EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI TINGKAT TERSIER DAERAH IRIGASI SEKAMPUNG BATANGHARI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAIRAN KOTA METRO

  

ABSTRACT

EVALUATION OF IRRIGATION PERFORMANCE AT

TERTIARY LEVELS OF SEKAMPUNG BATANGHARI

IRRIGATION AREAS IN THE IRRIGATION

  

By

NUR ZUN VIQHY

  This study aimed to determine the effectiveness of irrigation network performance (effectiveness and efficiency) at tertiary level of Sekampung Batanghari Irrigation Areas in the irrigation implementation unit of Metro City. The study was conducted at tertiary level irrigation in Sekampung Batanghari irrigation areas on KBH 5 Ki 2 (upstream), KBH 6 Ki (middle), and KBH 7A Ki (downstream). The instrument that used in this research were current meter, stopwatch, Sekampung Batanghari Irrigation Areas map, and secondary of data. The study was conducted using secondary data collection methods and measurement directly on the field. The result showed that (1) the performance of irrigation in UPT Metro City irrigation were less effective, because the value of KS = 58,27-95,36 m/ha and KB = 0,16-0,26 unit/ha although the average of value were match in standard of KS = 50-100 m/ha dan KB = 0,11-0,40 unit/ha, but posses too excessive of difficulties irrigation fabric value from standard of β = 2,21-2,50 ruas/bak bagi and θ = 500-1000 m/bak bagi, with the average value were 2,53 ruas/bak bagi dan 1146,08 m/bak bagi, (2) the efficiency of water delivery at tertiary level irrigation in Metro City that classified as optimal, there is 81,23 % (still under the preliminary draft, there is 85 %).

  Effectiveness of performance, Irrigation network, Metro City, Sekampung

  

ABSTRAK

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI TINGKAT

TERSIER DAERAH IRIGASI SEKAMPUNG BATANGHARI

UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAIRAN KOTA METRO

Oleh

NUR ZUN VIQHY

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi (efektifitas dan efisiensi) tingkat tersier Daerah Irigasi Sekampung Batanghari di UPT Pengairan Kota Metro. Penelitian ini dilaksanakan di jaringan irigasi tingkat tersier Daerah Irigasi Sekampung Batanghari pada KBH 5 Ki 2 (hulu), KBH 6 Ki (tengah), dan KBH 7A Ki (hilir). Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah

  current meter, stopwatch, peta Jaringan Irigasi Sekampung Batanghari, dan data

  sekunder. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data sekunder dan pengukuran serta pengamatan langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kinerja jaringan irigasi tersier UPT Pengairan Kota Metro cukup efektif, karena meskipun memiliki nilai rata- rata KS = 58,27-95,36 m/ha dan KB = 0,16-0,26 unit/ha yang sesuai nilai standar KS = 50-100 m/ha dan KB = 0,11-0,40 unit/ha, namun memiliki nilai kerumitan jaringan irigasi yang sedikit berlebih dari standar nilai β = 2,21-2,50 ruas/bak bagi dan θ = 500-1000 m/bak bagi yakni dengan nilai rata-rata 2,53 ruas/bak bagi dan 1146,08 m/bak bagi, (2) efisiensi penyaluran air pada jaringan tersier UPT Pengairan Kota Metro sudah baik, sebesar 81,23% (ini masih dibawah rancangan awal saluran, yakni sebesar 85%).

  Efektifitas Kinerja, Jaringan Irigasi, Kota Metro, Sekampung Batanghari

  Kata kunci :

  EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI TINGKAT TERSIER DAERAH IRIGASI SEKAMPUNG BATANGHARI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAIRAN KOTA METRO Oleh Nur Zun Viqhy Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI TINGKAT TERSIER DAERAH IRIGASI SEKAMPUNG BATANGHARI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAIRAN KOTA METRO

  (Skripsi)

  Oleh

  Nur Zun Viqhy

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012

DAFTAR ISI

  Halaman

DAFTAR ISI

  v

  DAFTAR TABEL

  vii

DAFTAR LAMPIRAN

  viii I.

