Kajian Keberhasilan Transformasi Pekerjaan dari Petani ke Pengrajin Industri Kecil

KAJIAN KEBEKHASILAN TRANSFORMASI PEKERJAAN
DARI PETANI KE PENGRAJIN INDUSTRI KECIL

Oleh:

FZAVIK KARSIDI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

* Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan,
dan sesudah kesulitan pasli ada kemudahan.

(Q.S.94:6-7
)
Barangsiapa bersungguh-sungguh,
maka akan rnendapatkan.
( Al Hadis )


STUDY ON THE SUCCESS OF OCCUPATION TRANSFORMATION
FROM FARMER TO SMALL SCALE INDUSTRY WORKER
ABSTRACT

The objectives of this study were (1) to know the causes and the process of
occupation transformation from farmer to small scale industries' worker, (2) to
describe the factors that brought the success of those occupation transformation,
and (3) to formulate the model of the extension service for small scale industry in
the rural areas. The study was conducted in the regencies of Sukoharjo and
Klaten, Central Java.
The push-and-pull factors that causes the occupation transformation from
farmers to small scale industries' workers varied from the fulfilment of the need of
life, the limited supply of farm fand, other people's invitation, continuing the
parents' enterprise, the higher level of wages in the craft industry sector, and the
availability of apprenticeship system to the senior craftsmen. The apprenticeship
system became the dominant non formal education that transformed the farmers
from agriculture to smal scale industry. The transformation of jobs from
agriculture to small scale industry had caused the social mobility, either vertically
or horizontally; further, it created new social stratification and diversification in
the rural areas. Since most of the households of the surveyed villages changed

their occupation from farming to crafts industry, the character of the rural villages
which was agrarian changed to industry character.
The successful craftsmen were the ones who mastered the whole
productive (business) process, these were the production technics, the
management, the finance, and the market network of the small scale industry.
The succesfull craftsmen also increased their per capita income, their economic
asset of the craftsmen, and made the craftsmen feel satisfied with their job.
There was a significant relationship between the knowhow of small scale
industry, the self reliant entrepreneurship, with the success of the business in the
transformation of jobs from farmers to craftsmen. The dominant factors
influencing the knowhow of the small scale industry was the participation in the
formal education and the number of courses related to the small scale industry.
The dominant factors that influenced the business self reliance of the craftsmen
were, significantly, the knowhow on the production technic, on the financial
aspect of the small scale industry, and on the knowhow on the marketing. Due to
the limited opportunity available on the formal education and on the short
courses in small scale industry subjects, the apprenticeship system of the
craftsmen became the dominant learning system in their way to reach the self
reliance in business and the success in the transformation from farmers to
craftsmen. Therefore, it could be concluded, that the apprenticeship system

could be developed into an extension service of the small scale industry. The
extension service of the small scale industry should be developed based on the
competencies of the small scale industry it self.

Revlk Kernid/. Kajian Keberhasilan Transfonnasi Pekerjaan dari Petani ke
Pengmjin lndustri Kecit. Dibawah bimbingan Pang S. Asngari sebagai Ketua.
dan Mamono Slamet, Sediono M.P.Tjondmnegoro, Prabowo Titmpranoto,
Khairil Anwar Notodlputro, sebagai anggota.

dan

Bergesemya peranan lapangan kerja dari bidang pertanian, yang sering
disebut sebagai sektor tradisional, ke industri merupakan suatu fenomena sosial
yang menarik. Latar belakang petani yang dengan atribut budaya dan perilaku
tradisional kemudian pindah pekerjaan ke bidang industri dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan segala atribut budaya dan ciri perilaku modem di
bidang industri.
Adapun dari jenis industri, yang mudah atau mungkin dimasuki oleh yang
semula petani adalah jenis


industri kecil, karena longgar persyaratannya.

Sungguhpun demikian, bukan berarti bahwa perpindahan pekerjaan tersebut
tidak memerlukan tuntutan persyaratan perubahan perilaku tertentu yang haws
disiapkan dan diantisipasi oleh mereka.
Semakin terbukanya lapangan keja di sektor industri kecil ini di satu pihak,
dan melimpahnya tenaga kerja pertanian yang tak lagi mampu tertampung di
sektor pertanian di pihak lain, merupakan suatu kesenjangan ( g a p ) yang harus
dapat

dipertemukan.

Kesenjangan tersebut tejadi antara lain karena pada

angkatan kerja Indonesia umumnya diantaranya adalah berpendidikan Sekolah
Dasar ke bawah. Jumlah terbesar dari mereka ini adalah dari angkatan kerja di
bidang pertanian. Keadaan demikian memberikan gambaran bahwa jika tenaga
kerja yang berkualifikasi tingkat pendidikannya sangat rendah tersebut masuk ke
sektor


industri kecil,

maka

sektor

industri

kecil

benar-benar

sebagai

penampungan tenaga kerja yang unskilled labour.
Mereka yang semula petani (dalam penelitian ini adalah tenaga kerja sektor
pertanian usaha tani padi, baik mereka sebagai buruh tani, penyakap, atau
petani pemilik lahan) kemudian melakukan transformasi pekerjaan ke bidang
industri dituntut untuk mampu beradaptasi dalam


rnengantisipasi perubahan

yang ada. Mereka harus menyesuaikan perilakunya karena perpindahan
pekejaan

itu.

Untuk

dapat

memenuhi

kebutuhan

hidupnya,

mereka

menyesuaikan dengan tuntutan pekerjaannya dalam industri kecil tersebut.

Upaya

tersebut tidak lain adalah petwujudan untuk mencapai kemandirian

berusaha yang muncul sebagai wujud mencapai keberhasitan transformasi
pekejaan dari petani ke industri kecil di pedesaan.
Dalam kondisi demikian, rnaka penyuluhan dan upaya pengembangannya
sangat dibutuhkan mereka untuk mengantisipasi perubahan tersebut. Kebutuhan
penyuluhan berkenaan dengan peningkatan pengetahuan, ketrsmpilan dan
pembentukan danlatau perubahan sikap, sedangkan kebutuhan pengembangan
berkenaan dengan bentuk bantuan kemudahan atau fasilitas untuk
sarnpai dengan

pemasaran yang

produksi

bertujuan mengatasi masalah praMis

operasional usaha.

