Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

adalah agar siswa dapat mengetahui dan memahami pesan-pesan positif yang terkandung di dalamnya serta mencontoh dari sikap tokoh buku cerita dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan adanya buku cerita siswa lebih tertarik untuk membaca buku.

4.2.2 Kelayakan Buku Cerita

Uji kelayakan dilakukan pada guru SD dengan menggunakan instrumen lembar angket uji kelayakan. Skor kelayakan buku cerita didapatkan adalah 88,9. Skor setiap aspek kelayakan adalah aspek materi 100, tampilan 83,33 dan bahasa 85,19. Aspek tampilan memperoleh kriteria layak, karena buku cerita ini disajikan melalui ilustrasi gambar yang sesuai dengan alur cerita, menarik dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat memahami isi cerita dalam buku cerita. Bahan ajar buku cerita disusun dengan ilustrasi gambar berwarna dengan komposisi yang indah dan seimbang sehingga siswa akan lebih tertarik untuk membacanya. Ilustrasi gambar dari peristiwa alam secara sederhana sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan daripada melalui informasi berupa teks tertulis seperti pada buku teks. Aspek bahasa pada bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan memperoleh kriteria sangat layak. Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam adalah bahasa Indonesia baku yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan EYD. Selain itu penulisan huruf teks dalam buku cerita bermuatan kebencanaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa kelas IV SD. Ukuran huruf yang digunkanan tidak terlalu kecil dan jarak spasi yang tidak terlalu dekat sehingga tidak dapat menyebabkan mata menjadi lelah ketika membaca. Aspek materi pada buku cerita bermuatan memperoleh kriteria sangat layak. Hal ini dikarenakan materi yang disajikan dalam buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas IV SD. Indikator materi meliputi prinsip penjelasan materi, kedalaman materi, relevansi dan evaluasi. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip relevansi diterapkan pada desain awal bahan ajar buku cerita, yaitu menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar KTSP pada materi sumber daya alam kelas IV SD. Bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan alam dikembangkan untuk melihat peningkatan minat membaca dan sikap tanggap bencana. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Hal ini diterapkan pada penyusunan cerita yaitu materi sumber daya alam yang menjelaskan fakta, konsep, prinsip, dan ketrampilan. Pembelajaran fakta disajikan dengan menampilkan benda-benda konkret yang ada di alam sekitar melalui ilustrasi gambar yaitu penggambaran hutan, sungai, banjir dan lain-lain. Pembelajaran konsep disajikan dengan mengidentifikasi objek alam yang dipelajari. Pada buku cerita bermuatan kebencanaan pembelajaran konsep disajikan dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya bencana alam. Pembelajaran prinsip dijelaskan dengan menunjukkan teori atau hukum yang berlaku. Pembelajaran ketrampilan disajikan dalam bentuk membuat gambar tentang berhubungan kebencanaan alam. Materi yang disajikan disusun secara ringan dan sederhana agar pembaca tidak akan merasa berhadapan langsung dengan sebuah materi pelajaran seperti yang mereka lakukan di sekolah. Hal ini dilakukan supaya kejenuhan yang ada pada siswa pada saat membaca sebuah bahan ajar semakin berkurang.

4.2.3 Keterbacaan Buku Cerita

Uji keterbacaan berupa tes uraian singkat yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks bahan ajar. Skor keterbacaan yang didapatkan adalah 81,60. Skor setiap cerita adalah Banjir 88, Jangan Bakar Hutan Robi 76, Hutanku Jadi Jalan 76, Pancing atau Obat 84 dan Mengali Pasir 84. Buku cerita bermuatan kebencanaan mudah dipahami karena kosakata yang digunakanadalah kosakata sederhana, ringan dan singkat sehingga siswa dapat lebih mudahmemahami isi cerita. Siswa lebih suka membaca bacaan yang berwarna dan bergambar daripada hitam putih. Siswa sukamembaca buku cerita karena buku cerita adalah salah satu jenis bacaan yang ringan danmudah dipahami. Salah satu faktor pendukung kemampuan membaca siswa dalammemahami komik sains adalah penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai denganEjaan Yang Disempurnakan EYD. Penggunaan bahasa yang disesuaikan denganEjaan Yang Disempurnakan EYD dalam dialog mempermudah siswa dalammemahami pesan yang disampaikan. Bahasa yang digunakan dalam komik ini sesuai dengan situasi yangdigambarkan. Penggunaan huruf jenis, ukuran huruf dan spasi yang digunakan juga harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak kelas IV SD. Halini dikarenakan buku cerita bermuatan kebencanaan merupakan perpaduan gambar dan teks . Buku cerita bermuatan kebencanaan disusun dengan urutan yang sederhana dan runtutyaitu materi yang disusun berdasarkan peta konsep pembelajaran. Materi yang disajikan dalam buku cerita bermuatan kebencanaan meliputi dampak pengambilan bahan tanpa pelestarian, langkah pelestarian, dan cara menghemat energi. Pembelajaran dimulai dengan mengetahui dampak yang dapat terjadi jika pengambilan bahan yang berada dialam terus kita ambil tanpa ada pelestarian lingkungan yaitu rusaknya lingkungan. Rusaknya lingkungan akan membuat kita mencari tahu langkah-langkah apasaja yang harus kita ambil agar lingkungan menjadi seperti semula dan bagaimana cara agar tidak terjadi kembali yaitu dengan cara menghemat enegri yang ada.

