Kesimpulan Hambatan dari Masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penegakan hukum”illegal fishing” oleh Penyidik TNI Angkatan Laut di Wilayah Lantamal I dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa kewenangan Perwira TNI AL sebagai Penyidik tindak pidana tertentu dilaut khususnya tindak pidana perikanan mempunyai landasan hukum yang kuat baik dalam hukum nasional maupun internasional. Adapun dasar hukum kewenangan penyidikan oleh penyidik TNI AL adalah sebagai berikut : a. UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP jo PP Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP. Penjelasan pasal 17 menyebutkan bahwa: “bagi penyidik dalam perairan Indonesia, zona tambahan, landas kontinen dan ZEEI penyidikan dilakukan oleh perwira TNI AL dan pejabat penyidik lainnya yang ditentukan oleh undang-undang yang mengaturnya”. b. UU Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ZEEI. Dalam Pasal 14 ayat 1 memberikan kewenangan kepada Perwira TNI AL yang ditunjuk oleh Pangab sebagai aparat penegak hukum di bidang penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1983. c. UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS 1982. Memberikan kewenangan kepada pejabat-pejabat, kapal perang dan kapal pemerintah untuk melakukan penegakan hukum di laut. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa pasal antara lain pasal 107,110, 111 dan 224 UNCLOS 1982. d. UU Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dalam Pasal 73 ayat 1 menyebutkan bahwa “Penyidikan tindak pidana di bidang perikanan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan, Perwira TNI AL dan Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia”.

e. UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

Dalam pasal 9 huruf b Angkatan Laut bertugas menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Kewenangan ini juga merupakan bagian dari sistem penegakan hukum di Indonesia, oleh karenanya kewenangan tersebut tidak bertentangan dengan KUHAP. 2. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan memberi kewenangan penyidikan kepada PPNS Perikanan, penyidik Perwira TNI AL dan Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Untuk menjamin keseragaman, kepastian hukum, efektifitas dan efisiensi bagi Penyidik dalam menangani perkara tindak pidana di bidang perikanan, Pemerintah telah membentuk Badan dan Forum Koordinasi sebagai berikut: a. Badan Koordinasi Keamanan Laut berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2005 tanggal 29 Desember 2005. b. Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11MEN2006 tanggal 16 Pebruari 2006. c. Tim Teknis Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.04MEN2007 tanggal 17 Januari 2007. d. Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan di Tingkat Propinsi, Kabupaten dan Kota berdasarkan Surat Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor B.352MEN-KP2006 tanggal 26 Agustus 2006. Keberadaan forum koordinasi belum berjalan dengan baik, khususnya di level bawah, mengingat dalam melaksanakan operasi dan penyelesaiannya masih berjalan sendiri-sendiri. Koordinasi yang merupakan solusi memperlancar proses penyelesaian kasus tindak pidana di bidang perikanan belum berjalan dengan baik Ego sektoral dan kepentingan institusi lebih dikedepankan, sehingga berdampak kepada upaya penegakan hukum itu sendiri. 3. Penegakan hukum tindak pidana di bidang perikanan di wilayah Lantamal I sampai saat ini belum optimal, kondisi yang demikian disebabkan oleh beberapa faktor-faktor dan kendala-kendala sebagai berikut: a. Kualitas sumber daya manusia Perwira TNI AL sebagai aparat penegak hukum dan penyidik dari segi intelektual, moral dan dedikasi diakui masih kurang profesional b. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TNI AL jauh dari memadai baik jumlah maupun tingkat modernisasi peralatan yang ada saat ini. c. Materi perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan yang mengatur tentang pengelolaan perikanan tidak konsisten, sehingga membawa pengaruh dalam pelaksanaan penegakan hukum. d. Komitmen Pemerintah serta tingkat kepedulian dan kesadaran hukum masyarakat masih relatif rendah dalam peran sertanya di bidang penegakan hukum tindak pidana perikanan. e. Adanya keengganan para pelaku usaha di bidang perikanan untuk mematuhi dan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dan hanya berpikir untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa menghiraukan dampak yang terjadi dari usaha yang dilakukan.

B. Saran