PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT YANG MENGALAMI CEMAS PERPISAHAN

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP PENINGKATAN

KUALITAS TIDUR SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT YANG MENGALAMI CEMAS PERPISAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : FATIMAH ISHAK

20130310202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KUALITAS TIDUR SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT YANG MENGALAMI CEMAS PERPISAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : FATIMAH ISHAK

20130310202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

HALAMAN PENGESAHAN KTI

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP PENINGKATAN

KUALITAS TIDUR SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT YANG MENGALAMI CEMAS PERPISAHAN

Disusun Oleh: FATIMAH ISHAK

20130310202

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal, 5 November 2016

Dosen Penguji

dr. Adang M. Gugun, Sp. PK., M. Kes NIK: 19690118199904173034 Dosen Pembimbing

dr. Iman Permana, M. Kes, Ph. D NIK: 19700131201104173146

Mengetahui,

Kaprodi pendidikan dokter Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.Og., M. Kes NIK: 19717028199709173027


(4)

NIM : 20130310202 Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 5 November 2016 Yang membuat pertanyaan,


(5)

HALAMAN MOTTO

maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya

bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”. (QS. Al Insyirah:5-8)

“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya”. (QS. Al Baqarah: 286)

“ Boleh jadi kau membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh

jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu , Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al Baqarah: 216)


(6)

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang istiqamah menjalankan Sunnah-sunnahnya.

Karya tulis ilmiah ini berjudul berjudul “Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-qur’an Surat Ar-Rahman dan Terjemahnya terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Siswi Kelas I MTs Mu’allimaat yang mengalami Cemas Perpisahan” disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas muhammadiyah Yogyakarta.

Selesainya karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari pihak-pihak yang berperan serta dalam membantu penyelesaian KTI ini. Maka pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Alfaina wahyuni, Sp. OG., selaku kepala program studi fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ayahanda dan ibunda tercinta, Drs. Ishak Jamaluddin M.Pd dan dra. Ratna Daeng Barang yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a dalam menyelesaikan KTI ini.


(7)

4. Kakak-kakak tercinta, Siti Nurhidayanti Ishak, M Zakiy Ishak, dan Muthiah Ishak yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa dalam menyelesaikan KTI ini.

5. Keluarga besar saya baik dari pihak ibu maupun bapak yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa dalam menyelesaikan KTI ini.

6. dr. Iman Permana, M. Kes, Ph.D selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini yang telah memberikan saran, arahan, dan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan KTI ini.

7. Ustadzah Erna, ustadzah Yunita, ustadzah Riris, pamong asrama siti Aisyah serta seluruh jajaran guru dan siswi-siswi kelas 1 MTs Muallima’at Muhammadiyah Yogyakarta yang sudah banyak membantu saya hingga terwujudnya karya tulis ilmiah ini

8. Dr. dr. Titiek Hidayati, M. Kes selaku dosen penguji proposal KTI yang sudah memberikan kemurahan nilai dan masukan yang sangaat membangun

9. Sahabat-sahabat tersayang Sinta, Ara, Itqi, Nana, Salma, Fahd, Arum, lana, Tio, Tahta, Fania, Tari, Feby, Amel, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang telah mewarnai hari-hari, selalu memberikan dukungan, motivasi serta bantuan selama kuliah.

10. Teman-teman seperjuangan kelompok KTI: Latifah Amalia Zati, Talitha Inas Lailina, dan Ansor, terima kasih atas kekompakan, kasih sayang dan kerjasamanya.

11. Teman-teman medallion angkatan 2013 yang telah mengukir cerita indah di kampus tercinta.


(8)

Saya menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan penelitian karya tulis ilmiah ini di masa yang akan datang.

Akhirnya saya mengharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat terutama bagi saya sendiri dan para pembaca sekalian.

WasaalamualaikumWarahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 5 November 2016

Fatimah Ishak 20130310202


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... viii

INTISARI ... xii

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Tujuan Penelitian ...9

D. Manfaat penelitian ...9

E. Penelitian terkait ...10

BAB II ...12

TINJAUAN PUSTAKA ...12

A. Landasan Teori ...12

1. Konsep tidur ...12

2. Kecemasan ...24

3. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an (Murottal) ...36

B. Kerangka Teori ...45

C. Kerangka konsep ...45

D. Hipotesis Penelitian ...46

METODE PENELITIAN ...47

A. Desain Penelitian ...47

B. Populasi dan Sampel ...48

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...49

D. Variabel Penelitian ...50

E. Definisi Operasional ...50

F. Instrumen Penelitian ...51


(10)

B. Karakteristik Responden ...59

C. Kualitas Tidur ...59

1. Hasil penelitian ...59

2. Pembahasan ...71

D. Kekuatan dan kelemahan penelitian ...73

1. Kekuatan penelitian ...73

2. Kelemahan penelitian ...73

BAB V ...75

KESIMPULAN DAN SARAN ...75

A. KESIMPULAN ...75

B. SARAN ...75

Daftar Pustaka ...77


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Siklus Tidur ……… 18

Gambar 2.2. Proses Terjadinya Stres secara Fisiologis ..……… 33

Gambar 2.3. Sindrom Fight or Flight .………..…… 34

Gambar 2.4. Kerangka Teori …...……….……… 45

Gambar 2.5. Hubungan Variabel .……… 45


(12)

Tabel 4.2. Frekuensi kualitas tidur sebelum perlakuan ……… 60

Tabel 4.3. frekuensi latensi tidur sebelum perlakuan ……….. 61

Tabel 4.4. frekuensi durasi tidur sebelum perlakuan ……….. 61

Tabel 4.5. frekuensi efisiensi tidur sebelum perlakuan ………. 62

Tabel 4.6. frekuensi gangguan tidur sebelum perlakuan ……… 63

Tabel 4.7. frekuensi penggunaan obat sebelum perlakuan ……….. 63

Tabel 4.8. frekuensi disfungsi di siang hari sebelum perlakuan ……….. 64

Tabel 4.9. frekuensi kualitas tidur sesudah perlakuan ………. 64

Tabel 4.10. frekuensi latensi tidur sesudah perlakuan ………. 65

Tabel 4.11. frekuensi durasi tidur sesudah perlakuan ………. 65

Tabel 4.12. frekuensi efisiensi tidur sesudah perlakuan ………. 66

Tabel 4.13. frekuensi gangguan tidur sesudah perlakuan ………... 66

Tabel 4.14. frekuensi penggunaan obat sesudah perlakuan ………. 67

Tabel 4.15. frekuensi disfungsi di siang hari sesudah perlakuan ……… 67

Tabel 4.16. perbedaan rerata skor kualitas tidur ………. 68

Tabel 4.17. kualitas tidur siswi pada kelompok control ………. 69

Tabel 4.18. pengujian hipotesis ………... 69

Tabel 4.19. kualitas tidur siswi pada kelompok intervensi ……….. 70 Tabel 4.20. Hasil uji man whitney u-test untuk membandingkan kualitas

tidur siswi pada kelompok kontrol dan intervensi ………... 70


(13)

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS TIDUR SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT YANG MENGALAMI CEMAS PERPISAHAN

Fatimah Ishak1, Iman Permana2 1

fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UMY, 2

Pusat studi kedokteran Islam fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UMY

INTISARI

Latar Belakang: Kualitas tidur yang baik dan teratur menyebabkan aktifitas tubuh dan aktifitas keseharian akan berjalan normal. Kualitas tidur seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu status kesehatan, lingkungan, diet, gaya hidup, obat-obatan, dan stres psikologi. lebih dari 25% Kelompok remaja usia 11-17 tahun diketahui memiliki gangguan tidur. Siswi yang tinggal di asrama (santri) mengalami kecemasan saat berpisah dengan orang tua. kecemasan sangat erat hubungannya dengan insomnia. Hal ini berdampak pada rasa takut tidur sendirian, dan perilaku-perilaku seperti marah, menangis, tidak mau dipisahkan dari orang tuanya yang berakibat pada berkurangnya kualitas hidup.

Metode: Rancangan penelitian adalah experimen dengan pendekatan pre and post test kontrol group. Pemilihan sampel dengan teknik random sampling yang terdiri dari 70 responden, yang terbagi menjadi 35 responden kelompok perlakuan dan 35 responden kontrol. Kelompok perlakuan mendapat intervensi mendengarkan Al-Qur’an 14 hari berturut-turut. Sebelum dan sesudah intervensi, kualitas tidur responden diukur dengan Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan paired sample t-test, Wilcoxon test, dan Mann Whitney test.

Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kualitas tidur responden sebelum dan sesudah mendengarkan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya pada kelompok intervensi dan kontrol (p>0,05). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mendengarkan murottal Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas tidur siswi kelas 1 MTs Muallima’at Muhammadiyah Yogyakarta yang mengalami cemas perpisahan.


