Gbr 2. Pasien pada saat kontrol ke 2
Pada kontrol 3 hari kemudian, terlihat lesi sudah menghilang seluruhnya dan tidak ditemukan lagi adanya kelainan pada labium mayora dan minora Gbr 3.
Gbr 3. Pasien pada saat kontrol ke 3
III. DISKUSI
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan histopatologi. Berdasarkan anamnesis, diketahui seorang wanita berumur 39
tahun datang dengan keluhan berupa benjolan seperti daging pada daerah kemaluan sejak 2 minggu terakhir. Benjolan awalnya sedikit lama-kelamaan semakin meluas dan bertambah
besar. Tidak terdapat rasa nyeri dan gatal. Riwayat keputihan tidak dijumpai. Sesuai kepustakaan disebutkan bahwa kondiloma akuminata berkembang dalam beberapa minggu
sampai bulan yang awalnya kecil dan lama-kelamaan akan meluas hingga menjadi persisten.
3
Dari riwayat diketahui riwayat kontak seksual dijumpai hanya dengan suami namun suami tidak memiliki keluhan yang sama. Diketahui bahwa kondiloma akuminata ditularkan melalui
kontak seksual baik secara genitogenital, orogenital maupun anogenital.
5
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan venereologi ditemukan vegetasi papul verukosa yang multipel dan berkelompok dengan konsitensi lunak pada daerah labium mayora dan minora sinistra dekstra
dan dengan warna seperti daging. Manifestasi klinis kondiloma akuminata papul atau nodul dengan permukaan kasar yang tunggal atau berkelompok dengan ukuran 1-3 mm, tumbuh
pada genitalia, yang dapat disertai dengan gatal, terbakar, nyeri atau berdarah.
2
Sesuai dengan kepustakaan disebutkan bahwa lesi kondiloma akuminata pada wanita paling sering dijumpai
pada labium mayora, labium minora, introitus vagina, vulva, perineum dan perianal.
2
Pada patofisiologinya VPH akan menginfeksi sel epital dari lapisan basal epidermis. Virus ini
berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikroabrasi mukosal. Fase laten virus tanpa gejala dan tanda dapat bertahan dari beberapa bulan sampai tahun. Setelah masa laten,
produksi DNA virus, kapsid dan partikel akan dimulai sehingga menimbulkan pertumbuhan papiloma pada kulit dan membran mukosa manusia.
Pada pemeriksaan laboratorium urin rutin, darah rutin dan serologis didapati hasil dalam batas normal. Dikatakan bahwa, pemeriksaan serologis pada penderita infeksi menular
seksual adalah wajib dilakukan, dikarenakan bahwa seringnya infeksi menular seksual sering terjadi bersamaan dengan infeksi menular lainnya.
1,2
1
Pasien didiagnosis banding dengan kondiloma lata dan karsinoma sel skuamosa. Kondiloma lata merupakan gambaran khas dari sifilis sekunder namun mempunyai perbedaan
yang khas dari kondiloma akuminata dari gambaran klinisnya yaitu warna pada kondiloma lata adalah biru keabu-abuan, permukaan rata dan distribusi biasanya simetris.
6
Pada karsinoma sel skuamosa, vegetasi berbentuk seperti kembang kol, mudah berdarah, dan
berbau. Pada karsinoma sel skuamosa ruam akan dapat meluas dan mengalami ulserasi pada jaringan sekitarnya mengikuti jalur limfatik.
Pemilihan penatalaksanaan adalah destruksi secara fisik dari sel yang terinfeksi.
4 3
Dapat berupa krioterapi, elektrodesikasi, kuretase, eksisi bedah atau agen sitotoksik berupa
podofilox, asam trikloroasetat dan podofilin resin. Pada pasien ini diberikan podofilin 10 secara topikal, sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan pada daerah dengan permukaan
basah dan daerah intertriginosa pilihan terbaik adalah secara topikal. Pada kasus ini, hasil terapi yang didapat setelah menggunakan podofilin 10 dan
diaplikasikan 2 kali adalah baik dengan menghilangnya lesi kondiloma akuminata. Podofilin adalah agen destruksi lokal yang mudah digunakan dan memberikan komplikasi relatif sedikit
dan pada penyembuhannya tidak menimbulkan jaringan parut.
7
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghadishah D, Brenner BE. Condyloma Acuminata. Available from :
http:emedicine.medscape.comarticle781735-overview . Last updated: 1542011
2. Koutsky LA, Winer RL. Genital Human Papillomavirus Infection. In: Holmes KK, et
al, eds. Sexually Transmitted Disease 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 489- 508
3. Androphy EJ, Lowy DR. Warts. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7
th
4. Zubier F. Kondiloma Akuminata. In: Daili FS, Makes BIW, Zubier F, Junadarso J,
eds. Infeksi Menular Seksual 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005. p. 126-131 ed. New
York: McGraw-Hill; 2008. p. 1914-1922
5. Murtiastutik D. Penyakit dengan Gejala Afeksio Genetalis. In: Barakbah J, Lumintang
H, Martidiharjo S, eds. Infeksi Menular Seksual 1st ed. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. p. 165-180
6. Vora MP. Condyloma Acuminata. Available from:
http:www.space-age.comstdveneralwarts.html .
7. Genital Warts. CDC 2010 STD Treatment Guidelines. Available from:
http:www.cdc.govstdtreatment2010genital-warts.htm . Last update: 2812011
Universitas Sumatera Utara