Studi ini mengangkat masalah berkenaan dengan penyebab dan proses
tejadinya transformasi pekejaan dari petani ke pengrajin serta faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan usahanya sebagai pengrajin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengungkapkan sebab-sebab dan
proses tejadinya transformasi pekerjaan petani ke pengrajin industri kecil
pedesaan;

(2) menjelaskan

gambaran keberhasilan usaha para pengrajin

industri kecil yang semula bekas petani; (3) mengungkapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan transformasi pekerjaan petani ke pengrajin industri
kecil; dan (4) merumuskan model penyuluhan industri kecil yang menunjang
keberhasilan usaha bagi pengrajin industri kecil di pedesaan.
Dari kajian teoritis, dapat disimpulkan bahwa faktor latar belakang sosial
ekonomi seseorang yang meliputi penguasaan lahan dan pemilikan aset
pertanian non lahan, serta pemilikan barang baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak,


faktor latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja,

faktor akses informasi (termasuk tingkat kosmopolitansi mereka), dan faktor
pengetahuan tentang industri kecil, telah mendorong perpindahan pekerjaan dari
petani ke bidang industri (termasuk industri kecil). Selain itu, faktor kebijakan

negara tentang industrialisasi juga telah mendorong pertumbuhan industri
(terutama

industri

kecil)

di

daerah

pedesaan,

sehingga


memunculkan

"kesempatan dan peluang berusaha" bagi mereka untuk bekerja atau menjadi
pengrajin industri kecil.
keberhasilan

Hal-ha! tersebut kemudian ikut mernpengaruhi

berusaha mereka di bidang industri dan unsur-unsur tersebut

menjadi penting untuk dipertirnbangkan sebagai variabel yang mempengaruhi
tingkat kemandirian bekerja mereka dan tingkat

keberhasilan transformasi

pekerjaan dari petani ke pengrajin industri kecil.
Penelitian ini bersifat explanatory study yaitu berusaha menjelaskan
pengaruh dan hubungan antar variabel, berdasar kenyataan empiris dan
diberikan penjelasan kualitatif.

Popufasi penelitian ini adalah seluruh pengrajin industri kecil yang semula
petani di daerah pedesaan Eks. Karesidenan Surakarta Jawa Tengah.

Sub

populasi ditentukan atas dasar jenis dan jumlah industri kecil yang ada di lokasi
ini, yaitu terdapat 1.353 orang pengrajin pengusaha industri kecil kayu, rotan
dan logamlpande besi. Dari 1.353 jenis industri kecil di enarn wilayah di
Surakarta tersebut, dipilih Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo. Sampel
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik

proportional sfratified

random sampling, dengan komposisi sampel 40 persen dari sub bagian
populasi, yaitu 218 responden.
Analisis data statistik dilakukan dengan "analisis jalur" dan dicari nilai
regresinya. Nilai yang dipergunakan yaitu " nilai penduga koefisien regresi yang
dibakukan" (strandardized estimate = diberi notasi b*) dengan membandingkan
nilai-p ( probabilitasnya). Khusus penyajian profil responden dilakukan dengan
tabulasi silang dan analisis persentase. Analisis kualitatif juga dipergunakan
dalam interpretasi data yang ada.
Berdasarkan hasil analisis, kasus di
mendukung, diperoleh beberapa kesimpulan.
industri kecil di desa-desa

lapangan dan pustaka yang
Pertama: komposisi

pengrajin

wilayah penelitian ini, dibandingkan dengan

penduduk yang bekeja di sektor jasa den industri kecil tampak bahwa jumlahnya

cukup banyak, yaitu (1) di sentra cor logam ada 87 persen, (2) di sentra pande
besi ada 58.5 persen, (3)di sentra kayu ada 62,5 persen, dan (4) di sentra
rotan ada 25.8 persen.
Kedua: Penyebab terjadinya transformasi pekerjaan dari petani ke
pengrajin industri kecil, antara lain karena: (1) semakin sempitnya lahan
pertanian sehingga kesempatan kerja

pertanian berkurang,

(2) adanya

kesempatan kerja yang tersedia disektor pengrajin baik karena ajakan orang lain
maupun berusaha karena cobacoba, (3)meneruskan usaha orang tua, (4) daya
tarik pendapatan dari sektor pengrajin yang lebih baik daripada pekerjaan
pertanian, dan (5) adanya mitos dan peneguhan hati bahwa diri mereka mampu
menjadi pengrajin industri kecil.
Ketiga: Proses transformasi pekerjaan petani ke pengrajin industri kecil,
berjalan tidak secara

linier: artinya,

tidak selalu dalam urutan proses yang

sama antara orang satu dengan yang lain. Pengrejin yang berhasil kernudian
dapat menjadi pengrajin pengusaha. Terjadinya transformasi pekerjaan petani
ke pengrajin telah mempengaruhi tidak saja terjadinya diferensiasi sosial tetapi
juga terjadinya stratifikasi sosial dan mobilitas sosial penduduk desa kerajinan
baik vertkal maupun horisontal. Hal demikian telah mengubah citra dari ciriciri
agraris pedesaan di wilayah ini.
Keernpat: Pengrajin industri kecil yang berhasil dalam berusaha ditandai
dengan penguasaan yang menyeluruh dari kompetensinya sebagai pengrajin,
yaitu meliputi penguasaan unsur-unsur pengetahuan tentang teknologi produksi,
permodalan, manajemen dan pemasaran tentang industri kecil, dan penguasaan
unsur-unsur kemandirian berusaha terutama kreativitas, prakarsa, keuletan
berusaha, keberanian rnengambil resiko, dan kewirausahaan..
Kelima: Pembentukan pengetahuan pengrajin

tentang industri kecil

dipengaruhi secara nyata oleh tingakt pendidikan formal, dan jumlah kursus
kerajinan yang pemah diikuti, sedangkan kemandirian berusaha pengrajin
industri kecil dipengaruhi secara nyata
tentang industri kecil.

oleh unsur-unsur pengetahuannya

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pernbentukan

pengetahuan

tentang

industri

kecil

dan

kemandirian berusaha

keikutsertaannya dalam magang untuk menjadi pengrajin.

adalah

Dengan tidak

meratanya kesempatan mengikuti pendidikan formal dan kursus kerajinan bagi
pengrajin, faktor utama yang mempengaruhi pembentukan pengetahuan tentang
industri kecil

dan kemandirian berusaha adalah rnagang

kepada pengrajin

industri kecil terdahulu.
Keenam: Keberhasilan berusaha

(sebagai hasil dari transformasi

pekerjaan petani ke pengrajin industri kecil) dipengaruhi secara nyata oleh
kemandirian berusahanya terutama

berkaitan langsung dengan kreafivitas

berusaha, prakarsa berusaha dan keuletan berusaha,

dan kepemiiikan aset

barang bergerak, serta berkaitan juga dengan keberaniannya mengambil resiko
berusaha dan kewirausahaan.
Ketujuh: Terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan tentang
industri kecil, tingkat kernandirian berusaha, dan keberhasilan berusaha dalam
rangka transforrnasi pekerjaan dari petani ke pengrajin.
Kedelapan:

