6.2. Peningkatan Kinerja
Daya saing sektor industri agro Indonesia merupakan cerminan
kemampuan bersaing para perusahaan industri agro. Peningkatan daya saing
sektor industri agro dilakukan dengan meningkatkan daya saing perusahaan yang tergambar dari kemampuannya menghasilkan nilai tambah yang tercermin dari
tingkat efisiensi dan marjin bruto. Pemerintah bisa ikut berperan melalui penciptaan struktur dan kondisi persaingan yang memungkinkan perusahaan
industri agro di dalam negeri untuk bersaing di pasar domestik. Peningkatkan kinerja daya saing sektor industri agro dilakukan melalui
penyempurnaan strategi dan manajemen operasional perusahaan serta meningkatkan efisiensi dan pengurangan high cost economy, yang kesemuanya
berkaitan dengan program Peningkatan Produktivitas.
Menciptakan nilai tambah melalui Peningkatan Produktivitas
merupakan esensi dari upaya peningkatan daya saing secara berkelanjutan. Dari penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa tingkat efisiensi industri agro Indonesia
relatif masih rendah dan mengalami penurunan. Peningkatan produktivitas dilakukan dengan meningkatkan output per satuan input dan mengurangi input per
satuan output yang dihasilkan. Peningkatan nilai tambah pada perusahaan industri agro Indonesia bisa
dillakukan melalui pelatihan manajerial. Dalam kaitan tersebut, pemerintah bisa menyediakan bantuan pelatihan khususnya bagi pelaku bisnis berskala mikro dan
kecil. Pemerintah juga bisa berperan meningkatkan nilai tambah dengan memperkecil ekonomi biaya tinggi high cost economy, sehingga bisa dicapai
marjin bruto yang lebih baik.
6.3. Memperjelas Pola Sumber Pertumbuhan
Dari penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa sektor industri agro Indonesia tidak mempunyai pola sumber pertumbuhan industri agro yang jelas.
Sumber pertumbuhan industri agro China berpola ke promosi ekspor, sementara Thailand mengarah ke kemajuan teknologi changes in input-outuput coefficients
Dalam konsep daya saing Diamond Porter, peningkatan daya saing bisa dilakukan melalui peningkatan Kondisi Permintaan, baik yang berasal dari pasar
domestik maupun internasional. Peningkatan daya saing sektor industri agro melalui perbaikan Kondisi Permintaan dilakukan dengan memperbesar potensi
dan akses pasar. Tuntutan konsumen domestik akan memberikan tekanan bagi perusahaan untuk segera melakukan inovasi dan mendapatkan keunggulan
kompetitif yang lebih canggih daripada pesaing asing. Dalam rangka peningkatan daya saing sektor industri agro Indonesia di
masa mendatang, diperlukan pola sumber pertumbuhan yang lebih jelas dalam rangka membangun sinergi peningkatan daya saing. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan direkomendasikan beberapa langkah peningkatan daya saing dengan memperjelas sumber-sumber pertumbuhan sebagai berikut:
1. Perkuatan daya saing di pasar domestik
Terjadinya penurunan daya saing di pasar domestik Indonesia yang tergambar dari turunnya nilai indeks daya saing domestik IDC perlu
mendapat perhatian serius. Lemahnya daya saing domestik akan mempengaruhi daya saing internasional sektor industri agro di jangka
panjang. Dalam upaya membangun daya saing di pasar domestik, perlu dilakukan upaya untuk memberi kesempatan lebih besar bagi perusahaan
dan produk dalam negeri agar punya ruang gerak lebih leluasa di dalam negeri. Tentu saja memperbesar ruang gerak bagi perusahaan dan produk
dalam negeri bisa memberi kesan diberlakukannya pembatasan pada ruang gerak untuk perusahaan dan produk luar negeri karena memprioritaskan
kepentingan domestik dan internasional secara bersama-sama pada umumnya tidak mungkin dilakukan.
Diperlukan keberpihakan kebijakan berupa pengurangan percepatan atau disebut moratorium liberalisasi perdagangan untuk jangka
waktu tertentu sehingga dimungkinkan terjadinya penguatan daya saing domestik menuju peningkatan daya saing saing internasional di masa
mendatang. Kebijakan perdagangan internasional Indonesia yang pada beberapa tahun terakhir ini cenderung ingin mempercepat liberalisasi perlu
ditinjau kembali. Tanpa bermaksud mundur dari berbagai kesepakatan perdagangan bebas internasional yang sudah ditandatangani, dalam jangka
waktu tertentu perlu diberikan kesempatan bagi industri agro di dalam negeri untuk memperkuat daya saingnya dengan jalan tidak mempercepat
liberalisasi perdagangan pada produk industri agro. Kebijakan peningkatan penggunaan produk dalam negeri perlu
diteruskan dan dimintakan dukungan lebih luas dari masyarakat dalam rangka menjadikan produk dalam negeri sebagai tuan rumah di negerinya
sendiri, seperti dilakukan dalam Gerakan Nasional Gemar Produk Indonesia GNGPI. Langkah perkuatan daya saing di pasar domestik
diharapkan akan membuat perusahaan dan produk Indonesia punya
kemampuan bersaing yang lebih efektif di pasar domestik sebagai bekal untuk bersaing di pasar global.
