commit to user
120
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta analisis dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan yang
merupakan jawaban terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank
Syariah Mandiri Surakarta dilakukan secara internal bank melalui upaya pembinaan, penyelamatan dan upaya penyelesaian dengan mengedepankan
kaidah musyawarah. Pelaksanaan Penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui cara non litigasi secara substansi hukum di Bank Syariah Mandiri
Surakarta telah memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, Peraturan Bank
Indonesia dan atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan , Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan peraturan lain terkait,
yang dituangkan dalam Sistem Operasional dan Prosedur SOP Bank Syariah Mandiri dengan mengedepankan prinsip musyawarah dalam
penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui cara non litigasi. Proses penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui cara non litigasi
yang dilaksanakan Bank Syariah Mandiri berupa penagihan, restrukturisasi dan likuidasi penjualan agunan telah sesuai dengan kaidah syariah yang
tertuang dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia merupakan bagian dari dasar operasional bank syariah. Pelaksanaan
penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui cara non litigasi merupakan pilihan utama di Bank Syariah Mandiri, mengingat hal tersebut merupakan
langkah yang murah, sederhana dan cepat daripada penyelesaian sengketa melalui cara litigasi yang memerlukan biaya, proses berbelit dan waktu
lama sehingga akan menimbulkan risiko, namun perlu adanya penyempurnaan
sehingga asas
musyawarah dalam
penyelesaian
commit to user
pembiayaan bermasalah melalui cara non litigasi dapat mengantisipasi dampak risiko bank di kemudian hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari Struktur Hukum yaitu keseluruhan institusi penegakan hukum beserta aparatnya yang
menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik tercermin dari baiknya faktor penegak hukum yang memainkan peranan
menujukkan bahwa
secara struktur
hukum belum
sepenuhnya dilaksanakan dengan sesuai prinsip syariah
Demikian pula dengan analisis faktor budaya hukum, mekanisme penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank Syariah Mandiri masih
belum selaras dengan undang-undang yang ada, hal ini dapat dilihat dari kebijakan yang ada yang tertuang dalam SOP serta Divisi Hukum di
Bank Syariah Mandiri tidak memberikan arahan kepada Notaris untuk menyelaraskan klausula dalam akad sesuai dengan undang-undang yang
berlaku dan ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia tentang penyelesaian sengketa atau penanganan
pembiayaan bermasalah. Secara keseluruhan dapat disimpulkan adanya putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 93PUU-X2012 tanggal 29 Agustus 2013 tentang Penyelesaian Sengketa Bank Syariah tidak membawa dampak perubahan
yang berarti pada pelaksanaan penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank Syariah Mandiri mengingat dari sistem struktur hukum dan budaya
hukum yang ada belum sepenuhnya mendukung agar penyelesaian sengketa pembiayaan bank syariah mengacu pada fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia. Kedudukan dan keberadaan Dewan Pengawas Syariah belum optimal melaksanakan fungsinya sebagai Dewan
Pengawas agar operasional perbankan syariah dalam hal ini penyelesaian sengketa bank syariah mengacu pada fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama
Indonesia, yang menjadi landasan operasional bank syariah
commit to user
2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri di Surakarta
dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui cara non litigasi adalah:
a. Terkait dengan subtansi hukum, adalah adanya ketidak sinkronan
antara Pasal 26 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang menyebutkan bahwa kegiatan usaha bank
syariah wajib tunduk kepada prinsip syariah yang di fatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia dan Fatwa tersebut dituangkan dalam
Peraturan Bank Indonesia disatu sisi, di sisi lain dengan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
b. Terkait dengan struktur hukum berdasarkan penelitian penulis
dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase di Basyarnas
tidak diterapkan di Bank Syariah Mandiri disebabkan oleh karena ketidaksiapan infrastruktur Basyarnas belum adanya infrastruktur
KantorPerwakilan Basyarnas di Surakarta. 2. Mekanisme penyelesaian sengketa melalui cara non litigasi berupa
Mediasi Perbankan sebagaimana diatur dalam Peraturan bank Indonesia No.919PBI2007 yang telah diubah dalam Peraturan Bank
Indonesia No.1016PBI2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah, belum pernah dilakukan di Bank Syariah Mandiri.
3. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah yang hanya ada di Kantor Pusat Bank Syariah Mandiri, menyebabkan tidak terlaksana fatwa-
fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
commit to user
c. Terkait dengan budaya hukum sebagai komponen sistem hukum
adalah : 1
Kurangnya sosialisasi dan informasi keberadaan mekanisme penyelesaian sengketa perbankan syariah yang tercantum Undang-
Undang, Peraturan Bank Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional. 2
Kesiapan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung. 3
Kemampuan sumber daya insani yang profesional. 4
Kurangnya daya dorong Otoritas Jasa Keuangan untuk menetapkan sanksi agar Perbankan Syariah mengindahkan regulasi yang telah
ditetapkan.
B. Implikasi