Pembahasan Hasil Temuan Penelitian

Adapun hasil belajar matematika yang diperoleh dari siklus 1, 2 dan 3 terlihat mengalami peningkatan yang cukup baik. rata-rata tes akhir siklus I sebesar 62 dan mengalami peningkatan di siklus II menjadi 73. Meskipun pada siklus III mengalami penurunan menjadi 71,5. Namun rata-rata yang tersebut masih memenuhi SKBM yang ditetapkan sekolah. Perolehan skor rata-rata siswa tiap siklus disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.12 Rekapitulasi Tes Hasil Belajar Siklus I, II, dan III Siklus I Nilai siswa lebih dari rata-rata Nilai siswa kurang dari rata-rata Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi 20 50 20 50 Siklus II Nilai siswa lebih dari rata-rata Nilai siswa kurang dari rata-rata Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi 23 57,5 17 42,5 Siklus III Nilai siswa lebih dari rata-rata Nilai siswa kurang dari rata-rata Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi 16 40 24 60 Dari Tabel 4.12 terlihat jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari rata-rata nilai tes keseluruhan meningkat dari mulai siklus I ke siklus II dan menurun lagi pada siklus III. Meskipun terjadi penurunan rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus III, hal ini dianggap wajar karena materi pada pertemuan ketiga dianggap memiliki kesukaran yang lebih bila dibandingkan dengan materi pada siklus II

E. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian

Dari hasil pengamatan selama kegiatan intervensi tindakan didapat beberapa temuan. Diantaranya: 1. Penerapan teknik tutor sebaya dalam proses belajar dapat mengurangi kecemasan siswa belajar matematika. Survei pendahuluan yang telah dilakukan memberikan gambaran kondisi pembelajaran di kelas VIII-D yang agak monoton dan terjadi ketegangan dalam mengikuti pelajaran matematika. Oleh karena itu diperlukan upaya dari guru matematika untuk mengatasi hal tersebut sehingga dapat mengurangi kecemasan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di sekolah. Guru diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar siswa dengan menyajikan menu belajar yang menggugah selera serta memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk mengurangi intensitas kecemasan yang dialami siswa saat belajar matematika di kelas VIII-D adalah dengan menerapkan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya. Penerapan tutor sebaya ini memberikan nuansa yang berbeda di kelas VIII- D, karena sebelumnya guru terlalu sering menggunakan metode ekspositori yang dianggap menjenuhkan oleh siswa. Metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya memberikan lingkungan yang nyaman bagi siswa untuk bertanya tanpa merasa takut dan malu ditertawakan. Siswa dapat bertanya sebebas-bebasnya kepada tutor dalam kelompoknya. Siswa menjadi santai dan bersemangat belajar matematika karena soal-soalnya tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi mereka. Siswa dapat dengan mudah menyelesaikan soal-soal yang dihadapi melalui diskusi dalam kelompoknya serta bimbingan dari tutor yang cukup membantu mereka dalam belajar matematika. Dalam penelitian ini indikasi penurunan kecemasan siswa dalam belajar matematika telah tercapai sebagaimana nampak kenyamanan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar, keberanian siswa menanyakan materi yang belum dipahami, juga berkurangnya rasa malu siswa untuk menjelaskan materi di depan kelas dan menanggapi jawaban saat berdiskusi. Saat kegiatan intervensi tindakan dilakukan, siswa terlihat lebih senang terhadap pelajaran, tidak terbata-bata dan gugup saat menjelaskan materi. 2. Penerapan metode tutor sebaya dapat mendorong tiap-tiap kelompok siswa untuk berani bertanya tentang hal-hal yang tidak dimengerti dalam pelajaran matematika Siswa membutuhkan lingkungan yang nyaman untuk belajar baik secara fisik, sosial, dan emosional. Pada penelitian yang telah dilakukan guru mengkondisikan siswa dalam kelompok tutor sebaya agar terjadi interaksi belajar antar siswa. Kelompok tutor sebaya juga dimaksudkan untuk meminimalisir kesenjangan antara siswa pandai dan siswa yang kurang pandai. Senada dengan ungkapan Erman Suherman yang menyatakan bahwa “menonjolkan interaksi dalam kelompok, membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda”. Dalam kelompok tutor sebaya, anggota bebas bertanya kepada tutornya dengan bahasa pertemanan sehingga tidak tegang. Siswa tidak lagi cemas menghadapi soal-soal yang sulit karena dapat bertanya kepada tutornya tanpa rasa malu dan takut ditertawakan oleh temannya yang lain. Tidak nampak lagi siswa yang hanya terdiam, menunggu jawaban dari temannya. Pada saat pelaksanaan metode tutor sebaya, suasana kelas terkesan ramai. Akan tetapi keramaian itu lebih disebabkan karena suara-suara diskusi dalam kelompoknya masing-masing. Pada situasi ini peranan guru sangat penting untuk mengawasi siswa agar keaktifan dan interaksi yang terjadi pada siswa tetap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru diharapkan dapat memandu pelaksanaan diskusi kelompok agar berjalan dengan baik, meminimalisir sikap mengajar yang dapat membuat siswa merasa takut sehingga dapat menumbuhkan rasa berani siswa dalam bertanya agar memperoleh hasil belajar yang optimal. 3. Belajar dengan teman sebaya lebih mudah dipahami siswa Banyak faktor yang menyebabkan siswa menjadi cemas dalam belajar, diantaranya adalah metode belajar yang monoton dan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa misalnya matematika. Adakalanya siswa merasa kesulitan memahami pembahasan yang disampaikan oleh guru, namun malu atau takut bertanya kembali untuk memperjelas materi yang sudah disampaikan. Oleh karena itu guru merasa perlu menerapkan metode tutor sebaya dimana siswa dikondisikan nyaman untuk bertanya dan meminta penjelasan kembali kepada tutornya tanpa takut dan malu ditertawakan. Para tutee merasa penjelasan ulang oleh para tutor lebih mudah dipahami yang disampaikan dengan menggunakan bahasa pertemanan, lebih ringan dan lebih akrab. Belajar dalam kelompok tutor sebaya membuat siswa berada dalam lingkungan nyaman, tidak tegang membuat siswa lebih mudah untuk belajar. Interaksi yang baik dalam kelompok tutor sebaya akan membuat belajar menjadi lebih menyenangkan. Siswa dari kelompok nilai bawah tidak lagi takut menghadapi soal-soal yang mereka anggap sulit. Semangat untuk mencoba mengerjakan soal-soal tersebut muncul dengan adanya bantuan dari tutor. 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Penerapan pendekatan matemateka realistik Indonesia (PMRI) dalam mengurangi kecemasan belajar matematika siswa

10 54 109

Upaya peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan pendekatan belajar bermakna (meaningful learning): penelitian tindakan kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang

0 10 96

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama : Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Islamiyah Ciputat

2 36 108

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika (Ptk Pembelajaran Matematika Kelas Viii Semester Gasal Smp N

0 2 16

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika (Ptk Pembelajaran Matematika Kelas Viii Semester Gasal Smp

0 1 11

EFEKTIFITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK SEBAYA Efektifitas Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Diskusi Kelompok Sebaya Untuk Mengurangi Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswa SMA.

0 2 17

PENDAHULUAN Efektifitas Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Diskusi Kelompok Sebaya Untuk Mengurangi Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswa SMA.

0 5 12

PENERAPAN METODE BELAJAR AKTIF TIPE GROU (5)

0 1 4

Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkat

0 0 12

PENGARUH METODE DISKUSI KELOMPOK TUTOR S

0 0 11