(14)

school of medicine faculty of medicine and health science UMY,

2

The centre of Islamic medicine studies faculty of medicine and health sciences UMY

Abstrack

Background: A good quality of sleep and regularly has caused the activities of body and daily would run normally. The sleep quality of person is influenced by some factor. They are health status, environment, diet, life style, medicines, and psychology stress. More than 25% a group of teenager aged 11-17 years old has known have sleep disorder. A student whom lived at dormitory (santri) is having anxious when separated from her parents. Anxious is strongly related with insomnia. In this context, this is effected on feeling of afraid to sleep alone, and behaviors such as angry, cry, do not want to separated from parents which led to the decreasing of life quality.

Methods: The research design is an experiment with an approach of pre and post test group control. Sampling was carried out by a Random sampling technique that involved 70 respondents, divided into 35 respondents treatment group and 35 respondents control. Treatment group got intervention 14 days consecutively. Before and after intervention, the sleep quality of respondent is measured by Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI). Data analysis using paired sample t-test, Wilcoxon test, and Mann Whitney test.

Results: The results showed that there was no significant difference in the respondents’ sleep qualities before and after listening Al-Quran along with read meaning of verses in the intervention and control group (p>0,05).

Conclusion: The results of this study showed that listening Al-Quran (Ar-Rahman) along with read meaning of verses no significant effect on sleep quality grade 1 student at MTs Muallima'at that having of separation anxiety disorder


(15)

(16)

Fatimah Ishak1, Iman Permana2 1

fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UMY, 2

Pusat studi kedokteran Islam fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UMY

INTISARI

Latar Belakang: Kualitas tidur yang baik dan teratur menyebabkan aktifitas tubuh dan aktifitas keseharian akan berjalan normal. Kualitas tidur seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu status kesehatan, lingkungan, diet, gaya hidup, obat-obatan, dan stres psikologi. lebih dari 25% Kelompok remaja usia 11-17 tahun diketahui memiliki gangguan tidur. Siswi yang tinggal di asrama (santri) mengalami kecemasan saat berpisah dengan orang tua. kecemasan sangat erat hubungannya dengan insomnia. Hal ini berdampak pada rasa takut tidur sendirian, dan perilaku-perilaku seperti marah, menangis, tidak mau dipisahkan dari orang tuanya yang berakibat pada berkurangnya kualitas hidup.

Metode: Rancangan penelitian adalah experimen dengan pendekatan pre and post test kontrol group. Pemilihan sampel dengan teknik random sampling yang terdiri dari 70 responden, yang terbagi menjadi 35 responden kelompok perlakuan dan 35 responden kontrol. Kelompok perlakuan mendapat intervensi mendengarkan Al-Qur’an 14 hari berturut-turut. Sebelum dan sesudah intervensi, kualitas tidur responden diukur dengan Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan paired sample t-test, Wilcoxon test, dan Mann Whitney test.

Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna kualitas tidur responden sebelum dan sesudah mendengarkan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya pada kelompok intervensi dan kontrol (p>0,05). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mendengarkan murottal Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas tidur siswi kelas 1 MTs Muallima’at Muhammadiyah Yogyakarta yang mengalami cemas perpisahan.


(17)

EFFECT OF LISTENING AL-QURAN (AR-RAHMAN) WITH READING MEANING TO IMPROVE THE SLEEP QUALITY on STUDENT OF JUNIOR HIGH SCHOOL GRADE 1 at MUALLIMA'AT THAT HAVING

OF SEPARATION ANXIETY DISORDER Fatimah ishak1, Iman Permana2

1

school of medicine faculty of medicine and health science UMY,

2

The centre of Islamic medicine studies faculty of medicine and health sciences UMY

Abstrack

Background: A good quality of sleep and regularly has caused the activities of body and daily would run normally. The sleep quality of person is influenced by some factor. They are health status, environment, diet, life style, medicines, and psychology stress. More than 25% a group of teenager aged 11-17 years old has known have sleep disorder. A student whom lived at dormitory (santri) is having anxious when separated from her parents. Anxious is strongly related with insomnia. In this context, this is effected on feeling of afraid to sleep alone, and behaviors such as angry, cry, do not want to separated from parents which led to the decreasing of life quality.

Methods: The research design is an experiment with an approach of pre and post test group control. Sampling was carried out by a Random sampling technique that involved 70 respondents, divided into 35 respondents treatment group and 35 respondents control. Treatment group got intervention 14 days consecutively. Before and after intervention, the sleep quality of respondent is measured by Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI). Data analysis using paired sample t-test, Wilcoxon test, and Mann Whitney test.

Results: The results showed that there was no significant difference in the respondents’ sleep qualities before and after listening Al-Quran along with read meaning of verses in the intervention and control group (p>0,05).

Conclusion: The results of this study showed that listening Al-Quran (Ar-Rahman) along with read meaning of verses no significant effect on sleep quality grade 1 student at MTs Muallima'at that having of separation anxiety disorder


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kualitas tidur yang baik merupakan sebuah keinginan bagi setiap orang. Sayangnya, dalam kondisi kehidupan yang serba sibuk dan cepat seperti sekarang ini, kualitas tidur yang baik jarang dimiliki oleh banyak orang sehingga Kualitas dan kuantitas tidur menjadi kurang dan dapat mengakibatkan terjadinya rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan penurunan tingkat atensi di siang hari serta dapat menimbulkan konsekuensi serius lainnya seperti peningkatan angka kejadian kecelakaan mobil dan motor (Steven, 2015).

Tidur berfungsi sebagai restorative (mengembalikan ke keadaan sebelumnya) dan homeostatic (kecenderungan untuk tetap stabil dalam keadaan tubuh organisme normal) dan penting untuk termoregulasi dan cadangan energi normal (Kaplan & Sadock, 1997). Kualitas tidur seseorang tidak tergantung pada jumlah atau lama tidur, tetapi bagaimana pemenuhan kebutuhan tidur orang tersebut. Indikator tercukupinya pemenuhan kebutuhan tidur seseorang adalah kondisi tubuh waktu bangun tidur, jika setelah bangun tidur merasa segar berarti pemenuhan kebutuhan tidur telah tercukupi (Potter & Perry, 2009)

Kualitas tidur yang baik dan teratur menyebabkan aktifitas tubuh dan aktifitas keseharian akan berjalan normal. Orang yang memiliki kualitas tidur yang baik dan sehat membantu menjaga kesehatan fisik,


(19)

2

kesehatan mental serta kualitas hidup secara umum. Sebaliknya, orang yang mengalami gangguan tidur seperti insomnia akan berpengaruh buruk terhadap aktifitas kesehariannya (Kaplan & Sadock, 1997).

Rasulullah sangat banyak memberikan contoh dalam kekhidupan sehari-hari baik perkataan maupun perbuatan dan dapat direfleksikan dalam tinjauan dan nilai-nilai kesehatan. Diantaranya, tinjauan fisik pada jejak kehidupan Rasulullah, nikmat kesehatan, kesehatan dalam perspektif Islam, kebersihan dan budaya hidup bersih, makanan sehat dan segar, ibadah puasa yang menyehatkan, dimensi gerak dalam ibadah, tidur dan istirahat (Riyadi, 2012).

Berdasarkan paragraf diatas, diketahui bahwa tidur dan istirahat yang cukup merupakan salah satu perbuatan yang dicontohkan oleh rasulullah yang akan berdampak bagi kesehatan.

Allah berfirman dalam surah Ar-Rum ayat 23:



































“Dan diantara tanda- tanda kekuasan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang mendengarkan”.


(20)

Surat an-Naba ayat 9,











Dan kami jadikan tidurmu sebagai (sarana) istirahat.

Kaplan & Sadock (1997) mengatakan bahwa sepertiga dari orang dewasa di Amerika mengalami suatu jenis gangguan tidur selama hidupnya. Gangguan tidur bisa berupa insomnia, hypersomnia, dan parasomnia. Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.

Hypersomnia merupakan tidur yang berlebihan dan mengantuk yang

berlebihan di siang hari, sedangkan parasomnia merupakan gangguan tidur yang buruk yang tampak secara tiba-tiba selama tidur.

Kualitas tidur seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu status kesehatan, lingkungan, diet, gaya hidup, obat-obatan, dan stres psikologi (Asmadi, 2008). Stres bisa terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor organisasional, dan faktor pribadi (Robbins & Judge, 2015). Stres psikologis bisa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya status ekonomi, hubungan kekerabatan, kecemasan dalam menghadapi permasalahan hidup dan depresi (Robbins & Judge, 2015).

Stres psikologi dapat dialami oleh setiap orang, tak terkecuali bagi seorang siswa. Bagi para siswa, stres psikologi sering terjadi ketika siswa tersebut mengalami kecemasan saat berpisah dengan orang tua. Menurut


(21)

4

penelitian Allen et al (2010), anak-anak yang dipisahkan dari rumah atau dari orang tua maka anak itu akan mengalami kecemasan, karena mereka berpikir bahwa hal tersebut akan merugikan diri mereka, seperti merasa diculik, dititipkan dan dibuang. Hal ini berdampak pada rasa takut tidur sendirian, dan perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh anak yang mengalami perpisahan seperti marah, menangis, tidak mau dipisahkan dari orang tuanya yang berakibat pada berkurangnya kualitas hidup.

