (mahasiswa) sebagai
penghilang stres karena padatnya kuliah dan sebagai penghibur semata.
Keinginan untuk menjadi artis, baik model rambut, apa yang dilakukan, yang
dikenakan, yang dimakan dan lain sebagainya, keadaan ini, ditambah dan
diperkuat lagi dengan iklan, dan film, yang terus membanjiri media, baik itu
 
 

3
 

media elektronik maupun cetak yang mengikat kita (para pengkonsumsi) setiap
waktu sehingga memaksa akan keinginan untuk bergaya dalam konsumsi.
Menurut Wignyosukarto(2008), rata-rata setiap mahasiswa membelanjakan
uang Rp 1,6 juta / bulan. Jumlah mahasiswa di DIY tahun lalu sekitar 240.000
orang, dengan rincian 140.000 mahasiswa PTS dan 100.000 mahasiswa PTN.
Jika setiap mahasiswa mengelurkan uang Rp 1,6 juta per bulan, berarti
jumlahnya mencapai Rp 384 miliar per bulan, atau Rp 4,6 triliun per tahun.
Ironisnya, untuk biaya pendidikan hanya seperempat bagian saja. Selebihnya
untuk biaya hidup, seperti kos, makan, laundry, buku, dan sebagainya. Di satu
sisi, besarnya pengeluaran mahasiswa ini bisa memberikan kontribusi positif
bagi perekonomian DIY, terutama dalam bisnis makanan, minuman, pondokan,
transportasi, komunikasi, teknologi informasi, rekreasi, bisnis retail, dan
sebagainya. Tapi, di sisi lain, tren peningkatan biaya hidup mahasiswa serta
minimnya

alokasi

dana

untuk

kepentingan

dunia

akademik.

(http://www.detiknews.com).
Berdasarkan fenomena konsumtifisme dan hedonis dari mahasiswa jaman
sekarang ini, dengan demikian perilakunya bisa dibilang sebagai perilaku
Compulsive buying, yang artinya dimana gangguan perilaku yang menyebabkan
seorang individu untuk terus melakukan pembelian tanpa konsekuensi keuangan,
sosial, atau pun psikologis. Compulsive buying disini sering terjadi di
department store dan diskon, toko-toko khusus, dan butik dari mail order,
televisi, dan pedagang online, karena sasaran konsumennya adalah para
mahasiswa.
Pada penelitian Dittmar, (2007) menjelaskan tentang Compulsive buying
mulai muncul ketika orang membeli secara online. Untuk memperluas
penelitiannya, maka dalam penelitiannya mengusulkan tentang adanya model
faktor kerentanan, dimana dukungan dari nilai-nilai materialistis memprediksi
individu yang ingin meningkatkan emosi dan identitas mereka ketika mereka
membeli barang, yang pada gilirannya, hasil prediksi tersebut menyebutkan
adanya kecenderungan menuju compulsive buying. Model ini diuji sehubungan
dengan pembelian online, dengan survei awal (N = 110), menjelaskan bahwa
 
 

4
 

peningkatan kemosional dan identitas (di samping keprihatinan ekonomi dan
efisiensi) sebagai bentuk yang berbeda dari dimensi membeli secara online. Dan
hasil temuan yang di dapat, yakni dari survei utama (N = 126) memberikan
dukungan awal yang baik untuk faktor yang diusulkan, hasilnya menunjukkan
bahwa orang materialistis yang berusaha untuk meningkatkan emosi dan
identitas ketika membeli barang secara online, melaporkan kecenderungan
terkuat menjadi compulsive buying di Internet. Sedangkan implikasi untuk
intervensi yang dibahas ialah karena tidak terkontrolnya membeli barang-barang
yang berlebihan.
Frost (2008), mengemukakan sekitar 80% orang yang memiliki hoarding
compulsive, yang dimaksud adalah seorang yang gila belanja yang mana secara
terus menerus selalu mendapatkan barang baru. Ia juga mengungkapkan bahwa
perilaku ini mempengaruhi sekitar 2 - 5% masyarakat.
Frost juga menuturkan biasanya orang yang suka menimbun barang ini percaya
bahwa ada bagian hidupnya yang akan hilang jika barang-barang tersebut
disingkirkan. Dan juga timbul rasa kehilangan yang besar atau melebihi rasa
cemas dan sedih ketika membuang barang-barang tersebut. Perilaku ini
seringkali terlihat bersamaan dengan ganguan mental lainnya. Karena itu sekitar
25% orang yang suka menimbun barang secara kompulsif ini menderita
gangguan

mental

dan

sekitar

50%

mengalami

depresi

klinis.

(http://www.ligagame.com).
Keranjingan shopping dapat menjadi indikator timbulnya beragam persoalan
mulai dari krisis finansial, konflik keluarga, stres, depresi hingga hilangnya
kepercayaan diri. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan, saat ini banyak
orang terjebak pada perilaku belanja kompulsif dan jumlahnya mungkin
melebihi yang diperkirakan ( http://yuxie.wordpress.com).
Dittmar, (2005) menyatakan tentang hasil penelitiannya yang bertujuan untuk
meningkatkan tentang pemahaman compulsive buying melalui diagnosa dari segi
jenis kelamin, usia, dan dukungan dari nilai-nilai materialistis sebagai kunci
prediktor dalam tiga kuesioner penelitiannya di Inggris, individu dengan sampel
remaja, yang hasilnya lebih kepada kontrol itu sendiri dengan hasil (N ¼ 330),
 
 

5
 

sedangkan sampel dari konsumen panelis perusahaan multinasional (N ¼ 250),
dan sampel remaja dengan kisaran usia mulai 16-18 tahun sebesar (N ¼ 195).
Hasil ini dikonfirmasi bahwa jenis kelamin sebelumnya telah didokumentasikan
sebagai perbedaan, dan hasil tersebut menunjukkan bahwa orang yang usianya
muda, lebih rentan untuk menjadi compulsive buying. Temuan utamanya adalah
bahwa dukungan nilai materialistis muncul sebagai prediktor terkuat. Nilai
materialistis disini disebutkan berasal dari  kepemilikan dan perolehan barangbarang material dalam mencapai tujuan utama kehidupan seperti kebahagiaan,
kepuasan dan kesuksesan yang berorientasi pada nilai yang tumbuh yakni
mengejar harta dan materi untuk mendapatkan citra, status, dan kebahagiaan.
Nilai materialistik pada individu yang compulsive buying, dan bahwa secara
signifikan perbedaan jenis kelamin dan faktor usia yang telah diamati, dikatakan
bahwa semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tak terkontrol, membeli
secara berlebihan barang-barang yang dapat menyebabkan tekanan psikologis
dan efek serius pada kehidupan individu, dan hasil yang disimpulkan sangat
berkorelasi antara perilaku compulsive buying dengan faktor jenis kelamin dan
usia.
Faber juga menunjukkan hasil dari survei klinisnya yang menyatakan bahwa
80%

sampai

95%

dari

orang

dengan

Compulsive

Buying

adalah

perempuan. Perbedaan jenis kelamin yang dilaporkan adalah kebanyakan
perempuan, diakuinya bahwa mereka menikmati berbelanja, sedangkan laki-laki
lebih kepada (collection), mereka hanya sekedar mengumpulkan. Laporan et Al
Quran, menunjukkan bahwa hal ini bisa terjadi dalam survei, persentase yang
hampir sama antara laki-laki dengan perempuan yang memenuhi kriteria untuk
menjadi Compulsive Buying, yakni perbandingannya masing-masing 5,5% untuk
laki-laki dan 6,0% untuk perempuan, (Black, 2007).
Dittmar menyimpulkan bahwa dari hasil surveinya pada populasi umum di
Inggris, di mana 92% dari responden menganggap compulsive buying adalah
perempuan, hal ini dikatakan bahwa perbedaan jenis kelamin merupakan
kenyataan dan bukan merupakan artefak bagi orang yang kurang terwakili dalam
sampel, (Black, 2007).
 
 

6
 

Dikemukakan oleh Cosmopolitan (2009, Agustus), terdapat bermacammacam jenis shopilimia, tergantung alasan berbelanja dan lebih disebut dengan
emotional shopper, antara lain angry shoper, yaitu berbelanja ketika marah. Tipe
premenstrual shopper, yakni gila belanja menjelang menstruasi dan menjadi
uring – uringan bila hasrat membelinya tidak terpenuhi. Tipe comfort shopper,
yaitu yang menyukai belanja di akhir pekan untuk menghibur diri setelah bekerja
keras selama seminggu.
Benson (2010) mengklasifikasikan penyebab ketika seorang individu yang
menjadi compulsive buying. Secara psikologis, compulsive buyers mengalami
masa kecil yang kurang bahagia, merasa ditolak, kurang diperhatikan, adanya
waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik, kurang percaya diri, dan
gencarnya promosi barang dan jasa melalui berbagai media yang saat ini sedang
diminati melalui belanja online, dan tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
ketika dewasa, compulsive buyers ini mulai melepaskan ketegangan yang
dialami ketika masih kecil. Namun, kebanyakan tidak bisa menghentikan
kebiasaan ini,

sehingga prosesnya berulang dan membuat kecanduan yang

dinamakan dengan compulsive buying.
Salah satu indikator dari compulsive buying ialah dikarenakan kurangnya
kontrol perilaku untuk sering menginginkan secara berulang–ulang dalam proses
membeli,

dan

tidak

terkontrolnya

dorongan

untuk

membeli,

lebih

memprioritaskan keinginan (want) dari pada kebutuhan (need) yang diperlukan,
(Magee, 1994).
Dalam penelitian ini, seorang compulsive buyer adalah mereka yang memiliki
dorongan untuk selalu melakukan kegiatan membeli secara berlebihan dan
dilakukan secara berulang-ulang demi melepaskan kejenuhan, serta pelampiasan
rasa cemas yang membebani seorang compulsive buyer.
Dari berbagai alasan yang telah disebutkan, maka peneliti menyimpulkan
bahwa compulsive buying ini terjadi karena kurangnya atau lemahnya kontrol
dalam membelanjakan sesuatu yang bersifat penting maupun tidak. Dalam
penelitian ini, yang dimaksud dengan kontrol diri ialah kemampuan untuk
mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan
 
 

7
 

kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk
mengendalikan perilaku. Kontrol diri disini lebih menekankan bagaimana
subyek (mahasiswa) ini bisa mengkontrol perilaku belanjanya yang berlebihan
agar tidak disebut dengan individu yang compulsive buying.
Berdasarkan hasil uraian diatas, maka peneliti disini mendefinisikan kontrol
perilaku

yang

memiliki

komponen

mengatur

pelaksanaan

(regulated

administration) dan memodifikasi stimulus (stimulus modificability), dimana
kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk
menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Individu dengan
kemampuan mengontrol diri baik akan mampu mengatur perilaku dengan
menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan
menggunakan sumber eksternal. Selanjutnya ialahn kemampuan mengatur
stimulus, yang merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan
suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Dalam hal ini, kontrol perilaku
sebagai dasar dari perilaku compulsive buying yang menyukai kegiatan membeli
secara berlebihan, sehingga kurangnya mengontrol dorongan membeli dan
kurangnya kontrol untuk menginginkan sesuatu yang lebih tinggi, yang
mengakibatkan terjadinya compulsive buying, dan sebaliknya, ketika kontrol
perilaku tersebut dapat diminimalisir maka compulsive buying bisa dikendalikan.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti mengungkapkan alasan untuk
meneliti permasalahan ini, yakni dikarenakan peran mahasiswa yang berubah
menjadi hedonis dan tidak lagi berpikir logis dalam mengambil suatu tindakan
yang rasional, dan kurangnya kontrol diri dalam mengedepankan apa yang
memang sangat dibutuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan.

A. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui
adakah hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan compulsive buying
pada mahasiswa.

 
 

8
 

B. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari hubungan antara perilaku
kontrol diri dengan kecenderungan mahasiswa yang memiliki perilaku
compulsive buying.

C. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan atau
sumbangan pemikiran bagi:
a. Secara teoritis
Untuk memberi wacana dan untuk dijadikan masukan sebagai
pencegahan dan penanganan compulsive buying.
b. Secara praktis
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah agar
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi mahasiswai
Psikologi, mengenai kecenderungan perilaku compulsive buying yang
berkaitan dengan kebutuhan akan kontrol dirinya, sehingga diharapkan
dapat mencegah timbulnya atau mengurangi perilaku compulsive
buying.