Terdapat

sembilan

variabel

internal

yang

dominan

mempengaruhi keberhasilan transformasi pekerjaan petani ke pengrajin industri,
yaitu: pengetahuan teknologi industri kecil, pengetahuan permodalan industri
kecil, pengetahuan manajemen industri kecil,

kreativitas berusaha, prakarsa

berusaha, keuletan berusaha, keberanian mengambil resiko, dan kewirausahaan
pengrajin, serta kepemilikan aset barang bergerak. Sembilan variabel tersebut
diidentifikasikan sebagai kebutuhan pembelajaran bagi pengrajin industri kecil,
karena merupakan kompetensi yang harus dikuasainya untuk dapat berhasil
dalam berusaha sebagai pengrajin. Oleh karena itu, kesembilan variabel
tersebut disarankan sebagai materi dasar bagi penyuluhan mereka. Selain itu,
juga terdapat tiga variabel ekternal yang berpengaruh kepada variabel internal
dan pada gilirannya mempengaruhi keberhasilan transformasi pekerjaan petani
ke pengrajin industri, yaitu: tingkat pendidikan formal,

kursus atau pelatihan,

dan magang kepada pengrajin industri kecil pendahulunya.

Kesembilan: Sudah ada kegiatan penyuluhan bagi pengembangan
industri kecil di lokasi penelitian ini tetapi masih belum cukup optimal dalam
pelaksanaannya, karena masih sering terjadi tumpang-tindih program dan fungsi
pelayanan penyuluhan. Model pelayanan penyuluhan industri kecil yang tepat
seharusnya mengacu pada kompetensi pengrajin, yang dapat dibedakan atas
kompetensi sebagai tenaga trampil pekerja industri kecil, kompetensi sebagai
pengrajin industri kecil, dan kompetensi sebagai pengrajin pengusaha dan
dilakukan daiam kegiatan yang terpadu.
Untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di pedesaan dan pengernbangan industri di pedesaan, usaha kerajinan industri kecil dapat dijadikan
altematif sebagai kesempatan untuk menampung dan menyalurkan SDM yang
ada di pedesaan.
Pelaksanaan penyuluhan dalarn upaya pengembangan industri kecil di
pedesaan perlu mengacu pada penguasaan kompetensi yang menunjang
keberhasilan usaha pengrajin dan dilaksanakan dalam kegiatan yang terpadu.
Mengingat pentingnya peranan pendidikan magang industri bagi calon
pengrajin industri kecil, perlu dilakukan optimalisasi fungsi pendidian magang
tersebut sebagai metode penyuluhan industri
Selain itu, karena implementasi penyuluhan industri belum sepenuhnya
berjalan secara optimal dan sering terjadi tumpang tindih antar program,
sehingga perlu dilakukan reorientasi konsep penyuluhan industri yang berada
pada departemen

teknis

(termasuk

bentuk

kerjasama antar

pelaksana

penyuluhan industri), peningkatan SDM penyuluh disemua jenjang,

dan

reorientasi sistem pembinaan SDM di tingkat pelaku industri kecil, serta upaya
teknis dan akademis lainnya.

KAJIAN KEBERHASILAN TRANSFORMASI PEKERJAAN
DARI PETANI KE PENGRAJIN INDUSTRI KECIL

Oleh:
RAVlK KARSIDI
94 524/ PPN

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doictor
pada

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

Judul

: Kajian Keberhasilan Transformasi Pekerjaan
dari Petani Ke Pengrajin lndustri Kecil

Nama Mahasiswa : Ravik Karsidi
Nomor lnduk

: 94 524lPPN

Program Studi

: llmu Penyuluhan Pembangunan
Menyetujui:

I.Komisi Pembimbing:

Prof.Dr.Pang S. Asngari
Ketua

w

Dr.H.Prabowo Tjitropranoto,MS
Anggota
2.Ketua Program Studi llmu
Penyuluhan Pembangunan:

h

d

~ r o f . ~ r rgdno
. ~ d Slamet
~

Tanqqal Lulus : 7 Aqustus 1999.

,

Dr.lr.Khairi1 Anwar Notodiputro,MS.
Anggota
fi
D , K 22,*.

Riwayat Penulis
Ravik Karsidi lahir di Sragen Jawa Tengah pada 2 Juli 1957 putra pertama
dari enam bersaudara pasangan Bapak Soedoto dan Ibu Sukasaih.
Penulis menamatkan pendidikan sampai SLTPnya di Sragen, kemudian
SLTA di Solo. S l llmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) diselesaikan
tahun 1980, kemudian

pada tahun 2981 diangkat sebagai tenaga pengajar

dengan jabatan Asisten Ahli Madya pada Jurusan ttmu Pendidikan, Fakultas
Keguruan dan llmu Pendidikan di universitas tersebut hingga sampai saat ini
dengan jabatan LeMor.
Pada tahun 1981 penulis dikirim ke pelatihan sebagai dosen konselor di
Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran, Bandung, dan kembali bertugas ke
universitasnya sebagai dosen konselor hingga tahun 1982 dan dilanjutkan lagi
pada tahun 1984 sampai dengan 1986.
Pada tahun 1982 -1983, selama 12 bufan, penulis mengikuti Latihan Peneliti
Ilmu-ilmu Sosial di Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ffmu Sosial (PLPIIS) Aceh,
kerjasama Ford Foundatron dan Yayasan Ilrnu-Ilmu Sosial ( YIIS), dan hasil
penelitiannya tentang masyarakat desa sekitar kawasan industri Lhoksernawe
diterbitkan oleh YtIS tahun 1985. Sejak 1984 selain mengajar juga aktif sebagai
peneliti di Pusat Penelitian UNS, dan pada tahun 1987-1990 penulis memimpin
Pusat Studi Pengembangan Pedesaan (PSPP) UNS. Lembaga tersebut
sekarang beralih nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Pedesaan
(Puslitbangdes) UNS, dan hingga kini penulis masih menjadi salah satu staf peneliti
di dalamnya.