Kecemasan pada siswa-siswa saat berpisah dengan orang tua sebenarnya merupakan suatu respon yang normal, tergantung bagaimana individu tersebut mengelola kecemasan yang dialaminya. Salah satu cara dalam mengelola kecemasan yaitu berteman atau bersahabat dengan banyak orang (Baker & Hudson, 2014). Dari tindakan-tindakan positif tersebut diharapkan akan mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh para siswa. Selain itu, mendekatkan diri dan beribadah juga dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-ra’du: 28:











“Hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tentram”

Penelitian yang dilakukan oleh Buckner, et al., (2008) mengatakan bahwa kecemasan sangat erat hubungannya dengan insomnia. Studi ini mengatakan bahwa kecemasan sosial dapat mempengaruhi tingkat insomnia seseorang yang didahului oleh perasaan depresi. Seorang anak


(22)

yang mengalami psikososial, cemas, dan depresi lebih berpotensi mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami psikososial, cemas dan depresi (Simola, et al 2012).

Penelitian dari Babson et al. (2010), lebih dari 25% Kelompok remaja usia 11-17 tahun diketahui memiliki gangguan tidur. Gangguan tidur ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain penggunaan narkoba, gangguan alcohol, merokok, ketidakstabilan emosi, kecemasan, dan depresi. Studi ini menunjukkan bahwa ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi kualitas tidur seorang remaja. Kualitas tidur yang buruk merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat Amerika Serikat, karena dapat menurunkan produktifitas hidup. Kualitas tidur yang buruk pada masa remaja akan mempengaruhi kecemasan orang tersebut ketika dia dewasa (Babson et al., 2012).

Penelitian ini dilakukan di Asrama Siti Aisyah Pondok Pesantren Madrasah Muallima’at Muhammadiyah yang terletak di Jalan Suronatan. Menurut UU RI No 23 Tahun 2003, Pesantren merupakan salah satu pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat dari suatu pemeluk agama yang didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Fungsi utama dari pesantren ialah menyiapkan peserta didik atau biasa disebut santri untuk mendalami dan menguasai ilmu agama islam serta dapat mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya. Santri tidak hanya dididik menjadi orang yang mengerti ilmu agama dan mengamalkannya, tetapi juga mendapat tempaan kepemimpinan


(23)

6

yang alami, kemandirian, kesederhanaan, ketekunan, kebersamaan, kesetaraan, dan sikap positif lainnya (Sa’adati dalam Haedari, 2014).

Pondok pesantren yang modern biasanya memiliki kurikulum yang tidak hanya mengajarkan pendidikan agama namun juga mengimbangi dengan pendidikan umum. Pesantren biasanya mewajibkan santrinya untuk tinggal di Asrama dan santri tersebut harus memenuhi segala aturan yang dibuat agar bisa belajar secara efektif dan menguasai pengetahuan agama maupun umum yang diterima. Keadaan di asrama dengan peraturan dan kondisi yang berbeda dengan di rumah bisa menjadi sumber tekanan (stressor) sehingga dapat menyebabkan stres. (Zakiyah et al, 2010).

Sistem pembelajaran di pondok pesantren sangat berbeda dengan sistem pembelajaran diluar pondok pesantren atau di sekolah umum. Hal ini menuntut santri untuk dapat segera beradaptasi dengan lingkungan pondok pesantren. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011) mengatakan bahwa kebutuhan tidur dipondok pesantren tidak terpenuhi dari kebutuhan tidur normal yang artinya siswi yang tinggal di asrama memiliki durasi tidur yang singkat, Hal ini berpengaruh pada kualitas tidur santri. Hal ini didukung oleh penelitian Fuad, (2012) bahwa ternyata siswa yang mengalami kurang tidur, atau mungkin tidur mereka tidak optimal dan tidak efektif adalah siswa yang sering begadang sampai larut malam.


(24)

Berbagai upaya dalam bidang kesehatan yang dapat dilakukan untuk membantu seseorang yang menderita gangguan tidur yaitu dengan penatalaksanaan farmakologis atau non-farmakologis. Secara farmakologis, penatalaksanaan gangguan tidur yaitu dengan memberikan obat dari golongan sedatif-hipnotik seperti benzodiazepin (ativan, valium, dan

diazepam) (Schmitz et al., 2013). Terapi farmakologis memiliki efek yang

cepat, akan tetapi jika diberikan dalam waktu jangka panjang dapat menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan.

Terapi non-farmakologis untuk penderita gangguan tidur diantaranya latihan relaksasi otot progresif (Sulidah, 2013), dan terapi musik (Sutrisno, 2007). Terapi musik berpengaruh terhadap kesembuhan jantung dengan meningkatkan kemampuan kerja jantung (Al-Kaheel, 2012). Musik juga dapat menurunkan rasa sakit yang berlebih (Brewer & McCaffrey, 2004). Selain terapi musik terdapat terapi suara yang lain yaitu terapi mendengarkan Al-Qur’an yang dapat menurunkan kecemasan, hilangnya sifat emosional, pemarah, dan mudah menyerah (putus asa). Bacaan Al-Qur’an juga dapat berefek meningkatnya kemampuan kreatif, meningkatnya kemampuan berkonsentrasi, meningkatnya ketenangan jiwa, setelah mendengarkan Al-Qur’an beberapa jam setiap hari selama setahun penuh (Al-Kaheel, 2012). Mendengarkan Al-Qur’an dengan menggunakan seni lagu biasa disebut dengan murottal.

Menurut Hebert Benson, seorang dokter di Harvard Medical School


(25)

8

do’a yang diulang-ulang (repetitive prayer) ternyata akan membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan detak jantung, menurunnya kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme. Kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (relaxation response) (Subandi, 2013).

Di Indonesia masih jarang dilakukan penelitian yang berkaitan dengan tidur dan permasalahannya. Kebanyakan penelitian-penelitian dilakukan pada siswa SMP, SMA, mahasiswa serta lansia yang merupakan kelompok paling rentan mengalami gangguan tidur akibat kecemasan. Akibatnya mereka mepunyai resiko yang lebih tinggi dalam mengalami dampak negatif yang ditimbulkannya (Majid, 2014; Fatimah, 2012; Nugroho, 2013). Untuk itu diperlukan penelitian tentang pengaruh mendengarkan Al-Qur’an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya yang bermanifestasi terhadap peningkatan kualitas tidur siswa yang mengalami cemas perpisahan dengan harapan terwujudnya kualitas hidup yang bermakna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan diatas, siswa yang mengalami kecemasan setelah berpisah dengan orang tua dan keluarga akan berpengaruh negatif terhadap kualitas tidurnya. Dari rumusan masalah tersebut maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut


(26)

“Apakah terdapat pengaruh mendengarkan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan kualitas tidur siswa kelas 1 MTs Muallima’at yang mengalami cemas perpisahan?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh mendengarkan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan kualitas tidur siswa kelas 1 MTs yang mengalami cemas perpisahan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kualitas tidur sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan intervensi

b. Untuk mengetahui rerata tingkat kualitas tidur sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan intervensi

c. Untuk mengetahui kualitas tidur siswi pada kelompok kontrol dan intervensi

d. Untuk mengetahui perbandingan kualitas tidur pada kelompok kontrol dan intervensi.

D. Manfaat penelitian 1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk referensi bagi penelitian selanjutnya.


(27)

10

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk para guru dan orang tua siswa dalam mengendalikan kecemasan siswi agar terpenuhi kualitas tidur yang baik untuk mencapai kualitas hidup yang bermakna. E. Penelitian terkait

1. Oktavia (2014) dengan judul Pengaruh Murotal Al-Qur’an terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Unit Abiyoso Yogyakarta. Jenis penelitian ini Quasi Experiment dengan modified time-series. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ada pengaruh positif terapi murotal Al Quran terhadap kualitas tidur lansia yang tinggal di PSTW Unit Abiyoso Yogyakarta. Persamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan kuesioner kualitas tidur yaitu PSQI (Pittsburgh sleep quality

index), desain penelitian, variabel bebas dan variabel terikat.

Sedangkan perbedaannya terletak pada tempat penelitian dan responden penelitian.

2. Majid (2014) dengan judul Pengaruh Akupresur terhadap Kualitas Tidur Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha. Jenis penelitian ini quasi experiment dengan pendekatan pre and post

kontrol group. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh

akupresur terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. Persamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan kuesioner kualitas tidur yaitu PSQI


(28)

pada tempat penelitian, responden penelitian serta variabel bebas maupun terikat.

3. Fatimah (2012) dengan judul Efektivitas Mendengarkan Murottal Al-Qur’an terhadap derajat Insomnia pada Lansia di Selter Dongkelsari Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

quasy eksperiment (penelitian eksperimen semu) dan melibatkan dua

kelompok, yaitu: kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mendengarkan Al-Qur’an selama 8 hari berturut- turut dalam waktu 12 menit, efektif menurunkan derajat insomnia pada lansia di Selter Dongkelsari Sleman Yogyakarta. Persamaan dalam penelitian ini adalah desain penelitian dan variabel bebas. Sedangkan perbedaannya terletak pada tempat penelitian, responden penelitan dan variabel terikat.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Konsep tidur

a. Pengertian

Tidur didefinisikan sebagai serangkaian fase yang ditandai dengan perubahan variabel-variabel fisiologis, khususnya EEG (elektroensefalogram). Selain itu tidur juga didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.

