Uji Daya Antibakteri Sediaan Emulgel Minysk Cengkeh terhadap S.

G. Uji Daya Antibakteri Sediaan Emulgel Minysk Cengkeh terhadap S.

epidermidis Minyak essensial seperti minyak cengkeh mempunyai aktivitas antimikroba pada berbagai jenis mikroorganisme, seperti bakteri, fungi, dan protozoa. Komponen terbanyak dalam minyak cengkeh adalah eugenol yang merupakan senyawa fenolik. Sisi dan jumlah gugus hidroksil pada kelompok fenol diduga terkait dengan toksisitas relatif bagi mikroorganisme, dengan bukti bahwa adanya peningkatan gugus hidroksil, maka toksisitas meningkat. Menurut beberapa penulis, mekanisme eugenol yang diperkirakan bertanggung jawab atas toksisitas fenolik terhadap mikroorganisme meliputi penghambatan enzim yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk bertahan hidup oleh senyawa teroksidasi, mungkin melalui reaksi dengan gugus sulfidril atau melalui interaksi nonspesifik dengan protein Cowan, 1999. Mekanisme antimikroba eugenol adalah kerusakan pada membran bakteri. Eugenol diketahui bersifat lipofilik, yang dapat menembus antara rantai asam lemak pada lapisan bilayer membran, yang mengubah permeabilitas dari sel membran, perubahan permeabilitas terjadi bersamaan dengan kematian sel Sikkema, Bont, and Poolman, 1995. Fenomena perubahan permeabilitas membran bakteri memudahkan molekul yang diluar masuk dan terakumulasi ke dalam membran sel bakteri. Senyawa hidrofobik dapat mengubah permeabilitas membran sel, kemudian senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik masuk ke sitoplasma, dan berinteraksi dengan ion, material asam nukleat, serta protein dan enzim dari sel bakteri. Dengan berubahnya permeabilitas sel, maka material isi sel yang telah terganggu tersebut dengan mudah dapat keluar dari sel, menyebabkan terjadinya kebocoran sel Hada, Inoue, Shiraishi, and Hamashima, 2004. Sediaan emulgel minyak cengkeh yang dibuat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengobati jerawat. Salah satu bakteri yang telah dikenal sebagai bakteri yang memicu peradangan pada jerawat adalah S. epidermidis, selain itu S. epidermidis adalah mikroorganisme aerob yang biasanya terlibat dalam infeksi di permukaan kelenjar sebasea Kumar, et al., 2007. Oleh karena itu, S. epidermidis dipilih untuk uji daya antibakteri emulgel minyak cengkeh. Tujuan uji daya antibakteri ini adalah untuk melihat apakah sediaan emulgel minyak cengkeh masih memberikan aktivitas antibakteri yang diharapkan dengan adanya variasi proses jika dibandingkan dengan kontrol negatif yang ditunjukkan dengan zona hambat. Kontrol negatif yang digunakan adalah kontrol basis emulgel yang berisi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sediaan emulgel, hanya saja tidak mengandung zat aktif minyak cengkeh. Kontrol basis emulgel sebagai pembanding atau faktor koreksi daya antibakteri sediaan emulgel minyak cengkeh sebagai obat jerawat terhadap S. epidermidis. Dengan adanya kontrol ini maka daya antibakteri berupa zona hambar yang dihasilkan oleh sediaan emulgel minyak cengkeh sebagai obat jerawat dapat dipastikan berasal dari zat aktif minyak cengkeh dan bukan basis atau bahan-bahan tambahan lain dalam formula. Uji aktivitas antibakteri yang dilakukan dalam penelitian menggunakan metode difusi sumuran. Metode difusi yaitu sediaan emulgel minyak cengkeh dimasukkan ke dalam sumuran media agar dalam cawan petri dan dibandingkan dengan basisnya sebagai kontrol negatif. Metode difusi dipilih karena sampel yang akan diuji merupakan sediaan berbentuk semisolid. Metode difusi sumuran ini lebih efektif untuk membandingkan sediaan emulgel minyak cengkeh dengan kontrol basis karena berada dalam tempat, suhu inkubasi yang sama dan perlakuan yang sama, sehingga perbandingannya dapat diamati dengan efektif. Pada uji daya antibakteri emulgel