  1 PENDAHULUAN

  1.1

  1 Latar Belakang

  1.2

  3 Tujuan Penelitian

  1.3

  3 Kerangka Pemikiran

  1.4

  4 Hipotesis II.

  5 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1

  5 Pengelolaan Air

  2.2

  6 Jaringan Irigasi

  2.3

  10 Kinerja Jaringan Irigasi III.

  15 METODE PENELITIAN

  3.1

  15 Waktu dan Tempat Penelitian

  3.2

  16 Alat dan Bahan

  3.3

  16 Metode Penelitian

  3.4

  16 Pengolahan Data IV.

  19 HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.1

  19 Kondisi Lingkungan

  4.1.1

  19 Kebutuhan Air

4.1.2 Pola Tanam

  20

  4.1.3

  20 Lokasi Penelitian

  4.2

  21 Efisiensi Penyaluran Air

  4.3

  22 Kerapatan Saluran dan Bangunan

  4.4

  23 Kerumitan Jaringan Irigasi

  25 V.

SIMPULAN DAN SARAN

  5.1

  25 Simpulan

  5.2

  25 Saran

DAFTAR PUSTAKA

  26

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Air

  Pengelolaan air pada sistem irigasi adalah kunci keberhasilan pembangunan irigasi itu sendiri. Keadaan lingkungan air yang dipengaruhi evapotranspirasi yang harus dipenuhi oleh sistem irigasi demi menjamin tingkat produksi yang diharapkan merupakan determinan penting dari pengelolaan air pada sistem irigasi itu sendiri (Pasandaran dan Taylor, 1984). Pengelolaan operasional air irigasi meliputi banyak aspek yang mendukung antara lain : penyediaan air irigasi, jaringan irigasi, perhitungan debit air, pembagian air irigasi, dan pemeliharaan jaringan irigasi.

  Pengelolaan jaringan irigasi yang lebih efisien dapat dilakukan dengan mengurangi kebocoran, rembesan, pengaturan alokasi dan distribusi air dalam unit-unit irigasi. Kehilangan air (water loss) pada jaringan irigasi harus ditekan sekecil mungkin. Pengelolaan air irigasi merupakan tanggung jawab semua pihak, baik pengelola maupun pengguna air irigasi itu sendiri yakni para petani. Oleh karena itu, sudah sejak lama secara mandiri petani telah menumbuhkan lembaga- lembaga yang mewadahi kemampuan dan aspirasi petani mengenai pemanfaatan air secara efisien, baik secara informal maupun formal (Pasandaran, 1991).

  Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan kegiatan yang berkait dan berkelanjutan. Operasi dan pemeliharaan irigasi bertujuan untuk mencapai hasil produksi semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan sumber air yang ada serta mempertahankan kelestarian semua sarana dan prasarana pengairan agar dapat berfungsi dengan baik. Dengan pemeliharaan sarana irigasi yang baik, kondisi seluruh sarana akan terjaga sehingga dapat dioperasikan dengan baik dan dapat mencapai tujuan dari pengelolaan air irigasi itu sendiri yakni efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan dapat dilihat dari kerusakan jaringan irigasi karena kurang perawatan dan kesalahan pengoperasian. Sedangkan kemudahan operasi dan pemeliharaan saluran dapat diukur dari lamanya waktu yang diperlukan untuk mengoperasikan alat yang bersangkutan (UPT Pengairan Kota Metro, 2009).

2.2 Jaringan Irigasi

  Jaringan irigasi adalah satu kesatuan bangunan (kontruksi) yang merupakan saluran induk (primer), sekunder, tersier, kwarter dengan bangunan pelengkapnya yang diperlukan untuk penyediaan, pemberian, pembagian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Sistem pengelolaan air pada suatu jaringan irigasi tergantung pada kondisi tanah, iklim, dan pertanian di samping faktor sosial budaya daerah setempat. Sehingga sistem pengelolaan air di suatu tempat belum tentu sama dengan tempat lainnya (UPT Pengairan Kota Metro, 2009). Jaringan irigasi dibangun untuk memenuhi fungsi-fungsi tertentu dalam proses pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman di areal persawahan. Jaringan irigasi agar petak-petak pertanaman tersebut memperoleh air pengairan yang cukup bagi pertumbuhan tanamannya serta memperbaiki kondisi tanahnya. Menurut Wardhana dan Sukirno dalam Haryanto dalam Puspasari (2003) jaringan irigasi memiliki 4 fungsi pokok yaitu :

  1. Jaringan sebagai sarana penyadap, yaitu mengambil atau mengalirkan air dari sumbernya (diversion or intake structure)

  2. Jaringan sebagai sarana pengaliran (conveyance structure).

  3. Jaringan sebagai sarana distribusi (distribution structure) 4.

  Jaringan sebagai sarana pengelolaan air secara keseluruhan. Jaringan irigasi utama meliputi bangunan bendung, saluran-saluran primer dan sekunder termasuk bangunan-bangunan utama dan pelengkap, saluran pembawa dan saluran pembuang. Bangunan utama merupakan bangunan yang mutlak diperlukan bagi eksploitasi meliputi bangunan pembendung, bangunan pembagi dan bangunan pengukur. Bangunan bendung berfungsi agar permukaan air naik dengan demikian memungkinkan untuk disalurkan melalui pintu pemasukan ke saluran pembawa. Bangunan-bangunan pembagi berfungsi agar air pengairan dapat didistribusikan di sepanjang saluran pembawa (saluran primer) ke lahan- lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran tersier. Adapun bangunan ukur berfungsi mengukur debit air yang masuk ke saluran pembawa (primer) sehingga distribusi air pengairan ke lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan tersier dapat terkontrol dengan baik sesuai dengan pola distribusi air pengairan yang telah dirancang (Sukirno dalam Puspasari, 2003) Jaringan irigasi tersier merupakan jaringan air pengairan di petak tersier yang terdiri dari saluran tersier dan kwarter termasuk bangunan pembagi tersier dan kwarter serta bangunan pelengkap lainnya yang terdapat di petak tersier. Berdasarkan kelengkapannya jaringan irigasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : 1.

  Jaringan irigasi teknis, adalah jaringan irigasi yang bangunan-bangunannya sudah dilengkapi dengan alat ukur dan alat pengatur pemberian pemberian air sehingga air irigasi dapat diukur dan diatur dengan baik.

  2. Jaringan irigasi semi teknis, adalah jaringan irigasi yang bangunannya dilengkapi dengan pengatur pemberian air sehingga pemberian air irigasi dapat diatur namun belum dapat diukur dengan baik.

  3. Jaringan irigasi sederhana, yaitu jaringan irigasi yang bangunannya tidak dilengkapi dengan alat pengukur maupun alat pengatur.

  Rancangan penataan jaringan irigasi yang baik akan menghasilkan pemberian air yang efektif karena dengan perancangan dan penataan yang baik itu akan mampu menampung aliran air yang tersedia secara maksimum melalui sarana-sarananya yang akan sampai ke petak-petak pertanaman. Vaughn dkk. (1986), mengelompokkan bangunan-bangunan irigasi berdasarkan fungsinya sebagai berikut :

  1. Bangunan yang berfungsi sebagai sarana penyadap air, seperti bendungan dan pintu sadap.

  2. Bangunan pembawa, seperti gorong-gorong, dan siphon.

  3. Bangunan pembagi, yaitu boks bagi.

  4. Bangunan pengatur muka air dan pengendali kecepatan aliran, seperti terjunan dan pintu pengatur muka air.

  5. Bangunan yang berfungsi sebagai alat ukur, seperti pintu romijn, dan pintu sorong.

  Bendungan merupakan bangunan air yang dibangun secara melintang sungai yang bertujuan agar permukaan air sungai disekitarnya dapat naik sampai ketinggian tertentu. Dengan demikian air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi air. Sedangkan pintu sadap adalah bangunan yang dibuat di saluran induk dan sekunder untuk menyadap air ke saluran tersier sesuai dengan kebutuhan air untuk satu petak tersier.

  Bangunan pembawa adalah bangunan yang berfungsi mengalirkan air ke petak- petak persawahan. Siphon dan gorong-gorong merupakan bangunan pelintas air pengairan yang dibuat melintasi hambatan, seperti jalan raya, sungai, dan sebagainya. Perbedaan antara siphon dan gorong-gorong terletak pada hambatannya. Siphon memiliki permukaan hambatan dan permukaan air pada saluran relatif sama sedangkan gorong-gorong memiliki letak hambatan yang lebih tinggi dari saluran pengairannya. Bangunan pembagi berfungsi membagi aliran antara 2 saluran atau lebih. Bangunan bagi selalu dilengkapi dengan pintu yang dapat dinaikkan dan diturunkan dengan bantuan perangkat yang merupakan alat pelengkapnya sehingga distribusi air pengairan dapat diukur dan diatur dengan sebaik-baiknya.