Pada tahun 1986 penulis pernah belajar tentang "ruraf community development"
di SEARSOLIN Xavier University, Cagayan de Oro, The Philippines. Pada tahun
1988 penulis pernah mendapat kesempatan selama 9 minggu sebagai peserta
Group Study Exchange bagi "young professionar'

di Wisconsin USA, dengan

sponsor The Rotary Foundation.
Pada tahun 1991 penulis masuk 52 Program Pascasarjana di UKSW- KPK IPB
Jurusan Studi Pembangunan dan ditamatkannya pada awal 1994. Penulis sempat
kernbali ke kampusnya untuk mengajar selama satu semester dan kemudian penulis
diterima masuk sebagai mahasiswa S3 Program Pascasajana IPB Program Studi
llmu Penyuluhan Pembangunan pada tahun ajaran 1994.
kesempatan mengikuti pelatihan

Karena

tentang rnanajemen pendidikan

rnendapat

guru sekolah

dasar pada Semester I pada tahun tersebut di University of Iowa, USA, terpaksa
penulis menunda kuliah S3nya hingga awal 1995 dan dijalaninya sampai saat ini
dengan dukungan beasiswa dari TMPDlSPPS Depdikbud.
Selain sebagai tenaga pengajar dan peneliti di universitas, penulis juga aktif di
LPSM, yaitu ikut mendirikan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP)
di Solo, dan saat ini masih menjadi pengurus lembaga tersebut. Sejak 1999 ditugai
sebagai Wakil Ketua I Dewan Riset dan Pembangunan Jawa Tengah (DRPJT).
Penulis menikah dengan Dra.Hj.Handayani Ravik sejak 1981, dan kini dikaruniai
tiga anak, yaitu: Agung Nur Probohudono (16), Dewi Sari Pinandita (121, dan
Hanifiya Samha Wardhani (6). Penulis beserta keluarga bertempat tinggal di Jalan
Pembangunan 1/28 Perurnahan UNS Jati Jaten Karanganyar Solo 57731 Jawa
Tengah Phn.(0271) 495833.

UCAPAN TERIMA KASlH
Berkat rakhrnat Allah S W , disertasi dengan judul: "Kajian Keberhasilan
Transformasi Perkerjaan dari Petani ke Pengrajin lndustri Kecil" telah selesai
penulis kerjakan. Disertasi ini dalam rangka tugas penyelesaian Program Doktor
pada Program Studi llrnu Penyuluhan Pernbangunan di Program Pascasarjana
lnstitut Pertanian Bogor.
Penelitian ini tidak mungkin terselenggara tanpa bantuan dan keterlibatan
banyak pihak

. Oleh karena itu, penulis rnengucapkan terirna kasih kepada para

pembimbing yang terhorrnat:
beserta

Prof.Dr.H.R.Margono Slarnet.

Dr.H.Prabowo

Tjitropranoto,MSc.

sebagai Anggota
terlibat

Prof.Dr.Pang S.Asngari sebagai Ketua Kornisi,

Kornisi.

dan

Prof.Dr.Sediono M.P.Tjondronegoro,
Dr.lr.Khairil Anwar

Notodiputro,MS.

Kepada Prof.Dr.1r.H. Andi Hakim Nasoetion yang

pada saat penyusunan

persiapan penelitian ini,

penulis juga

mengucapkan terirna kasih. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pirnpinan,
seluruh dosen PPS IPB, dan staf karyawan PPS IPB yang telah memberikan
bantuan dan pernbekalan sehingga rnernbantu penyelesaian studi ini. Terima
kasih kepada Dr-PayamanSimandjuntak (Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja RI) dan
Dr.lr. Mohammad Syamsul Ma'arif ( Staf Pengajar FATETA dan MMA IPB),
sebagai Penguji Luar Kornisi Pembimbing yang telah ikut memperkaya dan
rnenarnbah bobot disertasi ini.
Kepada anggota dan tokoh masyarakat serta pejabat di lokasi penelitian
ini, yaitu di Sukoharjo dan Klaten ( dari tingkat desa sampai tingkat Kabupaten)

khususnya di desa Trangsan Gatak, Batur Tegalrejo Ceper,

Kranggan dan

Keprabon Polanharjo, Serenan Juwiring, penulis mengucapkan terima
atas bantuan

perijinan dan pengumpulan data.

kasih

Dernikian pula penulis

mengucapkan terima kasih kepada para pembantu pengumpul data Sdr.Tatang,
Muhammad, Juli, Dwi, Sis, Widi Andri, Marfuah, Eko, Widi Wardoyo, Budi, Anhar,
dan pembantu pengolahan data
dan

yaitu Syamsulhadi,BSc., Jamil Kasyman,SE

Ir. !.Made Sumertajaya,MS.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan TMPD Ditjen

Dikti. Rektor UNS, Dekan dan Pimpinan Jurusan flmu Pendidikan serta segenap
rekan dosen Jurusan IP terutama Progam Studi PKH FKlP UNS, Pimpinan dan
staf peneliti Puslitbangdes Lembaga Penelitian UNS, Pimpinan dan staf
Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan, Pimpinan dan staf Akademi
Teknik Adiyasa yang telah memberikan dukungan dana, kemudahan, dan
fasilias selarna studi ini berlangsung. Kepada Prof.Dr.Haris Mudjiman,MA,PhD,
Drs.H.Sutopo Jatikusumo, MS., Drs.M.Hary Mulyadi, A.Nur Mahmudi,SH dan
Ir.Dodo W.Sambodo,MS. secara pribadi penulis mengucapkan terima kasih atas
segala pengertian dan dorongannya.
Penghargaan dan rasa terima kasih secara khusus kepada istri tersayang
Dra.Hj.Handayani Ravik dan anak-anak tersayang Dono, Dita dan Dhani atas
segala ketulusan, ketabahan, dan kesabarannya mendorong penyelesaian studi
ini. Ucapan yang sarna kepada Ayah dan Ibu serta Ibu mertua atas doa dan
restunya yang tak pernah putus-putusnya. Kepada seluruh kakak-kakak dan
adik-adik

penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala semangat dan

dorongannya.

Untuk semua itu, sernoga Allah SWT rnernberikan balasan yang lebih
berlimpah

dari

segala

kebaikan

rnereka

sernua.

Semoga

rnernberikan manfaat sebanyak-banyaknya. Amin.

Penulis

disertasi

ini

DAFTAR IS1
Halaman

..............................................
ii
RINGKASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
iii
RlWAYAT PENULIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
UCAPAN TERIMA KASlH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xiii
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xx
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xxii
...
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . XXIII

ABSTRACT

PENDAHULUAN

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .

. .. .... . . ..... .... .. . .. .... .. ......
Masalah Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

..

... . ... .

Pembangunan Desa dan Masalah Ketenagakerjaan di Pedesaan . .

... . ... . . . .. ... . .. . ...
Masalah Ketenagakerjaan di Pedesaan . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Proses Transformasi Pekerjaan di Pedesaan . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pembangunan Desa di Indonesia

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Meninggalkan
Pekerjaan Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Masyarakat Industri: Masyarakat Masa Depan

.. .... .. ... .

Kemandirian Berusaha dan Keberbasilan Transformasi
Pekerjaan dari Petanj ke Pengrajinlndustri Kecil

...........

Peningkatan Kwalitas Sumberdaya Manusia Pengrajin
lndustri Kecil di Pedesaan

.. ... ..

. .. . .. . . .. .. . ..
Pedesaan . . . . . . . . . . . . .

. .......

