8. Sektor Kesehatan
Jasa Profesi KesehatanPelayanan MedikPelayanan Kefarmasian: 1 Praktek perorangan tenaga kesehatan.
2 Praktek tenaga berkelompok tenaga kesehatan. 3 Sarana pelayanan kesehatan dasar.
4 PusatBalaiStasiun penelitian kesehatan. 5 Apotik, praktik profesi Apoteker.
6 Rumah bersalin. 7 Praktek Pelayanan Medik Tradisional akupuntur, pijat refleksi,
panti pijat tradisional. 8 Jasa perdagangan obat dan makanan:
a Toko Obat;
b Retailer Obat Tradisional, Jamu gendong, Kiostoko jamu;
c Kolektorpengumpul simplisia.
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil
Pengkajian terhadap keterbatasan usaha kecil menyebabkan tumbuhnya pandangan-pandangan tentang usaha kecil. Pandangan-
pandangan tersebut umumnya berusaha menelusuri kemungkinan- kemungkinan kekuatan usaha kecil dibandingkan kelompok usaha
lainnya, terutama kelompok usaha besar. Sebagian ahli menyatakan terdapat sepuluh kekuatan yang favourable bagi perusahaan usaha
kecil. Jika ditinjau lebih lanjut, maka karakteristik tersebut
merupakan syarat tercapainya keberhasilan perusahan usaha kecil, tetapi tidak merupakan jaminan kepastian tercapainya keberhasilan itu
sendiri. Berikut adalah kesepuluh faktor kekuatan yang dimiliki oleh usaha kecil :
a. Hubungan dengan aspek fisik dan aspek engineering.Faktor ini
ditandai dengan adanya keselarasan hubungan antara aspek fisik dan aspek teknik dalam proses produksi pembuatan produk.
Keselarasan ini mengakibatkan produk-produk tertentu hanya akan menguntungkan jika dibuat oleh usaha kecil.
b. Produk yang memerlukan tingkat keterampilan dan ketelitian yang
tinggi .Faktor dominan dalam hal ini adalah tingkat keterampilan tenaga kerja yang tinggi. Adanya faktor ini, suatu produk menjadi
bersifat favourable bagi usaha kecil. Sebab, syarat dibutuhkannya tenaga kerja dengan keterampilan yang demikian sangat sulit
untuk didapatkan. Pada akhirnya akan mengurangi adanya persaingan.
c. Produk massal komponen-komponen khusus atau produk akhir
yang bersifat khusus. Faktor ini ditandai dengan sifat massal produksi dan kekhususan produk yang dibuat. Produksi massal
yang dilakukan terkait dengan persyaratan spesifikasi produk yang tinggi. Sehingga hal ini akan membatasi arahan penggunaan
sumber-sumber hanya pada kepentingan pencapaian target produksi. Sifat kekhususan produk membatasi aspek penggunaan
produk, sehingga membatasi pula dimensi konsumen pemakai produk.
d. Produk yang dibuat dalam jumlah kecil.
e. Produk-produk yang dipengaruhi oleh lokasi dan ongkos
transportasi. Faktor ini ditandai oleh pengaruh lokasi dan ongkos transportasi. Skala pabrik cenderung dibatasi untuk produk-produk
dengan ongkos transportasi yang tinggi dan untuk produk-produk dengan sumber-sumber bahan baku yang tersebar dan sulit untuk
dipindahkan karena sifat bahan baku itu sendiri. f.
Produk dengan desain khusus atau produk yang memerlukan inovasi tinggi. Desain yang khusus biasanya merupakan pesanan
dari konsumen-konsumen tertentu. Terbatasnya konsumen menyebabkan terbatasnya potensi pasar dari kelompok produk ini.
g. Hubungan yang dekat antara personil-personil dalam usaha kecil.
Hubungan yang lebih dekat antara pekerja dengan pimpinan, maupun antara pekerja sendiri menyebabkan tercapainya
produktivitas yang tinggi serta langkanya pemutusan hubungan kerja pada usaha kecil. Sering kali hubungan antara pimpinan
dengan pekerja pada usaha kecil lebih erat, sehingga kerja samanya lebih efektif.
h. Fleksibilitas operasi dan ongkos tak langsung yang rendah. Ongkos
tak langsung bisa menjadi sangat rendah pada usaha kecil, karena sederhananya prosedur operasi dan birokrasi.
i. Pelayanan yang lebih baik
Adanya perhatian khusus pada konsumen dan kecepatan pelayanan yang lebih tinggi pada beberapa jenis usaha kecil, menyebabkan
usaha kecil dan menengah sering lebih unggul. Perhatian perusahaan dapat dipusatkan pada pesanan yang penting ataupun
pada kesempatan yang menarik, tidak seperti pada usaha besar. j.
Respon yang cepat terhadap perkembangan Pola permintaan yang dinamis dan sering bergejolak, merupakan
faktor yang menguntungkan bagi usaha kecil dan menengah. Kecepatan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya pada
usaha kecil memungkingkan respon terhadap perubahan yang terjadi. Selain itu, kedekatan usaha kecil terhadap konsumen juga
menyebabkan usaha kecil menjadi peka terhadap perubahan dan mampu merasakan adanya kesempatan.
Enam faktor pertama tersebut terkait dengan karakteristik produk usaha kecil, sedangkan empat faktor selanjutnya adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi dinamis usaha kecil yang terkait dengan pengelolaan organisasi perusahaan. Sepuluh
kekuatan yang cocok bagi usaha kecil, komposisinya tidak selalu tetap, selalu berubah dengan kondisi lingkungannya.
Disamping terdapatnya faktor-faktor kekuatan yang cocok bagi perusahaan usaha kecil dan menengah, maka kelompok ini juga
memiliki beberapa faktor kelemahan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa kesulitan yang dihadapi oleh para pegusaha kecil
dan menengah dalam menghadapi persaingan dengan pengusaha besar antara lain dikarenakan oleh:
a. Keterbatasan wawasan bisnis serta pengetahuan para pengusaha
kecil dan menengah tentang tata cara mengelola usaha dengan baik. b.
Keterbatasan pengetahuan mengenai jaring-jaring pemasaran yang ada.
c. Para pengusaha kecil dan menengah mengalami kesulitan untuk
memperoleh akses ke pasar, karena volume pasar yang besar umumnya diikuti dengan syarat-syarat tertentu: mutu, ketepatan
pengiriman, pelayanan, dan lain-lain. d.
Keterbatasan pengetahuan yang menyangkut manajemen produksi, termasuk desain, product development, teknologi produksi dan
sebagainya. e.
Keterbatasan modal, baik modal investasi maupun modal kerja. Karena berbagai kelemahan ini, kerjasama antara usaha
besar dan usaha kecil dan menegah sering kali mengalami hambatan, terutama dalam hal yang terkait dengan persyaratan-persayaratan dari
usaha besar yang sering kali tidak dapat terpenuhi oleh usaha kecil dan menengah.
Sumber RIP-UKMIKM_Buku I, 2002
2.4 Konsep Biaya 2.4.1 Pengertian Biaya
Dalam Horngren dkk,2003 mendefinisikan biaya sebagai sumber daya yang harus dikorbankan atau dilepaskan untuk pencapaian
suatu tujuan tertentu. Biaya biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan untuk mendapatkan suatu produk ataupun jasa. Menurut
Hansen dan Mowen 1999 biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.
2.4.2 Klasifikasi Biaya
Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan pola perilakunya menjadi dua,yaitu biaya variabel dan biaya tetap Horngren,2006. Biaya
variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional mengikuti tingkat