Pemberlakuan peraturan implementasi SNI Wajib Standar Nasional Indonesia untuk produk industri agro merupakan salah satu
bentuk langkah kongkrit yang bisa dilakukan. Demikian juga kebijakan memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri seperti
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 dan
Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri.
Perkuatan daya saing di pasar domestik juga perlu dilakukan dengan memperbanyak pelaku bisnis industri agro yang punya daya saing.
Untuk hal tersebut diperlukan program terpadu untuk memfasilitasi lahirnya pebisnis baru industri agro.
Program terpadu pengembangan pebisnis baru industri agro yang berdaya saing perlu dilakukan melalui kerjasama lintas sektor yang
melibatkan perguruan tinggi, pelaku usaha yang sudah mapan, pemerintah dan lembaga pengembangan manajemen bisnis. Perguruan tinggi
diharapkan terlibat aktif dalam rekrutmen calon pebisnis baru dari mahasiswa yang hampir menyelesaikan studinya serta membantu
menyiapkan persiapan sikap mental dan pengetahuan praktis berbisnis. Pelaku usaha diharapkan bisa membagi pengalaman dan pengetahuan
bisnisnya kepada para calon pebisnis baru. Pemerintah seperti dilakukan oleh Depnakertrans bekerjasama dengan Kementerian KUKM dan Kadin
Indonesia bisa membantu fasilitasi pengembangan pebisnis baru industri agro. Lembaga pengembangan manajemen bisnis bisa terlibat aktif dalam
mendampingi calon pebisnis baru industri agro untuk merealisasi dan mengembangkan bisnis baru industri agro.
2. Peningkatan daya saing berbasis pemasaran
Sumber pertumbuhan industri agro China pada tahun 1995-2000 terutama berasal dari faktor promosi ekspor expansion of international
exports. Dengan belajar dari pengalaman China yang berhasil menjadikan
produk industri agronya punya daya saing internasional kuat, industri agro Indonesia bisa dikembangkan lebih jauh melalui peningkatan penetrasi
pasar produk industri agro Indonesia di pasar global. Pada tahun 1995- 2000, faktor perubahan promosi ekspor bukan menjadi sumber
pertumbuhan yang dapat diandalkan bagi perkembangan sektor industri agro Indonesia dan bahkan nilainya negatif.
Peningkatan penetrasi pasar ekspor produk industri agro Indonesia perlu terus dilakukan melalui pengutamaan produk industri agro pada
materi komunikasi dan stand Indonesia di ajang promosi internasional. Penetrasi pasar ekspor juga bisa dilakukan dengan mendirikan sentra
promosi industri agro Indonesia di beberapa negara yang menjadi pusat perdagangan dunia atau menyelenggarakan pameran khusus industri agro
yang ditujukan khusus untuk pasar ekspor. Dalam upaya mendapatkan hasil yang lebih konstruktif nasional, perlu dilakukan program
peningkatan daya saing berbasiskan pemasaran marketing-based competitiveness
yang proaktif.
3. Pengembangan perekonomian berbasis teknologi
Ketertinggalan teknologi industri agro Indonesia dari Thailand
yang tercermin dari minimalnya angka kemajuan teknologi sebagai sumber pertumbuhan struktural perlu diantisipasi dalam rangka
meningkatkan daya saing industri agro Indonesia secara keseluruhan di masa mendatang. Pada tahun 1995-2000 terjadi pertumbuhan negatif pada
perubahan kemajuan teknologi industri agro Indonesia. Pengembangan teknologi industri agro akan meningkatkan Kondisi
Faktor yang meningkatkan daya saing melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta memungkinkan dilakukannya peningkatan kualitas
produk dan sekaligus efisiensi biaya. Instrumen kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan
kemajuan teknologi industri agro Indonesia antara lain melalui program penyuluhan dan alih teknologi, subsidi penelitian, pengembangan
teknologi atau melalui pendirian pusat penelitian dan pengembangan teknologi industri agro.
Pemerintah bisa memfasilitasi penyediaan kesempatan belajar bagi peneliti di perusahaan atau lembaga litbang untuk belajar teknologi
industri agro di dalam dan luar negeri. Pemerintah juga bisa memberi subsidi pembelian mesin produksi atau fasilitas infrastruktur produksi
lainnya atau menyediakan sarana komunikasi untuk meningkatkan pertukaran informasi teknologi.
Dalam kaitan dengan peningkatan teknologi industri agro, peranan investasi dari luar negeri punya peran strategis karena perusahaan
manufaktur yang didirikan di Indonesia berkesempatan menggunakan teknologi dan sistem manajemen terbaru.
Pengembangan teknologi bisa dilakukan dengan pemanfaatan teknologi dasar dan madya pada sektor pertanian sekaligus untuk
meningkatkan keterkaitan pada sektor industri agro Indonesia. Pada peninjauan lapangan di China dan Thailand, diperoleh gambaran yang
jelas kemajuan aplikasi teknologi sederhana seperti teknologi pengeringan, penyimpanan dan pengemasan. Untuk mempercepat aplikasi teknologi
pada industri agro Indonesia diperlukan keberadaan pusat pengembangan teknologi dan bisnis industri agro yang menyediakan layanan terpadu
aplikasi teknologi dan pengembangan bisnis industri agro, dan lebih komprehensif mendasar dengan mendorong pengembangan perekonomian
yang berbasiskan teknologi technology-based economy.
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1.