  Bangunan pengatur muka air berfungsi untuk memperkirakan besarnya debit air yang mengalir, sedangkan terjunan dibuat untuk menurunkan ketinggian saluran yang dirancang sesuai dengan topografinya sehingga air pengairan yang terjun pada saluran yang berada dibawahnya tidak menimbulkan tumbukan-tumbukan pada dasar ataupun dinding saluran. Bangunan yang berfungsi sebagai alat ukur seperti pintu romijn berfungsi untuk mengatur air dan debit air yang lewat, yaitu dengan cara mengatur tinggi rendahnya ambangnya, sedangkan pintu sorong berfungsi sebagai pengukur debit air saja, artinya pengaturan besarnya aliran air harus dilakukan untuk pintu yang biasanya berbentuk sorong. Akan tetapi, tidak semua sistem irigasi memiliki semua bangunan tersebut diatas, tergantung pada besar kecilnya sistem irigasi yang dibuat. Selain itu, jenis bangunan-bangunan irigasi dapat dikelompokkan berdasarkan sifatnya, yaitu bangunan sementara dan bangunan permanen. Bangunan permanen adalah bangunan yang tetap ada di tempatnya selama satu musim atau lebih, sedangkan bangunan sementara menunjuk pada bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, atau bangunan yang dibuat hanya untuk satu musim saja (Vaughn dkk., 1986).

2.3 Kinerja Jaringan Irigasi

  Sistem irigasi lahan pertanian dibangun dan dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan irigasi itu sendiri pada setiap lahan pertanian dan melakukan pengontrolan terhadap perkolasi, run off, penguapan (evaporasi) dan kehilangan selama kegiatan operasional. Kinerja suatu sistem atau jaringan irigasi ditentukan oleh efisiensi penyaluran air, keseragaman, dan kecukupan air pada lahan pertanian (James, 1988).

  1. Efisiensi Penyaluran Air Menurut Schwab dkk. (1971), kebutuhan air irigasi tidak hanya tergantung pada besarnya evapotranspirasi akan tetapi juga tergantung pada efisiensi penyaluran airnya, besarnya presipitasi, dan penambahan air perkolasi atau pergerakan kapiler air tanah. Efisiensi penyaluran air merupakan suatu upaya pemakaian yang benar- benar sesuai bagi keperluan budidaya tanaman dengan jumlah debit air yang tersedia atau dialirkan sampai di lahan-lahan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjamin dengan baik dengan mencukupkan air pengairan yang tersedia itu. Secara umum bentuk persamaan efisiensi pengaliran atau penyaluran air dinyatakan dengan :

  (2.1) Keterangan : Ec = Efisiensi penyaluran atau pengaliran air (%) Vci = Jumlah air yang disadap dari sumber air Vco = Jumlah air yang sampai di pintu sadap tersier/kuarter Jaringan irigasi memiliki keadaan fisik bangunan serta keadaan lahan yang beraneka ragam, sehingga sangat sulit untuk menyatakan kehilangan air atau efisiensi penyaluran secara serentak. Jadi pengukuran dapat dilakukan dengan metode inflow-outflow yaitu :

  (2.2) Keterangan : Ec = Efisiensi penyaluran air (%) Q

  1 = Besarnya debit di bagian hulu saluran

  Q = Besarnya debit di bagian hilir saluran

2 Efisiensi setiap komponen sistem hendaknya diuji untuk mengevaluasi kinerja

  sistem irigasi lahan pertanian. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang mempunyai kinerja tidak baik (James, 1988).

  2. Keseragaman Dan Kecukupan Air Keseragaman menjelaskan sistem pemakaian dan pendistribusian air ke lahan pertanian, sedangkan kecukupan air adalah persentase air yang cukup diterima oleh lahan pertanian untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas produksi tanaman yang menguntungkan. Kecukupan air juga didefinisikan sebagai persentase dari lahan pertanian dalam menerima sejumlah air yang diinginkan atau lebih (James, 1988).

  Menurut Pusposutardjo dalam Puspasari (2003), pelaksananaan penilaian keseragaman irigasi di seluruh lahan masih sulit untuk dilakukan, karena :

  1. Belum ada kesepakatan tentang tolak ukur keseragaman dan cara pengukurannya.

  2. Lahan dengan berbagai macam tanaman yang berbeda menyulitkan penentuan kebutuhan airnya.

  3. Batasan pengertian antara keseragaman pendistribusian air dengan kesamaan pembagian volume air yang belum jelas.

  3. Karakteristik Fisik Jaringan Irigasi Kinerja jaringan irigasi dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik fisik jaringan.

