PENDAHULUAN Hubungan Cedera Lutut Dengan Mekanisme Kompensasi dan Kejadian Patellofemoral Pain Syndrome di Sisi Kontralateral.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan meningkatnya aktivitas olahraga, meningkat pula resiko
terjadinya cedera olahraga. Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada
waktu seseorang melakukan aktivitas olahraga, latihan, atau pertandingan
olahraga (Sukarmin, 2006). Data pengamatan dari National Collegiate Athletic
Association (2012) terhadap cedera olahraga, mengindikasikan bahwa cedera
olahraga terbanyak terjadi di ekstremitas bawah, yaitu 60% dari semua jenis
olahraga. Berdasarkan penelitian Powers (2010), dari semua cedera ekstremitas
bawah, lutut adalah regio yang paling banyak mengalami cedera, baik cedera akut
maupun cedera karena penggunaan yang berlebihan atau overuse. Cedera pada
lutut dapat terjadi karena aktivitas-aktivitas dalam olahraga seperti melompat,
menendang, berlari, mengubah arah atau karena adanya gaya dari luar seperti
benturan dan terjangan (Abimbola et al., 2012).
Sendi lutut adalah bagian dari rantai kinetik ekstremitas bawah yang
sangat berhubungan dengan segmen sendi di bagian proksimal dan distalnya,
yaitu persendian Lumbo-Pelvic-Hip-Complex (LPHC) serta sendi kaki dan
pergelangan kaki. Kedua anggota gerak bawah terhubung satu dengan yang lain
melalui pelvic girdle, yang membuat hubungan atau mata rantai antara kedua
ekstremitas bawah. Adanya cedera pada sendi lutut dapat menyebabkan
perubahan pada sendi yang lainnya didalam sistem gerakan tubuh manusia
1
2
sehingga mempengaruhi gerakan, meningkatkan stress dan kapasitas terjadinya
cedera di sendi lain yang berhubungan (Hamill dan Knutzen, 2009). Dengan
demikian, adanya cedera yang mempengaruhi gerakan pada salah satu sendi lutut
dapat menyebabkan perubahan pada Lumbo-Pelvic-Hip-Complex dan akan
mempengaruhi aksi di sisi yang tidak mengalami cedera (sisi kontralateral)
melalui mekanisme kompensasi dalam sistem gerakan manusia.
Mekanisme kompensasi menurut Little (2015) dapat terjadi akibat adanya
strategi neuromuscular yang dapat mengakibatkan perubahan biomekanik pada
anggota gerak bawah. Kompensasi yang pasti terjadi pasca cedera lutut unilateral
adalah munculnya strategi neuromuscular dengan memindahkan pembebanan
pada tungkai kontralateral dalam rangka untuk mengurangi pembebanan pada
lutut yang cedera. Strategi untuk memindahkan pembebanan
melibatkan
perubahan pada pelvic rhythm berupa lateral shift kearah kontralateral untuk
memindahkan berat badan lebih banyak ke tungkai yang tidak mengalami cedera
(Neumann, 2010). Strategi tersebut merupakan mekanisme proteksi untuk
mencegah lutut yang cedera terhadap cedera lebih lanjut. Hal itu sesuai dengan
penelitian
studi
neuromuscular
klinis terhadap
knee
joint
pathology,
bahwa
strategi
tidak hanya ditemukan pada tungkai yang mengalami cedera,
tetapi juga pada tungkai kontralateral. Adanya strategi neuromuscular dapat
menyebabkan perubahan biomekanik di sisi ipsilateral maupun sisi kontralateral
dan memunculkan faktor resiko terjadinya keluhan sekunder (Little, 2015).
Mekanisme terjadinya keluhan sekunder pada sisi kontralateral menurut
Paterno et al. (2014), diakibatkan karena banyak faktor kemungkinan, yang salah
3
satunya adalah adanya pembebanan dan overstress pada tungkai kontralateral.