Beberapa orang secara normal adalah petidur singkat (short

sleeper) yang memerlukan tidur kurang dari enam jam setiap malam

dan yang berfungsi secara adekuat. Petidur lama (long sleeper) adalah mereka yang tidur lebih dari Sembilan jam setiap malamnya untuk dapat berfungsi secara adekuat. Peningkatan kebutuhan tidur terjadi pada kerja fisik, latihan, penyakit, kehamilan, stres mental umum, dan peningkatan aktivitas mental. Petidur lama memiliki lebih banyak Periode REM dibandingkan dengan petidur singkat. Periode REM


(30)

yang sulit, stres, dan setelah pemakaian zat kimia atau obat yang menurunkan katekolamin otak (Kaplan & Sadock, 1997).

b. Teori dasar tidur

Terdapat teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori

pada batang otak bagian atas, yang disebut system aktivasi retikuler,

mengalami kelelahan setelah seharian terjaga sehingga menjadi inaktif

(teori pasif tidur) (Guyton & Hall, 2006). Teori yang lebih baru menyatakan bahwa tidur disebabkan oleh proses penghambatan aktif, hal ini terbukti bahwa pemotongan batang otak setinggi regio

midpontil menghasilkan otak dan korteks yang tak pernah tertidur.

Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian

midpontil pada batang otak, yang diperlukan untuk menyebabkan tidur

dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya (Guyton & Hall, 2006).

Tidur memiliki beberapa teori, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur adalah fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Berikut teori-teori tidur menurut Guyton & Hall (2006).

Teori-teori tidur 1. Konservasi energy

Penggunaan energy berkurang sampai antara 5-25% tingkat terjaga.

2. Restorative

Tidur memungkinkan tubuh “memperbaiki sendiri” setelah mengalami kerusakan “kelelahan” sepanjang hari. Pada teori ini,


(31)

14

rasio anabolisme dan katabolisme meningkat disertai peningkatan pelepasan hormon pertumbuhan.

3. Humoral

Akibat penumpukan zat-zat penginduksi tidur dalam otak selama masa terjaga.

c. Fisiologi tidur

Potter & Perry (2009) mengatakan bahwa, ketika seseorang tertidur segala aktivitasnya akan diatur dan dikontrol oleh sistem yang ada di batang otak, yaitu: (1) Reticular Activating System (RAS), dan (2) Bulbar Synchronizing Region (BSR). Reticular Activating System

(RAS) berlokasi pada batang otak teratas dan bertugas sebagai penerima perubahan lingkungan internal dan eksternal yang dapat diketahui, seperti: visual, pendengaran, nyeri, sensor raba, emosi dan proses berfikir. RAS dipercaya dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran.

Reticular Activating System (RAS) pada saat sadar melepaskan hormon katekolamin dalam tubuh, yaitu: epinefrin (hormon adrenalin),

norepinefrin (noradrenalin) dan dopamine. Ketiga hormon ini

bertanggung jawab di saat tubuh mengalami stres. Sedangkan pada saat seseorang tertidur, Bulbar Synchronizing Region (BSR) dengan otomatis bekerja untuk melepaskan hormon serotonin yang berperan dalam suasana hati, perilaku, suhu tubuh, koordinasi fisik, nafsu makan dan tidur. Serotonin berasal dari asam amino triptofan dan


(32)

dapat dikonversikan oleh otak menjadi melatonin. Melatonin adalah hormon yang membantu seseorang merasa rileks dan bisa cepat tidur (Potter & Perry, 2009). Keadaan tidur menyebabkan timbulnya dua macam efek fisiologis utama, yaitu efek pada sistem saraf dan efek pada sistem fungsional tubuh lainnya. Tidur dapat memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal diantara berbagai bagian sistem saraf pusat. Seseorang yang menggunakan secara berlebih beberapa area otak selama siaga maka akan dengan mudah mengganggu keseimbangan sistem saraf yang tersisa, sehingga akan terjadi kelambanan pikiran, mudah tersinggung, aktivitas perilaku yang abnormal atau bahkan menjadi psikotik sesudah keadaan siaga yang dipaksakan.

d. Proses tidur

Tipe tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu: (1) Tidur tipe gelombang lambat (slow wave sleep)/ NREM (Nonrapid Eye

Movement), (2) Tidur tipe paradoks/ REM (Rapid Eye Movement),

(Guyton & Hall, 2006).

Berikut penjelasan dari tidur tipe NREM dan REM

1) Tidur tipe gelombang lambat (slow wave sleep)/ NREM (Nonrapid

Eye Movement).

(Asmadi, 2008) mengatakan, tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda


(33)

16

tidur NREM antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernafasan menurun, metabolisme menurun dan gerakan bola mata lambat. Ada empat tahap tidur

NREM, diantarnya: a) Tahap I

Tahap I merupakan tahap transisi di mana seseorang beralih dari sadar ke tidur, pada tahap I ini ditandai dengan seeorang merasa rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun. Seseorang yang mengalami tahap ini dapat dibangunkan dengan mudah.

b) Tahap II

Tahap II ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan semakin menurun. Tahap II ini berlangsung sekitar 10-15 menit.

c) Tahap III

Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot serasa hilang secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan


(34)

akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang yang tidur di tahap ini sulit untuk dibangunkan.

d) Tahap IV

Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit sekali untuk dibangunkan. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %. Pada tahap ini seseorang telah mengalami mimpi/ bermimpi.

2) Tidur tipe paradoks/ REM (Rapid Eye Movement).

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya atau gerakan kedua bola matanya sangat aktif. Maksudnya adalah mata bergerak secara cepat meskipun orang tetap dalam keadaan tidur. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendur, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernapasan tidak teratur, serta suhu dan metabolisme meningkat.


(35)

18

Selama tidur malam sekitar 7-8 jam, seseorang mengalami

NREM dan REM bergantian sekitar 4-6 kali. Adapun siklus tidur tersebut seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Siklus Tidur

Keterangan: kondisi pree sleep merupakan keadaan di mana seseorang masih dalam keadaan sadar penuh, namun mulai ada keinginan untuk tidur, yaitu: seseorang pergi ke tempat tidur, berbaring dan melemaskan otot, namun belum tidur. Selanjutnya merasa kantuk, maka orang tersebut sudah memasuki tahap I. Bila tidak bangun dengan disengaja ataupun tidak disengaja, maka orang tersebut selanjutnya masuk ke tahap II. Begitu seterusnya sampai tahap IV. Setelah selesai tahap IV, kembali memasuki tahap III dan selanjutnya kembali memasuki tahap II. Hal ini disebut fase tidur tipe NREM. Selanjutnya orang tersebut akan memasuki tahap V, hal ini disebut fase tidur tipe REM. Bila telah dilalui semua, maka orang tersebut telah melewati siklus tidur pertama baik tidur NREM maupun REM.


(36)

Siklus ini terus berlanjut selama orang tersebut tidur dan akan berakhir apabila orang tersebut terbangun dari tidurnya (Asmadi, 2008).

e. Pola tidur

Menurut Hidayat (2008), kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan individu itu sendiri.

Tabel 2.1

Kebutuhan Tidur Manusia Berdasarkan Usia dan Tingkat Perkembangan

Umur Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur

0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari 1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari 18 bulan – 3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari 3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari 6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari 12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari 18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari 40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari 60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam/hari

f. Fungsi tidur

Fungsi tidur menurut Potter & Perry (2009) adalah: 1. Tidur non-REM membantu perbaikan jaringan tubuh.

2. Tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. 3. Memulihkan proses fisiologis tubuh.


(37)

20

4. Melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk perbaikan dan pembaruan sel epitel dan sel-sel yang khusus.

5. Otot rangka menjadi rileks dan tidak adanya kontraksi otot yang dapat mempertahankan energi kimia untuk proses seluler.

6. Tidur akan menurunkan laju metabolisme basal sehingga dapat menghemat energi tubuh.

7. Tidur REM dapat memulihkan kognitif, meningkatkan aktifitas korteks, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrim. g. Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yaitu, faktor fisiologis, faktor psikologis, faktor lingkungan dan gaya hidup. Pada faktor fisiologis akan terjadi dampak berupa penurunan aktivitas sehari–hari, rasa lemah, lelah, daya tahan tubuh menurun, dan ketidak stabilan tanda tanda vital, sedangkan pada faktor psikologis akan terjadi depresi, cemas, dan sulit untuk konsentrasi (Potter dan Perry. 2005).