  Menurut Pusposutardjo dalam Puspasari (2003), karakteristik jaringan irigasi ditentukan dengan beberapa variabel, diantaranya yaitu: a.) Kerapatan saluran dan bangunan. Kerapatan saluran dan bangunan merupakan 2 variabel yang umum digunakan sebagai kriteria perancangan irigasi di indonesia (Pusposutardjo dalam Puspasari, 2003). Kerapatan saluran suatu daerah irigasi dinyatakan sebagai jumlah total panjang saluran pembawa air dibagi luas daerah yang dialiri (m/Ha), dan kerapatan bangunan dinyatakan sebagai jumlah bangunan di sekitar saluran irigasi dibagi luas daerah yang dialiri (unit/Ha).

  KS = ( 2.3 )

  KB = ( 2.4 )

  Keterangan : KS = Kerapatan Saluran (meter/Ha) KB = Kerapatan Bangunan (unit/Ha) S = Panjang saluran tersier, kuarter, atau drainase (meter) B = Jumlah bangunan disekitar petakan tersier (unit) A = Luas areal fungsional (Ha) Kerapatan saluran dan bangunan mempengaruhi tingkat kemudahan dalam pengelolaan air di suatu daerah irigasi. Kerapatan saluran tingkat tersier yang memadai berkisar 50-100 m/Ha, sedangkan kerapatan bangunan yang memadai b.) Kerumitan jaringan irigasi. Kansky dalam Pusposutardjo dalam Puspasari (2003) menyatakan bahwa kerumitan suatu jaringan irigasi dapat dinyatakan dengan variabel- variabel β dan

  θ, dimana variabel-variabel tersebut dapat dipakai untuk mencirikan karakteristik jaringan irigasi. Nilai variabel-variabel tersebut ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

  (2.5) β =

  (2.6) θ = Keterangan :

  = Jumlah saluran layanan bak bagi (ruas/bak bagi) β

  = Jumlah saluran layanan bak bagi (meter/bak bagi) θ e = Jumlah penggal saluran (ruas) v = Jumlah bangunan bak tersier dan kuarter (bak bagi) m = Panjang total saluran tersier, kuarter, dan drainase (meter) Pengelolaan air dapat dilakukan dengan mudah dan terbagi secara adil dan merata jika variabel

  β dan θ (Pusposutardjo dalam Puspasari, 2003) adalah : β = 2,21 – 2,50 ruas/bak bagi θ = 500 – 1000 m/bak bagi

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

  1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012. Pengambilan lokasi dilakukan secara acak berlapis (stratifield random sampling) pada saluran tersier di tingkat hulu, tengah, dan hilir.

  2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di KBH 5 Ki 2, KBH 6 Ki, dan KBH 7A Ki yang merupakan Daerah Irigasi Sekampung Batanghari yang merupakan wilayah kerja dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengairan Kota Metro. Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengairan Kota Metro memiliki 2 Daerah Irigasi yang menjadi wilayah kerjanya, yaitu Daerah Irigasi Sekampung Bunut dan Daerah Irigasi Sekampung Batang Hari.

  Daerah Irigasi Sekampung Bunut memiliki total luas areal baku 2.400 ha dan total luas fungsi 1.454 ha yang meliputi 4 Kecamatan, yaitu :

  1. Metro Pusat dengan luas areal baku 741 ha dan luas areal fungsinya 314 ha.

  2. Sebagian Metro Barat, luas areal baku 292 ha dan areal fungsi 209 ha.

  3.

  4. Sebagian Metro Timur, luas areal baku 278 ha dan areal fungsi 165 ha. Daerah Irigasi Sekampung Batang Hari yang memiliki luas areal baku 1.852 ha dan luas fungsi 1.457 ha yang meliputi 3 Kecamatan yaitu :

  1. Sebagian Metro Barat, luas areal baku 407 ha dan areal fungsi 303 ha.

  2. Sebagian Metro Timur, luas areal baku 366 ha dan areal fungsi 291.5 ha.

  3. Metro Selatan, luas areal baku 1079 ha dan areal fungsi 862.5 ha.

3.2 Alat dan Bahan

  Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, 1.

  Alat ukur kecepatan arus air (current meter) 2. stop watch 3. Peta jaringan irigasi Sekampung Batanghari.

4. Data Sekunder

  3.3 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengambilan data primer.