Faktor resiko karena perubahan biomekanik dan neuromuscular adalah yang
paling sering teridentifikasi sebagai mekanisme yang mendasari resiko keluhan
sekunder tersebut. Keluhan sekunder yang dapat terjadi akibat perubahan
biomekanik dan sering terlihat di klinik cedera olahraga adalah Patellofemoral
Pain Syndrome (PFPS).
Patellofemoral Pain Syndrome didefinisikan sebagai sindroma nyeri di
belakang atau di sekitar patella, dengan sebutan lainnya adalah anterior knee pain
atau nyeri lutut depan. Nyeri yang dirasakan pada PFPS tidak berhubungan
dengan adanya cedera atau trauma sebelumnya pada lutut, tetapi berhubungan
dengan peningkatan frekuensi dan durasi aktivitas yang menyebabkan
peningkatan pembebanan pada sendi patellofemoral (Crossley, 2015).
Patellofemoral Pain Syndrome adalah salah satu masalah lutut tersering
pada atlet yang mengenai 1 dari 4 individu (Boling et al., 2009). Kombinasi dari
banyak faktor juga dapat menjadi akibat terhadap peningkatan beban pada sendi
patellofemoral, seperti perubahan biomekanik anggota gerak bawah, soft-tissue
tightness, kelemahan otot, serta aktivitas dan exercise
yang menghasilkan
peningkatan stress pada sendi patellofemoral yang kemudian menyebabkan PFPS
(Halabchi et al., 2013).
Terkait dengan uraian di atas dan belum ada penelitian sebelumnya yang
dilakukan, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Cedera Lutut Terhadap
Mekanisme Kompensasi dan Kejadian Patellofemoral Pain Syndrome di Sisi
Kontralateral”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian, yaitu apakah ada hubungan cedera lutut terhadap mekanisme
kompensasi dan kejadian Patellofemoral Pain Syndrome di sisi kontralateral?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
cedera lutut terhadap mekanisme kompensasi dan kejadian Patellofemoral Pain
Syndrome di sisi kontralateral.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
hubungan
cedera
lutut
terhadap
mekanisme
Patellofemoral Pain Syndrome di sisi kontralateral.
kompensasi
dan
kejadian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan meningkatnya aktivitas olahraga, meningkat pula resiko
terjadinya cedera olahraga. Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada
waktu seseorang melakukan aktivitas olahraga, latihan, atau pertandingan
olahraga (Sukarmin, 2006). Data pengamatan dari National Collegiate Athletic
Association (2012) terhadap cedera olahraga, mengindikasikan bahwa cedera
olahraga terbanyak terjadi di ekstremitas bawah, yaitu 60% dari semua jenis
olahraga. Berdasarkan penelitian Powers (2010), dari semua cedera ekstremitas
bawah, lutut adalah regio yang paling banyak mengalami cedera, baik cedera akut
maupun cedera karena penggunaan yang berlebihan atau overuse. Cedera pada
lutut dapat terjadi karena aktivitas-aktivitas dalam olahraga seperti melompat,
menendang, berlari, mengubah arah atau karena adanya gaya dari luar seperti
benturan dan terjangan (Abimbola et al., 2012).
Sendi lutut adalah bagian dari rantai kinetik ekstremitas bawah yang
sangat berhubungan dengan segmen sendi di bagian proksimal dan distalnya,
yaitu persendian Lumbo-Pelvic-Hip-Complex (LPHC) serta sendi kaki dan
pergelangan kaki. Kedua anggota gerak bawah terhubung satu dengan yang lain
melalui pelvic girdle, yang membuat hubungan atau mata rantai antara kedua
ekstremitas bawah. Adanya cedera pada sendi lutut dapat menyebabkan
perubahan pada sendi yang lainnya didalam sistem gerakan tubuh manusia
1
2
sehingga mempengaruhi gerakan, meningkatkan stress dan kapasitas terjadinya
cedera di sendi lain yang berhubungan (Hamill dan Knutzen, 2009). Dengan
demikian, adanya cedera yang mempengaruhi gerakan pada salah satu sendi lutut
dapat menyebabkan perubahan pada Lumbo-Pelvic-Hip-Complex dan akan
mempengaruhi aksi di sisi yang tidak mengalami cedera (sisi kontralateral)
melalui mekanisme kompensasi dalam sistem gerakan manusia.
