Pengertian Hukum Pidana Internasional
Pengertian Hukum Pidana Internasional menurut pendapat Rolling adalah hukum
yang menentukan hukum pidana nasional yang akan diterapkan terhadap kejahatankejahatan yang nyata-nyata telah dilakukan bilamana terdapat unsur-unsur internasional
di dalamnya.
Pengertian Hukum Pidana Internasional Menurut pendapat Bassiouni merupakan
suatu hasil pertemuan pemikiran dua disiplin hukum yang telah muncul dan berkembang
secara berbeda serta saling melengkapi dan mengisi. Kedua disiplin hukum ini
merupakan aspek-aspek hukum pidana dari hukum internasional dan aspek-aspek
internasional dari hukum pidana.
Menurut Schwarzenberger memberikan Pengertian
Internasional sebagai
Hukum
Pidana
berikut:
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti lingkup teritorial hukum pidana
nasional ialah Hukum Pidana internasioanl memiliki lingkup kejahatan-kejahatan yang
melanggar kepentingan masyarakat internasional, akan tetapi mengenai kewenangan
melaksanakan penangkapan, penahanan dan peradilam atas pelaku-pelakunya
diserahkan kepada yurisdiksi kriminil negara yang berkepentingan dalam batas-batas
teritorial negara tersebut.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti aspek internasional yang
ditetapkan sebagai ketentuan dalam hukum pidana nasional yaitu menyangkut kejadiankejadian dimana suatu negara yang terikat pada hukum internasional berkewajiban
memperhatikan sanksi-sanksi atas tindakan perorangan sebagaimana ditetapkan di
dalam hukum pidana nasionalnya. Kewajiban-kewajiban itu dapat terjadi dan berasal dari
perjanjian-perjanjian internasional (treaties) atau dari kewajiban-kewajiban negaranegara yang diatur di dalam hukum kebiasaan internasional.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti kewenangan internasional yang
terdapat di dalam hukum pidana nasional adalah ketentuan-ketentuan di dalam hukum
internasional yang memberikan kewenangan atas negara nasional untuk mengambil
tindakan atas tindak pidana tertentu dalam batas yurisdiksi kriminilnya dan memberikan
kewenangan pula kepada negara nasional untuk menerapkan yurisdiksi kriminil di luar
batas teritorialnya terhadap tindak pidana tertentu, sesuai dengan ketentuan peraturan
di dalam hukum internasional.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti ketentuan hukum pidana
nasional yang diakui sebagai hukum yang patut dalam kehidupan masyarakat
bangsa yang beradab ialah ketentuan-ketentuan di dalam hukum pidana nasional
yang dianggap sesuai atau sejalan dengan tuntutan kepentingan masyarakat
internasional.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti kerja sama internasional
dalam mekanisme administrasi peradilan pidana nasional yaitu semua aktivitas
atau kegiatan penegakan hukum pidana nasional yang memerlukan kerja sama
antar negara, baik itu yang bersifat bilateral maupun multilateral.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti kata materil adalah objek
pembahasan dari hukum pidana internasional yang telah ditetapkan oleh PBB
sebagai kejahatan internasional dan merupakan pelanggaran atas de iure
gentium, seperti: privacy, agresi, genocide, kejahatan perang dan lalu lintas ilegal
perdagangan narkotika.
http://www.hukumsumberhukum.com/2014/10/pengertian-hukum-pidanainternasional.html jam 22.10
Romli Atmasasmita, 2000. Pengantar Hukum Pidana Internasional. Yang Menerbitkan PT
Refika Aditama: Bandung.