  Pengambilan data primer ini dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran secara langsung pada objek penelitian (lapangan), yakni dengan melihat kondisi pengelolaan air, seperti mengukur besarnya debit air di saluran, keadaan kualitas saluran dan bangunan irigasinya. Pengambilan data ini diulang 3 kali pada setiap titik pengukuran.

  3.4 Pengolahan Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis.

1. Efisiensi Penyaluran

  Efisiensi penyaluran yang dapat diukur berdasarkan metode inflow-outflow dengan rumus persamaan 2.2 yaitu : Efisiensi penyaluran rata-rata dapat dihitung dari :

  = (3.1) 2.

  Kerapatan Saluran dan Kerapatan Bangunan Beberapa variabel yang dapat dihitung untuk menentukan karakteristik jaringan irigasi D.I Sekampung Batanghari, adalah menggunakan persamaan 2.3 dan 2.4 (Pusposutardjo dalam Puspasari, 2003) : KS = KB = Keterangan : KS = Kerapatan Saluran (meter/Ha) KB = Kerapatan Bangunan (unit/Ha) S = Panjang saluran tersier, kuarter, atau drainase (meter) B = Jumlah bangunan disekitar petakan tersier (unit) A = Luas areal fungsional (Ha) 3.

  Kerumitan Jaringan Irigasi Kerumitan jaringan irigasi akan dianalisis menggunakan persamaan 2.5 dan 2.6 (Pusposutardjo dalam Puspasari, 2003).

  θ = Keterangan : β = Jumlah saluran layanan bak bagi (ruas/bak bagi) θ = Panjang saluran layanan bak bagi (meter/bak bagi) e = Jumlah penggal saluran (ruas) v = Jumlah bangunan bak tersier dan kuarter (bak bagi) m = Panjang total saluran tersier, kuarter, dan drainase (meter)

  

Persembahan untuk orang-orang hebat dalam hidupku

yang telah membuatku hingga menjadi sosok diriku:

(

  

Ibu, Bapak, Adik-adik, Guru-guru, Sahabat, dan semua orang

yang menginspirasi hidupku )

Jam kehidupan kita hanya berputar sekali, Tak ada seorangpun sanggup menjawab,

Kapan jarum jam ini ->BERHENTI<- Sekarang atau nanti ?

  

Sekaranglah satu-satunya waktu yang kita miliki,

Manfaatkanlah hidup ini, Milikilah cinta dan kasih,

Bekerjalah sungguh-sungguh, Jangan andalkan hari esok,

Karena setiap saat jam ini dapat >BERHENTI<

  Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan

dan hati agar kamu bersyukur (An Nahl: 78)

  I. PENDAHULUAN Latar Belakang

  I.1 Salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk memajukan sektor

  pertanian adalah Panca Usaha Tani, yang terdiri dari pemakaian bibit unggul, pengaturan jarak tanam, irigasi yang baik, pemakaian pupuk yang tepat, dan pemberantasan hama dan penyakit. Sebagai salah satu dari Panca Usaha Tani, irigasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap air, agar tercapai produksi yang maksimum. Pengairan atau irigasi berarti mencukupi kebutuhan tanaman akan air yang telah hilang oleh proses evapotranspirasi agar dapat tetap bertahan hidup dan berproduksi (Reinhart, 2007). Pada dasarnya pengadaan suatu sistem irigasi adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, baik efisiensi tenaga manusia maupun efisiensi penyaluran air dan efektifitas pemanfaatan airnya terhadap hasil yang akan diproduksi nantinya. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan air yang baik pada suatu sistem irigasi agar tercapai efisiensi yang tinggi dengan hasil maksimum. Pengelolaan yang lebih efisien dapat juga dilakukan dengan mengurangi kebocoran-kebocoran, rembesan, pengaturan alokasi dan distribusi air dalam unit-unit irigasi (UPT Pengairan Kota Metro, 2009).