Mekanisme kompensasi menurut Little (2015) dapat terjadi akibat adanya
strategi neuromuscular yang dapat mengakibatkan perubahan biomekanik pada
anggota gerak bawah. Kompensasi yang pasti terjadi pasca cedera lutut unilateral
adalah munculnya strategi neuromuscular dengan memindahkan pembebanan
pada tungkai kontralateral dalam rangka untuk mengurangi pembebanan pada
lutut yang cedera. Strategi untuk memindahkan pembebanan
melibatkan
perubahan pada pelvic rhythm berupa lateral shift kearah kontralateral untuk
memindahkan berat badan lebih banyak ke tungkai yang tidak mengalami cedera
(Neumann, 2010). Strategi tersebut merupakan mekanisme proteksi untuk
mencegah lutut yang cedera terhadap cedera lebih lanjut. Hal itu sesuai dengan
penelitian
studi
neuromuscular
klinis terhadap
knee
joint
pathology,
bahwa
strategi
tidak hanya ditemukan pada tungkai yang mengalami cedera,
tetapi juga pada tungkai kontralateral. Adanya strategi neuromuscular dapat
menyebabkan perubahan biomekanik di sisi ipsilateral maupun sisi kontralateral
dan memunculkan faktor resiko terjadinya keluhan sekunder (Little, 2015).
Mekanisme terjadinya keluhan sekunder pada sisi kontralateral menurut
Paterno et al. (2014), diakibatkan karena banyak faktor kemungkinan, yang salah
3
satunya adalah adanya pembebanan dan overstress pada tungkai kontralateral.
Faktor resiko karena perubahan biomekanik dan neuromuscular adalah yang
paling sering teridentifikasi sebagai mekanisme yang mendasari resiko keluhan
sekunder tersebut. Keluhan sekunder yang dapat terjadi akibat perubahan
biomekanik dan sering terlihat di klinik cedera olahraga adalah Patellofemoral
Pain Syndrome (PFPS).
Patellofemoral Pain Syndrome didefinisikan sebagai sindroma nyeri di
belakang atau di sekitar patella, dengan sebutan lainnya adalah anterior knee pain
atau nyeri lutut depan. Nyeri yang dirasakan pada PFPS tidak berhubungan
dengan adanya cedera atau trauma sebelumnya pada lutut, tetapi berhubungan
dengan peningkatan frekuensi dan durasi aktivitas yang menyebabkan
peningkatan pembebanan pada sendi patellofemoral (Crossley, 2015).
Patellofemoral Pain Syndrome adalah salah satu masalah lutut tersering
pada atlet yang mengenai 1 dari 4 individu (Boling et al., 2009). Kombinasi dari
banyak faktor juga dapat menjadi akibat terhadap peningkatan beban pada sendi
patellofemoral, seperti perubahan biomekanik anggota gerak bawah, soft-tissue
tightness, kelemahan otot, serta aktivitas dan exercise
yang menghasilkan
peningkatan stress pada sendi patellofemoral yang kemudian menyebabkan PFPS
(Halabchi et al., 2013).
Terkait dengan uraian di atas dan belum ada penelitian sebelumnya yang
dilakukan, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Cedera Lutut Terhadap
Mekanisme Kompensasi dan Kejadian Patellofemoral Pain Syndrome di Sisi
Kontralateral”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian, yaitu apakah ada hubungan cedera lutut terhadap mekanisme
kompensasi dan kejadian Patellofemoral Pain Syndrome di sisi kontralateral?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
cedera lutut terhadap mekanisme kompensasi dan kejadian Patellofemoral Pain
Syndrome di sisi kontralateral.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
hubungan
cedera
lutut
terhadap
mekanisme
Patellofemoral Pain Syndrome di sisi kontralateral.
kompensasi
dan
kejadian