(38)

h. Cara menghitung kualitas tidur

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah suatu metode

penilaian yang berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur. PSQI dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti untuk memberikan ukuran yang valid dan memiliki nilai kualitas tidur yang terstandar, untuk membedakan antara orang dengan tidur yang baik atau memiliki gangguan tidur, dan untuk memudahkan peneliti untuk menafsirkan dan penilaian klinis yang berguna untuk menentukan kualitas tidur seseorang (Buysse, 1988 dalam utama, 2014).

Ketentuan kuisioner PSQI:

1) Terdiri dari 9 pertanyaan yang akan digrupkan ke dalam 7 komponen skor, antara lain :

a. Kualitas tidur b. Latensi tidur c. Durasi tidur

d. Efisiensi kebiasaan tidur e. Gangguan tidur

f. Penggunaan obat tidur g. Disfungsi tidur di siang hari

2) Tiap itemnya dibobotkan dengan bobot seimbang dalam rentang skala 0-3

3) Ketujuh komponen tersebut pada akhirnya akan dijumlahkan sehingga didapatkan skor global PSQI yang memiliki rentang skor 0-21.


(39)

22

Semakin tinggi skor yang didapatkan seseorang menandakan bahwa orang tersebut mengalami kualitas tidur terburuk.

i. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Menurut Asmadi (2008), kualitas tidur yang diperoleh senantiasa dipengaruhi oleh banyak faktor dan kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda. Berikut faktor-faktor yang bisa mempengaruhi tidur antaralain: 1) Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada pasien yang menderita gangguan pada sistim pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak nafas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.

2) Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang bising dan gaduh akan menyebabkan seseorang sulit untuk tidur.

3) Diet

Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.


(40)

Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.

4) Gaya hidup

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak, sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.

5) Obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula yang sebaliknya menggangu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan kualitas tidur

REM.

6) Stres psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistim saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

Stres merupakan suatu proses psikologis yang tidak menyenangkan yang terjadi sebagai tanggapan terhadap tekanan lingkungan. Stres bisa terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan yang meliputi ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik, serta perubahan teknologi. faktor organisasional yang meliputi tuntutan tugas, tuntutan peran, dan tuntutan interpersonal. Dan faktor pribadi yang


(41)

24

meliputi permasalahan keluarga, ekonomi, serta kepribadian. Ketiga faktor tersebut akan memberikan dampak terhadap gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku (Robbins & Judge, 2015). Salah satu dampak dari gejala psikologi adalah kecemasan, depresi, yang dapat mengganggu kualitas tidur, sehingga seseorang tersebut memperlihatkan perasaan lelah, mudah lelah, kehitaman kelopak, sakit kepala, sering menguap dan mengantuk. Kualitas tidur ditentukan bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya di malam hari seperti kedalaman untuk tidur, kemampuan tidur, dan kemudahan untuk tidur (Hidayat, 2006).

2. Kecemasan

a. Pengertian kecemasan

Kecemasan merupakan perasaan yang ditandai oleh rasa takut yang berlebih, tidak menyenangkan, merasa gelisah dan sering disertai oleh gejala otonomik. Seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan (Kaplan & sadock, 1997)

b. Teori kecemasan

Kaplan & Sadock (1997) mengemukakan bahwa terdapat beberapa teori kecemasan diantaranya:

1) Teori psikologis a) Teori psikoanalitik

Dalam teori psikoanalitik kecemasan masuk kedalam empat kategori utama, tergantung pada sifat akibat yang ditakutinya.


(42)

Empat kategori tersebut diantaranya: kecemasan id atau impuls, kecemasan perpisahan, kecemasan kastrasi, dan kecemasan superego.

Kecemasan id atau impuls berhubungan dengan ketidaknyamanan primitif dan difus dari seorang bayi ketika mereka mendapatkan suatu kebutuhan dan stimuli tetapi mereka merasa tidak berdaya dan tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Kecemasan perpisahan terjadi pada anak-anak yang takut akan kehilangan cinta atau bahkan ditelantarkan oleh orangtuanya jika mereka gagal mengarahkan impulsnya sesuai dengan standar dan kebutuhan orangtuanya. Fantasi kastrasi yang menandai anak oedipal, khususnya dalam hubungan impuls seksual anak. Kecemasan superego adalah akibat langsung dari perkembangan akhir superego yang ditandai dengan berlalunya masa oedipal dan datangnya periode latensi prapubertal.

b) Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik. Teori perilaku dapat diatasi dengan meningkatkan perhatian dalam pendekatan kognitif untuk memahami dan mengobati gangguan kecemasan. Pengertian kognitif keadaan kecemasan nonfobik menyatakan bahwa pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak


(43)

26

produktif mendahului perilaku maladaptif dan gangguan emosional.

c) Teori eksistensial

Teori eksistensial menyatakan bahwa tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis. Inti dari dari Teori eksistensial ialah bahwa seseorang menyadari adanya kehampaan yang menonjol didalam dirinya.

2) Teori biologis

Satu kutub pikiran menyatakan bahwa perubahan biologis yang dapat diukur pada pasien dengan gangguan kecemasan merupakan akibat dari konflik psikologis. Kutub yang berlawanan menyatakan bahwa peristiwa biologis mendahului konflik psikologis.

a) Sistem saraf otonom

Stimulasi saraf otonom menyebabkan gejala tertentu yaitu, pada kardiovaskular bisa terjadi takikardi, muscular bisa terjadi nyeri kepala, gastrointestinal bisa terjadi diare, dan pada respirasi bisa terjadi tachipneu.

b) Neurotransmitter

Tiga neurotransmitter utama yang berhubungan dengan kecemasan yaitu norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid


(44)

c. Tingkat kecemasan

Menurut Stuart & Sundden (1998) tingkat kecemasan yaitu sebagai berikut:

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-haridan menyebabkan seseorang menjadi waspada serta meningkatkan lahan presepsinya. Kecemasan ini normal dalam kehidupan karena meningkatkan motivasi dalam membuat individu siap bertindak.

2) Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seorang yang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Cemas sedang ditandai dengan lapang presepsi mulai menyempit. Stimulus dari luar tidak mampu diinternalisasi dengan baik, tetapi individu sangat memperhatikan hal-hal yang menjadi pusat perhatian.

3) Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan presepsi orang yang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Seseorang memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.


(45)

28

4) Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, presepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan 1) Potensi stresor

Stresor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa).

2) Maturitas

Individu yang matur yaitu individu yang memiliki kematangan kepribadian sehingga tidak cepat mengalami gangguan stres karena mereka memiliki adaptasi yang besar terhadap stres yang timbul.

3) Jenis kelamin

Kaplan & sadock mengatakan bahwa kecemasan baik akut maupun kronis dalam satu tahun sebanyak 3% hingga 8% dari jumlah penduduk dengan perbandingan wanita dan laki-laki 2:1.

4) Umur

Semakin tua usia seseorang semakin baik dalam mengendalikan emosinya (Hurlock, 1997).


(46)

e. Respon tubuh terhadap kecemasan

Kecemasan yang terjadi pada setiap individu mengakibatkan timbulnya respon secara fisiologis maupun psikologis. Respon fisiologis merupakan perubahan atau adaptasi fisik/tubuh terhadap stimulus yang merangsangnya. Respon psikologis timbul dari kejiwaan individu yang terkadang berkaitan dengan coping mechanism yang dimilikinya.

Menurut Stuart& Sundeen (1999) respon individual terhadap kecemasan meliputi respon fisiologis dan psikologis.

1) Respon fisiologis

a) Pada sistem kardiovaskuler terjadi: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi menurun. b) Pada sistem saluran pernafasan terjadi: nafas cepat, pernafasan

dangkal, rasa tertekan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, rasa tercekik dan terengah-engah.

c) Pada sistem neuromuscular terjadi: insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang dan kelemahan secara umum.

d) Pada sistem gastrointestinal terjadi: kehilangan nafsu makan, tidak nafsu makan, nausea dan diare, perasaan panas atau dingin pada kulit dan muka pucat.

