Stratifikasi dan Profil Tegakan Hutan

Gambar 32 menunjukkan contoh stratifikasi dan profil tegakan hutan daerah tangkapan air kelas hutan alam berdasarkan program extention IHMB Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala ciptaan Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M. Agr. Guru Besar Bidang Remote Sensing Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang dikoneksikan link dengan program ArcView 3.3. Contoh data atribut profil hutan extension IHMB yang digunakan dalam pembuatan model spasial kedua profil hutan di atas dapat dilihat pada Lampiran 20. Gambar 32. Model Spasial Profil Hutan Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Alam Taman Wisata Alam Gunung Meja 5.5.2. Stratifikasi Vegetasi Pada Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Tanaman Taman Wisata Alam Gunung Meja Stratifikasi vegetasi yang terbentuk pada tegakan daerah tangkapan air kelas hutan tanaman Taman Wisata Alam Gunung Meja hanya terdiri dari empat strata atau susunan tajuk yaitu B, C, D, dan E, tanpa strata A, yaitu tegakan dengan ketinggian rata-rata di atas 30 m atau lebih. Hal ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan tegakan di dalam kawasan ini belum mencapai klimaks dan kondisi ekologi tempat tumbuh yang kurang mendukung karena berada di area berkemiringan sedang hingga curam 15 . Strata B terdiri dari jenis-jenis Palaqium amboinensis, Koordersiodendron pinnatum, Alstonia scholaris, Artocarpus altilis dan Pometia pinnata. Strata C terdiri dari jenis-jenis Palaqium amboinensis, Premna corymbosa, B T B T U = Utara S = Selatan T = Timur B = Barat Calophyllum inophyllum, Koordersiodendron pinnatum, Pometia coreacea, Lansium domesticum, dan Antiaris toxicaria. Strata D terdiri dari jenis-jenis Palaqium amboinensis, Lepiniopsis ternatensis, Antiaris toxicaria, Actinodaphne nitida dan Pometia coreacea. Pada strata E atau tumbuhan penutup tanah ground cover crop didominasi oleh jenis Sellaginela sp., Donax rumpii, dan berbagai jenis paku-pakuan lainnya. Gambar 33 menunjukkan stratifikasi dan profil tegakan yang terbentuk pada vegetasi daerah tangkapan air kelas hutan tanaman Taman Wisata Alam Gunung Meja. Gambar 33. Model Spasial Profil Hutan Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Tanaman Taman Wisata Alam Gunung Meja B T B T B T S U S U S U S U U = Utara S = Selatan T = Timur B = Barat

VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Komposisi vegetasi daerah tangkapan air Taman Wisata Alam Gunung Meja pada kelas hutan alam terdiri dari 115 jenis yang berasal dari 38 family dengan jumlah jenis terbanyak adalah family Moraceae yang terdiri dari 12 jenis Antiaris toxicara, Artocarpus altilis, Ficus benyamina, F. chrysolepis, F. glabosa, F. robusta, F. simisifera, F. trachypison, Paraltropis glabra, P. philipinensis, Preynea limpato, dan Streblus elongate, diikuti oleh family Myristicaceae dengan 8 jenis Cnema tomentela, Gymnacanthera farquhariana, Horsfieldia glabulare, H. irya, H. laevigata, H. sylvestris, Myristica fatua, dan M. gigantea. 2. Komposisi vegetasi daerah tangkapan air Taman Wisata Alam Gunung Meja pada kelas hutan tanaman terdiri dari 71 jenis yang berasal dari 28 family dengan jumlah jenis terbanyak adalah family Moraceae yang terdiri dari 6 jenis A. toxicara, A. altilis, Ficus anulata, F. robusta, F. simisifera, dan F. trachypison, diikuti oleh family Lauracecae dan Myristicaceae masing-masing sebanyak 5 jenis Lauracecae: Actinodaphne nitida, Cryptocarya palmarensis, Litsea firma, L. ladermania, dan L. timoriana serta Myristicaceae: G. farquhariana, H. glabulare, H. laevigata, H. sylvestris, dan M. fatua. 3. Jenis yang tingkat penguasaan dan adaptasinya paling baik terhadap habitat daerah tangkapan air pada kelas hutan alam untuk tingkat semai adalah jenis Antiaris toxicaria 17,84 dan Pometia coriacea 17,55, tingkat pancang Aglaia spectabilis 12,64, tingkat tiang Artocarpus altilis 39,34, dan tingkat pohon P. pinnata 30,47. 4. Jenis yang tingkat penguasaan dan adaptasinya paling baik terhadap habitat daerah tangkapan air pada kelas hutan tanaman untuk tingkat semai hingga pohon adalah jenis Palaqium amboinensis dengan nilai INP masing-masing pada tingkat: semai = 49,41; pancang = 29,26; tiang = 61,12; dan pohon = 76,92. 5. Pola sebaran spasial komunitas jenis-jenis vegetasi pada kawasan daerah tangkapan air kelas hutan alam cenderung berkelompok cluster. Demikian pula pada kelas hutan tanaman, jenis-jenis dominan memiliki pola sebaran berkelompok cluster. Akan tetapi beberapa jenis cenderung memiliki pola sebaran seragam uniform seperti Vitex pinnata dan Alstonia macrophylla maupun acak random seperti Haplolobus lanceolathus. 6. Kondisi habitat pada hutan alam yang digambarkan oleh nilai keanekaragaman jenis yang mencapai rata 3,65 menunjukkan tingkat kestabilan ekosistem yang tinggi, keanekaragaman spesies yang tinggi, dengan proses regenerasi dan proses suksesi tergolong tinggi dan melimpah. Sedangkan kondisi hutan tanaman secara umum tergolong sedang dengan rata- rata nilai indeks keaneragamannya 2,64. 7. Tingkat tutupan tajuk berdasarkan diameter tajuk pada strata teratas di kawasan hutan alam sebesar 91,00 persen, sedangkan pada kelas hutan tanaman sebesar 96,67 persen, keduanya termasuk dalam kategori tingkat penutupan yang sangat baik.

6.2. Saran

1. Perlu adanya perhatian pihak-pihak terkait dalam perlindungan dan rehabilitasi kawasan daerah tangkapan air dan sumber-sumber air terutama yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk dan perlindungan TWA Gunung Meja secara keseluruhan. 2. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis menunjukkan kawasan kelas hutan tanaman berada pada kondisi tingkat keanekaragaman sedang, sehingga kawasan ini perlu mendapat perhatian lebih dalam perlindungan guna menjaga dan meningkatkan fungsi kawasan ini. 3. Perlu adanya pertimbangan terhadap status kawasan saat ini sesuai dengan perkembangan pembangunan dan perubahan sosial masyarakat sehingga pengelolaan dan manfaat kawasan ini dapat ditingkatkan dan dioptimalkan. 4. Dalam penelitian analisis vegetasi dan penelitian lainnya terkait kajian spasial dan letak obyek, disarankan dalam penempatan transekjalur dan plot selalu mengikuti kaedah timur- barat atau utara-selatan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengolahan dan analisis data mengingat tingkat kerumitan dan keterbatasan tools program dalam proses analisis tersebut.