PEMBUATAN BUKU CERITA BERMUATAN KEBENCANAAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT MEMBACA, PRESTASI BELAJAR SAINS DAN SIKAP TANGGAP BENCANA
i
PEMBUATAN BUKU CERITA BERMUATAN
KEBENCANAAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT
MEMBACA, PRESTASI BELAJAR SAINS DAN SIKAP
TANGGAP BENCANA
Skripsi
Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Nunik May Wulandari 4201409028
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “ Pembuatan Buku Cerita Bermuatan Kebencanaan untuk Meningkatkan Minat Membaca, Prestasi Belajar Sains dan Sikap Tanggap Bencana” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan di sidang panitia skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Hari : Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr. Ani Rusilowati, M.Pd Dr. Supriyadi, M.Si
(3)
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat atau karya orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 14 Juni 2013
Nunik May Wulandari 4201409028
(4)
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:
hari :
tanggal :
Panitia Ujian Skripsi Ketua
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si NIP. 196310121988031001 Ketua Penguji
Dr. Suharto Linuwih, M.Si. NIP. 196807141996031005
Sekretaris
Dr. Khumaedi, M.Si. NIP.196306101989011002
Anggota Penguji/ Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd NIP. 196012191985032002
Anggota Penguji/
Pembimbing Pendamping
Dr. Supriyadi, M.Si
(5)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
Man jadda wa jadda (barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti bisa)
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ( Q.S. Ar Ra’d 11 )
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho ALLAH SWT, Skripsi ini kupersembahkan
1) Ibu dan Bapakku tercinta, terima kasih untuk lantunan do’a, motivasi, perhatian, dan kasih sayang selama ini.
2) Teman-teman pendidikan Fisika 2009 seperjuangan
3) Keluarga Besar Kopma Unnes 2011 dan 2012 4) Teman-teman kos Az zahra dan kos Selasih 5) Almamaterku Universitas Negeri Semarang
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung Penulis dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Dr. Khumaedi, M.Si.,Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan membantu kelancaran ujian skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. rer. nat Wahyu Hardyanto, M.Si., dosen wali yang telah memberikan arahan kepada penulis selama menempuh studi.
5. Ibu Prof.Dr. Ani Rusilowati, M.Pd, dosen pembimbing I, Bapak Dr. Supriyadi, M.Si, dosen pembimbing II yang senantiasa mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama kuliah.
7. Bapak Sugeng Riyadi, S.Pd,kepala SD N 3 Latakyang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
(7)
vii
8. Ibu Suminem, M.Pd,kepala SD N 3 Ketangirejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
9. Ibu dan Bapakku yang senantiasa sabar dan ikhlas mencurahkan kasih sayang, selalu mendoakan, menasihati, membimbing, dan menyemangati.
10.Sahabat-sahabatku di kos Az Zahra Atika, Reny, Dining, Faya serta keluarga besar kos Az Zahra yang selama ini telah membantu dan memotivasi.
11.Sahabat-sahabatku di Kopma Bu Afri, Bu Tri, Bu Esty, Pak Chayyi, Pak Bichin serta keluarga besar Kopma Unnes 2011-2012 terima kasih atas kasih sayang kalian semua, bantuan, doa serta motivasinya selama ini.
12.Sahabat-sahabatku Santika, Ratna, Septi serta teman-teman Pendidikan Fisika’09 terimaksih atas bantuan, doa, kerjasamanya dan motivasinya.
13.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dan studi penulis.
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Semarang, 14 Juni 2013
(8)
viii ABSTRAK
Wulandari, Nunik May. 2013. Pembuatan Buku Cerita Bermuatan Kebencanaan untuk Meningkatkan Minat Membaca, Prestasi Belajar Sains dan Sikap Tanggap Bencana. Skripsi, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Prof.Dr. Ani Rusilowati, M.Pd.; Dosen Pembimbing II: Dr. Supriyadi, M.Si.
Kata Kunci: Buku Cerita, Minat Membaca, Prestasi Belajar, Sikap Tanggap Bencana
Rendahnya minat membaca dan peringkat Indonesia diajang internasional, dalam hal kemampuan membaca, sains dan matematika, serta sering terjadinya bencana di Indonesia menuntut terjadinya perubahan dalam dunia pendidikan. Inovasi dalam proses pembelajaran di sekolah perlu dilakukan. Pembelajaran yang meningkatkan kesadaran resiko bencana sehingga berdampak pada pengurangan resiko bencana. Perlu diterapkan inovasi penggunaan media buku cerita dalam pembelajaran diharapkan meningkatkan minat membaca siswa, prestasi belajar sains dan sikap tanggap bencana. Buku cerita merupakan media yang menarik dan sesuai dengan perkembangan siswa SD.
Permasalahan dari penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah prototipe buku cerita sains yang dapat meningkatkan minat membaca, belajar sains dan sikap tanggap bencana. (2) Bagaimanakah tingkat kelayakan buku cerita sains yang dikembangkan. (3) Bagaimanakah tingkat keterbacaan buku cerita sains yang dikembangkan. (4) Bagaimanakah signifikansi peningkatan minat membaca siswa yang belajar menggunakan buku cerita sains. (5) Seberapa besar peningkatan prestasi belajar sains yang menggunakan buku cerita sains. (6) Seberapa besar peningkatan sikap tanggap bencana yang belajar menggunakan buku cerita sains.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan dengan jenis pretest-posttest control group desain. Buku cerita bermuatan kebencanaan diuji kelayakan dan keterbacaan dengan menggunakan angket dan tes esai. Data prestasi belajar sains, minat membaca dan sikap tanggap bencana siswa diperoleh dari hasil pre-test dan post-test.
Dari hasil penelitian ini didapatkan satu set buku cerita bermuatan kebencanaan yang telah diuji kelayakan dan keterbacaannya. Skor kelayakan yang didapatkan adalah 88,89 %, artinya buku cerita bermuatan kebencanaan alam berada pada kategori sangat layak. Skor keterbacaan didapatkan 81,60 %menunjukkan bahwa buku cerita bermuatan kebencanaan berada pada kategori mudah dipahami. Hasil analisis prestasi belajar sains menggunakan uji gain diperoleh peningkatan kelas ekperimen sebesar 0,66 (sedang), sedangkan kelas kontrol 0,45 (sedang) . Hasil uji gain minat membaca diperoleh peningkatan kelas ekperimen sebesar 0,4 (sedang), sedangkan kelas kontrol 0,25(rendah).Uji signifikansi minat membaca sebesar 2,81 artinya terdapat perbedaan rata-rata hasil minat membaca antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji gain sikap tanggap bencana diperoleh peningkatan kelas ekperimen sebesar 0,55 (sedang), sedangkan kelas kontrol 0,32 (sedang).