4.2.4 Peningkatan Prestasi Belajar Sains

Pada awal penelitian, peneliti memberikan pre test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pre test diketahui pengetahuan siswa terhadap materi sumber daya alam yang diukur menggunakan tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Pengetahuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari penjelasan diatas. Selain itu, kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 32. Pada tahap inti penelitian, peneliti memberikan perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran tidak menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan. Setelah perlakuan diterapkan, pada tahap akhir peneliti memberikan post test kepada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata post test kelas eksperimen den kelas kontrol adalah 82,94 dan 69,75. Selain itu, uji peningkatan kesamaan dua rata-rata juga membuktikan tidak adanya perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 35. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata uji t pihak kanan diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Perhitungan secara lengkap tersaji pada Lampiran 38. Berdasarkan uji gain, dapat diketahui terdapat peningkatan prestasi belajar sains antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yaitu 0,66 sedang dan 0,45 sedang. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa buku cerita efektif digunakan sebagai bahan ajar pendamping mata pelajaran sains pada siswa kelas IV SD. Perhitungan uji gain secara lengkap tersaji pada Lampiran 41. Peningkatan prestasi belajar sains kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan terdapat minat yang tinggi untuk mempelajari sains yang tersaji dalam buku cerita. Minat siswa yang tinggi terhadap buku cerita bermuatan kebencanaan membuat siswa ingin membaca dan mempelajari materi yang disampaikan, sehingga siswa akan lebih mudah menguasai materi. Berdasarkan penjelasan diatas makan pembuatan buku cerita bermuatan kebencanaan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi sumber daya alam.

4.2.5 Signifikansi Peningkatan Minat Membaca

Pada awal penelitian, peneliti memberikan pre test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Minat membaca siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai. Uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata minat membaca kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 51. Pada tahap inti penelitian, kelas eksperimen menggunakan pembelajaran menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran tidak menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan. Setelah perlakuan diterapkan, pada tahap akhir peneliti memberikan post test kepada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata post test kelas eksperimen den kelas kontrol adalah 88,04 dan 83,83. Uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata minat membaca kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 54. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata uji t pihak kanan diketahui bahwa terdapat perbedaan minat membaca siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji tersebut menunjukkan bahwa minat membaca siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Perhitungan secara lengkap tersaji pada Lampiran 57. Berdasarkan uji gain, dapat diketahui terdapat peningkatan minat membaca antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yaitu 0,4 sedang dan 0,25 rendah. Peningkatan minat membaca ini menunjukkan bahwa buku cerita efektif digunakan sebagai bahan ajar yang dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas IV SD. Perhitungan uji gain secara lengkap tersaji pada Lampiran 60. Berdasarkan hasil uji signifikansi diketahui bahwa terdapat perbedaan minat membaca siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji tersebut menunjukkan bahwa minat membaca siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Perhitungan secara lengkap tersaji pada Lampiran 61. Peningkatan minat membaca siswa ini menunjukkan bahwa buku cerita efektif digunakan sebagai bahan ajar pendamping mata pelajaran sains pada siswa kelas IV SD untuk meningkatkan minat membaca. Menurut Tiemensma 2009 mengatakan bahwa membaca adalah komponen terpenting di abad 21 agar bisa bertahan di era globalisme saat ini. Keberhasilan peseta didik dalam proses pembelajaran banyak ditentukan dengan kemampuan membaca. Sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk tulisan sehingga peserta didik dituntut memiliki kemampuan membaca yang tinggi. Meningkatnya minat membaca disebabkan karena siswa lebih tertarik untuk membaca buku setelah menggunakan buku cerita. Pembuatan buku cerita tepat digunakan untuk menyampaikan konsep sains semakin menarik dengan adanya gambar-gambar yang berwarna. Sains yang sering dianggap sesuatu yang kurang menarik dan menakutkan, dengan adanya buku cerita menjadi lebih mudah. Proses pembelajaran biasanya siswa membaca buku pelajaran atau mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru sehingga membuat suasana menjadi membosankan. Pembelajaran menggunakan buku cerita mengubah suasana yang awalnya membosankan menjadi lebih menyenangkan. Dari hasil angket minat membaca siswa, didapatkan informasi bahwa siswa mempunyai minat membaca yang sangat besar terhadap buku cerita. Hal ini karena buku cerita yang berisi materi sains dikemas dengan sangat menarik dibandingkan buku pelajarannya. Siswa tanpa sadar telah belajar sains dengan cara yang menyenangkan. Media pembelajaran yang menyenangkan dapat membangkitkan minat membaca siswa. Minat membaca yang berkembang akan mempengaruhi kegiatan belajar dan pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar sains siswa itu sendiri. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa penggunaan buku cerita bermuatan kebencanaan pokok bahasan sumber daya alam dapat meningkatkan minat membaca siswa, akan tetapi peningkatannya masih sedikit. Hasil penelitian Rustantiningsih 2012 menunjukan bahwa materi ajar cerita anak-anak dalam meningkatkanminat baca siswa.

4.2.6 Peningkatan Sikap Tanggap Bencana

Pada awal penelitian, peneliti memberikan pre test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah didapatkan skor pre test kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Perhitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 71. Pada tahap inti penelitian, kelas eksperimen menggunakan pembelajaran menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran tidak menggunakan buku cerita bermuatan kebencanaan. Setelah perlakuan diterapkan, pada tahap akhir peneliti memberikan post test kepada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata post test kelas eksperimen den kelas kontrol adalah 91,37 dan 87,56, kemudian melakukan uji kesamaan dua rata-rata. Perhitungan tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 74. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata uji t pihak kanan diketahui bahwa terdapat perbedaan sikap tanggap bencana siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Sikap tanggap bencana kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Perhitungan secara lengkap tersaji pada Lampiran 77. Berdasarkan uji gain, dapat diketahui terdapat peningkatan sikap tanggap bencana antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yaitu 0,55 sedang dan 0,32 rendah. Peningkatan sikap tanggap bencana ini menunjukkan bahwa buku cerita efektif digunakan sebagai bahan ajar yang dapat meningkatkan sikap tanggap bencana siswa kelas IV SD. Perhitungan uji gain secara lengkap tersaji pada Lampiran 80. Kisi-kisi angket sikap tanggap bencana terdiri atas tiga aspek yaitu pengurangan risiko bencana, adaptasi perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan. Nilai angket pre test dan post test menunjukkan bahwa pada aspek pembangunan berkelanjutan memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan dengan aspek yang lain. Siswa-siswa belum memahami tentang pembuatan biopori sehingga mengakibatkan rendahnya nilai angket siswa. Melihat rendahnya pengetahuan siswa tentang biopori sehingga perlu pembelajaran ataupun praktik mengenai pembuatan biopori. Praktik dalam pembuatan biopori akan membuat siswa akan dengan mudah memahami cara pembuatan biopori dengan cara yang menyenangkan. Selain, pembelajaran tentang pembuatan biopori, siswa juga perlu mengalaman tentang penghijauan hutan reboisasi hutan. Letak Sekolah dasar yang dekat dengan hutan akan sangat tepat bila siswa diajarkan tentang pentingnya penghijauan hutan dengan langsung menanami beberapa pohon di hutan itu. Pembelajaran yang didapatkan dengan cara yang menyenangkan diharapkan siswa akan lebih memahami pentingnya pembuatan biopori dan reboisasi hutan. Meningkatkan nilai post test dibandingkan pre test angket sikap tanggap bencana siswa ini menunjukkan bahwa buku cerita efektif digunakan sebagai bahan ajar pendamping mata pelajaran sains pada siswa kelas IV SD untuk meningkatkan sikap tanggap bencana. Buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam berisi tentang pengembangan sikap tanggap bencana. Pengembangan sikap tanggap bencana disesuaikan dengan taraf perkembangan siswa SD serta lokasi SD. Lokasi SD yang rawan terjadi bencana banjir sehingga sikap tanggap bencana sangat penting diajarkan. Menurut Astuti 2010:33 Salah satu dari lima prioritas HFA Framework For Action adalah pentingnya menggunakan ilmu pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat dalam jangka panjang diharapkan dapat membangun kesiapsiagaan terhadap bencana demi respons yang efektif di semua tingkat. Adanya pendidikan mitigasi bencana siswa-siswa akan siap dalam menghadapi bencana, juga dapat mencegah terjadinya bencana itu. Analisis data menunjukkan bahwa sikap tanggap bencana siswa meningkat setelah membaca bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam, akan tetapi peningkatannya masih sedikit. 70