HUBUNGAN ATARA HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL
Didalam
teori
hukum
internasional,
telah
berkembang
dua
pandangan
tentang
hukum
internasional. Yaitu pandangan yang dinamakan voluntarisme, yang mendasarkan berlakunya
hukum internasional dan ada tidaknya hukum internasioonal ini pada kemauan Negara
(gemeinwille). Pandangan yang kedua adalah pandangan objektivis yang menganggap ada dan
berlakunya hukum internasional ini dilepas dari kemauan Negara (mohctar kusumaatmadja
1989;40)
Alasan diajukannya penganut aliran dualisme bagi pandangan tersebut diatas, pada alasan formal
atau pun alasan yang didasarkan kenyataan.alsan terpenting dikemukakan sebagai berikut :
1.
Kedua perangkat hukum tersebut mempunyai sumber yang berlainan hukum nasional
bersumber pada kemauan Negara, sedangkan hukum internasional bersumber pada
kemauan bersama masyarakat Negara.
2.
Kedua perangkat hokum itu berlainan subjeknya. Subjek hokum nasional adalah
perorangan, baik hukum perdata maupun hukum fublik, subjek hukum internasional
adalah negara
3.
Sebagai tata hukum, hukum nasional dan hukum internasional menampakan pula
perbedaan dalam strukturnya.
Pandangan alira dualisme ini, Mochtar kusumaatmajda (1989;41) telah mengemukakan komentar
dan pandangan-pandangannya sebagaiman diuraikan di bawah ini:
1.
Bahwa di dalam teori dualisme tidak ada tempat bagi persoalan hirarki atara hukum
nasional dan internasional karena pada hakekatnya, kedua perangkat hukum tidak saja
berlainan dan tidak tergantungsatu sama lainnya, tapi juga lepas antara satu dan yang
lainnya.
2.
Sebagai konsekuensi logis dari keadaan sebagaiman digambarkan diatas, tidak akan
mungkin ada pertentangan antara kedua perangkat hukum itu, yang mungkin hanya
penunjukan saja.
3.
Bahwa ketentuan hukum internasional memerlukan tranformasi menjadi hukum
nasional sebelum berlakunya dalam lingkunga hukum nasional.
Teori dualisme tidak terlepas dari beberapa kelemahan sebagainman di ungkapkan oleh Mochtar
Kusumaatmadja (1989;41-42) sebaai berikut :
1.
Teori dasal aliran dualisme yang mengemukakan bahwa sumber gejala hukum baik
hukum nasional maupun hukum internasional dadalah kemauan Negara sulit untuk
diterima kerena hokum yang ada dan berlaku itu dibutuhkan oleh kehidupan manusia
yang beradab.
2.
Kebenaran argumentasi aliran mengenai ini berlainan subjek hukum nasional dan
internasional di bantah oleh kenyataan bahwa dalam suatu lingkungan hokum seperti
hukum nasional, dapatysaja subjek hukum itu berlainan, seperti adanya pembagian
hukum perdata dan hukum fublik.
3.
Argumentasi kaum dualis yang mengemukakan adanya perbedaan strukrural antara
hukum nasional dan hukum internasional, ternyata perbedaan yang dikemukannya
hanyalah perbedaan gradual dan tidak merupakan perbedaan yang hakiki atau asasi.
4.
Bahwa pemisahan mutlak antara hukum nasional dan internasional tidak dapat
menerangkan dengan cara memuaskan kenyataan bahwa dalam prakteknya sering
sekali hokum nasional itu tunduk pada atau sasuai dengan dengan hukum internasional.
1.
1. Paham monisme dengan primat hukum nasional
Paham ini mengemukakan bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan hukum
internasional, yang utama adalah hukum nasional, sedangkan paham monisme dalam primat
hukum internasional mengemukakan bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan
internasional yang utama adalah hukum internasional.
Menurut
Mochtar
Kusumaatmadja(1989;43-44)
mengemukakan
bebrapa
kelemaha
paham
monisme dengan primat hokum nasional sebagai berikut :
1.
kelemahan yang mendasar yang cukup gawat bahwa paham ini terlalu memandang
hukum itu sebagai hukum tertulis semata-mata sehingga hokum internasional dianggap
bahwa hukum yang bersumberkan perjanjian internasional, suatu hal sebagaimana di
ketahui tidak benar.
2.
pada hakekatnya, pendirian paham kaum monisme dengan primat hukum nasional ini
merupakan penyangkalan terhadap adanya hukum internasional yang mengikat.
1.
2. Paham monisme dengan primat hukum internasional
Menurut paham ini, hukum nasional bersumber pada hikum internasional yang merupakan
perangkat ketentuan hukum yang hierarki lebih tinggi
Mochtar Kusumaatmadja (1989:44) pada dasarnya memyetujui pandangan paham ini, namun
demikian ia kurang setuju prihal supermasi hukum intenasional yang di kaitkan dengan hirarki dan
pendelegasian wewenang.
Terhadap persoalan pandanga monisme dan dualisme ini, Mochtar Kusumaatmadja(1989:45)
mengemukan kesimpulan bahwea kedua paham tersebut tidak mampu memberiakn jawaban yang
memuaskan. Apabila dari kedudukan suatu perjanjian internasional atau treaty sebaaimana telah
diatur dalam Vienna Convention on the Law of Treaties tahun 1969 dapat dikemukaan dua pasal
penting yang releven dengan mesalah keterikatan suatu Negara peserta konvensi terhadap isi
ketentuan yang di tuangkan didalam konvensi yang bersangkutan. Kedua pasal ini adalah pasal 27
dan pasal 46.
PENGARUH
TEORI
MONISME
DAN
DUALISME
TERHADAP
PERKEMBANGAN
HUKUM
PIDANA INTERNASIONAL
Sejak terbentuknya liga bangsa –bangsa tahun 1928 dan dilanjutkan kemudian dengan
pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945, masyarakat internasional sampai saat ini.
Dominan teori monisme dengan primat hukum nasional atas teori monisme dengan primat hukum
internasional delam praktik hukum internasonal, secara nyata tersirat dari mesalh konflik yurisdiksi
criminal antara dua Negara dalam kasus tindak pidana narkotika lintas batas territorial.
Kasus United State v. Atuares Machain, 112 dS.Ct.21888 (5 Juni 1992).
Pada tahun 1985 seorang agen khusus Drug Enforcement Agency atau DEA dari Amerika serikat,
Enrigue Camarena-Salazar telah diculik, dianiaya dan di bunuh oleh pemasok narkotika di mexico.
DEA telah sejak lama berusaha membawa pembunuh agen ini ke Ameriak Serikat untuk
mempertanggug jawabkannya perbuatanya tersebut.
Pada tanggal 12 April 1990, Humberto Alvares Machain, seorang dokter warga Negara mexico telah
diculikdari kentornya di Guadalajara, mexico oleh bebrapa orang bersenjata dan diterbangkan
dengan pesawat terbang pribadi ke Amerika Serikat.
Menyusul penculikan Alvares ini, pemerintah mexico telah mengajukan nita protes melalui saluran
Diflomatik kepada Department Luar Negari Amerika Serikat.
Kasus United States v. Verdugo Urguidez, 110.S.Ct.1056 (tanggal 28 Febuari
1990)
Verdugo adlah warga Negara mexico yang bertempat tinggal di Meksikali, Mexico. Verdugo
termasuk salah satu anggota gang narkotika yang dicari oleh pihak DEA Amerika Serikat dan juga
diduga kuat membanu pembunuhan yang telah dilakukan terhadap agen DEA, Camarena-Salazar
pada tahun 1985.
Kasus United States v.Biermann (678 F.Supp.1473) tanggal 9 Febuari 1988
Biemann adalah warga nagara inggris dan pekerjaan terdakwa adalah operator pada kapal laut
tyang berbendera inggris dan terdaftar di inggris. Tertuduh dituntut di muka pengadilan di distrik
Utara California karena memiliki bebeapa ton mariyuana dengan niat untuk mendistribusikannya
DOMINASI KEPENTINGAN NEGARA (NASIONAL) ATAS KEPENTINGAN INTERNASIONAL
(KASUS NORIEGA)
Ketiga kasus tersebut diatas, ternyata memiliki perbedaan yang besar dengan kasus” penculokan “
atas jendral Noriega, mantan Presiden Panama yang dituuh telah memasok heroin ke wilayah
Amerika Serikat, yang dilatarbelakangi acman perang oleh Pemerintah Panama terhadap Amerika
Serikat.
Dalam praktek Hukum intrnasional, tidakan penculikan jenderal Noriega dari wilayah teritorial
Panama sebagai suatu Negara yang merdeka dan berdaulat merupakan contoh ekstrem dan
sekaaligus menunjukan pula betapa di dalam dominasi teori monisme dengan primat hukum
nasioal dapat ditapsirkan demikian rupa sehingga dapa dipandang sebagai pelanggaran atas
kedaulatan Negara lain.
Noriega dituntut oleh Grand Jury di pengadilan Miami dan pengadilan Tampa, Negara bagian
Florida dengan tuduhan sebagai pendukung lalu lintas narkotika ilegal ke wilayah Amerika Serikat.
Pengadilan Miami dan tTampa menerapka asas perlindungan dan doctrine. Doktrin ini berasal dari
kasus Alcoa (1945) dimana Hakim ditugaskan menaggani kasus tersebut.
Kasus
Noniega tersebut
diatas,
telah
menggungkapkan dengan jelas
bahwa lalu lintas
perdagangan narkotik illegal pada dewasa ini sudah berkonotasi Politik dalam arti betapa kuatnya
pengaruh tindak pidana internasional dalam masalah nearotika terhafdaphubungan diplomatic
antara ngara-negara yang terlibat.
Penasihat
Hukum
Departemen
Kehakiman
Amerika
Serikat
memiliki
pendekatan
yang
berbeda,yaitu mengemukakan sebagai berikut :
firs : (sekalipun kongres dan presiden memiliki kekuasaan untuk tidak memperhatikan
hukum internasional, pengadilan dapat bertahan pada pendiriannya bahwa ia melakukan
tampa ragu-ragu dan dengan bebas).
second : (integritas teritorial adalah tonggakdari hokum internasional, tindakan
penculikan (dengan paksaan) dari suatu negara asing nyata-nyata melanggar prinsip ini).
third : (akibat menentukan dari prinsi integritas teritorial
pada penegak hokum di
diperlemah oleh kesediaan suatu Negara untuk memberikan izin aparatur penegak hokum di
ngara lain untuk melakukan kegiatanya diwilayah Negara tersebut. Tidak ada formalitas atau
publisitas khusus yang persyaratkan untuk memperoleh izin agar legal menjadi efektif ;
sekalipun izin khusus adalah efisian jika di berikan pihak yang berwenang. Untuk tujuan
politis, suatu Negara dapat memutskan untuk menolak kenyataan bahwa ia telah
memberikan izin utuk kegiatan oprasi tersebut ,,, dalam kasus-kasus lain, suatu Negara
bekerja sama dengan cara menempatkan seorang pelaku yang di cari diatas sebuah kapal
terbang atau kapal laut dimana Amerika Serikat memiliki yurisdiksi diatasnya).
Fourth : (prinsip integritas teritorial tidak memberikan kewenangan pembedaan dalam
hukum internasional. Setiap negara memiliki hak untuk membela dirinya. Kita harus mengijin
kan manipulasi hukum sehingga dunia bebes menjadi tidak efektif dalam hubungan dangan
meraka yang telah melanggar undang-undang).
Perkembangan praktik hukum internasional sebagaimana telah uraikan diatas menunjukan bahwa
teori monisme dengan primat hokum nasional dalam praktik telah menimbulkan akibat yang tidak
kecil dan merugikan kepentingan Negara-negara Selatan jika dibandingkan kepantingan negarnegar Utara, khususnya Amerika Serikat.
