Pemikiran Charles H. Cooley

112 Sosiologi Kelas X maka anak tersebut akan merasa dirinya nakal. Jadi, melalui tanggapan orang lainlah seseorang menentukan jati dirinya sebagai juara, pecundang, tampan, pintar, cantik, atau lainnya. Ada tiga langkah dalam proses pembentukan cermin diri. Pertama, imajinasi tentang pandangan orang lain terhadap diri seseorang, misal- nya kamu merasa telah berpakaian yang rapi dan sopan saat berangkat ke sekolah. Kedua, imajinasi tentang penilaian orang lain terhadap sesuatu yang terdapat pada diri seseorang. Misalnya, mengenai pakai- an yang dikomentari kurang bersih, kurang rapi. Atau sikapmu yang dikatakan tidak sopan atau ugal-ugalan. Ketiga, perasaan seseorang tentang penilaian-penilaian itu, seperti bangga, kecewa, gembira, atau rendah diri. Semua itu timbul sebagai akibat imajinasi diri sendiri sehubungan dengan pengungkapan seseorang terhadap komentar orang lain yang ditujukan kepadanya.

b. Pemikiran George Herbert Mead

Perkembangan kepribadian juga menarik perhatian George Herbert Mead Kamanto Sunarto, 2000. Dalam pemikiran George Herbert Mead, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut George Herbert Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap, yaitu tahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other. Agar kalian mendapat penjelasan mengenai setiap tahap tersebut, pahamilah paparan berikut. 1 Tahap play stage. Seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang dijalankan orang tuanya atau peran orang dewasa lain yang sering berinteraksi dengannya. Wujud peniruan itu misalnya anak kecil menirukan peran yang dijalankan ayah, ibu, kakak, nenek, polisi, dokter, tukang pos, sopir, dan lain-lain. Namun, pada tahap ini sang anak belum memahami alasan melakukan tindakan dan makna tindakan tadi. Anak itu dapat meniru tindakan seorang dokter, misalnya, tetapi dia tidak memahami alasan dokter menyuntik pasien, serta makna tindakan menyuntik itu. 2 Tahap game stage. Pada tahap ini, seorang anak mengetahui peran yang harus dijalankannya serta mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain yang berinteraksi dengannya. Hal ini tampak dalam suatu pertandingan. Seorang anak yang bermain sebagai penjaga gawang sepak bola, misalnya. Dia mengetahui tindakan yang harus dilakukannya serta tindakan para pemain lain, wasit, penjaga garis, dan sebagainya. 3 Tahap generalized stage. Semula anak hanya berinte- raksi dengan sejumlah kecil orang, terutama anggota keluarga. George Herbert Mead menyebut orang yang penting dalam proses sosialisasi ini sebagai signifi- cant others. Pada tahap ketiga ini, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan Sumber: Solopos, 24 September 2006 Gambar 4.9 Ketika bermain bola, setiap anak mengetahui perannya dan peran orang lain. 113 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian oleh orang lain dalam masyarakat. Ia kini mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peran orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Sebagai anak ia telah memahami peran yang dijalankan orang tua. Selaku siswa, ia memahami peran guru. Apabila seseorang telah mencapai tahap ini, maka orang tersebut telah mempunyai suatu diri. Dari pandangan-pandangan tersebut, kita dapat mengetahui garis besar pemikiran George Herbert Mead bahwa diri seseorang terbentuk melalui interaksinya dengan orang lain. Lingkungan sosial menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kepribadian seseorang. Secara sederhana, lingkungan sosial dapat berupa teman sepermainan yang bergaul secara intensif setiap hari. Apabila individu bergaul dengan teman-teman yang berperilaku baik, maka dia akan menjadi pribadi yang baik. Sebaliknya, jika individu bergaul dengan orang yang buruk perilakunya, kemungkinan besar dia akan meniru perilaku buruk itu. Agar individu mempunyai kepribadian yang ideal, lingkungan tempat tinggal menyusun sejumlah pedoman yang disosialisasikan ke dalam diri individu. Untuk mengetahui seluk-beluk kepribadian lebih jauh, lakukanlah penelitian sederhana terhadap anak-anak yang tinggal di panti asuhan dan di pondok pesantren. Tujuan: mengetahui kepribadian anak-anak panti asuhan dan anak-anak pondok pesantren, serta faktor-faktor yang membentuk kepribadian mereka. Subjek penelitian: - anak-anak yang tinggal di panti asuhan, - pengasuh panti asuhan, - anak-anak yang tinggal di pondok pesantren, dan - pengasuh pondok pesantren. Metode penelitian: pengamatan dan wawancara. Pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana kepribadian anak-anak panti asuhan atau anak-anak pondok pesantren? 2. Faktor-faktor apakah yang membentuk kepribadian mereka? Langkah kerja: 1. Bagilah kelasmu menjadi empat kelompok. Dua kelompok pertama mengamati kepribadian anak-anak panti asuhan. Dua kelompok berikutnya mengamati kepribadian anak-anak pondok pesantren. 2. Susunlah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek penelitian. 3. Lakukan wawancara dan pengamatan terhadap subjek penelitian. 4. Catatlah tingkah laku khas, ciri watak yang rata-rata dimiliki, serta pola pemikiran dan perasaan mereka. 5. Dokumentasikan hasil pengamatan dan wawancara itu dalam bentuk tulisan dan gambar. 6. Analisislah hasil penelitianmu bersama teman satu kelompok untuk menjawab pertanyaan penelitian. 7. Susunlah hasil analisis penelitianmu dalam bentuk laporan tertulis. 8. Presentasikan di depan kelas untuk ditanggapi oleh kelompok yang lain.