Anak dan Media dilihat dalam Konteks Sosial

kelompok atau kelas tertentu dalam masyarakat, sehingga pemberitaan yang dilakukan oleh wartawan pada dasarnya sukar dihindari sikap partisipan. Wartawan mempunyai nilai-nilai tertentu yang hendak dia perjuangkan yang berpengaruh besar dalam isi pemberitaan 38 . Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Stuart Hall bahwa media pada dasarnya tidak memproduksi, melainkan menentukan to define realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih 39 Menurut Zirlyfera Jamil, media dan kita dihadirkan untuk memberikan solusi masalah-masalah media kepada keluarga. Pengaruh media, terutama televisi, pada masa sekarang mau tidak mau harus diakui dapat berpengaruh besar pada gaya hidup dan pemikiran orang. “Kini, orang menganggap media sebagai etalase hidup. Orang tua, dalam hal ini, perlu segera menyadarinya dan menjadi filter aktif pengaruh teknologi pada anak-anak.

3. Anak dan Media dilihat dalam Konteks Sosial

Membahas Anak dan Media dilihat dalam Konteks Sosial berarti melihat bagaimana wacana tentang anak dan media yang ada di masyarakat. Wacana yang berkembang dalam masyarakat selama ini, Jika melihat fakta melalui kehidupan dalam masyarakat menunjukan bahwa, media harus memainkan peran kunci dalam upaya pencegahan perlakuan salah terhadap anak. Sebagai kekuatan besar yang berkemampuan membentuk opini masyarakat, media seyogianya bisa membuat program dan pelaporan yang lebih bertanggung jawab dengan artian 38 Eriyanto, Opcit, h. 41 39 Eriyanto, Opcit, h. 37 tidak menonjolkan sisi sensasionalnya, tetapi bersifat mendidik untuk upaya promotif dan preventif. Tetapi berdasarkan usia atau tingkat kedewasaannya anak mungkin belum cukup mengerti perbedaan yang jelas antara kenyataan dan fantasi Bagi beberapa anak, tayangan yang bombastis dan sensasional akan dicerna dan ditransformasikan kedalam sesuatu yang mungkin terjadi kepada mereka. Anak yang melihat tayangan penculikan atau pemboman, mungkin akan khawatir, Apakah nanti saya juga akan diculik? Berita bencana alam atau berita pembunuhan akan dapat merasuk ke dalam diri dan pikiran anak 40 Hubungan antara anak-anak dan media dapat ditinjau dari dua sudut pandang: pembinaan anak-anak oleh media dan pembinaan anak-anak untuk dapat memberikan tanggapan yang sebaik-baiknya kepada media. Maka muncullah semacam ketimbalbalikan yang menunjuk kepada pertanggungjawaban dari media sebagai sebuah industri dan kepada kebutuhan untuk mengambil bagian secara aktif dan kritis dari pihak pembaca, pemirsa dan pendengar. Dalam kerangka ini, pelatihan untuk memanfaatkan media dengan sebaik-baiknya menjadi esensial bagi perkembangan anak-anak secara kultural, moral dan spiritual Mendidik anak-anak agar mereka dapat memilih dengan baik pemanfaatan media adalah tanggung jawab orangtua, dan sekolah. Peranan orangtua adalah 40 : Dessy Nataliani, MA, “Pendidikan Media Dari Waktu ke Waktu”artikel diakses pada Kamis, 20 Maret 2008 05:35:57 dari http:dessynataliani.blogsome.com20050703anak-dan- berita-di-mediatrackback yang paling penting. Mereka mempunyai hak dan kewajiban untuk memastikan, bahwa anak-anak mereka memanfaatkan media dengan bijak. Media juga dapat mengenalkan sindrom dunia nyata yang memberikan gambaran tidak lengkap kepada anak tentang dunia dan masyarakat yang sebenarnya. Kalangan anak-anak adalah kalangan konsumen yang khusus, karena mereka rentan terpengaruh media. Mereka mudah meniru atau mengimitasi apa yang dilihatnya, sekaligus tidak kritis terhadap apa yang ditontonnya. Banyak contoh kasus pengaruh media terhadap anak, antara lain: Di Bandung, seorang anak SD kelas 2 meninggal dunia setelah bermain dengan teman sekelasnya. Di Balikpapan seorang anak kelas 2 SD mengalami patah tangan. Dan masih banyak lagi kasus serupa di daerah lain. Setelah di selidiki ternyata sang bocah senang menonton tayangan “Smackdown” di televisi 41 . Di wilayah India beberapa bocah meninggal dunia sedangkan lainnya mengalami luka yang cukup serius setelah mereka mempraktekkan eksekusi hukuman gantung terpidana yang diekspose secara besar-besaran dalam tayangan televisi negara tersebut. Di Jepang seorang bocah berusia belasan tahun membunuh adik teman sekelasnya karena persaingan di sekolah. Bocah tersebut melakukan hal yang sadis dengan memutilasi bagian tubuh korbannya setelah ia mencekik korban tersebut sampai mati.. Kemudian ia menggantungkan kepala korban di gerbang sekolah setelah ia melukai wajah korbannya dengan goresan benda tajam. Polisi kesulitan menangkap pelaku karena tidak menduga bahwa hal tersebut dilakukan oleh seorang bocah usia belasan tahun. Dua orang siswa Columbine High School, AS, melakukan pembantaian di sekolah mereka. Peristiwa tersebut menimbulkan korban: 12 orang teman sekelas, seorang guru, diri mereka sendiri dan melukai 23 orang lainnya 41 Nina M. Armando “Smackdown Lagi Duh…”. Ummi, Rubrik Media dan Kita. Mei i 2006 dalam drama penyanderaan selama 5 jam. Kedua pelaku membantai dengan meniru persis videogame yang sering mereka mainkan. Biasanya kekerasan ini di kombinasikan dengan materi seksual dan profanity agresif secara verbal yang berpotensi ditiru oleh anak-anak. Kini kekerasan juga muncul dalam bentuk games dan video klip. Pergeseran nilai-nilai yang berkembang di masyarakat sangat terasa dampaknya. Budaya masyarakat timur yang penuh adab sopan dan santun kini semakin terkikis oleh budaya permisivisme dan hedonisme yang lebih mengutamakan sisi konsumerisme dan dunia glamour. Suatu hal yang dahulu sangat tabu bagi masyarakat, sekarang dianggap modis, modern dan gaul. Sehingga bukanlah suatu hal yang mengherankan ketika anak usia SD sudah mengenal pacaran bahkan berciuman di muka umum. Media saat ini lebih banyak mengajarkan: Gejala menjamurnya infotainment yang menyuguhkan info kehidupan selebritis yang glamour. Tayangan iklan yang menawarkan berbagai produk dengan harga yang menggiurkan. Kecintaan pada diri sendiri menimbulkan efek individualisme yang tinggi. 42 Kita memang bisa sangat khawatir dengan dampak buruk media, terutama bagi anak-anak dan remaja, kalangan yang paling rentan terpengaruh oleh media. Tetapi mengisolasi mereka dari media adalah suatu hal yang tidak bisa kita lakukan seratus persen , sebab Media ada di mana-mana. 42 Nasrullah, R. “Memilih Tayangan dengan Nurani”. Ummi, Mei-Juni 2003. Media massa terutama televisi dan film sangat berpotensi menimbulkan prilaku agresif antisosial pada khalayaknya. Dalam hal ini materi kekerasan berpotensi: Kuncinya adalah jelaskan yang sebenarnya sebatas yang dapat anda jelasakan. Untuk beberapa hal, seperti bencana alam, tidak perlu membatasi. Orang tua harus tetap memberi keleluasaan bagi anak untuk mengutarakan ketakutannya. Dorong anak anda untuk membicarakan secara terbuka ketakutan mereka.. Jika anak yang terganggu dengan sebuah berita, bantu mereka untuk mengatasi ketakutannya. Kesediaan orang dewasa untuk mendengarkan akan memberikan kekuatan bagi mereka. Media ibarat pisau bermata dua, semua kembali kepada pemakainya. Jika media dianggap belum selektif dalam menyajikan tayangan, mengapa kita tidak menggunakan hak kita sebagai konsumen?. Kita dapat lebih bijak dan selektif dalam memilih tontonan dan bacaan yang sehat. Pilih, beli, baca dan tontonlah tayangan media yang mengandung unsur informasi, hiburan dan pendidikan yang sehat bagi keluarga kita. Ingatkan anak-anak, keluarga serta rekan-rekan di sekeliling kita dan ajaklah mereka untuk menghentikan konsumsi tayangan yang mengandung unsur seks, kekerasan dan gaya hidup yang tidak “membumi” sehingga kita bisa memanfaatkan media di sekitar kita dengan sebaik-baiknya untuk pembelajaran anak-anak kita.

BAB V PENUTUP