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/aspek-hukum-nasional-danhukum-internasional-dalam-hukum-pidana-internasional/ jam 22.24
yang menentukan hukum pidana nasional yang akan diterapkan terhadap kejahatankejahatan yang nyata-nyata telah dilakukan bilamana terdapat unsur-unsur internasional
di dalamnya.
Pengertian Hukum Pidana Internasional Menurut pendapat Bassiouni merupakan
suatu hasil pertemuan pemikiran dua disiplin hukum yang telah muncul dan berkembang
secara berbeda serta saling melengkapi dan mengisi. Kedua disiplin hukum ini
merupakan aspek-aspek hukum pidana dari hukum internasional dan aspek-aspek
internasional dari hukum pidana.
Menurut Schwarzenberger memberikan Pengertian
Internasional sebagai
Hukum
Pidana
berikut:
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti lingkup teritorial hukum pidana
nasional ialah Hukum Pidana internasioanl memiliki lingkup kejahatan-kejahatan yang
melanggar kepentingan masyarakat internasional, akan tetapi mengenai kewenangan
melaksanakan penangkapan, penahanan dan peradilam atas pelaku-pelakunya
diserahkan kepada yurisdiksi kriminil negara yang berkepentingan dalam batas-batas
teritorial negara tersebut.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti aspek internasional yang
ditetapkan sebagai ketentuan dalam hukum pidana nasional yaitu menyangkut kejadiankejadian dimana suatu negara yang terikat pada hukum internasional berkewajiban
memperhatikan sanksi-sanksi atas tindakan perorangan sebagaimana ditetapkan di
dalam hukum pidana nasionalnya. Kewajiban-kewajiban itu dapat terjadi dan berasal dari
perjanjian-perjanjian internasional (treaties) atau dari kewajiban-kewajiban negaranegara yang diatur di dalam hukum kebiasaan internasional.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti kewenangan internasional yang
terdapat di dalam hukum pidana nasional adalah ketentuan-ketentuan di dalam hukum
internasional yang memberikan kewenangan atas negara nasional untuk mengambil
tindakan atas tindak pidana tertentu dalam batas yurisdiksi kriminilnya dan memberikan
kewenangan pula kepada negara nasional untuk menerapkan yurisdiksi kriminil di luar
batas teritorialnya terhadap tindak pidana tertentu, sesuai dengan ketentuan peraturan
di dalam hukum internasional.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti ketentuan hukum pidana
nasional yang diakui sebagai hukum yang patut dalam kehidupan masyarakat
bangsa yang beradab ialah ketentuan-ketentuan di dalam hukum pidana nasional
yang dianggap sesuai atau sejalan dengan tuntutan kepentingan masyarakat
internasional.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti kerja sama internasional
dalam mekanisme administrasi peradilan pidana nasional yaitu semua aktivitas
atau kegiatan penegakan hukum pidana nasional yang memerlukan kerja sama
antar negara, baik itu yang bersifat bilateral maupun multilateral.
Pengertian Hukum Pidana Internasional dalam arti kata materil adalah objek
pembahasan dari hukum pidana internasional yang telah ditetapkan oleh PBB
sebagai kejahatan internasional dan merupakan pelanggaran atas de iure
gentium, seperti: privacy, agresi, genocide, kejahatan perang dan lalu lintas ilegal
perdagangan narkotika.
http://www.hukumsumberhukum.com/2014/10/pengertian-hukum-pidanainternasional.html jam 22.10
Romli Atmasasmita, 2000. Pengantar Hukum Pidana Internasional. Yang Menerbitkan PT
Refika Aditama: Bandung.
HUBUNGAN ATARA HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL
Didalam
teori
hukum
internasional,
telah
berkembang
dua
pandangan
tentang
hukum
internasional. Yaitu pandangan yang dinamakan voluntarisme, yang mendasarkan berlakunya
hukum internasional dan ada tidaknya hukum internasioonal ini pada kemauan Negara
(gemeinwille). Pandangan yang kedua adalah pandangan objektivis yang menganggap ada dan
berlakunya hukum internasional ini dilepas dari kemauan Negara (mohctar kusumaatmadja
1989;40)
Alasan diajukannya penganut aliran dualisme bagi pandangan tersebut diatas, pada alasan formal
atau pun alasan yang didasarkan kenyataan.alsan terpenting dikemukakan sebagai berikut :
1.