2) Respon psikologis a) Respon perilaku


(47)

30

Respon perilaku diantaranya: perasaan gelisah, ketegangan fisik, tremor gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan menghindari diri dari masalah.

b) Respon kognitif

Respon kognitif diantaranya: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir, presepsi menurun, bingng, sangat waspada.

c) Respon afektif

Respon afektif diantaranya: gelisah, tidak sabar, tegang, mudah terganggu, ketakutan, dan gugup.

f. Cemas perpisahan

Kecemasan perpisahan terjadi pada anak-anak yang takut akan kehilangan cinta atau bahkan ditelantarkan oleh orangtuanya jika mereka gagal mengarahkan impulsnya sesuai dengan standar dan kebutuhan orangtuanya (Kaplan & sadock, 1997). Anak-anak yang dipisahkan dari rumah atau dari orang tuanya akan mengalami kecemasan, karena mereka berpikir bahwa hal tersebut akan merugikan diri mereka, seperti merasa diculik, dititipkan dan dibuang. Hal ini berdampak pada rasa takut tidur sendirian, dan perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh anak yang mengalami perpisahan seperti marah, menangis, tidak mau dipisahkan dari


(48)

orang tuanya yang berakibat pada berkurangnya kualitas hidup (Allen et al, 2010).

g. Diagnose gangguan cemas perpisahan

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan kecemasan perpisahan 1) Ketidaksesuaian perkembangan dan kecemasan berlebih yang berfokus

pada perpisahan dari rumah atau orang-orang yang terdekat yang dibuktikan oleh 3 atau lebih tanda. Kriteria ini adalah tanda-tanda dan gejala yang ditetapkan oleh American Psychiatric Assosiation (APA) dibawah ini:

a) Tekanan atau distres berlebih yang berulang ketika terpisah dari rumah atau seseorang yang menjadi atau diharapkan sebagai sosok atau orang yang penting.

b) Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan tentang kehilangan atau tentang bahaya yang mungkin menimpa seseorang yang penting.

c) Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan terhadap suatu peristiwa yang tak diinginkan yang akan meyebabkan perpisahan dari seseorang yang penting atau berharga (seperti tersesat atau diculik).

d) Keengganan yang tetap atau penolakan untuk pergi ke sekolah atau di tempat lain karena takut akan perpisahan.


(49)

32

e) Ketakutan berlebih terus menerus atau keengganan untuk sendirin atau tanpa sesorang yang penting di rumah atau tanpa orang dewasa yang berarti dalam lingkungan sekitarnya.

f) Keengganan yang terus menerus atau penolakan untuk tidur tanpa dekat dengan orang yang penting atau tidur jauh dari rumah. g) Mimpi buruk berulang yang melibatkan tema perpisahan.

h) Keluhan gejala fisik yang berulang (seperti sakit kepala, sakit perut, maul atau muntah) saat berpisah dari seseorang yang diharapkan menjadi orang yang penting atau berharga

2) Lamanya gangguan minimal 4 minggu 3) Onset sebelum usia 18 tahun

4) Gangguan menyebabkan distres klinis yang signifikan atau penurunan sosialisasi, akademik (kerja), atau fungsi dari bidang-bidang penting lainnya

5) Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama disebabkan oleh gangguan perkembangan yang mendalam, Schizophrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan pada remaja dan orang dewasa, lebih baik tidak dicatat iuntuk Panic Disorder dengan agoraphobia


(50)

Gambar 2.2.

Proses Terjadinya Stres secara Fisiologi

Sumber: Suliswati (2005) Stresor

Psikososial

DEPRESI STRES

CEMAS

Kelenjar endokrin (system hormonal,

kekebalan/imunitas) Susunan saraf pusat (otak, system limbic, system transmisi


(51)

34

Gambar 2.3.

Sindrom Fight or Flight (Respon Stres yang Berkepanjangan)

Keterangan:

Garis putus-putus = mengeluarkan Garis solid = merangsang

Sumber: Suliswati (2005)

Hipotalamus Kelenjar Hipofisis Vaspresin (ADH) Tekanan darah melalui penyempitan pembuluh darah Retensi air Hormon Tirotropik Kelenjar tiroid Laju metabolism basal Hormon Pertumbuhan Efek langsung pada metabolism protein, karbohidrat dan lemak yang menyebabkan peningkatan glukosa dan asam lemak

d b b Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) Korteks ardenal Glukoneogenesis Respon kekebalan Respon inflamasi Gonadotropin (Pada permulaan stres) Hormon seks, kemudian menetap karena stres Sekresi hormon stres Libido Frigiditas Impotensi


(52)

h. Terapi kecemasan

Beberapa terapi telah diberikan untuk mengatasi kecemasan, diantaranya:

1. Terapi psikofarmaka

Golongan obat yang biasa digunakan untuk mengatasi kecemasan adalah benzodiazepine (ativan, valium, dan diazepam) (Schmitz et al.,

2013). Terapi farmakologis memiliki efek yang cepat, akan tetapi jika diberikan dalam waktu jangka panjang dapat menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan. Obat golongan ini bisa menimbulkan ketergantungan fisiologis bagi penggunanya yang ketika dihentikan pemakaiannya akan menimbulkan kecemasan (katzung, 2008).

2. Terapi somatik

Terapi somatic merupakan terapi yang diberikan untuk menghilangkan keluhan fisik (somatic) yang biasanya merupakan gejala ikutan akibat stres, kecemasan, dan depresi dengan cara memberikan obat-obatan untuk mengurangi gejala yang dirasakan (Hawari, 2011).

3. Psikoterapi

Psikoterapi sering juga disebut dengan terapi kejiwaan (psikologik). Psikoterapi memiliki beragam jenis diantaranya psikoterapi suportif, psikoterapi re-edukatif, psikoterapi re-konstruktif, psikoterapi kognitif, psikoterapi perilaku. Tujuan dilakukan psikoterapi yaitu untuk memprkuat struktur kepribadian, percaya diri, ketahanan, dan


(53)

36

kekebalan baik fisik maupun mental serta kemampuan beradaptasi dan menyelesaikan stressor psikososial pada seseorang (Hawari, 2011).

4. Terapi Psikoreligius

Hawari (2011) mengemukakan bahswa terapi di bidang kedokteran sudah berkembang kea rah pendekatan keagamaan (psikoreligius). Menurut Hebert Benson, seorang dokter di Harvard Medical School

menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan do’a yang diulang-ulang (repetitive prayer) ternyata akan membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan detak jantung, menurunnya kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme. Kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (relaxation response) (Subandi, 2013).

Salah satu terapi psikoreligius yang dibahas pada penelitian ini adalah mendengarkan murottal Al-Qur’an.

3. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an (Murottal)

Menurut Rosidin et al. (2014), dalam Buku yang berjudul Al-Qur’an Hadis yang menjelaskan tentang Al-Al-Qur’an, yaitu:

a. Definisi Al-Qur’an Etimologi


(54)

Al-Qur’an menurut Bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan isim maf’ul yaitu maqru’ (yang dibaca). Pendapat ini berdasarkan firman Allah surah al-qiyamah: 17-18

Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di

dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah [75]: 17-18)

2) Menurut Al-Asy’ari (324 H) dan beberapa golongan lain.

Kata quran berasal dari lafaz “qarana” yang berarti menggabungkan sesuatu dengan yang lain. Mengingat surat-suratnya, ayat-ayatnya, dan huruf- hurufnya beriringan antara yang satu dengan yang lain.

3) Menurut Al-Farra’ (207 H)

Kata Al-Qur’an berasal dari lafaz “qarain” yang merupakan bentuk jamak dari kata “qarinah” yang berarti petunjuk atau indikator. Mengingat bahwa ayat- ayat Al-Qur’an satu sama lain saling membenarkan.

Terminology

1) Syeikh Muhammad Khudari Beik Dalam kitab Tarikh at-Tasyri’ al-Islam.

Syeikh Muhammad Khudari Beik mengemukakan defnisi Al-Qur’an sebagai berikut: “Al-Al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah


(55)

38

SWT) yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada Muhammad saw, untuk dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.”

2) Syeikh Muhammad Abduh

Syeikh Muhammad Abduh mendefnisikan al-Qur’an dengan pengertian sebagai berikut “Kitab (Al-Qur’an) adalah bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang terpelihara di dalam dada orang yang menjaganya dengan menghafalnya (yakni) orang-orang Islam.”

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa unsur dalam pengertian al-Qur’an sebagai berikut :

a) Al-Qur’an adalah frman atau Kalam Allah SWT. b) Al-Qur’an terdiri dari lafal berbahasa Arab

c) Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

d) Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT. yang mengandung mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW. yang diturunkan dengan perantara Malaikat Jibril.

e) Al-Qur’an disampaikan dengan cara mutawatir (berkesinambungan).

f) Al-Qur’an merupakan bacaan mulia dan membacanya merupakan ibadah.


(56)

g) Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf, yang diawali dengan surah al Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas

h) Al-Qur’an senantiasa terjaga/terpelihara kemurniannya dengan adanya sebagian orang Islam yang menjaganya dengan menghafal Al-Qur’an.

b. Definisi murottal

Murottal merupakan seni melagukan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dihasilkan oleh suara. Suara mengandung getaran yang dapat berpengaruh terhadap tubuh manusia secara keseluruhan diantaranya, keseimbangan dan kenormalan tubuh, serta kenormalan indera penglihatan (Al-Kaheel, 2012).



































“Seseungguhnya orang-orang yang beriman itu, hanyalah mereka yang apapbila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah keimananya dan kepada Robb lah mereka bertawakal” (Q.S. Al-An-faal: 2).

Dari ayat diatas, menjelaskan tentang gambaran seorang mukmin ketika mendengar ayat- ayat Allah. Mendengar bacaan Al-Qur’an dapat berpengaruh jika mendengarkan dengan penuh konsentrasi, tidak melakukan kesibukan yang lain, dan benar-benanr


(57)

40

menghayati ayat-ayat yang didengar. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam surat Al-A’raf: 204 yang artinya:

























“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an maka dengarlah baik- baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

c. Al-Qur’an dan fungsinya

1) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia

Petunjuk- petunjuk dalam Al-Qur’an secara garis besar meliputi, petunjuk hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. 2) Al- quran sebagai sumber pokok ajaran islam

Al-Qur’an memiliki fungsi selain membenarkan kitab-kitab sebelumnya, Al-Qur’an juga sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an juga mengandung dasar-dasar serta pokok-pokok ajaran islam meliputi, aqidah, ibadah, akhlak, hukum, dan segala hal yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya.

3) Al-Qur’an sebagai peringatan dan pelajaran bagi manusia

Dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan sejarah atau kisah-kisah umat terdahulu. Dalam kisah-kisah tersebut dijelaskan bahwa ada sebagian umat manusia yang taat, beriman, sholeh, dan ada juga sebagian yang kafir, maksiat. Bagi mereka yang beriman Allah menjanjikan berbagai kenikmatan serta kebaikan di dunia dan


(58)

surga di akhirat. Bagi mereka yang kafir Allah mengancam dengan ancaman hukuman serta azab di dunia maupun akhirat. d. Manfaat Al-Qur’an dalam kesehatan

Anwar (2010), menjelaskan bahwa Al-Qur’an memiliki beberapa manfaat karena terkandung beberapa aspek yang berpengaruh terhadap kesehatan diantaranya:

1) Mengandung unsur meditasi

Didalam Al-Qur’an dikatakan bahwa Al-Qur’an sebagai

assyifa” atau penyembuh. Ulama menafsirkan Al-Qur’an

merupakan sebuah petunjuk yang dapat mengantar manusia kepada kesehatan jasmani maupun rohani sehingga dengan kesehatan itu manusia dapat menjalankan ketaatannya kepada Allah SWT.

Penyembuhan yang ditawarkan Al-Qur’an lebih menekankan pada tiga aspek utama yaitu menjadikan kitab Al-Qur’an sebagai kitab yang dapat dilihat, dibaca, dan didengar. Membaca Al-Qur’an menjadikan energi kita lebih aktif dan bergerak dalam suatu gerakan positif. Mendengarkan lantunan Al-Qur’an membuat hati kita menjadi tenang sehingga ketenangan itu akan membantu proses terwujudnya kesehatan dalam tubuh.

2) Mengandung unsur autosugesti

Unsur sugesti yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah ungkapan-ungkapan baik atau sering disebut dengan istilah ahsanu


(59)

42

baik pendengar maupun pembacanya sehingga ungkapan tersebut dapat menimbulkan perasaan tenang dan tenteram. Perasaan inilah yang dapat membantu seseorang yang sedang mengalami gangguan kesehatan. Pernyataan ini didukung dengan hadits nabi berikut:

Rasulullah Saw bersabda tidak berkumpul suatu kaum disuatu

rumah dari rumah Allah (masjid) yang membaca Al-Qur’an saling mempelajarinya antara mereka, melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan, diselubungi rahmat, dikelilingi malaikat rahmat dan Allah menyebut-nyebut mereka (dibanggakan) dihadapan para malaikatt-Nya” (HR. Abu Hurairah)

3) Mengandung unsur relaksasi

Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrochman et al. (2007), menyebutkan bahwa ketika para responden diperdengarkan lantunan Al-Qur’an tampak gelombang delta dalam rekaman EEG (electro

enchophalogram) lebih tinggi dibanding dua musik pembandingnya.

Gelombang delta sendiri menandakan seseorang dalam kondisi relaks sehingga dapat disimpulkan mendengarkan Al-Qur’an memiliki efek relaksasi bagi tubuh.

Mendengarkan bacaan Al-Qur’an dapat memperbaiki system kekebalan sel karena pengaruh dari getaran suara yang sehat dan serasi membuat sel mampu bekerja dengan kekuatan optimal (Al-Kaheel, 2012). Hal ini didukung dengan beberapa studi


(60)

menunjukkan bahwa suara yang memiliki irama serasi memiliki efek besar bagi vitalitas dan stabilitas otak. Suara yang berirama serasi juga berpengaruh terhadap skala detak jantung, serta menjadikan otak lebih energik dan segar sehingga mampu mengarahkan system kekebalan tubuh melawan berbagai penyakit. Sel otak lebih mampu memberi respon jika mendengar suara yang memiliki irama yang serasi. Suara juga dapat dengan mudah meledakkan sel-sel kanker sekaligus menyegarkan sel-sel yang sehat.

Bacaan Al-Qur’an merupakan sejumlah getaran suara yang masuk melalui telinga, dihantarkan ke sel otak kemudian menghasilkan efek melalui medan elektronik yang terdapat dalam sel. Sel-sel otak akan merespon medan-medan tersebut dan mengimbangi getarannya. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an juga berpengaruh terhadap meningkatnya kemampuan kreatif, meningkatnya kemampuan konsentrasi, penyembuhan penyakit akut seperti konstipasi, perubahan pola perilaku, hilangnya kebiasaan-kebiasaan buruk, meningkatnya ketenangan jiwa, mengatasi kecemasan, hilangnya sifat emosional, pemarah, dan mudan menyerah (Al-Kaheel, 2012).

e. Pengaruh Al-Qur’an dalam proses penyembuhan

Teori psikoneuroendokrinologi menjelaskan bahwa kondisi kejiwaan seseorang akan mempengaruhi kelenjar endokrin (Suliswati, 2005). Keadaan jiwa yang sehat akan mempengaruhi


(61)

44

homeostasis dari sistem neuroendokrin. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang tenang, optimistis, dan bahagia. Al-Qur’an seperti yang telah dijelaskan memberikan efek ketenangan dalam tubuh sebagai adanya unsur meditasi, autosugesti dan relaksasi (Anwar, 2010) Rasa senang akan memberikan respon emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan presepsi positif.

Presepsi positif akan ditransmisikan dalam system limbik dan korteks serebral dengan tingkat konektifitas yang kompleks antara batang otak-hipotalamus-prefrontal kiri dan kanan-hipokampus-amigdala. Transimisi ini menyebabkan keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter seperti GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan antagonis GABA oleh hipokampus dan amigdala. Presepsi positif yang diterima oleh sistem limbik akan menyebabkan amigdala mengirimkan informasi kepada LC (Locus Coeruleus) untuk mengaktifkan reaksi saraf otonom. LC akan mengendalikan kinerja saraf otonom kedalam tahapan homeostasis. Rangsangan saraf otonom yang terkendali menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medulla adrenal menjadi terkendali. Keadaan ini akan mengurangi manifestasi gangguan kecemasan (Suliswati, 2005)


(62)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.4 Kerangka Teori

C. Kerangka konsep

Gambar 2.5 Hubungan Variabel

Cara mengatasi gangguan tidur: Farmakologi

Pemberian obat golongan sedatif-hipnotik

seperti benzodiazepin (ativan, valium, dan

diazepam)

Non-farmakologi

Latihan relaksasi otot progresif, terapi musik Mendengarkan Al-Qur’an

Kecemasan (cemas perpisahan)

Kualitas tidur Faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas tidur:

1. Status kesehatan 2. Lingkungan 3. Diet

4. Gaya hidup 5. Obat-obatan 6. Stres psikologis

Mendengarkan Murottal Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya


(63)

46

D. Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak terdapat pengaruh mendengarkan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan kualitas tidur siswi kelas 1 MTs Muallima’at yang mengalami cemas perpisahan

H1 : Terdapat pengaruh mendengarkan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan kualitas tidur siswi kelas 1 MTs Muallima’at yang mengalami Cemas Perpisahan


(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group. Sebelum intervensi peneliti terlebih dahulu melakukan penilaian kualitas tidur pada responden (pre test). Setelah intervensi peneliti kembali melakukan penilaian kualitas tidur responden (post test) pada kedua kelompok untuk mengetahui perubahan kualitas tidur siswi antara sebelum dan sesudah mendengarkan Al-Qur’an (Murottal) sambil membaca terjemahnya.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

Kelompok A, membaca Al-Qur’an seperti biasa dan diberikan intervensi berupa mendengarkan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya.

Kelompok B, membaca Al-Qur’an seperti biasa dan tidak diberikan intervensi berupa mendengarkan Al-Qur’an surat Ar-Rahman dan terjemahnya.

A (Pre-Test)

B (Post-Test) B

(Pre-Test)

A (Post-Test) Intervensi


(65)

48

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh obyek/ subyek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 1 MTs Muallima’at Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 225 siswi. 2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2010). Sampel penelitian ini adalah siswi kelas 1 MTs Muallima’at Muhammadiyah Yogyakarta yang tinggal di asrama, diambil dengan teknik simple random sampling

yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2010). Semua sampel harus memiliki kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel karena berbagai sebab (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini antara lain:

a. Kriteria inklusi

1. Siswi kelas 1 MTs Muallima’at Muhammadiyah Yogyakarta 2. Tinggal di Asrama Siti Aisyah


(1)

menjadi baik yang sebelumnya mengalami kualitas tidur buruk. Berdasarkan hasil uji paired sample t-test diketahui nilai p pada kelompok eksperimen sebesar 0,230. Nilai p yang dihasilkan ini dapat dikatakan bahwa pada kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kualitas tidur siswi sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel 4

Perbandingan skor kualitas tidur siswi pada kelompok kontrol dan intervensi

Kelompok N Mean Rank P z

Kontrol 35 35,73

0,924 -0,095 Intervesi 35 35,27

Total 70

Keterangan: uji Mann Whitney u-test

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mean rank antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi hamper sama. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas tidur siswi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Nilai p yang dihasilkan sebesar 0,924 dengan nilai Z hitung -0,095. Oleh karena nilai p yang dihasilkan lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas tidur siswi pada kelompok kotrol dan intervensi.