Dinaminasi Sumberdaya Manusia dj

Masalah yang dihadapi Pengrajin industri Kecil
dipedesaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1
1
5
8.
9

10
10

Peningkatan Kwalitas Sumberdaya Manusia Pengrajin
lndustri Kecil dan Peranan Penyuluh

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
Kerangka Berpikir
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Hipotesis Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
74

KERANGKA BERPlKlR DAN HlPOTESlS

.................................
Rancangan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Popuiasi dan Sampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

METODOLOGI PENELlTlAN

77

77
77

Variabel. Definisi Operasional dan Pengukurannya . . . . . . . . . . . . . . . 82
Pengumpulan Data
Analisis Data

.....................................

88

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .90

HASlL DAN PEMBAHASAN

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 94

Gambaran Daerah Penelitien dan Pengrajin Industri Kecil

.......

94

. . . . . . . . . . . . . . . . . . 94
Profil Desa Kerajinan Logarn . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96

Surakarta dan Dua Wilayah Penelitian

Profit Desa Kerajinan Kayu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

109

...........................

714

Profil Pengrajin lndustri Kecil Responden Penelitian. . . . . . . . . . . . .

118

Latar Belakang Ekonorni Pengrajin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

118

Profil Desa Kerajinan Rotan

Kategori Petani Sebelum Menjadi Pengrajin . . . . . . . . . . . . . . . . 120
Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Kerja . . . . . . . . .

125

Akses pada Permodalan Usaha . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

730

Akses lnforrnasi dan Kosrnopolitansi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

133

Pengetahuan Pengrajin tentang lndustri Kecil . . . . . . . . . . . . . .

141

.......................

147

...................

148

Kemandirian Berusaha

Keberhasilan Transformasi Pekerjaan

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Transformasi Pekerjaan:
Hasil Pengujian Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hubungan antar Pengetahuan, Kemandirian dan Keberhasilan
Berusaha bagi Pengrajin lndustri Kecil . . . . . . . . .

........

Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengetahuan
IndustriKecil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .
Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemandirian Usaha
Pengrajin

.........................................

Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan
Berusaha Pengrajin industri Kecil

........

.. . .. .....

Faktor Utama yang Berpengaruh tehadap
Keberhasilan Usaha Pengrajin lndustri Kecil

... .... . ...

Proses Transformasi Pekerjaan Petani ke Pengrajin fndustri Kecil .
Faktor Dorong-tarik Transformasi Pekerjaan Petani

. . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .
Magang: Penghantar Transformasi Kerja Petani
.. . . ..... ..
ke lndustri Kecil

....

Transformasi Petani ke Pengrajin: Suatu Bentuk
Mobilitas Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sintesis Penelitian: lmplikasi dalarn Penyuluhan Pembangunan

.. ..

Analisis FaMor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Usaha Pengrajin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
Analisis Kebutuhan Penyuluhan bagi Keberhasilan Usaha
Pengrajin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ldentifikasi Sumber Belajar dan Lembaga Pengembangan
Usaha Pengrajin lndustri Kecil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Model Penyuluhan lndustri Kecil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
lmplikasi Makro bagi Kebijakan Penyuluhan Pembangunan dan
Fungsi-Fungsi Penunjang Lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

..................................
Kesimpulan
.........................................
........................................
Saran
DAFTAR PUSTAKA
........................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KESIMPULAN DAN SARAN

279
279

283
265
299

DAFTAR TABEL
Teks
Jumlah Aset Ekonomi Pengrajin Sebelumnya
( 5 thn lalu, 1993)

Jumlah Aset Ekonomi Pengrajin Saat ini (1998)
Kategori Petani yang Pemah Diafami Responden
Keadaan Kepemilikan Lahan Sawah Responden Sebelum
menjadi Pengrajin
Lamanya Responden Bekerja sebagi Pengrajin
Lamanya Responden Bekerja sebagi Petani ( tahun)
Keadaan Usia Responden (tahun)
Partisipasi Responden dalam Pendidikan Formal (tahun)
Kondisi Hubungan Responden dengan Perbankan
Kondisi Hubungan Responden dengan Lembaga
keuangan non Perbankan
Jumlah Jam terpaan Radio tentang lndustri Kecil
Jumlah Jam terpaanTV tentang lndustri Kecil
Jumrah Kontak dengan penyuluh lndustri Kecif
Jenis Kursus lndustri yang diterima Pengrajin
Jumlah kaii bekergian dalam setahun
Keikutsertaan Responden dalam Orsos
Kategori dan Skoring Tingkat Pengetahuan Pengrajin
tentang Teknologi lndustri Kecil
Kategori dan Skoring Tingkat Pengetahuan Pengrajin
tentang Permodalan lndustri Kecil
Kategori dan Skoring Tingkat Pengetahuan Pengrajin
tentang Manajemen lndustri Kecil
Kategori dan Skoring Tingkat Pengetahuan Pengrajin
tentang Pemasaran lndustri Kecil
Kategori dan Skoring Tingkat kemandirian Pengrajin
Keadaan penghasilan Pengrajin Perkapitatbulan
Kenaikan Nilai Aset Ekonomi pengrajin
Kategori dan Skoring Tingkat Kepuasan Berusaha
Koefisien Korelasi Antara Pengetahuan, Kemandirian dan
Keberhasilan Pengrajin
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Pengetahuan Pengrajin tentang
lndustri Kecil
Rekapitulasi Hasil Analisis Jatur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Pengetahuan Pengrajin tentang
Teknologi lndustri Kecil
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Pengetahuan Pengrajin tentang
Permodalan lndustri Kecil

Halaman

Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Pengetahuan Pengrajin tentang
Manajemen lndustri Kecil
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Pengetahuan Pengrajin tentang
Pernasaran lndustri Kecil
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Kemandirian Berusaha Pengrajin
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Kemampuan Pernecahan Masalah
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Kreativitas Pengrajin
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Keberanian Mengambil Resiko
Rekapitulasi Hasil Ana1isis.Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Prakarsa Berusaha
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreteriurn :Keuletan Berusaha
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Kewirausahaan
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium : Keberhasilan Berusaha
Rekapitulasi Hasil Analisis Jalur antara Variabel bebas
dengan Kreterium Unsur-unsur Kemandirian:
Keberhasilan Berusaha
Rekapitulasi Nilai Koefisien Regresi unsur-unsur Variabel
Kemandrian dan keberhasilan Usaha
Rangkuman Hasil Uji Statistik Faktor-Faktor yang
Mernpengaruhi Keberhasilan Transformasi Pekerjaan dari
petani ke lndustri kecil
Kontinurn Kernampuan Responden tentang lndustri kecil
ldentifikasi Kebutuhan Pernbelajaran Pengrajin lndustri
Keci1
Analisis Keadaan Pernenuhan Kebutuhan pernbelajaran
dan Lembaga Sumber Belajar lndustri Kecil serta
Spesifikasi Pelayanannya
Materi dasar Penyuluhan lndustri kecil
Variabel, lndikator dan Parameter

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Teks

1

Skema Hubungan Antar FaMor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Transformasi Pekerjaan dari Petani ke
Pengrajin lndustri Kecil

2

Model Hipotesis Substantif Hubungan Antar Variabel
Yang Mernpengaruhi Keberhasilan Transformasi
Pekerjaan Dari petani Ke Pengrajin

3

Proses Sampling Penelitien

4

Model Analisis Jalur ( Path Analysis) Sumbangan Antar
Varisbel

5

Model Hubungan Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Usaha Pengrajin secara Keseluruhan

6

Pengaruh yang Mempengaruhi Kernandirian Berusaha
Pengrajin

7

Model Kaitan Pengaruh Unsur Utama Pengetahuan
lndustri Kecil dan Unsur Utama Kemandirian Usaha
terhadap Keberhasilan Usaha

8

Skema Proses Transformasi Petani ke Pengrajin Industri
Keci1

9

Skema Proses Penyuluhan lndustri Kecil Bagi calon
Pengrajin Bekas Petan~

10

Model Penyuluhan lndustri Kecil di Pedesaan

11

Model Analisis dan Pengujian Hipotesis Statistik 1-13

Halaman

71

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Teks

Halaman

1

Variabel, lndikator dan Parameter

299

2

Rumusan Model Hipotesis dan Pengujian Hipotesis
Kerja

304

Hasil Pengujian Hipotesis Kerja 1-13

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Studi International Labour Organization/lLO (960)
I
menyebutkan bahwa
alasan petani rneninggalkan pekerjaannya, kecuali bagi

mereka yang

memiliki tanah cukup karena dua ha1 pokok, yaitu pendapatan yang terlalu
rendah di bidang pertanian, dan tersedianya kesempatan keja di tuar
pertanian. Dari studi 110 tersebut ditemukan pula hampir di semua negara
bahwa pendapatan dari bidang pertanian selalu lebih rendah dari sektor
ekonomi lainnya.
Di Indonesia, menurut pengarnatan Ja'far (1996) industrialisasi telah
mengakibatkan perubahan struktural. Pada tahun 1965 sektor pertanian
merupakan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar, yaitu

56 persen, sedangkan sumbangan sektor industri hanya 13 persen.
Keadaan ini menjadi terbalik pada tahun ?992, yaitu sumbangan sektor
industri kepada PDB menjadi 40 persen, sedangkan sektor pertanian 19
persen. Laju pertumbuhan sektor pertanian juga semakin menurun, yaitu
rata-rata 4,3 persen per tahun pada tahun 1965-1980, menjadi 3.1 persen
per tahun pada 1980-1992.

Hal ini memperkuat kesimpulan ILO seperti

uraian diatas.
Laju

pertumbuhan penduduk yang bekerja di

bidang

pertanian

cendentng lambat, adapun laju pertumbuhan yang bekerja di bidang industri
lebih cepat.

Menurut Suyitno (1992), jumlah pekerja di bidang industri

meningkat tajam dari 5.795.919 orang (1985) menjadi 7.334.874 orang

(1989), atau dengan rata-rata taju pertumbuhan 6,47 persen per tahun,
sedangkan jumlah pekerja di bidang pertanian hanya meningkat dari
34.141.809 orang

(1985) menjadi 41.282.21 8 orang (1989) atau dengan

rata-rata laju pertumbuhan 4,91 persen per tahun.

Dari data statistik

angkatan kerja Indonesia pada tahun 1994 angka penduduk yang bekerja di
bidang pertanian tersebut menurun menjadi 37.857.499 orang atau dengan
rata-rata laju penurunan ?,66persen pertahun, sedangkan yang bekerja di
bidang industri meningkat menjadi

10.840.195

orang

untuk

bidang

pengolahanj manufacturing dan 924.138 orang untuk bidang pertambangan,
penggalian dan listik, gas dan air, atau meningkat 12 persen setiap tahun
(BPS,1994).
Perkembangan penyerapan kerja sektor pertanian, secara nasional
adalah 66,3 persen pada tahun 1971 dan terus menurun menjadi 55 persen
pada tahun 1987 dari seluruh tenaga kerja yang ada (Kasryno,l988).
Penyerapan tenaga kerja pertanian tersebut pada tahun 1993 terus menurun
lagi menjadi 46,15 persen dari seluruh tenaga kerja yang ada (BPS, 1994).
Dari perbandingan persentase jumlah rumah tangga pertanian terhadap
jumlah rumah tangga keseluruhan di Indonesia juga diketahui bahwa pada
tahun 1983 dari 60,54 persen daripadanya telah menurun menjadi 51,06
persen pada tahun 1993. Adapun rata-rata penguasaan lahan pertanian
bagi petani juga terus menunjukkan penurunan, yaitu rata-rata 0,98 hektarl
rumah tangga pada tahun 1983 menurun menjadi hanya 0,83 hektarlrumah
tangga pada tahun 7993 (BPS,1993a).

Adapun untuk

wilayah Jawa Tengah, dari hasil sensus pertanian

(BPS, 1993a) bahwa kecenderungan penurunan jumlah ~ m e htangga

pertanian itu disebabkan karena ketersediaan lahan pertanian semakin
berkurang. Jumlah rats-rata penguasaan Iahan per rumahtangga di Jawa
Tengah juga menunjukkan penurunan, yaitu dari rata-rata 0,58 hektar per
rumahtangga (3983) menjadi 0,47 hektar per rumah tangga (1993), atau
menumn 18,97 persen. lni berarti selama 10 tahun (1983-3993) tetah terjadi
penurunan sekitar 2 persen.
Bidang industri yang telah menyerap tenaga kerja semakin meningkat
dari tahun ke tahun tersebut, menurut Rietveld dan Gorter (1990) karena
adanya dua jenis dorongan, yaitu dari sisi perrnintaan dan sisi penawaran.
Dari sisi permintasn, yaitu dengan tumbuh banyaknya jndustri besar dan
sektor pemerintahan yang memungkinkan industri kecil turnbuh sebagai
sub-kontraktor dari kegiatan bagian-bagian dari kedua kegiatan tersebut.
Dari sisi penawaran, terutama

karena didorong oleh kebijaksanaan

pemerintah yang memberikan kemudahan kredit dan penyelenggaraan
kursus-kursus bagi pengembangan usaha skala kecil.
Pada umumnya industri dapat dibedakan atas tiga jenis industri, yaitu:
(1) industri rumah tangga (cottageindustry) yang umurnnya dekat dengan
kegiatan pertanian dan merupakan pekerjaan sambilan, (2) industri kecil