Kedua perangkat hukum tersebut mempunyai sumber yang berlainan hukum nasional
bersumber pada kemauan Negara, sedangkan hukum internasional bersumber pada
kemauan bersama masyarakat Negara.
2.
Kedua perangkat hokum itu berlainan subjeknya. Subjek hokum nasional adalah
perorangan, baik hukum perdata maupun hukum fublik, subjek hukum internasional
adalah negara
3.
Sebagai tata hukum, hukum nasional dan hukum internasional menampakan pula
perbedaan dalam strukturnya.
Pandangan alira dualisme ini, Mochtar kusumaatmajda (1989;41) telah mengemukakan komentar
dan pandangan-pandangannya sebagaiman diuraikan di bawah ini:
1.
Bahwa di dalam teori dualisme tidak ada tempat bagi persoalan hirarki atara hukum
nasional dan internasional karena pada hakekatnya, kedua perangkat hukum tidak saja
berlainan dan tidak tergantungsatu sama lainnya, tapi juga lepas antara satu dan yang
lainnya.
2.
Sebagai konsekuensi logis dari keadaan sebagaiman digambarkan diatas, tidak akan
mungkin ada pertentangan antara kedua perangkat hukum itu, yang mungkin hanya
penunjukan saja.
3.
Bahwa ketentuan hukum internasional memerlukan tranformasi menjadi hukum
nasional sebelum berlakunya dalam lingkunga hukum nasional.
Teori dualisme tidak terlepas dari beberapa kelemahan sebagainman di ungkapkan oleh Mochtar
Kusumaatmadja (1989;41-42) sebaai berikut :
1.
Teori dasal aliran dualisme yang mengemukakan bahwa sumber gejala hukum baik
hukum nasional maupun hukum internasional dadalah kemauan Negara sulit untuk
diterima kerena hokum yang ada dan berlaku itu dibutuhkan oleh kehidupan manusia
yang beradab.
2.
Kebenaran argumentasi aliran mengenai ini berlainan subjek hukum nasional dan
internasional di bantah oleh kenyataan bahwa dalam suatu lingkungan hokum seperti
hukum nasional, dapatysaja subjek hukum itu berlainan, seperti adanya pembagian
hukum perdata dan hukum fublik.
3.
Argumentasi kaum dualis yang mengemukakan adanya perbedaan strukrural antara
hukum nasional dan hukum internasional, ternyata perbedaan yang dikemukannya
hanyalah perbedaan gradual dan tidak merupakan perbedaan yang hakiki atau asasi.
4.
Bahwa pemisahan mutlak antara hukum nasional dan internasional tidak dapat
menerangkan dengan cara memuaskan kenyataan bahwa dalam prakteknya sering
sekali hokum nasional itu tunduk pada atau sasuai dengan dengan hukum internasional.
1.
1. Paham monisme dengan primat hukum nasional
Paham ini mengemukakan bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan hukum
internasional, yang utama adalah hukum nasional, sedangkan paham monisme dalam primat
hukum internasional mengemukakan bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan
internasional yang utama adalah hukum internasional.
Menurut
Mochtar
Kusumaatmadja(1989;43-44)
mengemukakan
bebrapa
kelemaha
paham
monisme dengan primat hokum nasional sebagai berikut :
1.
kelemahan yang mendasar yang cukup gawat bahwa paham ini terlalu memandang
hukum itu sebagai hukum tertulis semata-mata sehingga hokum internasional dianggap
bahwa hukum yang bersumberkan perjanjian internasional, suatu hal sebagaimana di
ketahui tidak benar.
