Manfaat Penelitian Definisi Operasional

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis adalah: 1. Untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan metode pembelajaran, penalaran dan disposisi matematis. 2. Sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelola lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji, mencari suatu strategi pengembangan, pelatihan secara mendalam tentang penerapan metode pembelajaran untuk penalaran dan disposisi matematis siswa. Sedangkan manfaat praktis dalam penelitian ini antara lain: 1. Sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru tentang metode pembelajaran discovery, sehingga dapat merancang pembelajaran yang lebih baik dengan mengaktifkan siswa menemukan sendiri pengetahuannya. 2. Memberikan gambaran bagi guru tentang efektifitas dan efisiensi metode pembelajan discovery dalam meningkatkan penalaran dan disposisi matematis siswa.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut : 1. Kemampuan penalaran matematika siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan dengan cara berpikir induktif dan deduktif yang dibatasi pada generalisasi induktif, analogi induktif, silogisma hipotetik, dan silogisma dengan kualifikasi. 2. Disposisi matematis siswa productive disposition adalah kecenderungan siswa memandang matematika sebagai sesuatu yang dapat dikuasai, dan dapat bermanfaat serta meyakini bahwa bila ditekuni secara sungguh- sungguh akan menguntungkan dirinya. Disposisi matematis memiliki indikator rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, minat, rasa ingin tahu, kegigihan dalam menghadapi masalah dan memecahkan masalah, fleksibilitas dan berusaha mencari alternatif dalam memecahkan masalah, menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan dan tekun mengerjakan tugas matematika. 3. Pembelajaran matematika dengan pendekatan discovery adalah bentuk pembelajaran dimana konsep, teorema, rumus, aturan dan sejenisnya ditemukan kembali oleh siswa, dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator, pengarah dan pembimbing. Pendekatan discovery merupakan pendekatan yang progresif yang menitik beratkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. 4. Pembelajaran matematika biasa adalah pembelajaran dengan proses guru menjelaskan materi, memberi contoh soal, kemudian siswa mengerjakan soal latihan dan tugas. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil temuan yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan faktor pembelajaran,kemampuan matematika, kemampuan penalaran matematika , disposisi matematis siswa , keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah : 1. Peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pendekatan biasa konvensional ditinjau dari keseluruhan siswa. 2. Peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa pada jenjang akreditasi amat baik yang memperoleh pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional biasa. 3. Peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa pada jenjang akreditasi baik yang memperoleh pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional biasa. 4. Peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa pada jenjang akreditasi cukup yang memperoleh pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional biasa. 5. Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor akreditasi sekolah terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa. 6. Peningkatan disposisi matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran biasa ditinjau dari keseluruhan siswa. 7. Peningkatan disposisi matematis siswa pada jenjang akreditasi amat baik yang memperoleh pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran biasa. 8. Peningkatan disposisi matematis siswa pada jenjang akreditasi baik yang memperoleh pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran biasa. 9. Peningkatan disposisi matematis siswa pada jenjang akreditasi cukup yang memperoleh pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran biasa. 10. Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dan faktor akreditasi sekolah terhadap peningkatan disposisi matematis siswa. 11. Pola jawaban siswa yang memperoleh pembelajaran berdasarkan pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. B. IMPLIKASI Penemuan dalam penelitian menunjukkan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan melalui pendekatan pembelajaran secara konvensional biasa. Hal ini berimplikasi pada pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru matematika. Guru matematika di sekolah menengah atas harus mempunyai cukup pengetahuan teoretis maupun keterampilan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang mampu mengubah siswa lebih aktif, mengkontruksi pengetahuan sendiri, memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih leluasa menjawab permasalahan dengan caranya sendiri, mempunyai pengalaman secara matematis dan mampu melatih komunikasi matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat mengubah siswa ke arah yang lebih positif tersebut adalah pendekatan pembelajaran discovery. Perubahan itu sendiri akan mampu melatih kemampuan penalaran matematika siswa sejak dini. Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan pendekatan pembelajaran discovery akan membuat siswa lebih kritis, berani mengeluarkan ide dan menghargai pendapat orang lain. Diskusi kelompok yang merupakan bagian dari proses pembelajaran discovery akan membuat siswa dapat berkomunikasi matematika secara lisan pada mengawali penyelesaian masalah dan tulisan disaat mereka menemukan kesepahaman. Selain dari itu dengan diskusi kelompok siswa akan saling berkompetisi untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya, sehingga suasana kelas akan terlihat lebih dinamis dan siswa merasa senang dalam belajar sehingga dapat menumbuh kembangkan disposisi matematis siswa. C. SARAN - SARAN Bedasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal berikut : 1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran discovery dapat dimanfaatkan guru untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang sedang dipelajari agar dapat dilakukan tindakan pengayaan. 