(small scale industry), dan (3) industri pabrik atau factory industry . Menurut
Rahardjo (1996) klasifikasi yang pemah dibuat Burger tersebut telah
digunakan sejak masa Hindia Belanda. Adapun dari segi klasifikasi produk

industrinya, BPS ( 1993) memilahkan bidang industri tersebut atas sembilan
klasifikasi industri, yaitu: (1) industri makanan, minuman dan tembakau;

(2) industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; (3) industri kayu dan barangbarang/ alat rumah tangga dari kayu; (4) industri kertas, percetakan dan
penerbitan; (5) industri kimia, rninyak burni, batubara, karet dan barang dari
plastik; (6) industri barang galian bukan logarn selain minyak bumi dan batu
bara; (7) industri dasar logam; (8) industri logam, mesin dan perlengkapannya, dan (9) industri pengolahen lainnya.
Perpindahan pekejaan dari bidang pertanian, yang sering disebut
sebagai sektor tradisional (Soetarto dan Lubis, 1992), ke industri merupakan
suatu fenomena sosial yang menarik. Latar belakang petani yang dengan
atribut budaya dan peritaku tradisional (Rogers, 1969) kemudian pindah
pekejaan ke bidang industri dituntut untuk menyesuaikan diri dengan segala
atribut budaya dan ciri perilaku modern di bidang industri (lnkeles,1994).
Menurut Durkheim (Johnson,1986), masyarakat industri adalah sebagai
perwujudan dari solidaritas organik. Dalarn suatu

masyarakat yang

mempunyai solidaritas organik, didalamnya terjadi pembagian kerja yang
tinggi dan tingkat individualitas yang juga tinggi.
Adapun dari jenis industri di atas, yang mudah atau mungkin dimasuki
oleh yang semula petani adalah jenis industri kecil, karena tidak terlalu ketat
persyaratannya. Sungguhpun demikian, bukan berarti bahwa perpindahan
pekerjaan tersebut tidak memerlukan tuntutan persyaratan perubahan
perilaku tertentu yang harus disiapkan dan diantisipasi oleh mereka. Dengan

pekerjaan yang baru mereka yang semula petani kemudian melakukan
transformasi pekerjaan ke bidang industri dituntut untuk rnampu beradaptasi
dalam mengantisipasi perubahan yang ada. Mereka harus menyesuaikan
perilakunya karena adanya perpindahan pekerjaan itu. Untuk dapat
rnemenuhi kebutuhan hidupnya, mereka harus mengembangkan strategi
adaptasi agar dapat menyesuaikan dengan tuntutan pekerjaannya dalam
industri kecil tersebut. Upaya tersebut tidak lain adalah perwujudan untuk
mencapai kemandirian berusaha yang muncul sebagai wujud mencapai
keberhasilan transformasi pekerjaan dari petani ke pengrajin industri kecil.
Dalam kondisi demikian tersebut, maka penyuluhsn dan upaya pengembangannya sangat dibutuhkan mereka untuk mengantisipasi perubahan
tersebut. Kebutuhan penyuluhan berkenaan dengan peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan danlatau perubahan siksp, sedangkan kebutuhan pengembangan berkenaan dengan bentuk bantuan kemudahan atau fasilitas untuk produksi dan pemasaran yang bertujuan mengatasi masalah praktis operasional usaha (Hafid, 1987).
Dari uraian di atas, maka studi ini mengangkat masatah berkenaan
dengan penyebab dan proses terjadinya serta faktor-faktor keberhasilan
transformasi pekerjaan dari petani ke industri kecil tersebut,

khususnya

sebagai pengrajin.

Masalah Penelitian
Sejak Pelita VI ketetapan untuk menumbuhkan industri yang tangguh
telah menjadi kebijakan nasional. Dalam pidato kenegaran Presiden

Republik Indonesia, telah terjadi suatu keputusan politis, yakni untuk masa
sekitar 25 tahun mendatang akan dilakukan transformasi ketenagakerjaan
dari sektor pertanian menuju industri (Soeharto, 1994). Fenomena perpindahan dan penyerapan tenaga kerja dari pertanian ke industri, terbukti
dengan setidaknya telah terjadi peningkatan tenaga keja di sektor industri
sebesar 12 persen pertahun selama lima tahun (1989-1994) hingga pidato
Presiden itu diucapkan, dan sebaliknya terjadi penurunan tenaga kerja di
sektor pertanian sebesar I,65 persen per tahun.
Fenornena perpindahan dan penyerapan tenaga kerja dari pertanian
khususnya ke industri kecil sebenarnya telah berlangsung cukup lama
walaupun berjalan lambat, yaitu dengan cara menempatkan pekerjsan
industri kecil sebagai pekerjaan sambilan bertani. Di sentra-sentra industri
kecil besillogam, kayu dan rotan di sekitar Surakarta, misalnya, kegiatan
industri kecil tersebut telah berjalan sejak akhir Abad 19 atau awal Abad 20.
Perkembangan industri

kecil tersebut

rnulai

meningkat tajarn

sejak

pertengahan 1980an bagi industri logamlbesi, dan baru pada akhir 1980an
bagi industri kayu dan rotan, dan terutama setelah terjadi kebijakan untuk
mendorong tumbuhnya industri kecil tersebut sebagai bagian dari ekspor
non migas.
Dari jurnlah persentase perturnbuhan tenaga kerja sektor industri
tersebut, menurut penelitian Rietveld dan Kameo (1993) di Jawa Tengah
setidaknya untuk sektor industri kecil, ternyata telah mampu mendominasi
jurnlah tenaga kej a bidang industri, yaitu sejumlah 90 persen. Ini artinya 90

persen dari seluruh pekerja industri diserap oleh industri kecil, dan hanya 10
persen saja yang mampu terserap di industri menengah dan industri besar.
Tampaknya, keadaan ini juga berlaku bagi daerah-daerah lain, terutama
karena persyaratan tenaga kerja ke industri kecil cukup ringan dan mudah
dimasuki.
Kebijakan pemerintah yang terus mendorong untuk mengembangkan
sektor industri (termasuk industri kecil) ini telah menyebabkan kesempatan
kerja di sektor industri kecil sernakin lama juga sernakin terbuka.
Semakin terbukanya lapangan kerja di sektor industri kecil ini di satu
pihak, dan rnelimpahnya tenaga kerja pertanian yang tak lagi mampu
tertarnpung di sektor pertanian di pihak lain, merupakan suatu kesenjangan