2.
pada hakekatnya, pendirian paham kaum monisme dengan primat hukum nasional ini
merupakan penyangkalan terhadap adanya hukum internasional yang mengikat.
1.
2. Paham monisme dengan primat hukum internasional
Menurut paham ini, hukum nasional bersumber pada hikum internasional yang merupakan
perangkat ketentuan hukum yang hierarki lebih tinggi
Mochtar Kusumaatmadja (1989:44) pada dasarnya memyetujui pandangan paham ini, namun
demikian ia kurang setuju prihal supermasi hukum intenasional yang di kaitkan dengan hirarki dan
pendelegasian wewenang.
Terhadap persoalan pandanga monisme dan dualisme ini, Mochtar Kusumaatmadja(1989:45)
mengemukan kesimpulan bahwea kedua paham tersebut tidak mampu memberiakn jawaban yang
memuaskan. Apabila dari kedudukan suatu perjanjian internasional atau treaty sebaaimana telah
diatur dalam Vienna Convention on the Law of Treaties tahun 1969 dapat dikemukaan dua pasal
penting yang releven dengan mesalah keterikatan suatu Negara peserta konvensi terhadap isi
ketentuan yang di tuangkan didalam konvensi yang bersangkutan. Kedua pasal ini adalah pasal 27
dan pasal 46.
PENGARUH
TEORI
MONISME
DAN
DUALISME
TERHADAP
PERKEMBANGAN
HUKUM
PIDANA INTERNASIONAL
Sejak terbentuknya liga bangsa –bangsa tahun 1928 dan dilanjutkan kemudian dengan
pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945, masyarakat internasional sampai saat ini.
Dominan teori monisme dengan primat hukum nasional atas teori monisme dengan primat hukum
internasional delam praktik hukum internasonal, secara nyata tersirat dari mesalh konflik yurisdiksi
criminal antara dua Negara dalam kasus tindak pidana narkotika lintas batas territorial.
Kasus United State v. Atuares Machain, 112 dS.Ct.21888 (5 Juni 1992).
Pada tahun 1985 seorang agen khusus Drug Enforcement Agency atau DEA dari Amerika serikat,
Enrigue Camarena-Salazar telah diculik, dianiaya dan di bunuh oleh pemasok narkotika di mexico.
DEA telah sejak lama berusaha membawa pembunuh agen ini ke Ameriak Serikat untuk
mempertanggug jawabkannya perbuatanya tersebut.
Pada tanggal 12 April 1990, Humberto Alvares Machain, seorang dokter warga Negara mexico telah
diculikdari kentornya di Guadalajara, mexico oleh bebrapa orang bersenjata dan diterbangkan
dengan pesawat terbang pribadi ke Amerika Serikat.
Menyusul penculikan Alvares ini, pemerintah mexico telah mengajukan nita protes melalui saluran
Diflomatik kepada Department Luar Negari Amerika Serikat.
Kasus United States v. Verdugo Urguidez, 110.S.Ct.1056 (tanggal 28 Febuari
1990)
Verdugo adlah warga Negara mexico yang bertempat tinggal di Meksikali, Mexico. Verdugo
termasuk salah satu anggota gang narkotika yang dicari oleh pihak DEA Amerika Serikat dan juga
diduga kuat membanu pembunuhan yang telah dilakukan terhadap agen DEA, Camarena-Salazar
pada tahun 1985.
Kasus United States v.Biermann (678 F.Supp.1473) tanggal 9 Febuari 1988
Biemann adalah warga nagara inggris dan pekerjaan terdakwa adalah operator pada kapal laut
tyang berbendera inggris dan terdaftar di inggris. Tertuduh dituntut di muka pengadilan di distrik
Utara California karena memiliki bebeapa ton mariyuana dengan niat untuk mendistribusikannya
DOMINASI KEPENTINGAN NEGARA (NASIONAL) ATAS KEPENTINGAN INTERNASIONAL
(KASUS NORIEGA)
Ketiga kasus tersebut diatas, ternyata memiliki perbedaan yang besar dengan kasus” penculokan “
atas jendral Noriega, mantan Presiden Panama yang dituuh telah memasok heroin ke wilayah
Amerika Serikat, yang dilatarbelakangi acman perang oleh Pemerintah Panama terhadap Amerika
Serikat.