minyak cengkeh, satu cawan petri dibuat 5 lubang sumuran yang masing-masing diisi dengan sediaan emulgel minyak cengkeh formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, dan kontrol basis emulgel. Masing-masing direplikasi 3 kali. Untuk pembandingan dibuat kontrol media dan kontrol pertumbuhan bakteri. Sediaan dan basis yang dimasukkan ke dalam lubang sumuran dengan diameter 0,8 cm sebanyak ¾ lubang sumuran yakni 0,1 gram agar sediaan tidak keluar dari area lubang sumuran sehingga mekanisme yang terjadi benar-benar difusi. Uji ini dilakukan setelah emulgel minyak cengkeh disimpan 1 bulan untuk melihat apakah emulgel minyak cengkeh tetap memberikan aktivitas antibakteri setelah penyimpanan yang cukup lama. Keterangan : 1. Emulgel minyak cengkeh formula 1 2. Emulgel minyak cengkeh formula 2 3. Emulgel minyak cengkeh formula 3 4. Emulgel minyak cengkeh formula 4 5. Kontrol basis emulgel Gambar 11. Hasil zona hambat uji daya antibakteri emulgel minyak cengkeh dan kontrol basis emulgel Hasil dari uji daya antibakteri masing-masing formula dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu basis emulgel tanpa minyak cengkeh untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas sediaan emulgel minyak cengkeh yang dibuat. Tabel XIX. Zona hambat hasil uji antibakteri emulgel minyak cengkeh Formula Rata-rata zona hambat 48 jam mm ± SD 1 7,33 ± 0,58 2 5,0 ± 1,00 3 5,67 ± 0,58 4 5,0 ± 1,00 Kontrol basis 0,00 Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara zona hambat yang dihasilkan oleh empat formula emulgel minyak cengkeh dengan kontrol negatif, digunakan uji statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tersebut adalah uji hipotesis komparatif variabel numerik lebih dari dua kelompok yaitu One Way ANOVA, akan tetapi uji ini memiliki syarat distribusi data harus normal dan varians data harus sama Dahlan, 2011. Setelah dilakukan uji normalitas data untuk semua kelompok didapatkan bahwa ada kelompok yang memiliki distribusi data tidak normal yaitu formula 1 dan formula 3 dimana nilai signifikansinya 0.05, sedangkan kontrol negatif tidak diketahui nilai signifikansi uji normalitasnya Tabel XX sehingga uji yang digunakan adalah uji hipotesis komparatif variabel numerik sebaran tidak normal lebih dari dua kelompok tidak berpasangan yaitu uji Kruskal-Wallis. Tabel XX. Hasil uji normalitas data uji antibakteri Shapiro-Wilk normality test Kelompok Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Kontrol negatif p-value 6,304e -08 1 1,045e -07 1 NA Keterangan : NA=Not Available Dari uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai signifikansi kelima kelompok yaitu 0,02046. Oleh karena nilai p0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara kelima kelompok. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan, maka harus dilakukan analisis Post Hoc. Alat untuk melakukan analisis Post Hoc untuk uji Kruskal-Wallis adalah uji Mann-Whitney atau Wilcoxon two sample Dahlan, 2011. Uji Wilcoxon two sample ini dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok formula baik formula 1, 2, 3, maupun 4 dengan kelompok kontrol negatif. Tabel XXI. Hasil uji Post Hoc Wilcoxon two sample data uji antibakteri Post Hoc Wilcoxon two sample Kelompok signifikansi Formula 1 dan kontrol negatif 0,03389 Formula 2 dan kontrol negatif 0,03690 Formula 3 dan kontrol negatif 0,03389 Formula 4 dan kontrol negatif 0,03690 Dari hasil uji Wilcoxon two sample Tabel XXI, kelompok formula 1, 2, 3, dan 4 dengan kontrol negatif memiliki nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa zona hambat formula 1, 2, 3, dan 4 berbeda dengan kontrol negatif. Oleh karena itu, keempat formula dapat dikatakan memiliki efek antibakteri karena hasil statistik dari keempat formula yang memberikan zona hambat ketika dibandingkan dengan kontrol negatif yang tidak memberikan zona hambat menyatakan adanya perbedaan yang bermakna. Selain itu, untuk mengetahui adanya perbedaan zona hambat yang dihasilkan antara keempat formula akibat variasi suhu pencampuran dan lama pencampuran, maka dilakukan uji statistik Kruskal-Wallis empat kelompok formula yaitu formula 1, 2, 3, dan 4 karena formula 1 dan 3 memiliki distribusi data yang tidak normal. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara keempat formula dimana nilai signifikansi adalah 0,06429 p0,05 sehingga aktivitas antibakteri yang diukur dari zona hambat keempat formula dapat dikatakan tidak berbeda menurut uji statistik. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa variasi proses pencampuran meliputi suhu pencampuran dan lama pencampuran yang terdiri dari lama pencampuran 5 menit dengan variasi suhu pencampuran 30 o C dan 70 o C dan lama pencampuran 15 menit dengan variasi suhu pencampuran 30 o C dan 70 o C tidak memberikan variasi aktivitas antibakteri emulgel minyak cengkeh yang dihasilkan. Berdasarkan hasil uji daya antibakteri in vitro yang dilakukan menunjukkan bahwa sediaan emulgel minyak cengkeh mempunyai aktivitas penghambatan pertumbuhan pada S. epidermidis. Namun, untuk penjaminan efficacy atau khasiat dari emulgel minyak cengkeh sebagai antibakteri maka efektivitas emulgel minyak cengkeh secara in vivo perlu dilakukan. Keterbatasan penelitian ini adalah belum dapat dilakukannya uji extrudability. Uji extrudability merupakan uji empirik untuk mengukur gaya yang diperlukan untuk mengeluarkan material dari tube Panwar, et al., 2011. Hal ini dikarenakan kesulitan untuk mendesain atau mendapatkan kemasan yang sesuai tube yang memenuhi kriteria peneliti, yaitu lacquered aluminium collapsible tube untuk kosmetik dengan pelapis dalam anti oksidasi dan nozzle tip sebesar 2 mm dan memuat 5 gram sediaan emulgel minyak cengkeh. Keterbatasan penelitian terkait formulasi adalah keluarnya minyak cengkeh dalam sistem yang mengindikasikan kelemahan sistem surfaktansi pada sediaan emulgel minyak cengkeh setelah penyimpanan 1 bulan. Keterbatasan penelitian terkait uji aktivitas antibakteri adalah bahwa pada saat sebelum pengambilan sampel uji sediaan tidak dilakukan homogenisasi ulang sehingga ada kemungkinan yang terambil adalah bagian sediaan dengan minyak cengkeh yang relatif lebih sedikit dibanding bagian sediaan yang lain dan belum dilakukan uji aktivitas antibakteri secara in vivo, serta belum dilakukan uji antiinflamasi topikal untuk memastikan efek antiinflamasi sediaan emulgel minyak cengkeh. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Variasi proses pencampuran yaitu suhu pencampuran 30 o C dan 70 o C pada lama pencampuran 5 menit berpengaruh menurunkan respon daya sebar dan menurunkan pergeseran viskositas, akan tetapi tidak berpengaruh pada respon viskositas. 2. Variasi proses pencampuran yaitu suhu pencampuran 30 o C dan 70 o C pada lama pencampuran 15 menit berpengaruh menaikkan respon daya sebar, akan tetapi tidak berpengaruh pada respon viskositas dan pergeseran viskositas. 3. Berdasarkan hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik dari semua formula emulgel minyak cengkeh, maka formula yang paling optimal adalah formula 2 yaitu formula dengan suhu pencampuran 70 o C dan lama pencampuran 5 menit.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dengan rancangan desain faktorial untuk melihat pengaruh interaksi antara dua faktor dengan jumlah sampel yang lebih representatif. 2. Perlu dilakukan uji extrudability untuk memastikan bahwa sediaan bisa dikeluarkan melalui kemasan dengan baik. 3. Perlu pemastian efficacy khasiat formula dengan uji daya antibakteri secara in vivo dan pemastian efek antiinflamasi dengan uji antiinflamasi topikal.