(9)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Penegasan Istilah ... 7
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Buku Cerita ... 12
2.2Minat Membaca ... 16
2.3Prestasi Belajar ... 20
2.4Sains ... 21
2.5Sikap Tanggap Bencana ... 22
2.6 Tinjauan tentang Materi ... 23
2.7 Kerangka Berfikir... 25
2.8 Hipotesis ... 27
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 28
(10)
x
3.2Prosedur Penelitian... 29
3.3 Penentuan Subjek Uji Coba ... 30
3.4 Instrumen Penelitian ... 30
3.4.1 Perangkat Pembelajaran ... 31
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data Hasil Belajar ... 31
3.4.2.1 Tes ... 31
3.4.2.1.1 Tes Essay ... 31
3.4.2.1.1 Tes Pilihan Ganda ... 31
3.4.2.2 Non Tes ... 36
3.4.2.2.1 Dokumentasi ... 36
3.4.2.2.2 Angket ... 36
3.5 Metode Analisis Data ... 39
3.5.1 Analisis Kelayakan Bahan Ajar ... 39
3.5.2 Analisis Keterbacaan Bahan Ajar ... 40
3.5.3 Analisis Minat Membaca ... 40
3.5.4 Analisis Sikap Tanggap Bencana ... 41
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 45
4.1.1 Hasil Prototipe Buku Cerita Bermuatan Kebencanaan ... 45
4.1.2 Uji Kelayakan... 47
4.1.3 Uji Keterbacaan ... 47
4.1.4 Prestasi Belajar Sains ... 48
4.1.5 Minat Membaca ... 50
4.1.6 Sikap Tanggap Bencana ... 53
4.2 Pembahasan ... 55
4.2.1 Prototipe Buku Cerita ... 55
4.2.2 Uji Kelayakan... 56
4.2.3 Uji Keterbacaan ... 59
4.2.4 Prestasi Belajar Sains ... 60
4.2.5 Minat Membaca ... 62
(11)
xi BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 68
5.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas IV SD ... 31
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ... 34
Tabel 3.3Klasifikasi Daya Pembeda ... 36
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 37
Tabel 4.1 SkorSetiap Aspek Kelayakan Buku Cerita ... 50
Tabel 4.2 Skor Keterbacaan Setiap Cerita ... 50
Tabel 4.3 Data Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 51
Tabel 4.4 Data Hasil Minat Membaca Siswa ... 53
Tabel 4.5 Data Hasil Sikap Tanggap Bencana Siswa ... 56 xi
(13)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Pre test-Posttest Control Groub Desain ... ... 29
Gambar 3.2 Skema Alur Penelitian ... ... 30
Gambar 4.1 Ilustrasi Saat Terjadi Banjir... ... 47
Gambar 4.2 Sampul Bepan Buku Cerita ... ... 48
Gambar 4.3 Daftar Isi Buku Cerita ... ... 48
Gambar 4.4 Grafik Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 52
Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Sains ... ... 53
Gambar 4.6 Grafik Angket Minat Membaca Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54 Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Minat Membaca ... ... 55
Gambar 4.8 Grafik Sikap Tanggap Bencana Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 56 Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Hasil Sikap Tanggap Bencana ... ... 57
(14)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Nama Siswa Uji Coba ... 72
2. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 73
3. Soal Uji Coba Soal ... 74
4. Kunci Jawaban Uji Coba Soal ... 82
5. Analisis Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Beda ... 83
6. Contoh Analisis Perhitungan Reabilitas ... 87
7. Contoh Analisis Perhitungan Tingkat Kesukaran ... 88
8. Contoh Analisis Perhitungan Daya Beda ... 89
9. Analisis Uji Normalitas Soal Uji Coba ... 90
10. Kisi-Kisi Angket Kelayakan ... 91
11. Angket Kelayakan ... 92
12. Analisis Angket Kelayakan ... 94
13. Analisis Indikator Angket Kelayakan ... 95
14. Soal Keterbacaan ... 97
15. Kunci Jawaban Soal Keterbacaan ... 100
16. Analisis Soal Keterbacaan.... ... ... 102
17. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 103
18. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 104
19. Silabus ... 105
20. RPP Kelas Eksperimen ... 106
21. RPP Kelas Kontrol ... 112
22. Kisi-Kisi Soal Pre Test-Post Test ... 117
23. Soal Pre Test-Post Test ... 118
24. Kunci jawaban Pre Test-Post Test ... 123
25. Daftar Nilai Pre Test Kelas Eksperimen ... 124
26. Daftar Nilai Pre Test Kelas Kontrol ... 125
(15)
xv
28. DaftarNilaiPost Test Kelas Kontrol ... 127
29. NilaiPre test -Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 128
30. Analisis Uji NormalitasPre test Kelas Eksperimen ... 129
31. Analisis Uji NormalitasPre test Kelas Kontrol ... 130
32. Analisis Uji VariansPre test ... 131
33. Analisis Uji NormalitasPost TestKelas Eksperimen ... 132
34. Analisis Uji NormalitasPost TestKelas Kontrol ... 133
35. Analisis Uji VariansPost Test ... 134
36. Analisis Uji t(Dua Pihak)Kelas Eksperimen ... 135
37. Analisis Uji t (Dua Pihak) Kelas Kontrol ... 136
38. Analisis Uji t (Pihak Kanan)Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 137
39. Analisis Uji GainKelas Eksperimen ... 138
40. Analisis Uji GainKelas Kontrol ... 139
41. Analisis Uji GainKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 140
42. Kisi-Kisi Angket Minat Membaca ... 141
43. Angket Minat Membaca ... 142
44. Daftar Nilai Angket Minat Pre test Eksperimen ... 144
45. Daftar Nilai Angket Minat Pre test Kelas Kontrol ... 145
46. Daftar Nilai Angket Minat Post TestEksperimen ... 146
47. Daftar Nilai Angket Minat Post TestKelas Kontrol ... 147
48. Nilai Angket Minat Pre test-Post Test ... 148
49. Analisis Uji NormalitasPre test Eksperimen ... 149
50. Analisis Uji NormalitasPre test Kelas Kontrol ... 150
51. Analisis Uji VariansPre test ... 151
52. Analisis Uji NormalitasPost TestEksperimen ... 152
53. Analisis Uji NormalitasPost TestKelas Kontrol ... 153
54. Analisis Uji VariansPost Test ... 154
(16)
xvi
56. Analisis Uji t (Dua Pihak) Kelas Kontrol ... 156
57. Analisis Uji t (Pihak Kanan)Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 157
58. Analisis Uji GainKelas Eksperimen ... 158
59. Analisis Uji GainKelas Kontrol ... 159
60. Analisis Uji GainKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 160
61. Analisis Uji Signifikansi Minat Membaca ... 161
62. Kisi-Kisi Angket Sikap Tanggap Bencana ... 163
63. Angket Sikap Tanggap Bencana ... 164
64. Daftar Nilai Angket Sikap Pre testKelas Eksperimen ... 166
65. Daftar Nilai Angket Sikap Pre test Kelas Kontrol ... 167
66. Daftar Nilai Angket Sikap Post testKelas Eksperimen ... 168
67. Daftar Nilai Angket Sikap Post testKelas Kontrol ... 169
68. NilaiAngket Sikap Pre test-Post test ... 170
69. Analisis Uji NormalitasPre test Kelas Eksperimen ... 171
70. Analisis Uji NormalitasPre test Kelas Kontrol ... 172
71. Analisis Uji VariansPre test ... 173
72. Analisis Uji NormalitasPost test Kelas Eksperimen ... 174
73. Analisis Uji Normalitas Post test Kelas Kontrol ... 175
74. Analisis Uji VariansPost test ... 176
75. Analisis Uji t(Dua Pihak)Kelas Eksperimen ... 177
76. Analisis Uji t(Dua Pihak)Kelas Kontrol ... 178
77. Analisis Uji t (Pihak Kanan) ... 179
78. Analisis Uji GainKelas Eksperimen ... 180
79. Analisis Uji Gain Kelas Kontrol ... 181
80. Analisis Uji GainKelas Eksperimen dan kelas kontrol ... 182
81. Surat Keterangan Pembimbing ... 183
82. Surat Penelitian Kelas Eksperimen ... 184
(17)
xvii
(18)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan menjadi pribadi yang lebih baik karena terbebas dari kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan merupakan kegiatan pengajaran atau membimbing untuk menyiapkan siswa menghadapi masa depan. Kegiatan itu dilakukan dalam pembelajaran di sekolah, salah satu mata pelajaran di sekolah adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Pembelajaran IPA disekolah dasar umumnya masih menggunakan metode informatif, yaitu siswa mendengarkan penjelasan guru sambil mencatat. Selain itu, banyak siswa mengatakan IPA adalah pelajaran yang susah. Hasil observasi awal yang telah dilakukan, beberapa guru disekolah tempat penelitian mengatakan bahwa siswa cenderung kurang aktif dan bosan selama kegiatan berlangsung, pembelajaran lebih sering didominasi oleh guru. Nilai rata-rata hasil belajar semester ganjil siswa kelas IV SD N 3 Ketangirejo dan SD N 3 Latak adalah 70 dan71,4. Selain itu, dilihat pada data yang diperoleh TIMSS (Trend International Mathematics and Sciences Study) tahun 2009, terlihat bahwa rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata skor internasional. Indonesia pada tahun 2009 berada di peringkat ke 37 dari 44 negara peserta. Dari data TIMSS memperlihatkan rendahnya minat siswa untuk mempelajari IPA.
(19)
Seorang guru harus mempersiapkan media pembelajaran yang lebih inovatif dan menarik sehingga siswa akan lebih berminat mempelajari IPA. Hal ini, sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2005 bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
Media pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar siswa IPA adalah dengan adanya bahan ajar. Namun, kesadaran pentingnya membaca memang masih sangat rendah. Hal ini sesusai dengan data, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 yang mengeluarkan rilis untuk mengetahui seberapa besar minat penduduk terhadap dua aktivitas, yaitu menonton dan membaca. Survei dilakukan kepada penduduk yang berusia 10 tahun ke atas. Hasilnya, sungguh mengejutkan. Sebesar 90,27 % penduduk menyukai menonton dan hanya 18,94 % yang menyenangi aktivitas membaca surat kabar/majalah. Melihat data diatas ternyata minat membaca anak-anak sangat rendahsehingga mengakibatkan hasil belajar juga rendah.
Minat membaca siswa yang rendah, dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang ada disekitar siswa adalah keluarga, masyarakat dan sekolah. Faktor sekolah yaitu kurangnya waktu luang yang diberikan sekolah untuk membaca, fasilitas perpustakaan yang kurang dan letak perpustakaan yang kurang strategis. Faktor keluarga yang kurang memperhatikan anaknya, kurang memotivasi untuk membaca, dan kebudayaan membaca yang rendah. Menurut
(20)
3
Sitanggang (2008:31) minat siswa untuk membaca buku pendidikan sangat minim. Siswa lebih menyukai bacaan yang disertai gambar-gambar lucu atau seru yang biasanya ditemukan pada buku komik atau buku fiksi lainnya.Meningkatkan minat membaca siswa adalah adanya bahan ajar yang inovatif dan menarik sehingga membuat siswa termotivasi.
Menurut Ortlieb (2010:1) bahwa beberapa anaktidak suka membacakarenabuku yang tidakmenarik mengakibatkan banyak siswatidak akan lagiingin membaca. Membacatidak akanmenjadi aktivitas yang menyenangkan, sebaliknya hal ituakan dianggap sebagai pekerjaan.Siswa kelas IV SD rata-rata berusia 9-10 tahun tergolong masih anak-anak. Pada usia itu lebih menyukai buku cerita yang berisi gambar dan tulisan yang berwarna. Buku cerita sangat tepat apabila digunakan dalam pembelajaran sains dengan tidak mengesampingkan inti dari buku cerita yang biasa dibaca oleh anak-anak.