2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran discovery sangat potensial diterapkan dalam pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan matematika pada tingkat pendidikan atas. 3. Guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan- gagasan dalam penyelesaian masalah dengan cara mereka sendiri sehingga dalam belajar matematika mereka lebih berani berargumentasi, lebih percaya diri, kreatif dan mampu menumbuhkan disposisi matematis siswa terhadap matematika. Guru dapat belajar dari beragam representase yang diberikan siswa dalam membangun dan mengembangkan pengetahuannya. 4. Pendekatan pembelajaran masih belum dikenal guru dan siswa secara menyeluruh, oleh karena itu perlu disosialisasikan oleh lembaga terkait seperti Dinas Pendidikan Kabupaten atau Propinsi dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penalaran dan disposisi matematis yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa. 5. Bagi segala pihak sebagai pemerhati pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif pada khasanah dunia pendidikan, serta memberikan manfaat sebagai salah satu referensi dalam usaha peningkatan kualitas hasil belajar siswa. 6. Bagi segala pihak yang menjadi peneliti, disarankan untuk dapat mengembangkan lebih lanjut penelitian ini melalui penelitian yang relevan misalnya kemampuan koneksi matematika siswa dengan pendekatan discovery. 7. Populasi pada penelitian ini terbatas pada siswa tingkat sekolah menengah atas, untuk itu perlu dilakukan penelitian pada jenjang sekolah dasar dan menengah pertama untuk melihat pengaruh pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah. 2000. Suatu Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Analogi Matematika. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Castronova,J.2005. Discovery Learning for the 21 Century; What is it and how does it compare to traditional learning in effviewsectiviness in the 21 Century.[online].Tersedia: http:www.chiron.valdosta.eduarelitreviewsvol 11 No 1castronova litrpdf.[10 Pebruari 2006]. Copi, I.M. 1978. Introduction to Logic. New York: Macmillan. Dahar, R.W.1996. Teori – Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Depdiknas - Pusat Kurikulum - Balitbang 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Tersedia: http:www.bsnp- indonesia.orgstandards-proses.php. Giere, R.N. 1984. Understanding Scientific Reasoning 2nd Edition. New York:Holt, Rinehart and Winston. Hancock, C.L. 1995. Enhanching Mathematics Learning With Open-ended Question. The Mathematics Teacher. Vol. 88, 6 September 1995. Hasanah,A.2004.Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Berbasis Masalah yang Menekankan pada Representasi Matematika. Tesis. UPI Bandung. Hudoyo, H. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivis. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Mengahadapi Era Globalisasi. Malang: Tidak Diterbitkan. Mukhayat, T.2004. Mengembangkan Metode Belajar yang Baik pada Anak. Yogyakarta: FMIPA. UGM. Mulyana, Endang.2009. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa SMA Program IPA. Disertasi UPI. Bandung.Tidak Diterbitkan. National Council of Teacher Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA:NCTM. Poerwadarminta,W.J.S.1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Rif’at, M. 2001. Pengaruh Pola-Pola Pembelajaran Visual dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah-Masalah Matematika Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika di Kalimantan Barat. Disertasi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA Cetakan Kedua. Bandung:Tarsito. Ruseffendi, E.T. 2001. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press. Ruseffendi,E.T. 1984. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru. Bandung: Tarsito. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta. : Kencana Prenada Groupe. Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Doktor pada PPS UPI.: Tidak Diterbitkan. Sastrosudirjo, Samekto S 1988. Hubungan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Belajar untuk Siswa SMP. Jurnal Pendidikan. No. 1 tahun ke 18. IKIP Yogyakarta. Shadiq,Fadjar Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting ?fadjar_p3gyahoo.com www.fadjarp3g.wordpress.comdiakses tanggal 23 Februari 2009. Slavin, R.E. 1997. Research on Co-operative Learning and Achievement. What we Know, What we Need Know. Contemporary Educational Psychology Volume 21. 43 - 69. Soekardijo, J.S. 1988. Logika Dasar, Tradisionil, Simbolik dan Induktif. Jakarta:Gramedia. Subandriyo. 2006. Studi Tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sikap Percaya Diri Siswa. Tesis: Tidak diterbitkan Sularmi, 2006 .”Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry- Discovery DanKonvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa .Tesis. UPI Bandung.Tidak Diterbitkan Sumarmo, U. 1987. Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi. Bandung: PPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan. Sumarmo, U. 2005. Pengembangan Berpikir Matematik tingkat SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata 1 melalui Beberapa Pendekatan Pembelajaran. Laporan Penelitian. LEMLIT UPI. Tidak Dipublikasikan. Sumarno ,U. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik.[online] Suriadi, 2006. Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery yang Menekankan Aspek Analogi untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis. Bandung: PPS UPI.: Tidak Diterbitkan Suryadi, D. 2005. Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung sertPendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi . Bandung. PPS UPI.: Tidak Diterbitkan Suryosubroto,B.2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta Syaban, M. 2008. Menumbuhkan daya dan disposisi siswa SMA melalui pembelajaran investigasi. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi. Syofni. 1989. Hubungan Kemampuan Penalaran dalam Matematika dan Prestasi Siswa Kelas 1 SMA Negeri Kodya Surabaya. Tesis PPS IKIP Malang: Tidak Diterbitkan. Wahyudin. 1999. Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa dalam Pelajaran Matematika. Disertasi. PPS UPI: Tidak Dipublikasikan. Wardani, S. 2009 Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan disposisi matematik siswa SMA melalui pembelajaran dengan pendekatan model Sylver. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublika