Profil Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

2 Keluarga KK Dampingan dilaksanakan dibeberapa keluarga yang terdapat disetiap lingkungan di Desa Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Desa Petang memiliki 7 banjar dinas yaitu Banjar Dinas Petang Kelod, Banjar Dinas Petang Tengah, Banjar Dinas Petang Kaja, Banjar Dinas Kerta, Banjar Dinas Lipah, Banjar Dinas Munduk Damping, dan Banjar Dinas Angantiga. Pada KKN PPM 2016, penulis melaksanakan program pendampingan keluarga di Banjar Dinas Petang Suci. Salah satu keluarga Banjar Dinas Petang Tengah ini yang akan didampingi oleh penulis adalah Keluarga Bapak I Gusti Ngurah Gede Bawa.

1.1 Profil Keluarga Dampingan

Salah satu kegiatan KKN PPM Universitas Udayana Tahun 2016 ini adalah Program Keluarga Dampingan. Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat KKN PPM merupakan salah satu bentuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. KKN PPM merupakan wujud nyata dari pembelajaran terhadap mahasiswa untuk menerapkan segala ilmu yang sudah didapatkan selama belajar di perguruan tinggi. KKN PPM merupakan bentuk pendidikan yang penting untuk melatih mahasiswa hidup di tengah-tengah masyarakat, menerapkan pengalaman dan ilmunya untuk mengatasi segala masalah pembangunan di masyarakat, dan masalah-masalah inilah yang akan diidentifikasi yang kemudian disusun untuk dijadikan progam dari kerja KKN PPM. Salah satu dari progam yang diprioritaskan pada KKN PPM Universitas Udayana adalah program KK dampingan. Dalam program KK Dampingan, mahasiswa diwajibkan untuk mendampingi satu keluarga. Mahasiswa berperan sebagai pendamping keluarga yang akan mengidentifikasi masalah dan memecahkan atau mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh keluarga dampingan. Keluarga yang didampingi mahasiswa adalah keluarga yang termasuk dalam kriteria keluarga prasejahtera atau keluarga kurang sejahtera, sehingga dengan adanya 3 mahasiswa dapat meningkatkan kesejahteraan baik dalam bidang ilmu pengetahuan serta wawasan. Pada periode KKN PPM Periode XIII ini penulis mendapat kesempatan untuk mendampingi salah satu keluarga yang ada di Banjar Adat Petang Suci, Desa Petang yang bernama Bapak I Gusti Ngurah Gede Bawa yang memiliki dua anak. Adapun Profil keluarga dampingan yang penulis dampingi adalah sebagai berikut: No Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Ket. 1 I Gusti Ngurah Gede Bawa SuamiKepa la Keluarga 44 Belum tamat SDSederajat Pedagang Sakit 2 Ni Ketut Kendri Istri 40 Tamat SDsederajat Pedagang - 3 I Gusti Ngurah Alit Putra Wijaya Anak laki- laki 17 SMK Kelas XI Pelajar - 4 I Gusti Ngurah Rai Ambara Putra Anak laki- laki 13 SMP kelas VII Pelajar - 5 I Gusti Biang Gedong Orang tua 72 Belum tamat SDSederajat Petani - 6 I Gusti Ayu Ngurah Mahayanti Lainnya 46 SLTASedera jat BelumTid ak bekerja - 4 Bapak I Gusti Ngurah Gede Bawa beserta keluarganya tiggal di lingkungan Banjar Dinas Petang Suci, Desa Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Anggota keluarga Bapak I Gusti Ngurah Gede Bawa adalah sebanyak 6 orang, yaitu Istri beliau Ni Ketut Kendri, kedua putra mereka I Gusti Ngurah Alit Putra Wijaya 17 dan I Gusti Ngurah Rai Ambara Putra 13, I Gusti Biang Gedong ibu dari Bapak Gusti 72, dan I Gusti Ayu Ngurah Mahayanti 46 yang merupakan kakak perempuan Bapak Gusti. Meskipun Bapak Gusti merupakan kepala keluarga, namun yang menanggung beban perekonomian keluarga adalah istriynya, Ibu Kendri, yang bekerja sebagai pedagang sate keliling. Hal ini disebabkan semenjak 1 tahun yang lalu Bapak Gusti mengidap TBC Tuberkulosis yang membuat tubuhnya tidak dapat beraktivitas lebih. Selain menderita penyakit TBC, Bapak Gusti memiliki riwayat pengidap diabetes kering, namun kondisi gula darahnya sudah stabil dengan pola makan yang terkontrol. Perekonomian keluarga Bapak Gusti termasuk sederhana, penghasilan per bulan dari Bu Kendri sebagai pedagan sate keliling adalah kurang lebih Rp 2.500.000bulan. Biaya tersebut selain digunakan untuk konsums sehari-hari, juga untuk membiayai sekolah kedua anak mereka yang kini duduk di bangku SMK kelas XI dan SMP kelas VII, biaya obat Bapak Gusti, modal dagang, dan kebutuhan tak terduga lainnya. Jika diakumulasikan, penghasilan Bu Kendri masih tergolong kurang mencukupi, hingga membuatnya harus bisa menekan biaya pengeluaran keluarga.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan