Teori atribusi relevan untuk menjelaskan penelitian ini, sebab perilaku seseorang dalam memenuhi kewajiban perpajakan ditentukan oleh suatu
keadaan, baik dari faktor eksternal misalnya tingkat keadilan dalam perpajakan, administrasi pajak yang tersedia secara memadai. Sedangkan dari
faktor internal, adanya pengetahuan dan pemahaman wajib pajak mengenai perpajakan. Seseorang dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman yang
tinggi, maka hal tersebut akan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan kewajiban perpajakannya.
2.2. Teori Pembelajaran Sosial
Social Learning Theory
Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung Jatmiko,2006. Menurut
Bandura 1977 dalam Jatmiko 2006, proses dalam pembelajaran sosial meliputi:
1. Proses perhatian attentional 2. Proses penahanan retention
3. Proses reproduksi motorik 4. Proses penguatan reinforcement
Proses perhatian yaitu orang hanya akan belajar dari seseorang atau model, jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang atau
model tersebut. Proses penahanan adalah proses mengingat tindakan suatu model setelah model tidak lagi mudah tersedia. Proses reproduksi motorik
adalah proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan. Proses penguatan
adalah proses yang mana individu-individu disediakan rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model Bandura, 1977 dalam
Jatmiko, 2006. Teori pembelajaran sosial ini relevan untuk menjelaskan perilaku
wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat pengamatan dan
pengalaman langsungnya, hasil pungutan pajak itu telah memberikan kontribusi nyata pada pembangunan di wilayahnya. Seseorang juga akan taat
pajak apabila telah menaruh perhatian terhadap pelayanan pajak, baik fiskus maupun sistem pelayanan pajaknya Arum, 2012.
Selain faktor-faktor tersebut, seseorang akan membayar pajak tepat pada waktunya apabila didukung oleh keadilan dalam perpajakan, yang
meliputi keadilan dari pihak pemerintah, fiskus, dan penentuan tarif pajak. Adanya sistem administrasi perpajakan yang memadai dan memudahkan
wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya juga merupakan salah satu penentu wajib pajak untuk membayar pajak tepat pada waktunya.
2.3. Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior TPB menjelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku.
Sedangkan munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu behavioral beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu
perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut, normative beliefs yaitu keyakinan
tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut, dan control beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal
yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat
perilakunya tersebut perceived power Mustikasari, 2007 dalam Arum, 2012.
Menurut Arum 2012, Theory of Planned Behavior relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut.
Kemudian yang bersangkutan akan memutuskan bahwa akan melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak. Wajib pajak yang mengetahui dan memahami perpajakan, akan memiliki keyakinan mengenai pentingnya membayar pajak
untuk membantu menyelenggarakan pembangunan negara behavioral beliefs.
Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi
harapan tersebut normative beliefs. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas pajak, sistem administrasi
perpajakan yang efisien dan efektif, serta penyuluhan-penyuluhan pajak yang memberikan motivasi kepada wajib pajak agar taat pajak, akan membuat
wajib pajak memiliki keyakinan atau memilih perilaku taat pajak.
Keadilan pajak terkait dengan control beliefs. Keadilan pajak untuk mendukung agar wajib pajak mematuhi peraturan perpajakan sehingga tidak
melakukan penghindaran pajak. Wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya akan ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak tentang
tingkat keadilan baik yang dilakukan fiskus, pemerintah, maupun tarif pajak yang mendukung perilaku wajib pajak untuk taat pajak.
2.4. Penghindaran Pajak