(gap) yang harus dapat dipertemukan. Kesenjangan tersebut tejadi antara
lain karena pada angkatan kerja Indonesia umumnya 73 persen diantaranya
adalah berpendidikan Sekolah Dasar ke bawah (BPS,1994). Jumlah terbesar dari mereka ini adalah dari angkatan kerja di bidang pertanian. Keadaan
dernikian memberikan gambaran bahwa jika tenaga kerja yang berkwalifikasi
tingkat pendidikannya sangat rendah tersebut masuk ke sektor industri kecil,
maka sektor industri kecil benar-benar sebagai penarnpungan tenaga kerja
yang unskilled labour.
Menurut hasil penelitian Palte (~arzali,1995)

memang salah satu

akibat keterdesakan petani terhadap tekanan penduduk adalah dengan
membuka usaha lain non pertanian. Bahkan dengan terjadinya pergeseran
penyerapan tenaga kej a dari sektor pertanian ke non pertanian sejak PJP 11,

menurut Sadoko dkk. (1995), bahwa peran usahal industri kecil sebagai
penyerap tenaga kerja sangatlah penting. Hal ini juga didukung oleh fenomena semakin banyak bertambahnya sentra-sentra industri kecil di daerah
pedesaan dan mulai berubahnya wajah beberapa desa pertanian menjadi
desa kegiatan industri kecil.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
(1) Mengapa terjadi transforrnasi pekerjaan petani ke pengrajin industri kecil
dan bagaimanakah proses terjadinya transformasi tersebut?

(2) Bagaimanakah kondisi keberhasilan usaha para pengrajin industri kecil
pedesaan yang semula petani tersebut?
(3) Faktor apa saja yang mempengaruhi keberbasilan transformasi pekerjaan petani ke pengrajin industri kecil pedesaan?

(4) Model penyuluhan yang bagaimanakah yang dapat menunjang keberhasilan usaha pengrajin industri kecil pedesaan yang semula petani?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
(1) rnengungkapkan sebab-sebab dan proses terjadinya transformasi

pekerjaan petani ke pengrajin industri kecil pedesaan
(2) menjelaskan kondisi keberhasilan usaha para pengrajin industri kecil

yang semula bekas petani

(3) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan transforrnasi pekejaan petani ke pengrajin industri kecil
(4) menyusun rumusan hasil analisis model penyuluhan yang dapat

menunjang keberhasilan usaha bagi pengrajin industri kecil pedesaan
yang semula petani.

Manfaat Penelitian
Selesainya penelitian ini akan memberikan manfaat berupa:
(1)

Adanya rumusan sebab-sebab

dan proses terjadinya

transformasi

pekerjaan dari petani ke pengrajin industri kecil pedesaan.

(2)

Adanya rumusan proposisi tentang kondisi keberhasilan usaha pengrajin
industri kecil pedesaan.

(3)

Diketahuinya faktor-faktor yang rnempengaruhi keberhasilan transformasi
pekerjaan dari petani ke pengrajin industri kecil pedesaan.

(4)

Adanya rumusan hasil analisis tentang model penyuluhan yang rnenunjang keberhasilan

usaha pengrajin industri kecil pedesaan yang

semula petani.
Dari manfaat di atas, diharapkan akan menjadi sumbangan pertimbangan kebijakan pembangunan (terutarna penyuluhan industri), dan
sekaligus akan menarnbah khasanah bagi ilmu penyuluhan pembangunan di
Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Desa dan Masalah
Ketenagakerjaan Pedesaan
Pornbangunan Desa di lndonesia

Titik berat Pembangunan Nasional Jangka Panjang adalah pembangunan
bidang ekonomi, dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara
bidang pertanian dan bidang industri, yaitu industri yang kuat yang ditunjang
oleh pertanian yang tangguh (GBHN, 1993).
Pengembangan masyarakat desa di lndonesia merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional yang dititik beratkan pada pembangunan ekonomi
untuk peningkatan tarap hidup masyarakat. Dengan kata lain, usaha meningkatkan tarap hidup masyarakat di pedesaan tersebut ditekankan pada peningkatan pendapatan ekonomi melalui pengembangan bidang industri yang
seimbang dengan bidang pertanian yang tangguh.
Pentingnya usaha meningkatkan pendapatan ekonorni rnasyarakat desa
didasarkan atas kenyataan bahwa peluang kerja untuk mendapatkan pekerjaan
di pedesaan sangat kecil dan sektor industri (perkotaan) sulit diharapkan untuk
dapat rnenyerap tenaga kerja dari pedesaan (Mubyarto dan Kartodirdjo,l988).
Collier dkk. (1988) juga menyimpulkan bahwa tejadi penurunan penyerapan tenaga kerja pada usaha tani periode 1981 dan 7987.

Pada periode

yang sama, penyerapan tenaga kerja di luar pertanian meningkat. Bahkan

kesimpulan Kasryno (1988) bahwa sektor pertanian dalam arti kegiatan berproduksi sudah tidak mampu lagi menyerap tenaga kerja, malah sudah cenderung
menurun.
Memperhatikan kenyataan itu, maka masalah ketenagakerjaan di pedesaan akan tetap merupakan masalah yang besar dan harus mendapatkan
perhatian.
Dalam kondisi demikian tadi masyarakat pedesaan berarti dihadapkan
pada masalah dan dituntut untuk melakukan tindakan. Tindakan dalam ha1 ini
adalah tindakan adaptasi yang dimengerti sebagai penyesuaian diri dan
meningkatkan kemampuan yang mempunyai nilai untuk mempertahankan
kelangsungan hidup (Soemawoto,l99l). Bahkan, apabila mereka tidak segera
belajar menguasai tingkat perubahan (yang ada tersebut), maka manusia yang
demikian akan terperosok ke dalam kelumpuhan proses penyesuaian diri
secara besar-besaran (Toffler,1989).
Selama ini, arus kepergian penduduk ke kota-kota biasanya merupakan
pilihan tindakan sebagai pemecahan alamiah yang banyak dilakukan oleh
angkatan kerja di pedesaan dalam menghadapi masalah tersebut. Walaupun
ada arus penduduk desa ke kota, namun masih disangsikan sampai seberapa
jauh lapangan kerja sektor formal dan informal di kota dapat menampung
kelebihan tenaga kerja di pedesaan tersebut (Chambers,l988). Hal ini berhubungan dengan permasalahan ketenaga-kerjaan di Indonesia yaitu hampir
sekitar 73 persen (108.075.612 orang) dari angkatan kerja hanya berpendidikan

SD ke bawah ataupun tidak berpendidikan formal (BPS,1994), sehingga sulit
ditampung dalam sektor pekerjaan yang memerlukan keahlian. Untuk itu maka
salah satu cara penanggulangannya perlu dikembangkan industri di daerah
pedesaan ( Dawis Dkk., 1983; GBHN,l993).
Di Indonesia, mulai PJPT II diperkirakan penyerapan utama tenaga kerja
akan bergeser dari sektor pertanian dan pedesaan ke sektor non-pertanian di
desa