(2)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas tidur siswi yang signifikan sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa mendengarkan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi. Serta Pada uji perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas tidur siswi yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi setelah diberi perlakuan berupa mendengarkan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Halaj (2014) bahwa zikir sebelum tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur lansia. Tidak terjadinya perubahan pada kualitas tidur siswi pada penelitian ini dipengaruhi banyak faktor, diantaranya aktivitas fisik yang dilakukan oleh siswi tidak sama dengan lansia sehingga berpengaruh pada durasi tidur siswi. Aktifitas di MTs Muallima’at Muhammadiyah sangat padat, hal ini dapat dilihat dari jadwal kegiatannya dari jam 03.00-22.00, belum lagi adanya teman untuk bertukar pikiran sehingga jam tidur semakin berkurang. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryono et al. (2009), yang mengatakan bahwa Subjek

dengan durasi tidur di hari sekolah yang kurang mengalami gangguan tidur lebih banyak dibanding subjek yang durasi tidurnya cukup.


(3)

Responden penelitian ini adalah siswi kelas 1 MTs Muallima’at Muhammadiyah yang mengalami cemas perpisahan diantaranya 39 responden memiliki tingkat kecemasan sedang, dan 31 responden memliki tingkat kecemasan berat. Muallima’at Muhammadiyah merupakan sekolah Madrasah Tsanawiyah yang menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para siswi. Para siswi memiliki aktivitas yang sangat banyak baik aktivitas di sekolah maupun di asramanya, sehingga para siswi sangat sibuk dalam rutinitas kesehariannya. Penelitian LeBourgeois et al. (2005), mengatakan bahwa menghindari aktivitas

yang bersifat menstimulasi baik secara fisiologis, kognitif, maupun emosional dapat mengurangi insiden gangguan tidur. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jika siswi kelas 1 yang diteliti mengurangi atau tidak melakukan aktivitas yang berlebihan yang dapat menstimulasi tenaga, pikiran, serta emosi seperti ekstrakulikuler yang melelahkan, pelajaran malam di asrama, pergi bermain dengan teman-temannya maka dapat menurunkan insidensi gangguan tidur yang juga akan bepengaruh pada kualitas tidurnya.

Kondisi lingkungan yang diteliti adalah bising, cahaya, lokasi tidur, adanya co-sleeping, sehingga hal ini juga berpengaruh pada kualitas tidur siswi.

Hal ini didukung oleh National Sleep Disorders Research Plan yang mengatakan

bahwa kualitas tidur juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (Haryono et al,


(4)

KESIMPULAN

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh mendengarkan Al-Quran sambil membaca terjemahnya terhadap peningkatan kualitas tidur siswi kelas 1 MTs muallimaat yang mengalami cemas perpisahan. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, disarankan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar atau bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut sehingga diharapkan dapat mengatasi kualitas tidur pada siswi yang mengalami cemas perpisahan, dengan menambah waktu mendengarkan murottal Al-Qur’an serta mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur.

REFERENSI

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC

Allen, J. L., Blatter, J., Ursprung, A., Schneider, S. (2010). The Separation Anxiety Daily Diary: Child Version: Feasibility and Psychometric Properties. Child Psychiatry Hum Dev, 41:649–662.

Al-Halaj, Q. M. I. (2014). Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Karya Tulis Ilmiah Strata satu, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Al-Kaheel, A. D. (2012). Lantunan Quran untuk Penyembuhan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Babson, K. A., Feldner, M. T., Connolly, K. M., Trainor, C. D., Leen, E. W. (2010). Subjective Sleep Quality and Anxious and Fearful Responding to Bodily Arousal among Children and Adolescents. Cogn Ther Res (2010) 34:359–367.

Babson, K. A., Badour, C. L., Feldner, M.T., Bunaciu, L. (2012). The Relationship of Sleep Quality and PTSD to Anxious Reactivity from Idiographic Traumatic Event Script-Driven Imagery. Journal of Traumatic Stres October, 25, 503–510.


(5)

Buckner, J. D., Bernert, R. A., Cromer, K. R., Joiner, T. E., Schmidt, N. B. (2008). Social Anxiety and Insomnia: the Mediating Role of Depressive Symptoms. Depression and Anxiety, 25:124–130.

Contreras, F. H., Lopez, E. M., Roman, P. A. L., Garrido, F., Santos, M. A., & Amat, A. M. (2014). Reliability and validity of the spanish version of the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) in patients with fibromyalgia. Rheumatol Int, 34, 929–936.

Dahlan, M. S. (2010). Membaca dan menelaah jurnal uji klinis. Jakarta: Salemba Medika.

Haryono, A., Rindiarti, A., Arianti, A., Pawitri, A., Ushuluddin, A., Setiawati, A., et al. (2009). Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12- 15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 3, Oktober 2009

Imron, M. (2014). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.

Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. (1997). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 7 (Kusuma, W., Penerjemah). Jakarta: Binarupa Aksara.

LeBourgeois MK, Giannotti F, Cortesi F, Wolfson AR, Harsh J. (2005) The relationship between reported sleep quality and sleep hygiene in Italian and American adolescents. Pediatrics, 115: 257-65.

Majid, Y. A. (2014). Pengaruh akupresur terhadap kualitas tidur lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Karya Tulis Ilmiah Strata Dua, Universitas Padjajaran, Bandung.

National Sleep Disorders Research Plan. Normal sleep, sleep restriction and health consequences. [cited 2009, May 12]. Didapat dari: http//www.nhlbi.nih.gov/health/

prof/sleep/res_plan/section4/section4d.html.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Perilaku organisasi. Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat.

Sari, A. W. (2011). Hubungan antara Insomnia dengan Prestasi Belajar pada Santri di Madrasah Aliyah Tahfidzhul Quran Isy-Karima Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Sa’adati, N. (2014). Pengelolaan Wakaf Tunai dalam Mekanisme Pemberdayaan Ekonomi Pesantren. Karya Tulis Ilmiah strata dua, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Schmitz, G., Lepper, H., Heidrich, M. (2003). Farmakologi dan Toksikologi, edisi 3 (Sigit, J. I., Hanif, A., Penerjemah) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


(6)

Simola, P., Liukkonen, K., Pitkäranta, A., Pirinen, T., Aronen, E. T. (2012). Psychosocial and somatic outcomes of sleep problems in children: a 4-year follow-up study. Child: care, health and development.

Subandi, M.A. (2013). Psikologi agama & Kesehatan Mental. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sulidah. (2013). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha. Karya Tulis Ilmiah strata dua, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sutrisno (2007). Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan kualitas tidur penderita insomnia pada lansia di Panti Wredha Pucang Gading Semarang. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Diponegoro, Semarang.

Steven, M. S. (2015). Normal Sleep, Sleep Physiology, and Sleep Deprivation. Available from: http://emedicine.medline.com.

Zakiyah, N., Hidayati, F. N. R., Setyawan, I. (2010). Correlation Between Self-Adjustment and Academic Procrastination At Student’s of Boarding School SMP N 3 Peterongan Jombang. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegro.


Dokumen yang terkait

Gaya Bahasa Terjemahan Surah Ar-Rahman dalam Al-Qur’ân Al-Karîm Bacaan Mulia Karya H. B. Jassin dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah

3 31 191

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT

1 30 97

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS III MTs MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

1 14 95

ANALISIS ISI SURAT DAN PENGULANGAN KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN Analisis Isi Surat dan Pengulangan Kalimat pada Terjemahan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar.

0 2 16

ANALISIS ISI SURAT DAN PENGULANGAN KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN Analisis Isi Surat dan Pengulangan Kalimat pada Terjemahan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar.

0 3 13

ANALISIS FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN PADA TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AR RAHMAN ANALISIS FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN PADA TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AR RAHMAN.

0 1 16

Dokumen K T S P 1

0 3 251

PENGARUH INTERVENSI BACAAN SURAT AR-RAHMAN DALAM KONSELING KEFARMASIAN TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI PROLANIS DI DOKTER KELUARGA DI PURWOKERTO

0 0 16

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MENDENGARKAN BACAAN AL- QUR’AN (Ar-Rahman) TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RSUD dr.SOEDIRMAN KEBUMEN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

0 2 54

Pengaruh Mendengarkan Murrotal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman Terhadap Nilai Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Dengan Pre Eklampsia Di Puskesmas Genuk Kota Semarang

0 0 14