PENUTUP TINJAUAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU PENCURIAN BENDA SAKRAL TERKAIT DENGAN HUKUM ADAT DI MELAYA, KABUPATEN JEMBRANA - BALI.

55

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dalam Bab II dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penjatuhan sanksi adat dan sanksi pidana terhadap pencurian benda
sakral di Bali tidak dapat dilakukan secara bersamaan. Pelaku pencuri
benda sakral akan diproses terlebih dahulu secara adat yang berupa
pemberian sanksi adat, apabila pelaku tidak sanggup untuk memenuhi
sanksi adat yang diberikan atau masyarakat adat tidak puas dengan
sanksi adat yang diberikan, maka pelaku akan diproses secara hukum
yang berupa pemberian sanksi pidana. Pada umumnya, setiap orang
yang melakukan tindak pidana akan diberikan sanksi pidana tetapi ada
beberapa hal yang menyebabkan seseorang tidak dapat dituntut untuk
kedua kalinya dengan perkara yang sama sesuai yang dinyatakan
dalam Pasal 76 KUHP, karena nantinya akan dianggap merugikan hak
dari si pelaku. Hak-hak tersebut tercantum dalam Pasal 29 ayat (1) dan
(2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia antara lain hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan hak milik, serta hak atas pengakuan di
depan hukum.

56

2. Kendala atau hambatan yang dihadapi hakim dalam menjatuhkan
sanksi pidana tanpa memperhatikan adat dalam pencurian benda sakral
yaitu
a. Penerapan sanksi adat di Pengadilan melalui putusan pemidanaan
tidak dapat dilakukan begitu saja, karena hukum adat berbeda di
setiap daerah, sehingga hakim khawatir putusan menjadi tidak
memberikan kepastian hukum.
b. Masyarakat tidak puas apabila pelaku hanya dijatuhi sanksi pidana,
sedangkan sanksi adat tidak dijatuhkan, karena pelaku tersebut
sudah membuat pura itu menjadi tercemar kesuciannya.

B. Saran
Dengan memperhatikan keseluruhan rangkaian Tinjauan Pemidanaan
terhadap pelaku tindak pidana pencurian benda sakral pada uraian di atas,
maka penulis mempunyai saran-saran, sebagai berikut:

1. Sebaiknya hakim dalam memberikan putusan terkait dengan adat harus
lebih memperhatikan atau mempertimbangkan hukum adat yang ada
dalam masyarakat adat tersebut agar terjadi keadilan dan kepastian
dalam masyarakat adat.
2. Bagi masyarakat adat agar meningkatkan pengamanan terhadap bendabenda sakral sehingga ke depannya pencurian terhadap benda sakral
dapat ditekan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Djaren Saragih, 1984. Pengantar Hukum Adat Indonesia, Tarsito, Bandung.
Djojodigoeno, 1950. Menyandera Hukum Adat, Yayasan Fonds UGM, Yogyakarta.
Erdianto Effendi, 2011. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, PT REFIKA ADITAMA,
Bandung.
Herowati Poesoko., Khoidin M., dan Dominikus Rato, 2014. Eksistensi Pengadilan Adat Dalam
Sistem Peradilan Di Indonesia, LaksBang Justitia, Surabaya.
I Ketut Artadi, 2003. Hukum Adat Bali Dengan Aneka Masalahnya, Pustaka Bali Post, Denpasar.
Iman Sudiyat, 1981. Asas-Asas Hukum Adat Bekal Pengantar, Liberty, Yogyakarta.
Lamintang P.A.F., 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Moeljatno, 2009. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.
Muhammad Ekaputra dan Abdul Kahir, 2010. Sistem Pidana di Dalam KUHP dan

Pengaturannya Menurut Konsep KUHP Baru, Usu Press, Medan.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2005. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung.
Soerjono Soekanto, 1982. Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah Sosial,
Alumni, Bandung.
Soesilo R., 1981. KUHP dan Penjelasannya, Politeia, Bogor.
Titik Triwulan Tutik, 2006. Pengantar Ilmu Hukum, PT Prestasi Pustakaraya, Jakarta,
Van Vollenhoven, 1981. Penemuan Hukum Adat (De Ontdekking van Het Adatrech) terjemahan
Koninklijk Instituut voor Tall, Lan-en Volkenkunde bekerjasama dengan LIPI,
Djambatan, Jakarta.
Website:
Anonim, Hukum Adat Bali. Diakses dari http://koncohukum.blogspot.com/2013/01/hukum-adatbali.html, 5 Maret 2015.
Anonim,

Pengertian
Hukum
Pidana
Menurut
Para
Ahli.
Diakses

dari
http://dilihatya.com/1224/pengertian-hukum-pidana-menurut-para-ahli, 25 Mei 2015.

Anonim, UTS. Diakses dari https://queendifara.wordpress.com/sih/hukum-adat/uts/, 29 Januari
2015.
Anonim, Dengan niat pasti ada jalan. Diakses dari
https://www.facebook.com/DenganNiatPastiAdaJalan/posts/526641124026414, 31 Mei
2015.

Nurdinah Muhamad, Memahami Konsep Sakral dan Profan Dalam Agama-Agama. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=265968&val=7080&title=MEMA
HAMI%20KONSEP%20SAKRAL%20DAN%20PROFAN%20DALAM%20AGAMAAGAMA, 20 April 2015.
Paduarsana, Pratima Dalam Hindu. Diakses dari http://paduarsana.com/2013/01/30/pratimadalam-hindu/, 5 Maret 2015.
Syafriman ZA, Pengertian Pemidanaan. Diakses dari http://ilmuhukumusk.blogspot.com/2013
/06/pengertian-pemidanaan.html, 20 Mei 2015.
Tesis/Disertasi:
Nyoman Roy Mahendra Putra, 2009. Penyelesaian Pelanggaran Adat Di Kecamatan Busungbiu
Kabupaten Buleleng Menurut Hukum Adat Bali, Tesis, Program Magister Kenotariatan
Universitas Diponegoro Semarang.
I Gusti Ketut Ariawan, 1992. Eksistensi Delik Hukum Adat Bali Dalam Rangka Pembentukan

Hukum Pidana Nasional, Tesis, Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Indonesia Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Lembaran Negara RI Tahun 1999, Nomor 165. Sekretaris Negara. Jakarta.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.