BAB 5 PENUTUP

5.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1 Media buku cerita bermuatan kebencanaan dengan pokok materi sumber daya alam yang berbentuk rangkaian cerita bergambar. Buku cerita bermuatan yang dibagi menjadi dua bagian yaitu pendahuluan dan isi. Bagian pendahuluan berisi halaman judul, kata pengantar dan daftar isi. Bagian isi berisi cerita bermateri sumber daya alam yang terdiri atas Banjir, Jangan Bakar Hutan Robi, Hutanku Jadi Jalan, Pancing Jadi Obat dan Menggali Pasir. 2 Bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam yang telah disusun merupakan bahan ajar yang memiliki skor kelayakan sebesar 88,89 artinya buku cerita bermuatan kebencanaan alam memiliki kelayakan sangat layak.Kisi-kisi angket uji kelayakan bahan ajar buku cerita ditinjau dari dimensi materi, tampilan, dan bahasa . Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan dapat digunakan sebagai bahan ajar pendamping pada proses pembelajaran di sekolah dasar. 3 Bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam yang telah disusun merupakan bahan ajar yang memiliki skor keterbacaan sebesar 81,60 artinya buku cerita bermuatan kebencanaan alam memiliki keterbacaan mudah dipahami. 4 Buku cerita bermuataan kebencanaan dapat meningkatkan minat membaca siswa, meskipun masih pada kategori sedang. 5 Buku cerita bermuataan kebencanaan dapat meningkatkan prestasi belalajar kognitif siswa, sebesar 0,66 pada kategori sedang. 6 Buku cerita bermuataan kebencanaan dapat meningkatkan sikap tanggap bencana siswa, juga pada kategori sedang.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat peneliti sampaikan kepada pengembang buku cerita sains adalah sebagai berikut: 1 Pada saat penelitian menggunakan buku cerita bermuataan kebencanaan, sebaiknya guru selalu mengingatkan siswa untuk tidak membaca dengan suara keras agar tidak mengganggu siswa yang lain. 2 Setelah siswa membaca buku cerita bermuataan kebencanaan, sebaiknya guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum dipahami sehingga siswa lebih paham terhadap materi yang sedang dipelajari. 3 Pada proses pembelajaran guru memberikan penjelasan dan memberi contoh tentang upaya pencegahan dan penangulangan bencana yaitu reboisasi bencana dan pembuatan biopori. 72 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Astuti, Siti Irene Sudaryono. 2010. “ Peran Sekolah Dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana”. Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. 1 1:30- 42. Astuti, Fima Herdwiyanti Sudaryono. 2013. “Perbedaan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Ditinjaudari Tingkat Self-Efficacy pada Anak Usia Sekolah Dasar diDaerah Dampak Bencana Gunung Kelud”.Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial. 21 : 1-7. Hamdu, Ghullam. 2011. “ Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di sekolah dasar”. Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. 12 1 : 90-96. Ginting, Dr. Vera. 2005. “ Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Ketrampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid. Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. 4 4:17-35. Tersedia di http:www.bpkpenabur.or.ididjurnal?page=5 Johnson, C. Denise. 2003 . “The Role of Child Development and Social Interaction in the Selection of Childrens Literature to Promote Literacy Acquisition”.Early Childhood Research Practice. 52 : 52-68 Karyono, Hari. 2007. “ Menumbuhkan Minat Baca Sejak Usia Dini”. Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. 1 2 : 1-11 Ortlieb, Ph.D. Evan T. 2010. “ Sparking Children’s Interest in Reading”. International Journal of Education. 2 2: 1-5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan. Tersedia di http: www.dikti.go.idfilesaturPP19-2005SNP.pdf[diakses 21-4-2013] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Tersedia di http: www.dikti.go.idfilesaturUU24-2007SNP.pdf[diakses 14-5-2013] Rustantiningsih, T. Supriyanto dan A. Rusilowati . 2012. “Pengembangan Materi Ajar Membaca Cerita Anak Bermuatan Nilai- Nilai Karekter” . Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. 1 1 : 118-124.