Materi Memahami Hubungan antara Sumber Daya Alam dengan Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat yang menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian alam tepat diajarkan melalui media buku cerita. Karena materi ini, lebih banyak mengemukakan kegiatan-kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga peseerta didik lebih mudah dan cepat untuk memahaminya. Misalnya, kegiatan pengambilan sumber daya alam yang sering dilakukan oleh penduduk Indonesia yaitu penebangan pohon dihutan yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor dan membuang sampah yang dapat menyebabkan banjir.
(21)
Masyarakat yang belum memahami kesiapsiagapan bencanamengakibatkan penanganan bencana dan pasca bencana kurang efektif.Kesiapsiagaan merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan darurat guna melindungi barang-barang dari kerusakan dan kekacauan akibat bencana. Menurut Astuti (2010:31-32), pengurangan resiko bencana harus disosialisasikan pada masyarakat Indonesia khususnya siswa. Hal ini, disebabkan Indonesia adalah daerah rawan bencana. Indonesia berada pada urutan ke - 7 sebagai negara yang mengalami bencana alam. Indonesia sebagai daerah rawan bencana masih memiliki tiga masalah utama:
1. Masih rendahnya kinerja penanganan bencana
Kinerja penanganan bencana sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kecakapan dalam penanganan bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
2. Masih rendahnya perhatian terhadap pengurangan resiko bencana
Kewaspadaan sangatlah penting mengingat fakta bahwa jumlah korban jiwa dan kehilangan materi yang tidak sedikit di setiap kejadian bencana sehingga sangat dibutuhkan perhatian dari masyarakat.
3. Masih lemahnya peran sekolah dalam pendidikan mitigasi bencana.
Kesiapan sekolah dalam menghadapi bencana juga merupakan bagian dari upaya pengurangan karena sekolah tetap terpercaya sebagai wahana efektifuntuk membangun budaya bangsa namun pembelajaran mitigasi bencana masih sangat kurang.
(22)
5
Persoalan diatas menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat merancang penanganan resiko bencana, karena selama ini penanganan bencana masih kurang efektif. Menurut Astuti (2010: 31-32) untuk mengatasi kekurang efektifan penanganan bencana dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Penanganan bencana tidak lagi menekankan pada aspek tanggap darurat, tetapi menekankan pada keseluruhan manajemen resiko.
2. Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh pemerintah merupakan wujud dari perlindungan sebagai hak asasi rakyat, dan bukan semata-mata karena kewajiban pemerintah.
3. Penanganan bencana bukan lagi semata-mata tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi urusan bersama masyarakat.
Salah satu prioritas aksi Pengurangan Resiko Bencana (PRB) adalah pentingnya pengetahuan, inovasi, pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan pada semua tingkat. Dalam hal ini, penting sekali ditingkatkannya pendidikan melalui integrasi PRB di sekolah baik kurikulumnya maupun budaya keselamatan sekolah (Astuti, 2010:33). Pembelajaran ini dapat meningkatkan kesadaran resiko bencana karena akan berdampak pada pengurangan resiko bencana. Peserta didik mendapatkan pengetahuan tentang masalah dalam menghadapi bencana sehingga bila terjadi bencana alam dapat langsung tanggap dan tidak merasa takut.
Tujuan pendidikan risiko pengurangan bencana yaitu, 1) Meningkatkan sikap pengurangan risiko bencana, 2) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pengurangan risiko bencana, 3) Mengembangkan upaya untuk pengurangan
(23)
risiko bencana secara individu atau kelompok, 4) Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana, 5) Mengembangkan kesiapan untuk mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana, 6) Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak
Berdasarkan uraian diatas penelitian dengan judul “ Pembuatan Buku Cerita Bermuatan Kebencanaan untuk Meningkatkan Minat Membaca, Prestasi Belajar Sains dan Sikap Tanggap Bencana ” perlu dilakukan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prototipe buku cerita sains yang dapat meningkatkan minat membaca, prestasi belajar sains dan sikap tanggap bencana ?
2. Bagaimanakah tingkat kelayakan buku cerita sains yang dikembangkan? 3. Bagaimanakah tingkat keterbacaan buku cerita sains yang dikembangkan? 4. Bagaimanakah signifikansi peningkatan minat membaca siswa yang belajar
menggunakan buku cerita sains?
5. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar sains yangmenggunakan buku cerita sains?
6. Seberapa besar peningkatan sikap tanggap bencana yang belajar menggunakan buku cerita sains?
(24)
7
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai ataupun diharapkan adalah: 1. Membuat prototipe buku cerita sainsbermuatan kebencanaan. 2. Menguji kelayakan buku cerita sains yang dikembangkan.
3. Mengetahui tingkat keterbacaan buku cerita sains yang dikembangkan.
4. Mengetahui signifikan peningkatan minat membaca siswa yang belajar menggunakan buku cerita sains.
5. Menentukan besar peningkatan prestasi belajar sains yang menggunakan buku cerita sains.
6. Menentukan besar peningkatan sikap tanggap bencana yang belajar menggunakan buku cerita sains.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian antara lain : 1. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan media pembelajaran khususnya buku cerita di masa mendatang.
2. Bagi Guru
Memberikan alternatif pemilihan media bagi guru pada materi sains dan media buku cerita dapat digunakan untuk meningkatkan minat membaca, belajar sains dan kembangkan sikap tanggap bencana.
(25)
Tersedia bahan ajar sains berupa buku cerita yangdapat digunakan untuk meningkatkan minat membaca, prestasi belajar sains dan sikap tanggap bencana.
1.5
Penegasan Istilah
a. Buku Cerita
Menurut Stewing (1980:97) dalam Susanto (2011), buku bergambar adalah sebuah buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerjasama untuk menghasilkan cerita dengan ilustrasi gambar. Biasanya buku-buku bergambar dimaksudkan untuk mendorong ke arah apresiasi dan kecintaan terhadap buku. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung gambar sehingga mempengaruhi minat siswa untuk membaca cerita. Oleh karena itu, gambar dalam cerita anak-anak harus hidup dan komunikatif. Gambar dalam cerita anak-anak harus sesuai.Buku cerita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahan ajar pendamping materi sains yang disusun secara sistematis untuk kegiatan belajar mengajar berbentuk buku cerita.
b. Minat Membaca
Slameto (2003:57) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan yang diminati seseorang disertai dengan rasa sayang. Menurut Ginting (2005:21), membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan. Minat baca adalah bentuk-bentuk perilaku yang terarah guna melakukankegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang dalam hal ini
(26)
9
adalah muridtanpa adanya suatu paksaan atau keharusan. Minat membaca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah meningkatkan minat membaca dengan cara menggunakan media berupa buku cerita.
c. Sains
IPA merupakan pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah ( Trianto, 2007:100). Melalui pembelajaran IPA diharapkan peseta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. Sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menggunakan media buku cerita agar peserta didik tertarik dengan IPA dan tidak menganggap IPA adalah mata pelajaran yang menyeramkan ataupun sulit. d. Prestasi Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Slameto,2003).Menurut Nasution, S (1987) dalam Hamdu (2011) prestasi belajar adalah “ kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa.
(27)
e. Sikap Tanggap Bencana
Bencana adalah fasilitas fisik setempat serta keteraturan kehidupan sosial secara drastis berubah total. Dalam menghadapi peristiwa bencana alam yang datang secara mendadak, maka dibutuhkan tindakan terhadap bencana harus tepat dan efektif. Menurut Sutton & Tierney (2006) dalam Astuti (2013) adalah kesiapsiagaan menghadapi bencana sendiri didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan hidup saat terjadi bencana, seperti tindakan protektif selama gempa bumi, tumpahan material berbahaya, atau serangan teroris. Kesiapsiagaan juga mencakup tindakan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan tindakan darurat guna melindungi barang-barang dari kerusakan dan kekacauan akibat bencana. Sikap Tanggap Bencana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah meningkatkan sikap tanggap bencana dengan cara menggunakan media berupa buku cerita.
1.6
Sistematika Penulisan Skripsi
1) Bagian Awal
Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman kosong, pernyataan keaslian tulisan, halaman pengesahan, persembahan, motto, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan dafrat lampiran.
2) Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu : BAB I Pendahuluan
(28)
11
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penelitian.
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi kajian teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu tentang buku cerita, minat, membaca, sains, belajar, tanggap bencana, tinjauan materi, dan kerangka berfikir.
BAB III Metode Penelitian
Berisi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis uji coba instrumen, dan metode analisis data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian berupa satu set buku cerita bermuatan kebencanaan yang telah diuji kelayakan dan keterbacaan, hasil analisis prototipe, hasil uji kelayakan, hasil uji keterbacaan, hasil analisis data penguasaan materi, hasil angket minat membaca dan hasil angket sikap tanggap bencana siswa kelas IV SDN 3 Ketangirejo Kabupaten Grobogan setelah diberi buku cerita bermuatan kebencanaan. Selanjutnya dilakukan pembahasan berupa tafsiran hasil penelitian dan mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam teori yang telah ada.
BAB V Penutup
Berisi simpulan dan saran 3) Bagian Akhir
(29)
(30)
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Buku Cerita
Media buku cerita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di sekolah. Pada sekolah umumnya menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi khususnya IPA. Padahal dengan metode tersebut siswa cenderung sulit memahami materi yang diberikan dan cepat bosan karena proses pencernaan begitu kompleks dan memiliki banyak istilah-istilah yang sulit dihafalkan dan dipahami. Dengan menggunakan media buku cerita dapat menjadi alternatife bagi guru dalam menyampaikan materi. Menurut Trianto (2007:75), media pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: (1) bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat verbalistik, (2) metode pembelajaran lebih bervariasi, (3) siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas, (4) pembelajaran lebih menarik, dan (5) mengatasi keterbatasan ruang.
Keuntungan media pembelajaran, antara lain: (1) dapat meningkatkan motivasi belajar, (2) minat dan bakat siswa dapat berkembang, (3) adanya interaksi langsung dengan lingkungan, (4) munculnya persepsi suatu konsep yang sama, (5) dapat memberikan semangat kepada sekitar, dan (6) dapat meningkatkan prestasi belajar.
(31)
Menurut Stewing dalam Susanto (2011), buku bergambar adalah sebuah buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerjasama untuk menghasilkan cerita dengan ilustrasi gambar. Biasanya buku-buku bergambar dimaksudkan untuk mendorong ke arah apresiasi dan kecintaan terhadap buku. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung gambar sehingga mempengaruhi minat siswa untuk membaca cerita. Oleh karena itu, gambar dalam cerita anak-anak harus hidup dan komunikatif.
Sebuah buku cerita dapat berfungsi sebagai tiket ajaib untuk berimajinasi. Buku yang baik dapat mempengaruhi pola pikiran pembacanya. Sebagai contoh, mungkin kebanyakan dari kita masih ingat tentang buku favorit yang sering dibaca. Menurut Johnson (2003), sebuah buku akan memberikan pengalaman yang dapat membantu tugas perkembangan anak sebagai berikut:
1) Emosi positif diciptakan dari rutinitas membaca, yang menghasilkan kedekatan, keintiman, dan rasa aman.
2) Dialog sosial yang interaktif antara anak-anak dan orang dewasa dapat membangun pengetahuan sebelumnya dan memberikan umpan balik yang cepat, pada saat mereka membahas, misalnya ketika membaca buku seri cerita “binatang”.
3) Bahasa yang digunakan untuk label, membandingkan, menjelaskan, dan mengklasifikasikan dapat menciptakan suasana yang mendukung untuk penataan proses berpikir dan pembentukan konsep.
Rothlein dan Meinbach dalam Susanto (2011) membedakan jenis buku bergambar menjadi 5 macam, yaitu :
(32)
15
1) Buku abjad (alphabet book)
Dalam buku alfabet, setiap huruf alphabet dikaitkan dengan suatu ilustrasi objek yang diawali dengan huruf. Ilustrasi harus jelas berkaitan dengan huruf-huruf kunci dan gambar objek dan mudah teridentifikasi. Beberapa buku alphabet diorganisasi pada sekitar tema khusus, seperti peternakan dan transportasi. Buku alfabet berfungsi untuk membantu siswa, menstimulasi dan membantu pengembangan kosakata.
2) Buku mainan (toys book)
Buku-buku mainan menggunakan cara penyajian isi yang tidak biasa. Buku mainan sendiri dari buku kartu papan, buku pakaian dan buku pipet tangan. Buku mainan ini mengarahkan anak-anak untuk memahami teks, dapat mengeksplorasi konsep nomor, kata bersajak dan alur cerita. Buku mainan membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan kognitif, meningkatkan kemampuan bahasa dan sosialnya, dan untuk mencintai buku. Sikap positif terhadap membaca dapat ditumbuhkan dengan buku ini.
3) Buku konsep (consept books)
Buku konsep adalah buku yang menyajikan konsep dengan menggunakan satu atau lebih contoh untuk membantu pemahaman konsep yang sedang dikembangkan. Konsep-konsep yang ditekankan diajarkan melalui alur cerita atau dijelaskan melalui repetisi (pengulangan), dan perbandingan. Melalui berbagai konsep seperti warna, bentuk, ukuran, dapat didemonstrasikan sendiri dengan konsep yang lainnya.
(33)
4) Buku bergambar tanpa kata (wordless picture books)
Buku bergambar tanpa kata adalah buku untuk menyampaikan suatu cerita melalui ilustrasi saja. Buku bergambar tanpa kata menjadi berkembang dan popular pada masyarakat generasi muda. Ini terdapat di televisi, komik, dan bentuk visual lainnya dari komunikasi. Alur cerita disajikan dengan gambar yang diurutkan dan tindakan juga digambarkan dengan jelas. Buku bergambar tanpa kata terdiri dari berbagai bentuk, seperti buku berupa buku humor, buku serius, buku informasi atau buku fiksi. Buku ini mempunyai beberapa keunggulan, misalnya untuk mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara produktif yang mengikuti gambar. Keterampilan pemahaman juga dapat dikembangkan pada saat anak membaca cerita melalui ilustrasi. Anak-anak menganalisis maksud pengarang dengan mengidentifikasi ide pokok dan memahami ceritanya.
5) Buku cerita bergambar.
Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku-buku ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter dalam buku ini dapat berupa manusia atau binatang. Di sini ditampilkan kualitas manusia, karakter, dan kebutuhan, sehingga anak-anak dapat memahami dan menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya. Buku cerita yang diilustrasikan dan ditulis dengan baik akan memberikan kontribusi pada perkembangan sastra anak. Buku bergambar yang baik memuat elemen instrinsik sastra, seperti alur , struktur yang baik, karakter yang baik, perubahan gaya, latar,
(34)
17
dan tema yang menarik. Buku ini dapat menimbulkan imajinasi orisional dan mempersiapkan stimulus berpikir kreatif.
Buku cerita bergambar dapat memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkann komunikasi lisan, mengembangkkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan kepekaan seni. Buku cerita bergambar sains merupakan buku yang berisi ilustrasi dan teks tertulis yang berisi pengetahuan tentang gejala-gejala alam.
Menurut Stewing dalam Susanto (2011), ada tiga manfaat buku bergambar, yaitu : (1) membantu masukan bahasa kepada anak-anak, (2) memberikan masukan visual bagi anak-anak, dan (3) menstimulasi kemampuan visual dan verbal anak-anak.
Perlu diketahui bahwa buku bacaan yang baik adalah buku bacaan yang : (a) dapat memberikan nilai tambah positif pada pembacanya. Misalnya, memberi kegembiraan, membantu memecahkan persoalan dan mampu membuka pikiran untuk suatu hal, (b) disampaikan dalam bahasa yang sederhana, enak dibaca dan penulisnya seakan ingin berbagai dengan pembaca, bukan menggurui, (c) gaya penulisannya tidak meledak-ledak, (d) menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, tidak banyak menggunakan istilah asing yang sebenarnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia.(Christantiowati dalam Susanto,2011).
2.2
Minat Membaca
Menurut Ginting (2005, 21), membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan
(35)
kesenangan. Menurut Tiemensma (2009) mengatakan bahwa membaca adalah komponen terpenting di abad 21 agar bisa bertahan di era globalisme saat ini.
Slameto (2003:57) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan yang diminati seseorang disertai dengan rasa sayang. Faktor-faktor yang mendorong minat adalah sebagai berikut. Pertama faktor kebutuhan, karena adanya minat untuk memenuhi kebutuhan itu. Kedua faktor perasaan; perasaan sukses, senang, mendorong timbulnya minat, sedangkan perasaan kecewa, gagal, menghambat atau bahkan menghilangkan minat. Ketiga, faktor lingkungan; maksudnya minat dipengaruhi dorongan untuk diterima atau diakui oleh lingkungan.
Minat dapat tumbuh dari dari individu dan lingkungan. Apabila seseorang telah memiliki minat yang sangat tinggi namun lingkungan tidak mendukung maka hasilnya kurang maksimal. Dan sebaliknya minat kita rendah sedangkan lingkungan kita mendukung hasilnya kurang maksimal juga. Untuk meningkatkan minat membaca berada dalam lingkungan yang mendukung serta memiliki minat membaca yang tinggi. Minat membaca harusnya ditanamkan dari usia dini sehingga menggangap membaca merupakan suatu kebutuhan.
Menurut Karyono (2007: 5) ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat baca anak sejak usia ini antara lain dilakukan dengan cara :
1) Proses pembelajaran di sekolah harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar lainnya.
(36)
19
2) Menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh daya beli masyarakat. Minat membeli buku masyarakat rendah, karena harga buku-buku saat ini relatif cukup mahal. Dengan demikian apabila harga buku dapat terjangkau, maka minat membeli buku bacaan oleh masyarakat akan menjadi tinggi. Dengan banyak memiliki buku, maka minat membaca buku akan menjadi meningkatkan secara bertahap.
3) Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik.
4) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca anak-anak. Baik di rumah maupun di sekolah. Di sekolah, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menceriterakan kembali buku yang telah dibaca, mengadakan lomba meresensi buku, bedah buku, pameran buku bekerjasama dengan penerbit dan masyarakat pecinta buku. Di rumah oranglah yang harus dapat menciptakan kondisi lingkungan agar anak gemar membaca.
5) Menumbuhkan minat baca sejak dini.
6) Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/kabupaten dengan meli-batkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas, dan sekolah-sekolah. Dengan mewajibkan siswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut.
7) Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua agar orang tua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagaimana diuraikan berikut ini.
Siswa sekolah dasar agar dapat meningkat minat membacanya harus dilengkapi juga dengan bahan bacaan yang sesuai dengan kesukaan mereka.
(37)
Bahan bacaan yang siswa sukai secara perlahan-lahan akan membaca buku itu. Awalnya, membaca hanya untuk mengisi waktu luang saja pada saat jam istirahat. Pada akhirnya, membaca akan menjadi kebiasan.
Indikator-indikator minat membaca siswa yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : (1) frekuensi membaca buku, (2) jumlah buku yang dibaca, (3) perasaan senang terhadap buku, (4) jenis buku yang dibaca, (5) ketertarikan dan kepuasan setelah membaca, (6) tempat untuk membaca buku cerita, (7) waktu untuk membaca buku cerita, (8) memahami isi buku cerita, (9) dukungan keluarga, (10) mengambil manfaat setelah membaca buku cerita.
Minat baca adalah bentuk-bentuk perilaku yang terarah guna melakukankegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang dalam hal ini adalah muridtanpa adanya suatu paksaan atau keharusan. Kegiatan membaca ini dilakukankarena adanya pengaruh faktor internal dan eksternal yang membuat muridsenang melakukannya (Ginting, 2005: 21). Minat baca bukanlah bentuk perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi hasil dari usaha belajar. Sebagai kegiatan yang harus melewati tahap mempelajari (bukan bawaan), dalam kegiatan membaca murid membutuhkan rangsangan dan penguatan terhadap kegiatan membaca yang dilakukannya. Pemberian penguatan ini menandakan adanya keberterimaan lingkungan bahwa apa yang dilakukan murid positif dan mendapat dukungan sehingga murid terdorong mengulang kembali perilaku positif tersebut. Oleh karena itu, diduga ada hubungan positif antara penguatan (reinforcement) membaca dengan minat baca yang dimiliki murid.
(38)
21
2.3
Prestasi Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Slameto, 2003). Prinsip-prinsip belajar antara lain, yaitu :
a. Sesuai materi yang dipelajari
1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya
2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
b. Syarat keberhasilan belajar
1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian atau ketrampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.
Poerwanto dalam Hamdu (2011:92) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”. Menurut Nasution dalam Hamdu (2011:92) prestasi belajar adalah “ kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”.
(39)
Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukan oleh para ahli, prestasi belajar merupakan hasil yang didapatkan atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar melalui tes atau evaluasi. Hasil dari evaluasi akan memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Biasanya hasil dari tes atau evaluasi berupa angka atau huruf.
Peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan ( penampilan ) sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran didalam kelas.
2.4
Sains
IPA merupakan pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah (Trianto, 2007:100).Dalam pembelajaran IPA seharusnya lebih menekankan arti pentingnya pengembangan kemampuan berfikir. Guru memberikan pengetahuan dasar kepada siswa dan siswa dapat mengembangkannya sendiri. Namun, dalam perkembangannya IPA bukanlah kumpulan fakta-fakta ataupun teori (produk ilmiah), tetapi juga munculnya proses untuk mendapatkan produk yaitu metode ilmiah dan sikap ilmiah. Peserta didik masih menganggap lebih penting hasil daripada produk, sehingga dengan adanya pembelajaran IPA peserta didik akan mengetahui pentingnya arti proses.
Menurut Trianto (2007:104) pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: 1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten
(40)
23
2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah.
3) latihan berfikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan metamatika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam
4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alats sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan kemampuan IPA dalam menjawab berbagai masalah. Dalam pembelajaran IPA, peserta didik mendapatkan keempat unsur tersebut. Melalui pembelajaran IPA diharapkan peseta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. Diharapkan menggunakan pembelajaran tersebut diharapkan peserta didik akan tertarik dengan IPA dan tidak menganggap IPA adalah mata pelajaran yang menyeramkan ataupun sulit.
2.5
Sikap Tanggap Bencana
Bencana adalah fasilitas fisik setempat serta keteraturan kehidupan sosial secara drastis berubah total. Dalam menghadapi peristiwa bencana alam yang dating secara mendadak, maka begitu juga idealnya dengan tanggap untuk pengelolaan bencana alam. Respon terhadap bencana harus tepat dan efektif.
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penaggulangan bencana mendefinisikan bencana sebagai peristiwa yang mengancam, menggangu
(41)
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa kerugian harta benda, dan dampak manusia untuk mangatasi masalah bencana belum banyak dilakukan secara sistematik dan suistanable sehingga korban bencana masih menunjukkan angka-angka yang relatife tinggi dalam Astuti (2010).
Menurut Sutton & Tierney dalam Astuti (2013) adalah kesiapsiagaan menghadapi bencana sendiri didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan hidup saat terjadi bencana, seperti tindakan protektif selama gempa bumi, tumpahan material berbahaya, atau serangan teroris. Kesiapsiagaan juga mencakup tindakan yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan tindakan darurat guna melindungi barang-barang dari kerusakan dan kekacauan akibat bencana. Serta kemampuan untuk terlibat dalam kegiatan restorasi dan pemulihan awal pasca bencana.
Dari pendapat-pendapat diatas pendidikan mitigasi bencana sangat penting untuk diajarkan pada siswa-siswa disekolah. Adanya pendidikan disekolah diharapkan siswa tidak merasa asing, takut dan bingung dalam menghadapi bencana alam. Selain itu, siswa-siswa juga tahu pentingnya menjaga lingkungan sekitar.
2.6
Tinjauan tentang Materi
Lingkungan merupakan tempat bagi sumber daya alam. Jika lingkungan rusak maka dapat menyebabkan sumber daya alam terganggu. Bagaimanakah agar kita dapat selalu memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya?
(42)
25
Kerusakan lingkungan dapat menyebabkan ketidakseimbangan sumber daya alam. Kerusakan lingkungan dapat disebab kan oleh pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan. Berikut ini adalah contoh pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan.
1. Penebangan pohon secara liar dan besarbesaran, 2. Perburuan hewan liar.
3. Penggunaan bahan bakar dan energi secara berlebihan.
Contoh-contoh tersebut dapat mengakibatkan kerusakan dan ketidakseimbangan lingkungan. Penebangan pohon secara liar dan besarbesaran menyebabkan hutan gundul dan tandus. Perburuan liar menyebabkan kepunahan pada jenis-jenis hewan. Selain itu, penggunaan bahan bakar dan energi yang berlebihan menyebabkan sumber daya alam ter sebut cepat habis. Oleh karena itu, lingkungan dan sumber daya alam harus dilestarikan. Apakah kamu mengetahui cara pelestarian lingkungan dan persediaan sumber daya alam dengan baik?
Berikut ini adalah beberapa cara agar lingkungan dan persediaan sumber daya alam baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati dapat tetap lestari.
1. Tidak mengambil sumber daya alam secara besar-besaran.
2. Berusaha mengembalikan keadaan lingkungan kembali seperti keadaan lingkungan sebelum pengambilan sumber daya alam
3. Pengambilan sumber daya alam harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memiliki izin.
(43)
4. Menghemat penggunaan sumber daya alam agar sumber daya alam tersebut tetap lestari.
2.7
Kerangka Berpikir
Media pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Melalui media pembelajaran guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran . Sehingga, siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Media pembelajaran dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan.
Buku pelajaran yang dimiliki oleh peserta didik lebih banyak berupa textbook, walaupun terdapat sedikit ilustrasi tapi belum cukup menarik bagi peserta didik. Ada pepatah yang sering kita dengar adalah “Buku adalah jendela dunia”. Karena dengan membaca, kita akan memperoleh pengetahuan, wawasan dan keterampilan. Jika buku adalah jendela dunia, berarti buku memiliki kedudukan penting dalam kehidupan. Meski sudah diakui sebagai sumber ilmu, membaca buku bagi masyarakat Indonesia belum menjadi sebuah kebutuhan.
Kesadaran pentingnya membaca memang masih sangat rendah. Membaca buku wajar dilakukan di sekolah-sekolah. Di luar sekolah, membaca masih dianggap kegiatan yang membosankan. Masyarakat lebih akrab dengan televisi daripada buku. Hal ini dapat terlihat, hampir tiap keluarga memiliki televisi, namun belum tentu mereka memiliki buku-buku bacaan, kecuali pelajaran sekolah. Masyarakat Indonesia lebih banyak membiarkan waktu terbuang.
Peserta didik cenderung tertarik membaca buku cerita yang runtut dan teratur sehingga mempermudah dalam memahami dan mengingatnya. Menurut
(44)
27
Ginting (2005) adalah Minat timbul jika peserta didik tertarik akan sesuatu yang dibutuhkan atau dipelajari bermakna bagi dirinya. Oleh karena itu, minat baca siswa harus ditanamkan dan dibina sejak usia dini, khususnya usia Sekolah Dasar. Dari sinilah, muncul gagasan menggabungkan antara daya tarik buku cerita dengan buku pelajaran sehingga siswa tertarik untuk membacanya.