  Menurut Pasandaran dan Taylor (1984), pengelolaan air pada sistem irigasi adalah kunci keberhasilan pembangunan irigasi itu sendiri. Keadaan lingkungan air yang dipengaruhi oleh evapotranspirasi yang harus dipenuhi oleh sistem irigasi demi menjamin tingkat produksi yang diharapkan merupakan determinan penting dari pengelolaan air pada sistem irigasi. Suatu jaringan irigasi memerlukan sebuah pengelolaan air (water management) yang baik, agar air yang tersedia termanfaatkan secara efektif dan efisien serta mendukung kepada produktivitas hasil pertanian yang optimal. Sistem pengelolaan air pada suatu jaringan irigasi tergantung pada kondisi tanah, iklim, dan pertanian di samping faktor sosial budaya daerah setempat. Sehingga sistem pengelolaan air di suatu tempat belum tentu sama dengan tempat lainnya. Fungsi irigasi meliputi kegiatan penyediaan, penyaluran, pendistribusian, dan pengaturan air guna menunjang kegiatan pertanian. Pembangunan irigasi diarahkan untuk menyediakan air irigasi yang cukup bagi pertumbuhan tanaman yang dapat dilakukan dengan pembuatan jaringan baru, rehabilitasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan jaringan-jaringan yang ada. Menurut Bestari (1978), tujuan irigasi atau pengairan adalah :

  1. Mencukupi kekurangan air hujan untuk menjaga tanah tetap lembab.

  2. Memperbaiki keadaan tanah.

  3. Meninggikan tanah melalui pengendapan lanau yang dibawa air.

  5. Menetralisir tanah dari unsur-unsur yang berpotensi menimbulkan pengaruh negatif untuk tanaman.

  6. Memperbanyak air tanah yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi.

  I.2 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi (efektifitas dan efisiensi) tingkat tersier Daerah Irigasi Sekampung Batanghari di UPT Pengairan Kota Metro.

  I.3 Kerangka Pemikiran

  Kinerja suatu jaringan irigasi dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : efisiensi penyaluran air, keseragaman, dan kecukupan air. Hal tersebut dapat digunakan sebagai informasi atau masukan dalam rekayasa jaringan irigasi, sebagai masukan dalam pengelolaan jaringan irigasi agar pembagian air dapat adil dan merata serta sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi karakteristik fisik jaringan irigasi. Sedangkan penentuan karakteristik jaringan irigasi merupakan salah satu cara untuk menggambarkan kinerja suatu daerah irigasi, dimana karakteristik jaringan ditentukan dengan variabel yang berhubungan dengan keadaan saluran dan bangunan yang ada di sekitar petakan tersier. Keseragaman dan kecukupan air menjelaskan bagaimana sistem irigasi mendistribusikan air ke lahan-lahan pertanian sehingga lahan pertanian tersebut tidak mengalami kekurangan air.

  Dengan diketahuinya efisiensi penyaluran air, keseragaman, dan kecukupan air memperbaiki jaringan sistem irigasi. Selain itu juga dapat digunakan sebagai parameter dalam evaluasi terhadap kinerja pengelolaan jaringan irigasi yang sudah ada sehingga dalam penanganan selanjutnya dapat lebih baik (James, 1988).

I.4 Hipotesis

  Kinerja jaringan irigasi tingkat tersier UPT Pengairan Kota Metro Daerah Irigasi Sekampung Batanghari diduga masih rendah.

  Judul Skripsi : Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tingkat

   Tersier Daerah irigasi Sekampung Batanghari Unit Pelaksana Teknis Pengairan Kota Metro

  Nama Mahasiswa : Nur Zun Viqhy Nomor Pokok Mahasiswa : 0614071039 Jurusan/ Program Studi : Teknik Pertanian Fakultas : Pertanian

  

MENYETUJUI

1.

  Komisi Pembimbing

  Prof. Dr. Ir. R. A. Bustomi Rosadi, M.S. Ir. Nugroho Haryono

  NIP. 19490706 197903 1 004 NIP. 19571606 198703 1 030 2.

  Ketua Jurusan

Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P.

  NIP. 19650527 199303 1 002

  

MENGESAHKAN

1.

  Tim Penguji Ketua : Prof. Dr. Ir. R. A. Bustomi Rosadi, M.S. ___________ Sekretaris : Ir. Nugroho Haryono ___________ Penguji bukan

  : ___________ Pembimbing Ir. Oktafri, M.Si.

2. Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S.

  NIP. 19610826 198702 1 001 Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 7 Januari 2013

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA

  Saya adalah Nur Zun Viqhy NPM 0614071039 Dengan ini menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri yang berdasarkan pada pengetahuan dan informasi yang telah saya dapatkan. Karya ilmiah ini tidak berisi material yang telah dipublikasikan sebelumnya atau dengan kata lain bukanlah hasil dari plagiat karya orang lain.

  Demikianlah pernyataan ini saya buat dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila di kemudian hari terdapat kecurangan dalam karya ini, maka saya siap mempertanggungjawabkannya.