Dalam praktek Hukum intrnasional, tidakan penculikan jenderal Noriega dari wilayah teritorial
Panama sebagai suatu Negara yang merdeka dan berdaulat merupakan contoh ekstrem dan
sekaaligus menunjukan pula betapa di dalam dominasi teori monisme dengan primat hukum
nasioal dapat ditapsirkan demikian rupa sehingga dapa dipandang sebagai pelanggaran atas
kedaulatan Negara lain.
Noriega dituntut oleh Grand Jury di pengadilan Miami dan pengadilan Tampa, Negara bagian
Florida dengan tuduhan sebagai pendukung lalu lintas narkotika ilegal ke wilayah Amerika Serikat.
Pengadilan Miami dan tTampa menerapka asas perlindungan dan doctrine. Doktrin ini berasal dari
kasus Alcoa (1945) dimana Hakim ditugaskan menaggani kasus tersebut.
Kasus
Noniega tersebut
diatas,
telah
menggungkapkan dengan jelas
bahwa lalu lintas
perdagangan narkotik illegal pada dewasa ini sudah berkonotasi Politik dalam arti betapa kuatnya
pengaruh tindak pidana internasional dalam masalah nearotika terhafdaphubungan diplomatic
antara ngara-negara yang terlibat.
Penasihat
Hukum
Departemen
Kehakiman
Amerika
Serikat
memiliki
pendekatan
yang
berbeda,yaitu mengemukakan sebagai berikut :
firs : (sekalipun kongres dan presiden memiliki kekuasaan untuk tidak memperhatikan
hukum internasional, pengadilan dapat bertahan pada pendiriannya bahwa ia melakukan
tampa ragu-ragu dan dengan bebas).
second : (integritas teritorial adalah tonggakdari hokum internasional, tindakan
penculikan (dengan paksaan) dari suatu negara asing nyata-nyata melanggar prinsip ini).
third : (akibat menentukan dari prinsi integritas teritorial
pada penegak hokum di
diperlemah oleh kesediaan suatu Negara untuk memberikan izin aparatur penegak hokum di
ngara lain untuk melakukan kegiatanya diwilayah Negara tersebut. Tidak ada formalitas atau
publisitas khusus yang persyaratkan untuk memperoleh izin agar legal menjadi efektif ;
sekalipun izin khusus adalah efisian jika di berikan pihak yang berwenang. Untuk tujuan
politis, suatu Negara dapat memutskan untuk menolak kenyataan bahwa ia telah
memberikan izin utuk kegiatan oprasi tersebut ,,, dalam kasus-kasus lain, suatu Negara
bekerja sama dengan cara menempatkan seorang pelaku yang di cari diatas sebuah kapal
terbang atau kapal laut dimana Amerika Serikat memiliki yurisdiksi diatasnya).
Fourth : (prinsip integritas teritorial tidak memberikan kewenangan pembedaan dalam
hukum internasional. Setiap negara memiliki hak untuk membela dirinya. Kita harus mengijin
kan manipulasi hukum sehingga dunia bebes menjadi tidak efektif dalam hubungan dangan
meraka yang telah melanggar undang-undang).
Perkembangan praktik hukum internasional sebagaimana telah uraikan diatas menunjukan bahwa
teori monisme dengan primat hokum nasional dalam praktik telah menimbulkan akibat yang tidak
kecil dan merugikan kepentingan Negara-negara Selatan jika dibandingkan kepantingan negarnegar Utara, khususnya Amerika Serikat.
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/aspek-hukum-nasional-danhukum-internasional-dalam-hukum-pidana-internasional/ jam 22.24