Media buku cerita sangat tepat apabila digunakan dalam pembelajaran sains. Materi Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat tepat diajarkan melalui media buku cerita. Karena materi ini lebih banyak mengemukakan kegiatan – kegiatan manusia dalam kehidupan. Materi ini banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman peserta didik dalam mengetahui kegiatan-kegiatan yang menyebabkan kerusakan dan pelestarian lingkungan. Salah satu yang dapatmenggangu lingkungan. Misalnya penebangan pohon dihutan menyebabkan hutan menjadi gundul, membuang sampah disungai menyebabkan banjir pada musim penghujan, dan lain-lainnya. Hal – hal tersebut mengakibatkan bencana alam yang merupakan akibat dari tangan-tangan yang kurang bertanggung jawab.
Materi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sebab, dengan mempelajarinya dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang alam sekitar sehingga diharapkan dapat memahami, memanfaatkan dan melestarikan lingkungan sekitar dan sebagainya. Tinggi rendahnya prestasi belajar pada materi sumber daya alam tergantung pada usaha siswa dalam menguasai materi tersebut. Minat membaca dan belajar sains sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran agar tercapainya pembelajaran yang optimal. Dengan
(45)
adanya bahan ajar ini, diharapkan siswa dapat lebih memahami materi sumber daya alam, serta menjadi menjaga lingkungan agar tidak terjadi bencana alam. Penanggulangan bencana merupakan kegiatan yang berhubungan erat dengan tahap-tahap pencegahan, kesiapan, dan kesigapan. Dalam hal ini, dengan menyiapkan media pembelajaran yang mampu memberikan pengetahuan tentang bencana.
Dari uraian diatas kita bisa menarik sebuah pernyataan bahwa media buku cerita IPA akan membatu siswa untuk mendapatkan prestasi belajar IPA yang baik dan maksimal. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menciptakan media buku cerita bermuatan kebencanaa materi sumber daya alam dan di dalamnya dapat meningkatkan minat membaca, prestasi belajar sains dan sikap tanggap bencana.
2.8
Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Penggunaan buku cerita bermuataan kebencanaan dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas IV pada pokok materi Sumber Daya Alam
2. Penggunaan buku cerita bermuataan kebencanaan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada pokok materi Sumber Daya Alam
3. Penggunaan buku cerita bermuataan kebencanaan dapat meningkatkan sikap tanggap bencana siswa kelas IV pada pokok materi Sumber Daya Alam
(46)
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development, R&D). Menurut Sugiyono (2008: 297) Penelitian R & Dadalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji keefektifan produk tertentu. Bentuk desain uji cobanya adalah True Experimental Design dengan jenis Pretest-Posttest Control Group Desain. Pada
desain eksperimen ini, sebelumnya kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pre-test(O1) dan pre-test (O3). Menurut Sugiono (2010:303), desain penelitian
Pretest-posttest control group desaindapat ditunjukkan pada gambar 3.1 sebagai berikut. X
Gambar 3.1 Pretest-Posttest Control Groub Desain Keterangan :
O1 : nilai pre-test(sebelum pembelajaran dengan bahan ajar buku cerita) O2 : nilai post-test(setelah pembelajaran dengan bahan ajar buku cerita) X : bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam O3 : nilai pre-test(sebelum pembelajaran dengan tanpa bahan ajar buku cerita) O4 : nilai post-test (setelah pembelajaran dengan tanpa bahan ajar buku cerita)
3.2
Prosedur Penelitian
O1
O4
(47)
Agar penelitian sesuai dengan tujuan perlu disusun prosedur penelitian. Adapun prosedur penelitian ditunjukkan pada gambar 3.2 sebagai berikut.
Gambar 3.2 Skema Alur Penelitian
3.3
Penentuan Subjek Uji Coba
Subjek uji coba ini adalah SD N 3 Latak dan SD N 3 Ketangirejo tahun pelajaran 2012/2013. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Rincian Siswa Kelas IV SD
No Sekolah Jumlah siswa
Analisis kurikulum dan materi yang akan dikembangkan melalui buku cerita Merancang bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan mengacu pada RPP
yang disusun dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Membuat desain gambar dan cerita untuk buku cerita bermuatan kebencanaan
Validasi Pakar Desain Buku Cerita Bermuatan Kebencanaan
Uji Coba Produk skala kecil yaitu Uji keterbacaan bahan ajar pada siswa dan uji kelayakan bahan ajar pada guru SD
Bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam yang siap digunakan sebagai bahan ajar pendamping pembelajaran
Revisi Desain Buku Cerita Bermuatan Kebencanaan
Melakukan uji coba bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan pada siswa kelas IV SD N 3 Ketanggirejo
(48)
31
1 SD N 3 Ketangirejo 17
2 SD N 3 Latak 20
Jumlah 37
(Sumber: Administrasi kesiswaan SD N 3 Latak dan SD N 3 Ketangirejo Tahun Pelajaran 2012/2013)
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek uji coba adalah siswa Sekolah Dasar dan Guru Sekolah Dasar yaitu SD N 3 Latak dan SD N 3 Ketangirejo. Dosen pembimbing dan guru sekolah dasar menjadi sumber data dalam penilaian dan perbaikan prototipe buku cerita, dan uji coba media tersebut dilakukan pada siswa.
Kelompok eksperimen yaitu kelas IV SD N 3 Ketangirejo yang mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran menggunakan media buku cerita bermuatan kebencanaan, sedangkan kelas IV SD N 3 Latak sebagai kelompok kontrol yang mendapatkan pembelajaran tidak menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan.
3.4
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006:160). Instrumen dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 yaitu: perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data hasil belajar.
(49)
Perangkat pembelajaran ini terdiri atas silabus yang disesuaikan dengan sekolah dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3.4.2 Instrumen pengumpulan data hasil belajar 3.4.2.1Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara yang telah ditentukan (Arikunto, 2006:150).Tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa pokok bahasan Sumber Daya Alam. Soal tes diujicobakan terlebih dahulu pada kelas uji coba, yaitu kelas yang telah memperoleh pelajaran IPA pokok bahasan Sumber Daya Alam dalam hal ini kelas V SD N 3 Ketangirejo. Setelah soal tes dianalisis digunakan sebagai soal pre test dan post test. Soal tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
3.4.2.1.1 Tes essay
Tes essay digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks bahan ajar sehingga diperoleh informasi bahwa bahan ajar buku cerita tersebut mudah dipahami atau tidak. Tes essay ini terdiri atas 25 butir soal yang merupakan soal yang terdapat pada buku cerita.
3.4.2.1.2 Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi. Pengumpulan data dengan metode tes dilakukan pada pembelajaran sebelum (pre test) dan setelah (post test)menggunakan bahan ajar buku cerita. Sehingga dapat
diketahui perbedaan hasil dalam pembelajaran dengan menggunakan buku cerita dan tanpa buku cerita. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa
(50)
33
yang meliputi aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). Soal tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu bentuk objektif tipe pilihan ganda.
Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukurapa yang diinginkan (Arikunto, 2006:168).Validitasdalam penelitian ini adalah validitas isi soal. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi yang diberikan.
Hasil analisis nilai uji coba menunjukkan bahwa semua soal uji coba yang valid. Soal-soal valid tersebut belum tentu dapat dipakai sebagai soal post test, karena selain valid, soal yang dijadikan sebagai soal post test juga harus memenuhi kriteria indeks kesukaran, daya pembeda, dan juga relibilitas.
Taraf Indeks Kesukaran
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi kriteria validitas perlu juga dianalisis tingkat kesukarannya. Menurut Arikunto (2006:210) rumus analisis tingkat kesukaran soal adalah :
Keterangan :
= Indeks kesukaran
= jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah IK A JB B JB B A B A JS JS JB JB IK
(51)
= banyak siswa pada kelompok atas = banyak siswa pada kelompok bawah Kriteria :
P > 0,7 = sukar 0,3≤ P ≤ 0,7 = sedang P< 0,3 = mudah
Kriteria indeks kesukaran soal ada tiga berdasarkan harga indeks kesukaran soal. Kriteria-kriteria tersebut yaitu, sukar, sedang, dan mudah. Hasil dari perhitungan indeks kesukaran soal uji coba ditunjukkan pada tabel 3.2 sebagai berikut
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria
Indeks Kesukaran
Nomor Soal Jumlah
Butir Soal
Sukar 3, 13 2
Sedang 1, 7, 10, 11, 12, 16, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 27, 32, 33, 34, 36, 40
18 Mudah 2, 4, 5, 6, 8, 9, 14, 15, 20, 21, 22,
26, 28, 29, 30, 31, 35, 37, 38, 39
20
Jumlah 40
Reliabilitas
Reliabel adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sugiyono, 2006:273). Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat menunjukkan hasil yang relatif atau tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah
A JS
B JS
(52)
35
subyek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Menurut Arikunto (2006:188) untuk mencari reliabilitas bentuk pilihan ganda menggunakan rumus sebagai berikut:
∑
Keterangan:
r11 : reliabilitas instumen
k : banyaknya butir pertanyaan vt : varians total
p : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsisubjek yang mendapat skor 1)
Berdasarkan analisis realibilitas soal pada Lampiran 6 diperoleh r11 sebesar 0,773. Hal ini menunjukkan instrumen bersifat sangat reliabel, sehingga instrumen ini layak digunakan dalam penelitian untuk mengukur hasil belajar kognitif. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara tes yang berkemampuan tinggi dengan tes yang berkemampuan rendah.