  Bandar Lampung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan Nur Zun Viqhy NPM. 0614071039

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada tanggal 9 Juli 1989, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak M. Samsul Bahar D.H. dan Ibu Hanisah.

  Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiah Bustanul Athfal (ABA) Kalirejo Lampung Tengah diselesaikan tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Kaliwungu Kec. Kalirejo Kab. Lampung Tengah pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 1 Kalirejo Kab. Lampung Tengah pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Kalirejo Kab. Lampung Tengah pada tahun 2006. Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

  Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa Lembaga Kemahasiswaan (LK), menjabat sebagai anggota bidang kaderisasi Forum Studi Islam Fakultas Pertanian (FOSI FP) Universitas Lampung pada 2007/2008, menjabat sebagai anggota bidang Internal RAGAPALA pada 2007/2008, menjabat sebagai Anggota Badan Pengawas pada 2007/2008 dan menjabat sebagai Ketua Bidang Pengabdian pada Masyarakat pada 2008/2009 dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian

  (HIMATEKTAN), dan pada 2008/2009 penulis juga aktif di lembaga eksternal menjabat sebagai Kepala Departemen Ekonomi Perhimpunan Mahasiswa Daerah Lampung Tengah (PERSADA LAMTENG). Pada tahun 2009, Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Umum (PU) di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengairan Kota Metro.

  

SANWACANA

  Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Evaluasi kinerja

  jaringan irigasi tingkat tersier Daerah Irigasi Sekampung Batanghari Unit Pelaksana Teknis Pengairan Kota Metro

  ”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung.

  Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian, yang berkenan memberi saran-saran untuk lancarnya penyelesaian skripsi ini;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. R.A. Bustomi Rosadi, M.S. selaku Pembimbing Utama dan

  Pembimbing Akademik, atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

  3. Bapak Ir. Nugroho Haryono, selaku Pembimbing Kedua, atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini; 4. Bapak Ir. Oktafri, M.Si. atas saran dan kritik terbaik yang telah diberikan demi tercapainya penyelesaian skripsi ini;

  5. Ibu dan Bapak tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang yang tiada henti.

  Adik-adikku yang kusayang, Nur Van Zafqha dan Nur Haq Shidqha yang selalu memberikan canda dan tawa ditengah kejenuhanku;

  6. Aulia Nurbaiti Mansur atas motivasi dan kebersamaan yang telah diberikan; 7.

  Kawan-kawan angkatan 2006 (aji, fauzan, harby, agus, akif, rahman, yadi, imam, hendra, ridho, andika, erwin, ary, rian, rio, wahyu, mulyanto, raden, ricky, ngadi, toni, aprial, popo, yudi, sofyan, agung, anggi, heni, zana, dewi, venty, suparni, gusty, anggun, trinita, tari, nina, leny, endang, cici, nova, yuni, lany, indy, mery, nitha, santi, rahma), atas kebersamaannya selama ini; 8. Seluruh civitas akademik jurusan Teknik Pertanian atas segala bantuan dan kerjasamanya;

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

  Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis

  Nur Zun Viqhy

V. SIMPULAN DAN SARAN

  5.1 Simpulan

  Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1.

  Kinerja jaringan irigasi tersier UPT Pengairan Kota Metro cukup efektif, karena meskipun memiliki nilai rata- rata KS = 58,27-95,36 m/ha dan KB = 0,16-0,26 unit/ha yang sesuai nilai standar KS = 50-100 m/ha dan KB = 0,11- 0,40 unit/ha, namun memiliki nilai kerumitan jaringan irigasi sedikit berlebih dari standar nilai β = 2,21-2,50 ruas/bak bagi dan θ = 500-1000 m/bak bagi yakni dengan nilai rata-rata 2,53 ruas/bak bagi dan 1146,08 m/bak bagi.

  2. Efisiensi penyaluran air pada jaringan tersier UPT Pengairan Kota Metro sudah baik, sebesar 81,23% (ini masih dibawah rancangan awal saluran, yakni sebesar 85%).

  5.2 Saran

  Dari penelitian ini penulis menyarankan : 1.

  Perlunya meningkatkan pemeliharaan saluran tersier dari hulu hingga ke hilir saluran seperti pembersihan atau pembabatan rumput, pengangkatan sampah, dan kotoran lain di sekitar saluran agar tidak mengganggu penyaluran air.