(53)
A B A JS JB JB
DP atau
B B A JS JB JB
DP
Keterangan:
DP = Daya Pembeda
= Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah = Banyaknya siswa pada kelompok atas
= Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria indeks daya pembeba soal ada lima yaitu sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik. Kriteria daya pembeda ditunjukkan pada tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda
Inteval Kriteria
0,00 0,00< 0,20 0,20< 0,40 0,40< 0,70 0,70< 1,00 Sangat jelek jelek cukup baik sangat baik
Kriteria daya pembeda soal ada lima berdasarkan nilai daya pembeda soal tersebut. Kriteria-kriteria tersebut yaitu, tidak baik, jelek, cukup, baik, dan sangat baik. Jumlah butir soal dan nomor soal dengan kriteria tidak baik, jelek, cukup, baik, dan sangat baik dapat dilihat pada Tabel 3.4
A JB B JB A JS B JS DP DP DP DP DP
(54)
37
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Kriteria
Daya Pembeda
Nomor Soal Jumlah
Butir Soal
Sangat jelek 10 1
Jelek 1, 2, 3, 6, 8, 11, 13, 14, 20, 21, 23, 25, 30,
13 Cukup 4, 5, 7, 9, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 22, 24,
26, 27, 28, 29, 31, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40
24
Baik 32, 33, 2
sangat baik
Jumlah 40
3.4.2.2Non-tes
3.4.2.2.1 Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama siswa anggota sampel dan data nilai ulangan kelas IV SD Negeri 3 Ketangirejo dan SD Negeri 3 Latak. Data nilai digunakan untuk analisis tahap awal.
3.4.2.2.2 Angket
Bisa disebut juga kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2006:151). Angket diberikan kepada siswa yang berasal dari kelompok eksperimen pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan buku cerita bermuatan kebencanaan, minat membaca dan sikap tanggap bencana terhadap Hasil
(55)
BelajarSiswa Kelas IV SD Negeri 3 Ketanggirejo dan SD Negeri 3 Latak pada Materi Pokok Sumber Daya Alam. Hasil angket dianalisis secara deskriptif dengan membuat tabel frekuensi jawaban siswa kemudian ditarik kesimpulan. Lembar angket tanggapan dan pedoman penilaiannya. Metode angket yang digunakan untuk menganalisis atau memperoleh data tentang pengujian atau penilaian media.
1) Angket Penilaian Prototipe
Angket penilaian prototipe digunakan untuk mengetahui penilaian secara objektif tentang keefektifan terhadap buku cerita yang telah dihasilkan. Selain itu, guru dapat memberikan saran secara umum untuk perbaikan media buku cerita anak apabila masih terdapat kekurangan.
2) Angket Uji Kelayakan
Angket uji kelayakan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar buku cerita sains sehingga didapatkan informasi bahwa buku cerita sains ini layak atau tidak digunakan sebagai bahan ajar. Kisi-kisi angket uji kelayakan bahan ajar buku cerita sains ditinjau dari dimensi tampilan, bahasa, dan materi. Angket ini terdiri dari 15 butir pernyataan yang diisi oleh guru SD sebagai responden. Sistem penskoran menggunakan 3 pilihan, yaitu Sangat Baik dengan skor 3, Baik dengan skor 2, dan Kurang baik dengan skor 1.
3) Angket Uji Keterbacaan
Angket uji keterbacaan digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahan ajar buku cerita sains sehingga didapatkan informasi bahwa buku cerita sains ini dapat atau tidak digunakan sebagai bahan ajar. Angket ini terdiri dari 25
(56)
39
butir pernyataan yang diisi oleh siswa SD sebagai responden. Setiap butir soal merupakan soal yang dibuat dari buku cerita, sehingga dapat dengan mudah dijawab apabila siswa memahami isi cerita.
4) Angket Penilaian minat membaca
Angket penilaian minat digunakan untuk menilai minat siswa secara langsung dari siswa. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar minat membaca buku bagi. Kisi-kisi angket uji kelayakan bahan ajar buku cerita sains ditinjau dari dimensi kebutuhan, perasaan, dan lingkungan. Angket ini diberikan kepada siswa sebelum dan setelah membaca buku cerita bermuatan kebencaanan. Angket ini terdiri dari 20 butir pernyataan yang diisi oleh siswa SD sebagai responden. Sistem penskoran menggunakan 3 pilihan, yaitu Ya dengan skor 3, Bingung dengan skor 2, dan Tidak dengan skor 1.
5) Angket penilaian sikap tanggap bencana
Angket penilaian tanggap bencana digunakan untuk menilai tanggap bencana secara langsung dari siswa. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tanggap siswa terhadap bencana alam. Kisi-kisi angket uji kelayakan bahan ajar buku cerita sains ditinjau dari dimensi pengurangan risiko bencana, adaptasi perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan. Angket ini diberikan kepada siswa sebelum dan setelah membaca buku cerita bermuatan kebencaanan. Angket ini terdiri dari 15 butir pernyataan yang diisi oleh siswa SD sebagai responden. Sistem penskoran menggunakan 3 pilihan, yaitu Ya dengan skor 3, Bingung dengan skor 2, dan Tidak dengan skor 1.
(57)
3.5
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan langkah paling penting dalam penelitian, karena dalam analisis data dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang sudah diajukan. Analisis data dalam penelitian adalah digunakan untuk menguji pembelajaran menggunakan buku cerita untuk meningkatkan minat membaca, prestasi belajar sains dan sikap tanggap bencana.
3.5.1 Analisis Kelayakan Bahan Ajar
Tingkat kelayakan bahan ajar dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan:
% = persentase skor
n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum Kriteria tingkat kelayakan bahan ajar: 0% < nilai ≤ 25% = kurang baik 26% < nilai ≤ 50% = cukup 51% < nilai ≤ 75% = baik
76% < nilai ≤ 100% = sangat baik
3.5.2 Analisis Keterbacaan Bahan Ajar
Untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks bahan ajar dihitung dengan mencari proporsi jawaban benar dikalikan 100, secara sistematis:
(58)
41
Keterangan:
X = besarnya tingkat keterbacaan teks bahan ajar ∑X1 = jumlah proporsi jawaban yang benar
n = banyak siswa
Hasil akhir keterbacaan teks bahan ajar dalam bentuk skor, kemudian dibandingkan dengan kriteria Bormuth sebagai berikut:
<37% = bahan ajar sukar dipahami
37% - 57% = bahan ajar telah memenuhi syarat keterbacaan >57% = bahan ajar mudah dipahami
3.5.3 Analisis Minat Membaca
Hasil tentang minat diperoleh dari angket yang diberikan sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar.
Kriteria tingkat minat siswa:
25% < nilai ≤ 43,75% = kurang baik 43,75% < nilai ≤ 62,50% = cukup 62,50% < nilai ≤ 81,25% = baik
81,25% < nilai ≤ 100% = sangat baik 3.5.4 Analisis Sikap Tanggap Bencana
Hasil tentang sikap tanggap bencana diperoleh dari angket yang diberikan sebelum dan sesudah menggunakan buku ajar.
(59)
Kriteria sikap tingkat tanggap bencana siswa: 25% < nilai ≤ 43,75% = kurang baik 43,75% < nilai ≤ 62,50% = cukup 62,50% < nilai ≤ 81,25% = baik 81,25% < nilai ≤ 100% = sangat baik Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana (2005:273), uji normalitas menggunakan rumus :
∑
Keterangan :
= chi kuadrat
Ei = frekuensi yang diharapkan Oi = frekuensi pengamatan k = jumlah kelas interval
Jika yang diperoleh berada pada daerah penerimaan Ho, maka datatersebut terdistribusi normal.
Uji Kesamaan Varians
Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak (Sudjana, 2005:249).
(60)
43
Keterangan:
s12 = varians kelompok eksperimen s22 = varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis Ho jika : F(1-α)(n1-1)< F < F1/2α(n1-1, n2-1) . Uji t
Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar, minat membaca, dan sikap tanggap bencana kelas ekperimen dan kelas kontrol digunakan uji-t menurut Sugiyono (2008:122) dengan persamaan sebagai berikut :
̅ ̅
√ √ √
Keterangan :
̅ : nilai rata-rata sampel 1 ̅ : nilai rata-rata sampel 2 S1 : simpangan baku sampel 1 S2 : simpangan baku sampel 2
: variansi data kelas eksperimen : variansi data kelas kontrol
Kriteria yang digunakan adalah terdapat perbedaan yang signifikan apabila harga t hitung tidak memenuhi t hitung <t tabel dengan derajat kebebasan untuk tabel distribusi t adalah (n1+ n2- 2) dengan taraf signifikansi () = 5 %.
2 2 2 1 s s F
(61)
Uji Gain ternormalisasi
Untuk mengetahui peningkatan minat membaca siswa, prestasi belajar sains dan sikap tanggap bencana sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan buku cerita sains. Menurut Wiyanto (2008:86) digunakan rumus normal gain sebagai berikut:
Keterangan:
= Skor rata-rata tes akhir (%) = Skor rata-rata tes awal (%) Kriteria faktor :
g 0,7 = tinggi 0,3≤ g < 0,7 = sedang g < 0,3 = rendah
Uji signifikansi peningkatan minat membaca
Untuk mengetahui signifikansi peningkatan minat membaca sebelum dan sesudah menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan digunakan rumus t-test. Menurut Arikunto (2006: 311), hipotesis dan rumus t-test yang digunakan adalah: Ho= tidak terdapat peningkatan yang signifikan antara pretest dan post test
Ha= terdapat peningkatan yang signifikan antara pretest dan post test
y x y x 2 2 y x 1 N 1 2 N M M t t t X X(62)
45
Keterangan :
Mx = Nilai rata-rata peningkatan minat membaca kelas kontol My = Nilai rata-rata peningkatan minat membaca kelas eksperimen Σx12 = Jumlah standar deviasi kelas kontrol
Σy12 = Jumlah standar deviasi kelas eksperimen
Nx = Banyaknya siswa kelas kontol yang mengikuti tes Ny = Banyaknya siswa kelas kontol yang mengikuti tes
(63)
(64)
47
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Setelah mengadakan penelitian dengan menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam, diperoleh data-data sebagai berikut: 4.1.1 Hasil Prototipe Buku Cerita Bermuatan Kebencanaan
Buku cerita bermuatan kebencanaan merupakan bahan ajar pendamping berupa cerita bergambar yang memuat materi sumber daya alam. Buku Cerita ini disusun berdasarkan kurikulum untuk kelas IV SD.
Pada proses pembuatan buku cerita sains langkah pertama adalah pembuatan alur cerita yang sesuai dengan kurikulum dan materi sumber daya alam. Langkah-langkah pada pembuatan ceritameliputi penentuan karakter tokoh, setting atau latar, dan alur cerita. Langkah yang terakhir adalah pembuatan ilustrasi gambar serta pewarnaan sesuai dengan tema bermuatan kebencanaan yaitu hutan dan sungai. Salah satu contoh ilustrasi dalam buku cerita tentang bencana banjir seperti nampak pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Ilustrasi Saat Terjadi Banjir
(65)
Bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan terdiri atas 86 halaman yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pendahuluan dan bagian isi. Sampul buku cerita bermuatan kebencanaan disajikan berwarna. Sampul buku cerita bermuatan kebencanaan ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Sampul Depan Buku Cerita
Bagian awal buku cerita berisi daftar isi. Bagian isi berisi cerita bermateri sumber daya alam yang terdiri atas cerita Banjir, Jangan Bakar Hutan Robi, Hutanku Jadi Jalan, Pancing Jadi Obat dan Menggali Pasir. Daftar isi buku cerita bermuataan kebencanaan seperti nampak pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Daftar Isi Buku Cerita DAFTAR ISI
Halaman Depan... i Daftar Isi... ii Cerita Banjir... 1 – 22 Cerita Jangan Bakar Hutan Robi... 23- 40 Cerita Hutanku Jadi Jalan... 41 – 58 Cerita Pancing atau Obat... 59 – 70 Cerita Menggali Pasir... 71 - 86
(66)
49
4.1.2 Hasil Uji Kelayakan
Uji kelayakan dilakukan pada guru SD dengan menggunakan instrumen lembar angket uji kelayakan. Angket uji kelayakan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan, sehingga didapatkan informasi bahwa buku cerita ini layak atau tidak digunakan sebagai pendamping bahan ajar. Kisi-kisi angket uji kelayakan bahan ajar buku cerita ditinjau dari dimensi materi, tampilan, dan bahasa. Skor kelayakan yang didapatkan adalah 88,89 %, artinya kelayakan buku cerita bermuatan kebencanaan alam berada pada kategori sangat layak. Skor setiap aspek kelayakan buku cerita bermuatan kebencanaan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Skor Setiap Aspek Kelayakan Buku Cerita No Aspek Kelayakan Persentase (%) Kriteria
1 Materi 100 % Sangat Layak
2 Tampilan 83,33 % Layak
3 Bahasa 85,19 % Sangat Layak
Total Persentase 88,89 % Sangat Layak
4.1.3 Hasil Uji Keterbacaan
Uji Keterbacaan berupa tes uraian singkat. Tes Uraian digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks bahan ajar, sehingga diperoleh informasi bahwa bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan mudah dipahami atau tidak. Uji keterbacaan dilakukan pada siswa yang pernah mendapatkan materi sumber daya alam. Skor keterbacaan yang didapatkan adalah 81,60%, menunjukkan bahwa keterbacaan buku cerita bermuatan kebencanaan mudah dipahami. Skor
(67)
keterbacaan setiap cerita dalam buku cerita bermuatan kebencanaan disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Skor Keterbacan Setiap Cerita
No Cerita Persentase (%) Kriteria
1 Banjir 88 % Mudah dipahami
2 Jangan Bakar Hutan Robi 76 % Mudah dipahami
3 Hutanku Jadi Jalan 76 % Mudah dipahami
4 Pancing atau Obat 84 % Mudah dipahami
5 Mengali Pasir 84 % Mudah dipahami
Total Persentase 81,60 % Mudah dipahami
4.1.4 Hasil Prestasi Belajar Sains
Peneliti mengukur peningkatan prestasi belajar sains dengan materi sumber daya alam dengan buku cerita bermuatan kebencaaan menggunakan hasil belajar kognitif. Pada awalnya peneliti memberikan soal pre test dan pada tahap akhir peneliti menggunakan post test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat disajikan
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data Hasil Prestasi Belajar Siswa
No
Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre Test Post Test Pre Test Post Test
1 Nilai Terendah 35 70 25 55
2 3
Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
65 49,41
100 82,94
60 44,5
85 69,75
(68)
51
Nilai terendah, nilai tertinggi dan nilai rata-rata pre test pada kelas eksperimen sebesar 35, 65 dan 49,41, sedangkan kelas kontrol sebesar 25, 60 dan 44,5. Jika dilihat dari nilai-nilai pre test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai perbedaan. Nilai post test pada kelas eksperimen sebesar 70, 100 dan 82,94, sedangkan kelas kontrol sebesar 55, 85 dan 69,75. Jika dilihat dari nilai-nilai post test kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai perbedaan. Nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Penguasaan materi post test untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol dianalisis dengan uji t dan uji gain. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan bahan ajar buku cerita dan tidak menggunakan bahan ajar buku cerita digunakan uji-t. Analisis uji t menghasilkan harga t = 4,98, berdasarkan tabel, harga t untuk α = 5% dengan dk = 17 + 20 - 2 = 35 adalah 2,03. Karena harga t yang diperoleh berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil belajar
35 70 25 55 65 100 60 85 49,41 82,94 44,5 69,75 0 20 40 60 80 100 120
Pre Tes Post Tes Pre Tes Post Tes
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
(1)
SIKAP TANGGAP BENCANA KELAS KONTROL
No Kode
Nilai Pre Test
Nilai
Post Test Gain Keterangan
1 KK-1 82.22 88.89 0.38 sedang
2 KK-2 77.78 88.89 0.50 sedang
3 KK-3 80.00 88.89 0.44 sedang
4 KK-4 88.89 91.11 0.20 rendah
5 KK-5 86.67 91.11 0.33 sedang
6 KK-6 75.56 82.22 0.27 rendah
7 KK-7 86.67 91.11 0.33 sedang
8 KK-8 86.67 91.11 0.33 sedang
9 KK-9 88.89 93.33 0.40 sedang
10 KK-10 91.11 95.56 0.50 sedang
11 KK-11 82.22 86.67 0.25 rendah
12 KK-12 77.78 82.22 0.20 rendah
13 KK-13 82.22 88.89 0.38 sedang
14 KK-14 75.56 82.22 0.27 rendah
15 KK-15 77.78 86.67 0.40 sedang
16 KK-16 68.89 75.56 0.21 rendah
17 KK-17 80.00 84.44 0.22 rendah
18 KK-18 86.67 91.11 0.33 sedang
19 KK-19 84.44 88.89 0.29 rendah
20 KK-20 75.56 82.22 0.27 rendah
∑ 1635.56 1751.111
(2)
182
Lampiran 80
UJI GAIN PENINGKATAN SIKAP TANGGAP BENCANA
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
RATA – RATA
KELOMPOK EKSPERIMEN
( dalam % )
KELOMPOK KONTROL ( dalam % )
PRE TEST
80,92
81,78
POST TEST
91,37
87,56
= = kriteria nilai g
g > 0,7 tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 sedang
g < 0,3 rendah UJI GAIN KELAS EKSPERIMEN
91.37% - 80.92%
= = 0.55 <g> = sedang
100% - 80.92% skor rata-rata tes awal (%) skor rata-rata tes akhir (%)
pre pre post
S
S
S
g
0 0100
pre S post S gUJI GAIN KELAS KONTROL
87.56% - 81.78%
= = 0.32 <g> = sedang
100% - 81.78%
(3)
(4)
184
(5)
(6)
186
Lampiran 84
`